• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

52

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Telah dilakukan penelitian dengan metode deskriptif kuantitatif yaitu observasi dan pengujian dengan alat bantu yang dilakukan oleh peneliti. Pengambilan data dengan pihak manajemen menggunakan metode wawancara mendalam. Wawancara terhadap manajemen dilakukan dengan mengemukakan hasil observasi dan pengukuran didalam instalasi ruang operasi yang kemudian didiskusikan bersama untuk mendapatkan pendapat atas dasar rencana pengembangan yang diperlukan selanjutnya. Observasi dan pengukuran menggunakan panduan observasi berdasarkan pedoman kementrian kesehatan yang terkait.

1. Hasil Observasi

a. Akses ke Rumah Sakit dan Instalasi Kamar Operasi

Akses menuju RS PKU Muhammadiyah Gamping sangat mudah, karena Rumah Sakit ini berada di lokasi yang strategis dan mudah dicari karena terletak di tepi jalan raya utama Jogja-Wates yang merupakan jalur arteri (utama) 2 jalur besar dengan ukuran masing – masing jalur 2 kendaraan Truk, Namun bukan jalur yang dilalui oleh transjogja,

(2)

sehingga jika ingin pergi ke RS PKU Muhammadiyah Gamping harus menggunakan kendaraan pribadi.

Akses jalan menuju Rumah Sakit sangat mudah sehingga dapat menjadi pusat rujukan yang memadai untuk masyarakat. Instalasi Ruang Operasi RS PKU Muhammadiyah Gamping terletak di lantai 4 gedung sisi barat. Lokasinya satu lantai dengan ruang ICU, sehingga pasien – pasien post operasi jika memerlukan perawatan ICU dapat segera dipindahkan. Instalasi ruang operasi yang berada di lantai 4 terpisah dengan ruangan lain.

Akses menuju Instalasi Ruang Operasi dapat ditempuh dengan menggunakan lift yang ukurannya sudah disesuaikan untuk dapat menampung bed pasien standar dengan tenaga medis dan paramedis yang mendampingi. Instalasi Ruang Operasi di lantai 4 yang menjadi objek penelitian kami diperuntukan untuk operasi yang terjadwal, RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki Kamar Operasi Emergensi yang terdapat di dalam Instalasi Gawat Darurat yang terletak di lantai dasar paling depan.

b. Fisik Bangunan Instalasi Ruang Operasi

Letak bangunan Instalasi Ruang Operasi di RS PKU Muhammadiyah Gamping terletak di lantai 4 dimana merupakan lantai paling atas dari bangunan RS PKU Muhammadiyah Gamping, lokasinya

(3)

sejajar dengan ruang ICU/ICCU. Secara lokasi instalasi ruang operasi sesuai jika ditaruh terpisah dengan unit bangsal, namun berdekatan dengan ruang ICU/ICCU untuk perawatan pasien paska operasi yang membutuhkan terapi intensif.

Instalasi ruang operasi berada di lantai 4 untuk operasi yang bersifat terjadwal dan untuk tindakan emergensi segera dapat dilakukan di ruang operasi emergensi yang terdapat di dalam unit gawat darurat di lantai dasar. Akses menuju instalasi ruang operasi dapat ditempuh menggunakan lift yang dapat menampung bed pasien beserta tenaga medis yang menyertai sehingga secara kemudahan dan kenyaman akses menuju instalasi ruang operasi terpenuhi.

(4)

Gambar 4.3 Denah instalasi ruang operasi rs pku muhammadiyah gamping

(5)

c. Pemenuhan Ruangan Instalasi Ruang Operasi

Persyaratan ruangan di instalasi ruang operasi mengacu pada pedoman teknis bangunan ruang operasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 24 Tahun 2016 mengenai Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit.

Tabel 4.1 Hasil evaluasi ketersediaan sarana pada instalasi ruang operasi di RS PKU Muhammadiyah Gamping

No. Nama Ruangan Luas

Pemenuhan

Ruangan Sesuai Standar Ya Tidak Ya tidak, ukuran Tidak (jika

yang ada) 1. Ruangan

Administrasi

3 – 5

m2/petugas √ √

2. Ruangan Transfer Min. 12m2 √ √

3. Ruangan Tunggu 1,5m1 – 2/orang √ √

4. Ruang Persiapan Pasien 8m2 / tempat tidur √ √ 5. Ruang Monitoring Perawat Min. 8 m 2

6. Ruang Airlock Min. 9m2 √ Tidak tersedia

7. Ruang Cuci Tangan (Scrub Station) Min. 6m2 √ √

8. Ruang Persiapan Alat / Bahan Minimal 9m2 √ Tidak tersedia

9. Ruang Operasi Minor 36m2 √ √

10. Ruang Operasi Umum 42m2 √ √

11. Ruang Operasi Mayor 50m2 √ √

12. Ruang Resusitasi Neonatus 9 m 2 6 m 2 dan tidak terpakai semestinya

(6)

Tabel 4.1 Hasil evaluasi ketersediaan ruang pada instalasi ruang operasi di RS PKU Muhammadiyah Gamping (sambungan)

No. Nama Ruangan Luas

Pemenuhan

Ruangan Sesuai Standar Ya Tidak Ya

Tidak (jika tidak, ukuran yang ada) 13. Ruang Pemulihan 8m2tidur / tempat √ √

14. Gudang Steril kebutuhan Sesuai √ Tidak

tersedia

15. Ruangan Obat √ √

16. Ruang Penyimpanan Alat Bersih / Steril √ √ 17. Ruang Sterilisasi Sesuai kebutuhan √ √ 18. Ruangan Ganti/Loker √ √ 19. Ruangan Dokter √ √ 20. Gudang Kotor √ √

Keterangan: Kebutuhan ruangan di ruang operasi disesuaikan dengan jenis dan kebutuhan pelayanan serta ketersediaan SDM di Rumah Sakit.

Berdasarkan observasi yang dapat dilihat pada tabel 4 diatas, dimana Instalasi Ruang Operasi di RS PKU Muhammadiyah Gamping sudah memenuhi mayoritas dari persayaratan pemenuhan ruang Instalasi Ruang Operasi standar rumah sakit menurut Kementrian Kesehatan tahun 2016. Hanya ada tiga ruangan yang belum dipenuhi antara lain; ruang

airlock, ruang persiapan alat dan bahan dan ruang gudang steril. Ruang

(7)

semestinya dikarenakan tindakan resusitasi neonatus dilakukan dikoridor kompleks ruang operasi.

d. Hasil Observasi pada Titik Pengamatan

Peneliti melakukan observasi langsung pada Instalasi Ruang Operasi yang berada di lantai 4 RS PKU Muhammadiyah Gamping. Observasi akan dilakukan berdasarkan lima zonasi di Instalasi Ruang Operasi.

Zona 1 (ruang pendaftaran, ruang tunggu keluarga pasien, ruang sterilisasi alat dan ruang utilitas kotor), zona 2 (ruang istirahat dokter dan perawat, ruang pantri petugas, ruang tunggu pasien (holding), ruang transfer dan ruang loker atau ruang ganti baju dokter dan perawat, nurse

station) zona 3 (area scrub up, ruang pemulihan, ruang penyimpanan

perlengkapan bedah dan anestesi), zona 4 (ruang operasi), area nuklei steril (area pembedahan dibawah aliran udara kebawah). Pada pengamatan mengacu kepada standar kementrian kesehatan tahun 2016 mengenai pedoman teknis bangunan dan prasarana rumah sakit.

1) Pengamatan Zona 1

a) Pintu Masuk dan Keluar Pasien

Pada pengamatan dapat terlihat bahwa pintu masuk dan pintu keluar di Instalasi Ruang Operasi berada bersebelahan dan terpisah. Masing – masing pintu terdiri atas 2 pintu yang hanya dapat dibuka

(8)

kearah dalam untuk pintu masuk dan kearah keluar untuk pintu keluar dengan ukuran lebar masing – masing 1,2 m sehingga untuk ukuran bed pasien masuk atau keluar sangat mudah.

Pintu terbuat dari bahan multiplek dan sudah dilapisi cat anti noda untuk dapat lebih mudah dibersihkan. Pintu tampak belum dilapisi bahan material di pintu untuk tahan benturan terhadap bed pasien yang direkatkan dipintu setinggi ukuran bed pasien. Area didepan pintu masuk dan keluar pasien memiliki akses yang cukup untuk mobilitas bed pasien sehingga menghindari tabrakan saat keluar atau masuk. Dilihat dari kategori keselamatan (safety) baik. kemudahan baik dan kenyamanan baik.

(9)

Tabel 4.2 Kriteria penilaian area pengamatan pintu masuk dan keluar khusus pasien Area Pengamatan Kategori Hasil Observasi Kriteria Penilaian Ya Tidak Pintu Masuk dan Keluar Khusus Pasien Keselamatan (Safety)

1. Tersedia pintu keluar yang mengarah keluar bangunan 2. Tersedia dua pintu keluar 3. Ada tanda untuk darurat

(exit gate)

4. Pintu keluar langsung

√ √ √ √ Baik Kemudahan 1. Bebas tabrakan 2. Tidak licin 3. Terkontrol √ √ √ Baik Kenyamanan dan Kesehatan

1. Cukup terang 2. Pandangan bebas 3. Luasan cukup

4. Terlindung dari cuaca luar 5. Suhu optimal 6. Bebas kebisingan √ √ √ √ √ √ Baik

Pada hasil obervasi dari kategori keselamatan di pintu masuk khusus pasien sudah memenuhi standar dimana sudah memiliki 2 akses pintu keluar dari dalam, kemudian terdapat penunjuk arah evakuasi jika terjadi kondisi gawat darurat, dari segi kemudahan memiliki nilai baik dikarenakan area depan pintu ruang masuk memiliki luasan yang baik, terhindar dari tabrakan dan tidak licin, kemudahan untuk kesehatan dan kenyamanan sudah baik karena memakai pendingin alami dan cahaya alami dan pandangan luas untuk petugas dan pasien yang akan masuk.

