• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistematika Kitab Adab al-Dunya wa al-Din

Bab pertama, tentang keutamaan akal. Bab ini tidak terlepas dari teori- teori filsafat kuno, yang menerangkan tentang pentingnya peranan akal dalam kehidupan manusia. Akal merupakan tanda adanya keutamaan-keutamaan pada diri manusia, hal ini bisa terjadi karena satu di antara dua kemungkinan, yaitu karena tabi‟at (alami) ataupun karena diperoleh dengan suatu usaha. Kemudian dalam bab ini ia membandingkan antara akal dan hawa nafsu, serta antara hawa nafsu dengan syahwat.

Bab kedua, tentang akhlak ilmu. Bab ini menjelaskan tentang kemuliaan ilmu dan keutamaannya. Lalu ia menjelaskan rincian tentang sesuatu yang dapat mendukung seseorang dalam memahami dan mempelajari ilmu, yang akan melahirkan sebab-sebab baru yang menghambat manusia dalam memahami ilmu yang hendak diketahui, kemudian bab ini diakhiri dengan merinci tentang akhlak seseorang yang sedang menuntut ilmu dan tentang moral para ulama.

Bab ketiga, tentang akhlak dalam beragama. Dalam bab ini al- Māwardīy berbicara tentang hikmah dari adanya tugas yang dibebankan oleh agama pada manusia serta landasan dalam melaksanakan tugas itu, juga ia berbicara tentang ijtihad serta pokok-pokok agama, kemudian tentang hikmah yang terdapat dalam shalat, puasa, zakat dan haji, juga berbicara tentang manusia dalam melaksanakan ketaatan dan menjauhi maksiat, serta keadaan manusia dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya, kemudian

34

ditutup dengan mengajak untuk mengambil pelajaran dari mereka yang telah tertipu oleh kehidupan duniawi, bahwa kehidupan dunia akan cepat binasa. Untuk itu manusia harus melatih dirinya dalam meninggalkan kenikmatan duniawi.

Bab keempat, tentang akhlak dalam kehidupan dunia. Bab ini diawali dengan bahwa manusia tidak akan terlepas dari pengaruh kehidupan disekitarnya, berdasarkan pada lingkungan sekitarnya ia mendapatkan bagian dari dunia ini. Ada beberapa kaedah umum yang dengan semua kaedah itu akan memberi dampak baik pada keadaan kehidupan dunia berupa agama, pemerintahan, keadilan, keamanan, kesuburan dan harapan. Juga terdapat kaedah-kaedah umum yang dengannya akan memberi dampak baik pada keadaan kehidupan manusia meliputi jiwa yang rapuh, kasih sayang yang universal serta materi yang cukup. Dalam bab ini juga dibahas tentang persaudaraan dan kasih sayang, perbuatan baik serta macam-macamnya, dan pasal inilah yang paling menarik, karena pada pasal ini al- Māwardīymemotivasi manusia untuk bekerja, ia membagi kerja itu menjadi empat bagian, yaitu pertanian, pengkaryaan, perniagaan dan kepemimpinan. Pengkaryaan itu ada tiga macam, yaitu karya dan pikiran, karya dan tenaga (bekerja), dan karya yang memadukan antara tenaga dan pikiran.

Bab kelima, tentang akhlak pribadi. Bab ini membahas tentang pendidikan agama islam berdasarkan pada al-Qur‟an dan Hadist. Akhlak adalah sesuatu yang penting dan suatu keharusan bagi manusia, akhlak ini terdiri dari dua bagian, bagian pertama terdiri dari enam pasal,yaitu pertama

35

tentang menjauhkan diri dari sombong dan takabur, kedua tentang akhlak yang baik, ketiga tentang malu, keempat tentang sikap sopan santun dan marah, kelima tentang kejujuran dan dusta, keenam tentang dengki dan berlomba.

Pada bagian kedua terdiri dari delapan pasal, yaitu pertama tentang berbicara dan diam, kedua tentang bersabar dan sedih, ketiga tentang bermusyawaroh, keempat tentang menyimpan rahasia, kelima tentang bergurau dan tertawa, keenam tentang bertenung (sihir), ketujuh tentang kemanusiaan, dan kedelapan tentang akhlak-akhlak umum dalam hal makan, minum, berpakaian, introspeksi diri, dan sebagainya. Bab ini merupakan gambaran tentang kemurnian islam yang sangat tinggi.

36

BAB IV

DESKRIPSI PEMIKIRAN AL-MĀWARDĪY TENTANG AKHLAK GURU

DALAM KITAB ADAB AL-DUNYA WA AL-DIN

A. Pengertian Akhlak Guru

Akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa arab, yang berarti perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama. Kata akhlak adalah jamak dari kata khulqun atau khuluq yang artinya sama dengan arti akhlak sebagaimana telah disebutkan di atas. Baik kata akhlak atau khuluq kedua- duanya dijumpai pemakaiannya di dalam Al-Qur‟an maupun Al-Hadist (Ardani, 2005:25).