(10)

b) Ruang Tunggu Keluarga Pasien

Ruang tunggu keluarga pasien berada tepat didepan pintu masuk khusus pasien. Ruang tunggu berada diruang terbuka di lorong antara Instalasi Ruang Operasi dengan ruang ICU/ICCU. Tempat duduk yang tersedia yaitu 12 kursi yang terbuat dari bahan besi dengan bahan pelapis anti karat. Secara luasan ruang tunggu sangat besar dan dengan penghawaan suhu yang cukup namun terkadang dapat terasa panas, terlindung dari cuaca luar dan terik matahari. Keberadaan ruang tunggu didepan pintu masuk khusus pasien tidak menghalangi dari jalur transportasi bed pasien saat masuk Instalasi Ruang Operasi dikarenakan luasan yang masih sangat besar. Dilihat dari kategori keselamatan (safety) baik. kemudahan baik dan kenyamanan baik.

(11)

Tabel 4.3 Kriteria penilaian area pengamatan ruang tunggu keluarga pasien Area

Pengamatan Kategori

Hasil

Observasi Penilaian Kriteria Ya Tidak Ruang Tunggu Keluarga Pasien Keselamatan (Safety)

1. Tersedia pintu keluar yang mengarah keluar bangunan 2. Tersedia dua pintu keluar 3. Ada tanda untuk darurat (exit

gate)

4. Pintu keluar langsung

√ √ √ √ Baik Kemudahan 1. Bebas tabrakan 2. Tidak licin 3. Terkontrol √ √ √ Baik Kenyamanan dan Kesehatan

1. Cukup terang 2. Pandangan bebas 3. Luasan cukup

4. Terlindung dari cuaca luar 5. Suhu optimal 6. Bebas kebisingan √ √ √ √ √ √ Baik

Pada hasil obervasi dari kategori keselamatan di area tunggu keluarga pasien sudah memenuhi standar dimana sudah memiliki 2 akses pintu keluar dari dalam, kemudian terdapat penunjuk arah evakuasi jika terjadi kondisi gawat darurat, dari segi kemudahan memiliki nilai baik dikarenakan area depan pintu ruang masuk memiliki luasan yang baik, terhindar dari tabrakan dan tidak licin, kemudahan untuk kesehatan dan kenyamanan sudah baik karena memakai pendingin alami dan cahaya alami dan pandangan luas untuk petugas dan pasien yang akan masuk.

(12)

c) Ruang Utilitas Kotor

Ruang utilitas merupakan ruangan tempat alat – alat operasi yang kotor paska digunakan tindakan pembedahan untuk dilakukan pembersihan. Ruangan ini terletak di Instalasi Ruang Operasi area belakang. Alat – alat operasi yang kotor kemudian dibawa melalui koridor kotor kemudian masuk kedalam ruang utilitas kotor untuk dapat dibersihkan terlebih dahulu kemudian dilakukan tindakan sterilisasi. Secara letak area ini sudah sesuai dengan standar dimana harus terletak terpisah dengan komplek ruang operasi dan berada di zona terluar, kemudian untuk mengaksesnya dengan menggunakan jalur koridor kotor sehingga tidak mengkontaminasi area kompleks ruang operasi.

(13)

Tabel 4.4 Kriteria penilaian area pengamatan ruang utilitas kotor Area

Pengamatan Kategori

Hasil

Observasi Penilaian Kriteria Ya Tidak

Ruang Utilitas

Kotor

Keselamatan (Safety)

1. Tersedia pintu keluar yang mengarah keluar bangunan 2. Tersedia dua pintu keluar 3. Ada tanda untuk darurat (exit

gate)

4. Pintu keluar langsung

√ √ √ √ Baik Kemudahan 1. Bebas tabrakan 2. Tidak licin 3. Terkontrol √ √ √ Cukup

Kenyamanan dan Kesehatan 1. Cukup terang

2. Pandangan bebas 3. Luasan cukup

4. Terlindung dari cuaca luar 5. Suhu optimal 6. Bebas kebisingan √ √ √ √ √ √ Cukup

Dapat terlihat bahwa ruang utilitas berada bersebelahan dengan ruangan penyimpanan alat – alat bedah bersih yang selanjutnya dapat disterilkan diruangan disebelahnya. Ukuran pintu masuk kedalam ruang utilitas kotor selebar 80cm, dan ini sudah disesuaikan dengan troli pengangkut alat – alat kotor paska bedah, secara transport untuk masuk kedalam ruang masih cukup baik, karena ruangan ini hanya bersifat satu arah troli sehingga dengan ukuran pintu masuk yang saat ini sudah dapat memadai.

(14)

Pencahayaan di ruangan ini masih cukup kurang walaupun sudah dapat terlihat, namun untuk dapat membersihkan alat yang lebih detail butuh pencahayaan yang lebih terang. Diruangan ini penghawaan suhu tidak begitu nyaman untuk dalam waktu yang lama sehingga dari segi kesehatan dalam jangka panjang dapat suka terganggu. Lantai dan kebersihan tampak terawat dan terkontrol sehingga dari keselamatan masih baik.

Dari kategori keselamatan baik, Kemudahan cukup, kenyamanan cukup. Sistem pembuangan limbah medis cair langsung dibuang melalui spoelhok yang memiliki pipa sendiri untuk kemudian dibuang kedalam tempat sumur penampungan.

d) Gudang Alat Bersih dan CSSD (Ruang Sterilisasi)

Ruang alat bersih dan CSSD terletak bersebelahan dengan ruang utilitas kotor. Area ini berfungsi untuk ruang penyimpanan sementara yang kemudian akan dilakukan proses sterilisasi di ruang CSSD. Dari segi pencahayaan menggunakan cahaya lampu dan pencahayaan alami dari matahari saat siang, untuk penghawaan menggunakan pendingin ruangan, namun saat dirasakan ruangan belum terasa sejuk atau nyaman. Dari segi luasan cukup, namun untuk mobilisasi petugas lebih dari 2 orang sudah terasa penuh didalam ruangan.

(15)

Gambar 4.6 Ruang alat bersih

(16)

Tabel 4.5 Kriteria penilaian area pengamatan ruang penyimpanan alat bersih dan CSSD Area Pengamatan Kategori Hasil Observasi Kriteria Penilaian Ya Tidak Ruang Utilitas Kotor Keselamatan (Safety)

1. Tersedia pintu keluar yang mengarah keluar bangunan 2. Tersedia dua pintu keluar 3. Ada tanda untuk darurat (exit

gate)

4. Pintu keluar langsung

√ √ √ √ Baik Kemudahan 1. Bebas tabrakan 2. Tidak licin 3. Terkontrol √ √ √ Cukup

Kenyamanan dan Kesehatan 1. Cukup terang

2. Pandangan bebas 3. Luasan cukup

4. Terlindung dari cuaca luar 5. Suhu optimal 6. Bebas kebisingan √ √ √ √ √ √ Cukup

Dari hasil observasi dari kategori memiliki nilai cukup dimana di ruangan tersebut belum memilki arah tanda untuk saat darurat kemudian dari segi kemudahan cukup dimana ruangan tersebut memiliki luasan yang kurang memadai pada lorong sehingga tidak dapat dilalui oleh dua orang yang bersebrangan.

Dari segi kenyamanan dan kesehatan bernilai cukup, pada ruangan memakai pencahayaan alami yang cukup, namun pandangan tidak leluasa karena ruangan tertutup, kemudian didalam suhu tidak

(17)

begitu baik karena tidak ada resirkulasi udara pada ruangan dan lama – lama cukup merasa pengap.

2) Pengamatan Zona 2

a) Ruang Istirahat Dokter dan Perawat

Gambar 4.8 Ruang istirahat dokter

(18)

Ruang istirahat perawat berada tepat disebelah ruang dokter, namun ruang perawat tidak memiliki sekat penutup dan ruangan ini tampak terkesan seperti area terbuka antara ruang pantri, loker ganti perawat, pintu masuk khusus staf dan ruang istirahat dokter. Secara pencahayaan sudah cukup, suhu sudah baik karena sudah dilengkapi dengan pendingin udara.

Ruangan ini juga dapat dipakai sebagai mashola untuk melakukan ibadah salat. Luasan ruangan sangat baik sudah sesuai dengan standar dari kementrian kesehatan. Lantai bebahan keramik dengan dinding sudah dilengkapi dengan keramik setinggi tiga perempat dari tinggi dinding diruangan tersebut sehingga mudah untuk dibersihkan. Dari kategori keselamatan cukup, kemudahan cukup dan kenyamanan baik.

Ruang istirahat dokter berada didalam setelah pintu masuk khusus petugas. Didalam ruang istirahat dokter terdapat ruang loker ganti pakaian dan kamar mandi dilengkapi toilet. Ruangan ini memiliki luas ruangan yang cukup nyaman, dilengkapi dengan pendingin ruangan sehingga kenyamanan baik dan dengan pencahayaan yang cukup.

(19)

Tabel 4.6 Kriteria penilaian area pengamatan ruang istirahat dokter dan perawat Area Pengamatan Kategori Hasil Observasi Kriteria Penilaian Ya Tidak Ruang Istirahat Dokter dan Perawat Keselamatan (Safety)

1. Tersedia pintu keluar yang mengarah keluar bangunan 2. Tersedia dua pintu keluar 3. Ada tanda untuk darurat (exit

gate)

4. Pintu keluar langsung

√ √ √ √ Cukup Kemudahan 1. Bebas tabrakan 2. Tidak licin 3. Terkontrol √ √ √ Cukup

Kenyamanan dan Kesehatan 1. Cukup terang

2. Pandangan bebas 3. Luasan cukup

4. Terlindung dari cuaca luar 5. Suhu optimal 6. Bebas kebisingan √ √ √ √ √ √ Baik

Di dalam ruang istirahat terdapat sofa dan meja kemudian kasur berukuran untuk satu orang untuk digunakan sebagai fasilitas istirahat. Saat emergensi ruangan ini memiliki akses pintu yang dapat langsung meangkes keluar dari instalasi ruang operasi. Kondisi lantai terawat dan tidak licin. Sehingga dilihat dari kategori keselamatan baik, kenyamanan baik dan kemudahan baik.

(20)

b) Ruang Loker Dokter dan Perawat

Gambar 4.10 Ruang loker dokter dan perawat

Tabel 4.7 Kriteria penilaian area pengamatan ruang loker dokter dan perawat

Area

Pengamatan Kategori

Hasil

Observasi Penilaian Kriteria Ya Tidak Ruang Loker Dokter dan Perawat Keselamatan (Safety)

1. Tersedia pintu keluar yang mengarah keluar bangunan 2. Tersedia dua pintu keluar 3. Ada tanda untuk darurat (exit

gate)

4. Pintu keluar langsung

√ √ √ √ Cukup Kemudahan 1. Bebas tabrakan 2. Tidak licin 3. Terkontrol √ √ √ Cukup

Kenyamanan dan Kesehatan 1. Cukup terang

2. Pandangan bebas 3. Luasan cukup

4. Terlindung dari cuaca luar 5. Suhu optimal 6. Bebas kebisingan √ √ √ √ √ √ Cukup

(21)

Ruang loker dokter dan perawat terletak terpisah satu sama lainnya, loker dokter berada didalam ruang istirahat dokter dan ruang loker perawat berada di area ruang perawat.

Luasan dari loker cukup untuk ganti 1 orang, kemudian belum dapat dipisahkan antara loker pria dan wanita. Di dalam dilengkapi dengan lemari loker pakaian dan celana, gantungan baju. Pencahayaan cukup, suhu tidak begitu nyaman dan memiliki satu akses pintu.

Dari hasil pengamatan didapatkan segi kenyamanan cukup, keselamatan cukup dan kemudahan cukup.

c) Ruang Pantri Petugas

(22)

Tabel 4.8 Kriteria penilaian area pengamatan ruang pantri petugas Area

Pengamatan Kategori

Hasil

Observasi Penilaian Kriteria Ya Tidak

Ruang Pantri Petugas

Keselamatan (Safety)

1. Tersedia pintu keluar yang mengarah keluar bangunan 2. Tersedia dua pintu keluar 3. Ada tanda untuk darurat (exit

gate)

4. Pintu keluar langsung

√ √ √ √ Cukup Kemudahan 1. Bebas tabrakan 2. Tidak licin 3. Terkontrol √ √ √ Cukup

Kenyamanan dan Kesehatan 1. Cukup terang

2. Pandangan bebas 3. Luasan cukup

4. Terlindung dari cuaca luar 5. Suhu optimal 6. Bebas kebisingan √ √ √ √ √ √ Baik

Ruang pantri petugas berada disebelah ruang perawat dan ruang istirahat dokter. Pantri ini digunakan khusus untuk petugas untuk dapat digunakan sebagai tempat penyimpanan konsumsi, membuat konsumsi dan mencuci perlengkapan makan. Pantri memiliki luasan yang cukup untuk menaruh berbagai perlengkapan didalamnya seperti kulkas, meja dapur dengan tempat cuci, rak penyimpanan perlengkapan konsumsi.

Memiliki pintu yang hanya dapat dilalui satu orang, namun secara fungsi sudah baik. dari kategori keselamatan cukup namun tidak ada akses arah jalur evakuasi, kenyamanan baik dan kemudahan cukup.

(23)

d) Ruang Transfer Pasien

Gambar 4.12 Ruang transfer pasien masuk

(24)

Tabel 4.9 Kriteria penilaian area pengamatan ruang transfer pasien Area

Pengamatan Kategori

Hasil

Observasi Penilaian Kriteria Ya Tidak

Ruang Transfer

Pasien

Keselamatan (Safety)

1. Tersedia pintu keluar yang mengarah keluar bangunan 2. Tersedia dua pintu keluar 3. Ada tanda untuk darurat (exit

gate)

4. Pintu keluar langsung

√ √ √ √ Baik Kemudahan 1. Bebas tabrakan 2. Tidak licin 3. Terkontrol √ √ √ Baik Kenyamanan dan Kesehatan

1. Cukup terang 2. Pandangan bebas 3. Luasan cukup

4. Terlindung dari cuaca luar 5. Suhu optimal 6. Bebas kebisingan √ √ √ √ √ √ Baik

Ruangan transfer merupakan ruangan perpindahan pasien dari bed pasien bangsal ke bed khusus operasi. Di area transfer, pasien yang baru masuk kemudian didata ulang oleh perawat ruang operasi untuk dilakukan kroscek untuk identitas pasien dan rencana tindakan operasi. Ruang transfer pasien berada diantara ruang pendaftaran dengan ruang tunggu (holding) pasien.

Ruang ini memiliki luasan yang cukup. Dengan penghawaan suhu yang sudah baik. Ruang transfer dilengkapi dengan dua pintu besar yang berada di pintu masuk ke instalasi ruang operasi dan dua pintu akses

(25)

masuk kedalam ruang tunggu pasien, namun pada pintu belum dilengkapi dengan sisi bahan khusus untuk tahan terhadap tabrakan bed atau brankar pasien. Lantai berbahan keramik yang terkontrol dan tidak licin dengan tepi dari plint melengkung. Dari segi kemudahan, kenyamanan dan keselamatan baik.

e) Ruang Nurse Station / Monitoring

Gambar 4.14 Ruang nurse station / monitoring

Ruang nurse station berfungsi sebagai tempat perawat untuk melakukan aktivitas keperawatan seperti; menulis status perawatan pasien, pengaturan jadwal tindakan operasi, pengawasan pasien diruang persiapan dan pasien diruangan pemulihan, dan dapat sebagai tempat dokter menulis rekam medis pasien paska operasi.

(26)

Tabel 4.10 Kriteria penilaian area pengamatan ruang nurse station / monitoring

Area

Pengamatan Kategori

Hasil

Observasi Penilaian Kriteria Ya Tidak

Nurse

Station Keselamatan (Safety) 1. Tersedia pintu keluar yang mengarah keluar bangunan 2. Tersedia dua pintu keluar 3. Ada tanda untuk darurat (exit

gate)

4. Pintu keluar langsung

√ √ √ √ Baik Kemudahan 1. Bebas tabrakan 2. Tidak licin 3. Terkontrol √ √ √ Baik Kenyamanan dan Kesehatan

1. Cukup terang 2. Pandangan bebas 3. Luasan cukup

4. Terlindung dari cuaca luar 5. Suhu optimal 6. Bebas kebisingan √ √ √ √ √ √ Baik

Ruang monitoring ini berlokasi baik karena terletak di tengah antara ruang persiapan pasien dan ruang pemulihan, hal ini dapat membantu perawat bekerja lebih efektif dan efisien dalam pengawasan dan perawatan terhadap pasien.

Terdapat meja dan kursi cukup sesuai standar, dilengkapi dengan alat komunikasi telepon, alat trasnpor bahan atau berkas dengan tabung pengirim. Secara luasan sudah cukup, penghawaan dari pendingin ruangan sudah cukup nyaman dengan suhu 220 – 240 C, pencahayaan

(27)

menggunakan cahaya lampu dan alami dari matahari. Pada area ini sudah dilengkapi dengan handscrub.

f) Ruang Penyimpanan Obat dan Alat Kesehetan

Gambar 4.15 Ruang penyimpanan obat dan alkes

Ruang penyimpanan obat dan alat kesehatan sebagai ruang penyimpanan segala obat – obatan dan alat kesehatan untuk kepentingan pembedahan dan anestesi, didalam luasan cukup dengan pencahayaan cukup menggunakan lampu, penghawaan menggunakan pendingin ruangan yang sudah baik, terdapat satu pintu untuk keluar masuk yang dibuka kedalam, lantai dari keramik dengan pinggiran plin melengkung.

(28)

Didalam ruang ini sudah dilengkapi dengan lemari obat dengan rak, kemudian kulkas medis. Dari segi keselamatan dan kemudahan cukup, kenyamanan baik.

Tabel 4.11 Kriteria penilaian area pengamatan ruang penyimpanan obat dan alkes Area Pengamatan Kategori Hasil Observasi Kriteria Penilaian Ya Tidak Ruang Transfer Pasien Keselamatan (Safety)

1. Tersedia pintu keluar yang mengarah keluar bangunan 2. Tersedia dua pintu keluar 3. Ada tanda untuk darurat (exit

gate)

4. Pintu keluar langsung

√ √ √ √ Baik Kemudahan 1. Bebas tabrakan 2. Tidak licin 3. Terkontrol √ √ √ Baik Kenyamanan dan Kesehatan

1. Cukup terang 2. Pandangan bebas 3. Luasan cukup

4. Terlindung dari cuaca luar 5. Suhu optimal 6. Bebas kebisingan √ √ √ √ √ √ Baik

Pada area ruang transfer pasien memiliki penilaian keselamatan baik sudah memenuhi standar, kemudian untuk kategori kemudahan memiliki nilai baik, dan kenyamanan kesehatan memiliki nilai baik. Pada area ini sudah sesuai dengan standar.

(29)

3) Pengamatan Zona 3 a) Ruang Persiapan Pasien

Ruangan persiapan merupakan ruangan yang digunakan oleh petugas untuk mempersiapkan pasien sebelum masuk kedalam ruang operasi, dimana diruangan ini pasien dicek vital sign, pemeriksaan fisik umum dan persiapan lain.

Gambar 4.16 Ruang persiapan pasien

Ruang persiapan berisi beberapa perlengkapan seperti bed pasien khusus operasi, terpisahkan tirai pembatas antar bed pasien, terdapat perlengkapan pemeriksaan vital sign dan pemeriksaan fisik umum seperti stetoskop, tensimeter, termometer dan pengukur saturasi oksigen.

(30)

Tabel 4.12 Kriteria penilaian area pengamatan ruang persiapan pasien Area

Pengamatan Kategori

Hasil

Observasi Penilaian Kriteria Ya Tidak

Ruang Persiapan

Pasien

Keselamatan (Safety)

1. Tersedia pintu keluar yang mengarah keluar bangunan 2. Tersedia dua pintu keluar 3. Ada tanda untuk darurat (exit

gate)

4. Pintu keluar langsung

√ √ √ √ Baik Kemudahan 1. Bebas tabrakan 2. Tidak licin 3. Terkontrol √ √ √ Baik Kenyamanan dan Kesehatan

1. Cukup terang 2. Pandangan bebas 3. Luasan cukup

4. Terlindung dari cuaca luar 5. Suhu optimal 6. Bebas kebisingan √ √ √ √ √ √ Baik

Ruangan ini memiliki lantai dari bahan keramik dengan pinil berbentuk lengkung, kemudian pada dinding tiga perempat sudah dengan keramik sehingga mudah untuk dibersihkan. Pada area persiapan ini dilengkapi dengan instalasi gas medik seperti oksigen dan suction.

Pencahayaan pada ruang ini sudah cukup baik, dan suhu sudah baik dengan suhu terukur 230 - 240C. Ruang persiapan dapat menampung empat bed pasien. Dari segi kategori Kemudahan baik, kenyamanan baik dan keselamatan baik.

(31)

b) Ruang Pemulihan Pasien

Ruang pemulihan merupakan area yang digunakan sebagai tempat pemulihan pasien paska operasi, dimana pada fase ini dimana evaluasi semua tanda vital pasien.

(32)

Tabel 4.13 Kriteria penilaian area pengamatan ruang pemulihan pasien Area

Pengamatan Kategori

Hasil

Observasi Penilaian Kriteria Ya Tidak

Ruang Pemulihan

Pasien

Keselamatan (Safety)

1. Tersedia pintu keluar yang mengarah keluar bangunan 2. Tersedia dua pintu keluar 3. Ada tanda untuk darurat (exit

gate)

4. Pintu keluar langsung

√ √ √ √ Baik Kemudahan 1. Bebas tabrakan 2. Tidak licin 3. Terkontrol √ √ √ Baik Kenyamanan dan Kesehatan

1. Cukup terang 2. Pandangan bebas 3. Luasan cukup

4. Terlindung dari cuaca luar 5. Suhu optimal 6. Bebas kebisingan √ √ √ √ √ √ Baik

Ruangan ini terdapat disisi utara dari kompleks ruang operasi dengan akses pintu masuk dengan dua buah pintu yang dapat dibuka kedalam namun belum dilapisi anti benturan brankar pasien. Didalam ruang pemulihan disediakan empat bed untuk pemulihan pasien dewasa dan satu untuk resusitasi neonatus.

Diantara bed pasien dipisahkan dengan tirai yang dapat dibuka dan tutup. Secara luasan sudah cukup sesuai standar, untuk pencahayaan menggunakan cahaya lampu dan cahaya alami dari matahari yang dapat masuk kedalam ruang pemulihan, penghawaan pada ruang cukup baik

(33)

dengan menggunakan pendingin ruangan sentral dipertahankan dengan suhu 220 – 240C sehingga masih cukup nyaman untuk petugas dan pasien.

Disini sudah dilengkapi dengan gas medic seperti oksigen, dan vakum untuk suction, terdapat alat APAR. Lantai terbuat dari keramik dengan pinggiran batas dengan dinding berbahan plin melengkung. Pada ruang pemulihan sudah tersedia handscrub untuk mencuci tangan sebelum dan setelah tindakan terhadap pasien.

c) Ruang Resusitasi Neonatus

Gambar 4.18 Ruang resusitasi neonatus

Ruang resusitasi neonatus berada di ruang pemulihan utama berada pada bagian paling pojok dari ruangan tersebut. Alat – alat diletakkan di area paling sudut diruang pemulihan pasien paska operasi. Ruangan ini hanya disekat dengan menggunakan korden.

(34)

Gambar 4.19 Resusitasi neonatus di koridor kompleks ruang operasi Tabel 4.14 Kriteria penilaian area pengamatan ruang resusitasi neonatus

Area

Pengamatan Kategori

Hasil

Observasi Penilaian Kriteria Ya Tidak

Ruang Resusitasi

Neonatus

Keselamatan (Safety)

1. Tersedia pintu keluar yang mengarah keluar bangunan 2. Tersedia dua pintu keluar 3. Ada tanda untuk darurat (exit

gate)

4. Pintu keluar langsung

√ √ √ √ Baik Kemudahan 1. Bebas tabrakan 2. Tidak licin 3. Terkontrol √ √ √ Cukup

Kenyamanan dan Kesehatan 1. Cukup terang

2. Pandangan bebas 3. Luasan cukup

4. Terlindung dari cuaca luar 5. Suhu optimal 6. Bebas kebisingan √ √ √ √ √ √ Baik

(35)

Para area resusitasi neonatus terdapat beberapa perlengkapan medis seperti set ressusitasi kit neonatus, tempat tidur resusitasi neonatus yang tersandar, instalasi gas oksigen dan vakum. Luas area ini adalah 2 x 2 m.

Pencahayaan menggunakan lampu dan penghawaan menggunakan AC sentral. Namun pada pengamatan saat terdapat operasi

section cesario kit resusitasi neonatus dibawa masuk kedalam kompleks

ruang operasi yang berada dikoridor kompleks ruang operasi.

Tidak tersedia inkubator didalam ruang resusitasi neonatus seperti yang disyaratkan dalam pedoman kementrian kesehatan tahun 2012. Inkubator hanya terdapat di NICU yang dibawa jika ada neonatus yang beresiko tinggi.

d) Ruang Penyimpanan Alat Steril

(36)

Tabel 4.15 Kriteria penilaian area pengamatan ruang penyimpanan alat steril Area Pengamatan Kategori Hasil Observasi Kriteria Penilaian Ya Tidak Ruang Penyimpanan Alat Steril Keselamatan (Safety)

1. Tersedia pintu keluar yang mengarah keluar bangunan 2. Tersedia dua pintu keluar 3. Ada tanda untuk darurat

(exit gate)

4. Pintu keluar langsung

√ √ √ √ Buruk Kemudahan 1. Bebas tabrakan 2. Tidak licin 3. Terkontrol √ √ √ Cukup

Kenyamanan dan Kesehatan 1. Cukup terang

2. Pandangan bebas 3. Luasan cukup

4. Terlindung dari cuaca luar 5. Suhu optimal 6. Bebas kebisingan √ √ √ √ √ √ Baik

Ruang penyimpanan alat steril berada di dalam kompleks ruang operasi yakni diarea semi steril. Ruangan ini memiliki akses 2 pintu, yakni pintu masuk dan pintu keluar yang berukuran lebar 80 cm dan satu daun pintu, namun pintu masuk justru ditutup lemari rak instrument dikarenakan kapasitas alat yang melebihi rak yang disediakan diawal. Didalam tampak luasan masih kurang, terdapat lemari rak instrument memenuhi di pinggiran dinding, pencahayaan menggunakan lampu, dan penghawaan menggunakan pendingin ruangan yang sudah cukup baik

(37)

e) Koridor Kompleks Ruang Operasi

Gambar 4.21 Koridor kompleks ruang operasi

Tabel 4.16 Kriteria penilaian area pengamatan koridor kompleks ruang operasi

Area

Pengamatan Kategori

Hasil

Observasi Penilaian Kriteria Ya Tidak Koridor Kompleks Ruang Operasi Keselamatan (Safety)

1. Tersedia pintu keluar yang mengarah keluar bangunan 2. Tersedia dua pintu keluar 3. Ada tanda untuk darurat

(exit gate)

4. Pintu keluar langsung

√ √ √ √ Baik Kemudahan 1. Bebas tabrakan 2. Tidak licin 3. Terkontrol √ √ √ Baik Kenyamanan dan Kesehatan

1. Cukup terang 2. Pandangan bebas 3. Luasan cukup

4. Terlindung dari cuaca luar 5. Suhu optimal 6. Bebas kebisingan √ √ √ √ √ √ Baik

(38)

Koridor ruang operasi memiliki 2 akses pintu, satu untuk pintu masuk yang terdapat disisi timur yang bersebelahan dengan ruang persiapan, kemudian pintu keluar yang terletak sisi utara, bersebelahan dengan ruang pemulihan.

Pada koridor kompleks ruang operasi tampak bewarna cerah namun tidak menyilaukan, dinding sudah dicat dengan bahan anti porosif dan mudah untuk dibersihkan, antara dinding tidak memiliki sudut sambungan dan berbentuk melegkung. Pada lantai terbuat dari bahan finil yang sudah dibuat permanen dengan tepi berbentuk melengkung. Lantai finil sangat mudah untuk dibersihkan dan tidak licin.

Pada koridor memiliki pencahayaan lampu yang cukup, penghawaan menggunakan pendingin udara sentral yang hanya ada satu dan mengarah kesegala arah, pada pengamatan tidak terjadi aliran udara menuju keluar kompleks ruang operasi yang digunakan untuk pengendalian infeksi. Pada plafond berbahan gypsum dan tidak dilapisi bahan anti jamur dan porosif sehingga beresiko terdapat kerusakan yang beresiko untuk terjadi tempat pertumbuhan bakteri didalam kompleks ruang operasi.

(39)

f) Ruang Scrub Up / Cuci Tangan

Ruang scrub up terletak diantara ruang operasi unit 1 dan 2, kemudian diantara ruang operasi unit 2 dan 3 kemudian di sebelah ruang operasi 4.

Gambar 4.22 Ruang Scrub Up atau cuci tangan

Set cuci tangan sudah dilengkapi dengan dua keran air, tiga jenis sabun tangan yang keduanya berfungsi dengan menggunakan sistem sensor tangan dan pijakan kaki yang jika didorong keduanya dapat berfungsi, sehingga saat melakukan aseptic tangan tidak menyentuh keran air dan dapat menjaga kesterilan tangan tenaga medis yang akan melakukan operasi.

(40)

Tabel 4.17 Kriteria penilaian area pengamatan ruang scrub up Area

Pengamatan Kategori

Hasil

Observasi Penilaian Kriteria Ya Tidak

Ruang Scrub

Up

Keselamatan (Safety)

1. Tersedia pintu keluar yang mengarah keluar bangunan 2. Tersedia dua pintu keluar 3. Ada tanda untuk darurat

(exit gate)

4. Pintu keluar langsung

√ √ √ √ Baik Kemudahan 1. Bebas tabrakan 2. Tidak licin 3. Terkontrol √ √ √ Baik Kenyamanan 1. Cukup terang 2. Pandangan bebas 3. Luasan cukup

4. Terlindung dari cuaca luar 5. Suhu optimal 6. Bebas kebisingan √ √ √ √ √ √ Baik

Keran air dilengkapi dengan filter ultraviolet untuk anti bakteri dan air berasal langsung dari jalur khusus air bersih. Terdapat tempat sampah medis dan non medis di samping yang belum dilengkapi penutup sehingga beresiko mencemarkan kontaminasi didalam area koridor ruang operasi. Luasan diruang scrub up sudah cukup, pencahayaan menggunakan lampu sudah cukup menerangi dengan minimal bayangan, penghawaan menggunakan udara dingin dari koridor komplek ruang operasi yang masih cukup nyaman

(41)

4) Pengamatan Zona 4 (Ruang Operasi)

Kompleks ruang operasi memeiliki ruangan operasi sebanyak 4 ruang, ruang operasi satu digunakan untuk bedah mata dan bedah minor lainnya yang memiliki luasan 6,3 x 6,3 x 3,4 meter, kemudian ruang operasi dua dan tiga merupakan ruang operasi untuk tindakan bedah umum, obsgyn, THT dengan luasan 7,2 x 6,3 x 3,4 meter.

Ruang operasi empat merupakan ruang operasi terbesar untuk tindakan besar seperti tindakan laparoskopi, tindakan operasi ortopedi dan operasi subspesialistik dengan luasan 7,2 x 7,2 x 3,4meter.

Gambar 4.23 Ruang operasi

Dapat dilihat pada gambar mulai dari pintu berbahan besi alumunium anti karat dan anti korosif. Pada ruang operasi tampak alat – alat tempat instrument berada pada pendan yang tergantung. Namun

(42)

terlihat bahwa tempat sampah medis dan linen masih memakai bentuk ember dengan tanpa tertutup sehingga beresiko mencemari ruang operasi.

a) Komponen Pintu

Tiap ruang operasi memiliki 3 akses pintu yang semuanya bekerja dengan sistem sensor dan dapat dibuka manual apabila terjadi mati lampu. Pintu utama yang paling besar untuk akses pintu masuk pasien operasi berukuran lebar 180 cm.

Pintu kedua yang terletak disamping ruang scrub up untuk petugas medis atau dokter masuk kedalam ruangan setelah melakukan aseptic pada tangan yang masuk dapat menggunakan sensor kaki yang berukuran lebar 90cm.

Pada pintu pertama dan kedua terbuka dengan bergeser, pada pintu ketiga merupakan pintu keluar untuk mengangkut alat – alat dan sampah medis paska operasi untuk menuju koridor kotor yang kemudian mengarah ke ruang utilitas kotor dengan ukuran pintu lebar 90cm. Pada pintu ruang operasi menggunakan bahan besi alumunium tebal dengan lapisan crome anti porosif yang dapat menghindari penempelan kontaminasi pada pintu.

(43)

Gambar 4.24 Pintu utama dan petugas ruang operasi

Gambar 4.25 Pintu menuju koridor kotor

Pada ketiga pintu diruang operasi dilengkapi dengan kaca pengintai yang berfungsi untuk dapat melihat kondisi didalam ruang operasi dan dapat melihat keluar ruang operasi. Komponen pintu pada

(44)

ruang operasi sudah memenuhi standar dari kementrian kesehatan tahun 2016.

b) Komponen Dinding

Gambar 4.26 Dinding ruang operasi

Dinding pada ruang operasi bewarna hijau muda dan tampak tidak menyilaukan. Dinding berbahan cat, anti porosif dan sangat mudah untuk dibersihkan jika terdapat noda sehingga meminimalkan untuk penempelan mikroorganisme. Dinding ruang operasi tidak memiliki sambungan untuk siku – sikunya dan berbentuk melengkung. Pertemuan dinding dengan lantai dan plafond juga berbentuk melengkung sesuai dengan standar.

(45)

c) Komponen Langit - Langit

Gambar 4.27 Langit – langit ruang operasi

Langit - langit diruang operasi berbahan gypsum dengan lapisan caat anti porosif yang mudah dibersihkan, terdapat 6 lampu penerangan yang masing – masing sebesar 318 Lux sehingga untuk penerangan sangat baik, kemudian terdapat 6 buah diffuser air conditioning, terdapat beberapa perlengkapan ruang operasi dipasang dengan menggunakan

pendant yang digantung pada langit – langit dengan sistem putar antara

lain untuk lampu operasi, alat dan obat anastesi dan perlengkapan operasi. Kemudian pada langit – langit juga terdapat lampu ultraviolet. Langit – langit masih tertutup rapat dan tidak berpori.

(46)

d) Komponen Lantai

Lantai di ruang operasi menggunakan bahan vinil anti statik yang terpasang secara permanen. Lantai tidak licin dan mudah sekali untuk dibersihkan. Pada tepi pinggir lantai yang berhubungan dengan dinding berbentuk melengkung dengan ketinggian 15 cm. Pada lantai dengan bahan vinil ini juga tahan terhadap panas api dan tidak menghantarkan listrik.

(47)

e) Kelembaban, Suhu, Pencahayaan dan Kebisingan

Tabel 4.18 Hasil pengukuran kelembaban, suhu, pencahayaan dan kebisingan

Jenis Pengukuran Hasil Pengukuran

Standar Kemnkes Tahun 2016

Kelembaban 70% 40 – 60%

Suhu 23,70C 20 – 240C

Kebisingan 51,4 dBA 45 Dba

Pencahayaan : Ruang Operasi Medan Operasi

348 Lux Min. 200 Lux 18.180 Lux 10.000 – 20.000

Lux Sumber: Data primer dan kementrian kesehatan tahun 2016

Dapat dilihat pada tabel hasil pengukuran diatas didapatkan beberapa hasil pengujian didalam ruang operasi, dari segi kelembaban diruang operasi terukur masih dalam batas standar begitu pula dengan suhu didalam ruang operasi. Pengukuran kelembaban dan suhu diukur saat operasi sedang berlangsung untuk dapat mengukur kenyamanan pengguna.

Pada kebisingan terdapat nilai yang lebih tinggi dari nilai yang dianjurkan yang dapat mengganggu kenyamanan. Pada pencahayaan diruang operasi memiliki hasil pengukuran yang baik dan dirasakan oleh peneliti saat lampu operasi dan lampu ruang operasi dinyalakan pada saat berlangsung operasi masih dalam kondisi nyaman untuk melihat jaringan dan organ bagian yang akan dibedah oleh tenaga medis.

(48)

f) Sistem Ventilasi

Sistem ventilasi pada ruang operasi meliputi tekanan udara dalam ruang operasi, sistem aliran udara dan sistem filterisasi. Pada pengukuran tekanan udara dilakukan didalam ruang operasi yang kemudian dibandingkan dengan tekanan yang berada diluar ruang operasi yakni di koridor kompleks ruang operasi yang berada tepat didepan pintu utama steril ruang operasi untuk masuk pasien.

Tabel 4.19 Hasil pengukuran tekanan udara di kordior dan di ruang operasi

Ruang Pengukuran Tekanan Hasil Pengukuran

Koridor 1013.3 mBar

Ruang Operasi 1013.3 mBar

Sumber: Data primer

Dari hasil pengukuran tekanan udara tidak didapatkan perbedaan antara tekanan dari dalam ruang operasi dengan tekanan udara pada koridor. Hal ini menunjukan bahwa tidak adanya tekanan positif yang seharusnya menjadi standar dalam sistem ventilasi ruang operasi untuk menjaga sterilitas didalam ruang operasi selama digunakan maupun saat tidak digunakan. Tekanan udara didalam ruang operasi seharusnya lebih tinggi dari ruang koridor minimal 10 mBar sehingga tekanan ruang dapat menjadi positif.

Tekanan ruang operasi yang tidak positif akan mempengaruhi distribusi udara yang buruk sehingga didalam ruang operasi akan

(49)

beresiko terjadi kontaminasi bakteri dari luar ruang operasi dan dapat mempengaruhi kesehatan pengguna dalam ruang operasi baik tenaga medis maupun pasien dan dapat meningkatkan SSI selama operasi berlangsung jika pintu ruang operasi terbuka.

Aliran udara diukur pada diffuser non-aspirating yang berada pada langit – langit tepat diatas medan operasi. Pada pengukuran didapatkan angka aliran udara sebesar 0 ftm. Hal ini menunjukan tidak aliran udara laminair yang dianjurkan dalam standar ruang operasi oleh kementrian kesehatan. Kecepatan aliran udara yang menjadi standar adalah 25 – 35 ftm (ASHRAE, 2013).

Tabel 4.20 Hasil angka kuman di udara, lantai dan dinding ruang operasi

Sampel Angka Kuman Kultur

Hasil Standar

Udara 5 cfu/m³ 10 cfu/m³  Pseudomonas aeruginosa : negatif  Streptococcus α-haemolyticus : negatif  Gas gangren : negatif Lantai 0 – 1 cfu/m³ 0 – 5 cfu/m³ Dinding 0 – 1 cfu/m³ 0 – 5 cfu/m³

Sumber: Pengukuran balai laboratorium kesehatan yogyakarta januari 2017

Hasil pengukuran angka kuman diruang operasi diuji oleh Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta pada bulan Januari 2017 menunjukan hasil yang masih dalam standar normal dari kementrian kesehatan tahun 2012. Hal ini menandakan bahwa kondisi didalam

(50)

ruang operasi masih dalam kondisi baik dalam pengendalian kontaminasi sebagai resiko untuk infeksi selama prosedur operasi.

Hasil tersebut memiliki kelemahan dikarenakan pengukuran angka kuman di ruang operasi hanya dilakukan saat tidak ada tindakan operasi yang dimana saat kosong tidak ada faktor paparan petugas, instrumen troli yang keluar dan masuk dari pintu ruang operasi, kelembaban dan suhu aktual.

g) Fasilitas Handhygine

Didalam ruang operasi tidak disediakan handscrub yang ditempelkan didinding dan hanya diletakan ditempat troli dan terkadang tidak tersedia didalam ruang operasi. Tindakan pencucian tangan prinsip steril sudah dilakukan di ruang scrub up yang terletak persis di samping tiap ruang operasi. Untuk petugas medis penata anestesi dan dokter anestesi menggunakan handscone selama prosedur operasi.

h) Fasilitas Pembuangan Limbah

Pada ruang operasi terdapat 3 jenis tempat sampah, antara lain: tempat sampah medis padat (tajam dan non tajam), sampah medis cair dan tempat linen bekas.

(51)

Gambar 4.29 Tempat sampah didalam ruang operasi

Pada gambar diatas terlihat bahwa tempat sampah medis ada yang tertutup dan ada yang masih terbuka tanpa penutup. Tempat sampah medis menggunakan ember yang didalamnya memakai plastic khusus untuk limbah medis. Tempat linen bekas operasi juga berbentuk ember tanpa penutup. Sampah medis benda tajam diletakkan di troli tempat obat – obatan anestesi.

Gambar 4.30 Tempat sampah diluar ruang operasi

Tempat sampah yang terdapat diluar ruang operasi terletak disebelah tempat handwash terdapat 2 jenis yakni tempat sampah non

(52)

medis dan medis. Tempat sampah medis tampak sudah memiliki penutup, namun tempat sampah non medis belum memiliki penutup sehingga mudah mencemari ruang operasi saat pintu terbuka.

i) Penyediaan Air Bersih

Air bersih di RS PKU Muhammadiyah Gamping berasal dari sumur dalam yang berada di area belakang rumah sakit. Air yang diambil dari sumur kemudian masih melewati proses filterisasi dan penyulingan hingga mendapatkan kualitas air yang standar.

Gambar 4.31 Tempat pengolahan air bersih

Pada gambar terlihat bahwa air yang diambil dari sumur kemudian melalui proses penyaringan berkala mulai dari kotoran makro yang dapat disaring menggunakan saringan bertingkat, kemudian setelah itu masuk kedalam filtrasi yang dilengkapi dengan ultraviolet yang dapat menyaring kontaminasi mikroorganiasme dalam ukuran micron.

(53)

Dari hasil pengujian kualitas air di ruang operasi didapatkan hasil yang masih dalam batas normal, dapat dilihat pada lampiran.

2. Hasil Wawancara

Wawancara yang dilakukan pada bulan Februari 2017 dengan manajer pelayanan medik, kepala ruang, perawat, kepala bagian sanitasi, kepala bagian pemeliharaan, petugas kebersihan dan petugas CSSD di instalasi ruang operasi RS PKU Muhammadiyah Gamping didapatkan pendapat secara umum bahwa fisik bangunan instalasi ruang operasi sudah mencukupi selama berlangsung proses pelayanan didalam ruang operasi baik terhadap pasien maupun kepada petugas didalam ruang operasi. Alur pelayanan pasien berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh manajemen.

Pada layanan kebersihan oleh petugas kebersihan merasakan sudah memiliki perlengkapan yang cukup dalam proses pembersihan ruang operasi dan untuk pembersihan dalam ruang operasi sampah medis dan non medis sudah memilki tempat terpisah dan jalur terpisah. Saat paska operasi petugas kebersihan mengambil sampah – sampah didalam ruang operasi dan alat instrumen kotor yang kemudian keluar melalui pintu yang menuju koridor kotor yang kemudian menuju ruang CSSD.

Selama keluar masuk ruangan petugas tidak merasakan perbedaan tekanan udara didalam ruang operasi terhadap ruangan diluar ruangan

(54)

operasi. Perawat – perawat merasakan selama proses pembedahan didalam ruang operasi tidak merasakan ada aliran udara dari langit – langit yang berhembus kearah bawah. Petugas CSSD melakukan sterilisasi alat – alat insrumen operasi didalam ruang CSSD yang terpisah dengan kompleks ruang operasi.

Menurut hasil pemeriksaan uji pengukuran koloni bakteri didalam ruang operasi yang dilakukan oleh laboratorium provinsi DIY, selama tahun 2015 – 2016 memiliki hasil yang baik. kepala sanitasi mengatakan bahwa metode pengambilan sampel didalam ruang operasi dilakukan hanya sesaat dan sekali pada saat ruang operasi belum dipakai atau sudah dibersihkan, area yang menjadi pengambilan sampel udara, lantai adalah di area nukleasi, dan sampel dinding secara acak dan hanya satu lokasi. Menurut keterangan kepala ruang operasi rata – rata pemakaian ruang operasi dalam sehari sekitar 5 – 8 kali pemakaian per hari dengan berbagai jenis tindakan operasi dan dilakukan tindakan sterilisasi pada malam harinya oleh petugas CSSD.

Pada ruang operasi memiliki sistem ventilasi yang buruk dimana terihat dari pengukuran kelembaban yang tinggi dan suhu yang tidak stabil, kemudian diffuser dari langit – langit tidak bekerja sebagaimana mestinya, menurut kepala bagian pemeliharaan bahwa sistem ventilasi di ruang operasi ternyata tidak tersusun dan terpasang sebagaimana

(55)

mestinya, aliran udara yang selama ini masuk keruang operasi tidak melalui HEPA Filter namun langsung berasal dari udara langit – langit yang hanya mengalami pendinginan via pendingin udara namun tidak tersaring, kemudian tidak terdapat lapisan pre filter dan medium filter saat pengecekan di langit – langit ruang operasi.

Hal ini perlu perubahan besar, yakni dengan membongkar total langit – langit ruang operasi kemudian menata kembali sistem ventilasi sesuai standar jika menginginkan ruang operasi yang baik terjada dalam pengendalian infeksi didalamnya.

Secara umum fasilitas yang telah ada dirasakan telah cukup untuk pelaksanaan kegiatan operasi sehari – hari. Tidak adanya pengukuran dan alat yang terpasang untuk pengukuran tekanan udara dan aliran udara menurut manajer pelayanan medik dikarenakan keterbatasan alat yang dimiliki dan belum masuk dalam perencanaan pembiayaan belanja alat dalam ruang operasi dan dalam rencana kemudian akan diusulkan.

Selama ini pihak manajer pelayanan medik tidak mengetahui untuk unsur aliran laminair dan tekanan positif pada ruang operasi akibat dari sistem ventilasi yang buruk, sehingga masukkan dari peneliti akan dimasukkan dalam rencana perbaikan jangka menengah dan panjang. Ruang – ruang yang belum terpenuhi di dalam instalasi ruang operasi akan disesuaikan dengan fungsi dan kebutuhan.

(56)

B. Pembahasan

1. Sistem Zonasi Di Instalasi Ruang Operasi

Pada instalasi ruang operasi di RS PKU Muhammadiyah Gamping menurut hasil observasi peneliti sudah memakai sistem zonasi sesuai dengan Permenkes no 24 tahun 2016 yang membagi menjadi 5 area zonasi

Dari hasil observasi pembagiannya antara lain: zona 1 (ruang pendaftaran, ruang tunggu keluarga pasien, ruang sterilisasi alat dan ruang utilitas kotor), zona 2 (ruang istirahat dokter dan perawat, ruang pantri petugas, ruang tunggu pasien (holding), ruang transfer dan ruang loker atau ruang ganti baju dokter dan perawat, nurse station, ruang farmasi, zona 3 (area scrub up, ruang pemulihan, ruang penyimpanan perlengkapan bedah dan anestesi), zona 4 (ruang operasi), zona 5 area nuklei steril (area pembedahan dibawah aliran udara kebawah).

Pada pembagian sistem zonasi menurut Permenkes no 24 tahun 2016 yang menjadi pembeda dari masing – masing zonasi adalah sistem ventilasinya dimana zona 1 merupakan area normal tanpa menggunakan filter udara, kemudian zona 2 merupakan area steril sedang dengan menggunakan prefilter pada pendingin ruangan. Zona 3 merupakan ruang semi steril yang menggunakan medium filter pada pendingin ruangan

(57)

Zona 4 merupakan area steril tinggi dengan menggunakan pre filter, medium filter kemudian HEPA Filter dan area zonasi 5 merupakan area tempat melakukan procedural opereasi dengan sterilitas tinggi yang dijaga dengan sistem aliran udara laminar yang berasal dari diffuser di langit – langit. Pada prinsip pembagian zonasi selain dari perbedaan dari sistem ventilasi adalah dari arus lalu lintas jalur bersih dan jalur kotor untuk akses masuk dan keluar dari ruang operasi.

Pada area zonasi 1 seperti: ruang pendaftaran, ruang tunggu keluarga pasien, ruang sterilisasi alat dan ruang utilitas kotor pada sistem ventilasinya banyak menggunakan ventilasi alami dan sistem pendingin ruang lokal dengan tanpa filter udara. Pada area ini adalah ruangan kondisi normal tidak perlu ada kondisi yang khusus dalam sistem ventilasinya.

Pada observasi dari segi kategori keselamatan memiliki penilaian yang baik dan sudah memenuhi standar, kemudian dari kategori kemudahan memiliki nilai yang baik terutama karena luasan yang terdapat dari hasil pengukuran sudah sangat memadai sehingga kondisinya bebas tabrakan dan lega.

Pada observasi segi kenyamanan dan kesehatan memiliki nilai cukup, terutama pada area utilitas kotor yang memiliki sistem sirkulasi udara yang belum nyaman dan memiliki tingkat penghawaan yang belum

(58)

cukup untuk melakukan pekerjaan dalam waktu yang lama dan lebih dari satu orang tenaga.

Pada area zona 2 seperti: ruang istirahat dokter dan perawat, ruang pantri petugas, ruang tunggu pasien (holding), ruang transfer dan ruang loker atau ruang ganti baju dokter dan perawat, nurse station dan ruang farmasi. Pada hasil observasi, daerah ini merupakan area yang tertutup dari sirkulasi luar (alami) dan memiliki sirkulasi sendiri dengan menggunakan pendingin ruangan.

Area zona 2 merupakan area dengan steril sedang, dimana kondisi ruang normal dengan menggunakan pre filter pada pendingin ruangan. Pada instalasi ruang operasi area zonasi 2 hanya ruangan loker petugas dan ruang pantry yang tidak memakai sistem prefilter dengan pendingin ruangan. Pada ruang loker pengganti memakai aliran sirkulasi dari ruang istirahat perawat disebelahnya dan pada pantry memakai aliran sirkulasi prefilter dari ruang istirahat perawat yang disebelahnya.

Observasi dari segi kategori keselamatan pada zona 2 memiliki nilai rata – rata baik, kemudian dari segi kemudahan di zona 2 memiliki hasil penilaian cukup dan dari segi kenyamanan dan kesehatan memiliki penilaian baik.

Area zona 3 merupakan area dengan semi steril dengan medium filter pada sirkulasi udara dan pendingin udara. Area zona 3 antara lain:

(59)

area scrub up, ruang pemulihan, ruang penyimpanan perlengkapan bedah dan anestesi, koridor ruang operasi.

Pada zona 3 dari hasil observasi didapatkan sistem ventilasinya menggunakan pendingin udara sentral dengan tanpa medium filter, seperti ruang pemulihan pasien dan resusitasi neonatus tidak ada perbedaan jenis ventilasi dengan ruang nurse station dan ruang persiapan pasien disebelahnya dan memakai jenis ventilasi pre filter.

Pada ruang penyimpanan alat steril, koridor ruang operasi dan area scrub up terletak berbeda dengan ruang zona 3 lainnya dikarenakan kedua area tersebut berada didalam kompleks ruang operasi yang tertutup dan terpisah dengan menggunakan pintu ayun (swing) yang mengarah keluar.

Namun dari hasil observasi pada area koridor, scrub up, dan ruang penyimpanan alat steril tidak menggunakan medium filter pada sirkulasinya. Sehingga tidak terdapat perbedaan dengan ventilasi yang berada di zona 2 seperti ruang nurse station dan ruang persiapan pasien.

Pada hasil observasi dari segi keselamatan pada zona 3 memiliki penilaian yang baik, namun pada ruang penyimpanan alat steril memiliki nilai yang buruk dikarenakan ruangan yang digunakan untuk penyimpanan sudah melebihi kapasitas dari ruang penyimpanan ,

(60)

sehingga jika ada petugas didalamnya sedang dalam kondisi darurat tidak leluasa untuk dapat menyelamatkan diri.

Pada observasi segi kemudahan di zona 3 memiliki penilaian baik, kecuali pada ruang penyimpanan alat steril yang sudah penuh dan tidak leluasa untuk lalu – lintas keluar dan masuk ruangan. Pada segi kenyamanan dan kesehatan zona 3 memiliki penilaian yang baik.

Pada zona 4 yang dimana merupakan area steril tinggi dengan menggunakan pre filter, medium filter dan HEPA Filter pada sistem ventilasi. Zona 4 merupakan ruangan operasi. RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki 4 ruang operasi antara lain: 1 ruang operasi minor, 1 ruang operasi mayor dan 2 ruang operasi general atau umum.

Pada hasil wawancara dengan kepala bagian pemeliharaan RS PKU Muhammadiyah Gamping didapatkan informasi bahwa di ruang operasi saat ini sistem sirkulasi atau ventilasi udara yang masuk kedalam ruang operasi tidak melalui tahap – tahap yang seharusnya. Udara yang masuk kedalam ruang operasi tanpa melalui filterisasi 3 tahap dan masuk hanya melalui pre filter yang terdapat pada pendingin ruangan.

Hal ini merupakan tidak sesuai dengan standar yang di tetapkan kementrian kesehatan. Hasil observasi pada area zona 4 memiliki tingkat keselamatan yang baik, kemudahan yang baik, kenyamanan dan kesehatan yang cukup.

(61)

Pada zona 5 atau area nukleasi dimana merupakan area tempat melakukan prosedur operasi atau meja operasi tempat pasien dilakukan pembedahan. Pada area ini menurut standar harus memiliki aliran udara laminar, namun dari hasil pengukuran kecepatan angin dari diffuser didapatkan hasil pengukuran 0 ftm, hal ini menandakan tidak adanya hembusan udara dari diffuser yang sesuai dengan standar untuk dapat membentuk aliran udara laminar yang membutuhkan kecepatan angin rentang 25 – 35 ftm.

2. Pencahayaan

Pencahayaan yang menjadi standar menurut kementrian kesehatan tahun 2016 adalah dimana pencahayaan ruang operasi adalah minimal 200 lux dan untuk medan operasi adalah 10.000 – 20.000 lux (Kemenkes, 2016). Pencahayaan yang terukur pada ruang operasi pertama hingga ke empat memiliki intensitas pencahayaan lampu yakni 348 lux dan di medan operasi sebesar 18.180 lux, hal ini menunjukan dari segi pencahayaan di ruang operasi RS PKU Muhammadiyah Gamping telah memenuhi standar.

Pencahayaan yang baik dapat menjadi salah satu faktor penting dalam kenyamanan petugas dalam melakukan kegiatan operasi. Tidak adanya sumber cahaya lingkungan dari luar ruangan operasi menjadaikan lampu merupakan pencahayaan utama didalam ruang operasi. Pada

(62)

pencahayaan dimedan operasi harus lebih kontras dibandingkan dengan area diluar medan operasi, dimana hal ini berfungsi untuk meningkatkan konsentrasi operator dan asisten operasi dalam melakukan operasi atau pembedahan terhadap pasien.

3. Kebisingan

Pengukuran yang telah dilakukan didapatkan hasil tingkat kebisingan didalam ruang operasi sebesar 51,4 dBA, sedangkan menurut standar dari kementrian kesehatan tahun 2016 direkomendasikan tingkat kebisingan sebesar maksimal 45 dBA. Hal ini menunjukan hasil pengukuran didalam ruang operasi tingkat kebisingan memiliki hasil lebih tinggi dari yang direkomendasikan. Pada saat pengukuran kebisingan dilakukan saat berlangsungnya operasi, hal ini memiliki beberapa faktor sumber kebisingan antara lain; kebisingan dari alat instrumen, dan dari petugas itu sendiri.

Tingginya kepadatan personel didalam ruang operasi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tingginya tingkat kebisingan pada ruang operasi. Tingkat kebisingan yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan heart rate yang dapat memacu stress petugas medis yang melakukan operasi (Clancy, 2008).

(63)

4. Suhu Ruangan

Suhu yang terukur pada semua ruang operasi adalah 23,70C, pengukuran dilakukan saat ruang operasi dipakai untuk kegiatan operasi. Menurut standar kementrian kesehatan tahun 2016 direkomendasikan suhu ruangan berkisar 19 – 240C. Hal ini menunjukan bahwa suhu ruangan didalam ruang operasi masih dalam standar kementrian kesehatan, namun sudah hampir batas tinggi suhu yang direkomendasikan.

Hal ini kemungkinan dapat dipengaruhi oleh faktor traffic diruang operasi yang tinggi dan jumlah personel yang masuk kedalam ruang operasi selema prosedur operasi berlangsung dimana menyebabkan seringnya pintu ruang operasi terbuka sehingga suhu dalam ruang tidak stabil dan cenderung meningkat. Suhu ruangan didalam ruang operasi berpengaruh pada kenyamanan pengguna ruang operasi baik petugas maupun pasien, kemudian dapat berpengaruh terhadap perkembangan bakteri didalam ruang operasi.

Suhu yang direkomendasikan untuk menekan pertumbuhan bakteri diruang operasi adalah 21+ 30C dan dapat diatur manual oleh petugas kamar operasi yang disesuaikan dengan kenyamanan para petugas. Hal ini dapat berpengaruh terhadap kejadian infeksi pasca operasi pada pasien.

(64)

5. Kelembaban dan Ventilasi

Kelembaban yang diukur pada ruang operasi adalah sebesar 70%, hal ini melebihi dari standar yang telah ditentukan yakni 50 – 60%. Kelembaban merupakan tingkat kandungan air didalam udara. Ketidaksesuaian tingkat kelembaban didalam ruang operasi dapat memicu pertumbuhan bakteri sehingga potensi untuk terjadi infeksi HAIs paska operasi meningkat (Tanggoro, 2000).

Pada pengamatan peneliti didalam ruang operasi untuk pertukaran udara didalam ruang operasi belum konstan, sekitar 3 – 5 kali dalam satu jam baik saat digunakan maupun tidak digunakan, hal ini masih dibawah standar yang direkomendasikan yakni minimal 6 kali saat tidak dipakai dan saat digunakan harus sebanyak 20 kali pergantian udara (Kemenkes, 2016).

Pergantian aliran udara yang baik dapat membuat kondisi suhu diruangan menjadi lebih dingin dan tingkat kelembaban udara akan menurun dan dapat menjaga potensi infeksi didalam ruang operasi untuk tetap rendah dan steril (ASHRAE,2013).

Ventilasi pada ruang operasi adalah tertutup dari ruang luar disekitarnya dan menggunakan air-conditioning sebagai pengaturan sirkulasi. Pada ruang operasi di RS PKU Muhammadiyah Gamping

(65)

sudah memakai air-conditioning dengan dilengkapi HEPA Filter untuk menjaga mikroorganisme bakteri maupun virus tersaring.

Namun dari hasil wawancara dengan kepala bagian pemeliharaan didapatkan data bahwa tidak terdapat pre filter dan medium filter diventilasi, kemudian aliran udara yang masuk kedalam ruang operasi tidak melalui 3 tahap filterisasi (pre filter, medium filter dan HEPA filter) sesuai dengan standar yang ada. Hal ini dapat berhubungan dengan kondisi kelembaban dan suhu didalam ruang operasi yang tidak stabil.

Pada area nukleasi atau area tempat melakukan prosedur pembedahan pasien harus dilengkapi dengan aliran udara laminar, dimana udara berhembus dari diffuser yang berada di langit – langit, namun dari hasil pengukuran kecepatan angina yang keluar dari diffuser memiliki hasil 0 ftm (normal: 25 – 35 ftm) hal ini menyebabkan tidak terjadi aliran udara laminar pada area nukleasi, sehingga beresiko terjadinya kontaminasi pada area tersebut.

Pintu ruang operasi harus senantiasa ditutup untuk mengurangi infiltrasi udara masuk kedalam ruang operasi. Pada pengukuran tekanan udara didalam ruang operasi yang dibandingkan dengan ruangan koridor didapatkan tidak ada selisih tekanan antara koridor dengan ruang operasi, dimana tekanan di kedua ruangan sebesar 1013.3 mBar.

(66)

Dari hasil pengukuran tersebut menunjukan bahwa tidak ada tekanan positif didalam ruang operasi terhadap ruangan – ruangan disekitarnya, hal ini yang menyebabkan dapat terjadinya infiltrasi udara masuk kedalam ruang operasi dari ruangan luar dan dapat beresiko kontaminasi mikroorganisme dari luar ruang operasi (ASHRAE, 2013).

6. Sterilisasi

Instalasi ruang operasi di RS PKU Muhammadiyah Gamping saat ini memiliki fasilitas sterilisasi atau CSSD untuk ruang operasi yang masih dalam satu kompleks namun berbeda ruangan. Ruangan sterilisasi berada di zona 1 atau zona non steril yang terletak di sebelah utilitas kotor. Alat dan sampah medis yang telah habis dipakai untuk operasi kemudian diangkut keluar melalu pintu khusus ke ruang koridor kotor yang dimana pintu terbuka kearah luar yang kemudian mengarah ke utilitas kotor yang kemudian disterilisasi di ruang sterilitas.

Ruang fasilitas sterilisasi dalam satu komplek instalasi ruang operasi dapat menjaga meminimalisir terjadinya infiltrasi bakteri atau spora oleh petugas medis, dikarenakan petugas masih tetap memakai pakaian khusus ruang operasi dalam melakukan tugasnya sehingga hal ini dapat meminimalisir kontaminasi dari luar ruangan saat memakai pakaian luar.

(67)

Pada paska operasi ruang operasi dilakukan sterilisasi setelah pemakaian ruang operasi telah selesai pada hari tersebut. Pemakaian ruang operasi sebanyak rata – rata 5 – 8 kali pemakaian dalam sehari, berdasarkan rekomendasi dari kemenkes adalah maksimal 4 kali pemakaian kemudian dilakukan sterilisasi minimal 8 jam kemudian dapat digunakan keesokan harinya.

Sterilisasi menggunakan lampu ultraviolet sebanyak 3 bohlam masing – masing 30 watt. Pemakaian waktu sterilisasi bervariasi antara 1 – 2 jam. Pada suatu studi didapatkan waktu untuk sterilisasi didalam ruang operasi dengan menggunakan lampu ultraviolet baiknya dalam waktu minimal 2 jam untuk mendapatkan tingkat pengurangan mikroorganisme didalam ruang operasi yang lebih tinggi yakni 75% (Febriyanti, 2013).

7. Evaluasi Sarana Dan Prasarana Dalam Pengendalian Infeksi Pada Ruang Operasi.

Infeksi pada area pembedahan dapat disebabkan oleh faktor kondisi dari lingkungan dan fisik ruangan operasi. Dimana pada suatu studi didapatkan bahwa lingkungan dan fisik ruang operasi yang sesuai standar dapat beresiko terjadinya infeksi pada area pembedahan memiliki presentase sebesar 2,1% dibandingkan dengan ruangan yang resiko terkontaminasi memiliki presentase sebesar 12,9% (Jose, 2016). Bentuk

(68)

dan desain dari ruang operasi yang baik dalam memperhatikan aliran udara dalam ruang operasi seperti sistem ventilasi dan tekanan udara dapat menurunkan resiko kontaminasi selama prosedur operasi (Wahr, 2007).

Sarana dan prasarana yang diperhatikan dalam pengendalian infeksi adalah komponen fisik ruang operasi seperti; dinding, lantai, langit – langit, pintu, kemudian sistem ventilasi, perbedaan tekanan ruang, tingkat kelembaban dan suhu, sistem sterilisasi ruang, tempat sampah, fasilitas handscrub, dan instalasi air bersih.

a. Komponen Fisik Ruang Operasi

Komponen fisik ruang operasi seperti; lantai, dinding, langit – langit, dan pintu. Pada komponen lantai berbahan vinil yang sudah tertanam permanen, permukaan tidak licin dan mudah untuk dibersihkan kemudian pertemuan antara dinding dan lantai sudah memakai plint melengkung setinggi 15 cm.

Pada lantai tidak terdapat pori – pori yang dapat sebagai tempat berkembangnya mikroorganisme. Pada komponen lantai sudah sesuai dengan standar kementrian kesehatan tahun 2016. Komponen dinding diruang operasi sudah berbahan dinding permanen dengan lapisan cat anti porosif dan mudah untuk dibersihkan, pertemuan antara dinding sudah melengkung dan tidak membentuk sudut lancip.

Gambar

Gambar 4.4 Ruang tunggu keluarga pasien
Gambar 4.5 Ruang utilitas kotor
Gambar 4.6 Ruang alat bersih
Tabel 4.5 Kriteria penilaian area pengamatan ruang penyimpanan alat bersih  dan CSSD  Area  Pengamatan  Kategori  Hasil  Observasi  Kriteria  Penilaian  Ya  Tidak  Ruang  Utilitas  Kotor  Keselamatan (Safety)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai wujud tanggung jawab atas kewajiban tersebut, kegiatan pengabdian kepada masyarakat akan diarahkan kepada SMK Methodist 8 Medan, khususnya Program Keahlian

Berdasarkan uraian tabel 6 – 25 di atas, dapat dilihat bahwa Gudang Buku merupakan salah satu tempat penyedia informasi tercetak yang cukup baik karena mendapat penilaian baik

Yayasan Leuser Internasional (YLI) sebagai lembaga pelaksana program AFEP untuk membantu pengelolaan KEL telah melaksanakan berbagai program untuk mendukung

Pengulangan ini dapat dilakukan terhadap kata dasar, kata berimbuhan, maupun kata gabungan.” Berdasarkan konsep-konsep yang telah dikemukakan tersebut, maka dapat

Setelah tahap inisialisasi data yang sesuai dengan akun Gmail dan pembangkitan kunci, user memasukkan plainteks yang akan dikirim pada textbox pesan yang tersedia

Phase Shift Keying (PSK) adalah modulasi yang menyatakan sinyal digital 1 sebagai suatu nilai tegangan tertentu dengan beda fasa tertentu pula (misalnya tegangan

Pada saat audience belum siap untuk memulai acara, MC Pada saat audience belum siap untuk memulai acara, MC dituntut untuk memiliki kemampuan dalam

Inti pembahasan dalam bagian ini adalah ketika berpikir untuk membeli sebuah produk kategori tertentu, bagaimana seorang konsumen memutuskan merek yang mana yang akan dipilih..