Sedangkan menurut pendekatan terminologi, berikut ini beberapa pakar yang mengemukakan pengetian Akhlak sebagai berikut :

1. Ibnu Miskawih

Bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu (Mustaqim, 2007:2)

2. Imam al-Ghazali

Bahwa akhlak adalah suatu sikap yang mengakar yang darinya lahir sebagai perbuatan yang mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik atau terpuji, baik dari segi akal syara, maka ia disebut akhlak yang baik.

37

Dan jika dia lahir darinya perbuatan tercel, maka sikap tersebut disebut akhlak buruk (Zainudin,dkk, 2005:104)

3. Ahmad Amin

Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak yaitu kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bisa membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakn akahlak atau perilaku. Menurut kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah imbang, sedang kebiasaan merupaka perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya, masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan lebih besar, kekuatan inilah yang bernama akhlak.

Secara umum pengertian guru diartikan sebagai orang yang pekerjaanya (mata pencaharianya) mengajar (Depdikbud, 1990: 330). Kata guru berasal dalam bahasa Indonesia yang berarti orang yang mengajar, dalam bahasa Inggris, dijumpai kata teacher yang artinya pengajar, selain itu juga terdapat kata tutor yang berarti guru pribadi yang mengajar dirumah, mengajar ekstra, yang memberikan les tambahan (Drajat & Effendi, 2014: 117).

Akan tetapi perlu diketahui bahwa mengajar tidak sama dengan mendidik. Mengajar hanya sebatas menuangkan sejumlah bahan pelajaran kapada peserta didik di kelas atau di ruangan tertentu. Sedangkan mendidik adalah suatu usaha yang disengaja untuk membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif-kreatif dan mandiri. Karena itulah mendidik lebih dekat dengan Transfer Of Values. Ruang lingkup

38

kegiatan mendidik lebih luas dari area kegiatan mengajar (Djamarah, 2002: 74).

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru, walaupun kenyataanya masih ada yang dilakukan orang di luar pendidikan. Itulah sebabnya jenis profesi ini paling mudah terkena pencemaran. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan (Usman, 1991: 1-2).

Sejak dulu dan mudah-mudahan sampai sekarang guru menjadi panutan masyarakat. Guru tidak hanya diperlukan oleh para peserta didik di ruang-ruang kelas, tetapi juga diperlukan oleh masyarakat lingkunganya dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang dihadapi masyarakat.

Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila dikelompokan terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam profesi, tugas kemanusiaan dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu

39

pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan–keterampilan pada peserta didik (Usman, 1991: 4).

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para peserta didiknya. Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi peserta didiknya dalam belajar. Bila seorang guru dalam penampilanya sudah tidak dapat menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak akan dapat menanamkan benih pelajarannya itu kepada para peserta didiknya. Para peserta didik akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik (Usman, 1991: 4).

Dalam masyarakat, guru adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak harus di lembaga formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau atau di mushala, di rumah dan sebagainya ) Djamarah, 2000: 31(. Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkunganya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Yakni di depan memberi teladan, di tengah- tengah membangun dan di belakang memberi dorongan dan motivasi. Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa tut wuri handayani.

Kedudukan yang demikian ini sentiasa relevan dengan zaman dan sampai kapanpun diperlukan. Kedudukan seperti itu merupakan penghargaan masyarakat yang tidak kecil artinya bagi para guru, sekaligus merupakan tantangan yang menuntut prestise dan prestasi yang senantiasa terpuji dan

40

teruji dari setiap guru. Bukan saja di depan kelas tidak juga di pagar-pagar sekolah, tetapi juga di tengah-tengah masyarakat.

Semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya, semakin terjamin tercipta dan terbinanya kesiapan dan kehandalan seseorang sebagai manusia pembangunan. Dengan kata lain, potret dan wajah diri bangsa di masa depan tercermin dari potret diri para guru masa kini dan gerak maju dinamik kehidupan bangsa berbanding lurus dengan citra para guru di tengah-tengah masyarakat (Usman, 1991: 5).

Guru memilki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi peserta didiknya dan memperbaiki kualitas mengajarnya (Usman, 1991: 16).

Seorang guru harus menjadi orang spesial, namun lebih baik lagi jika ia menjadi spesial bagi semua peserta didiknya. Namun yang lebih penting lagi adalah bagaiman caranya guru tersebut dapat menularkan kepintaran dan kedewasaanya tersebut pada para peserta didiknya di kelas. Sebab guru adalah jembatan bagi lahirnya anak-anak cerdas dan dewasa dimasa mendatang.

41

Guru adalah pendidik profesional, karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua. Para orang tua tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah, berarti telah menyerahkan anaknya ke sekolah, berarti telah melimpahkan pendidikan anaknya kepada guru. Hal ini mengisyaratkan bahwa mereka tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang guru, karena tidak sembarang orang menjadi guru (Nurdin, 2010: 127). Hal ini senada dengan pengertian guru dalam undang-undang tentang guru dan dosen, bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia didik jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen, 2012: 2).

Jadi akhlak guru adalah ilmu yang berkaitan dengan perilaku seorang pendidik atau guru yang dipandang baik atau buruk berdasarkan akal pikiran.

B. Akhlak Guru Perspektif Al-Māwardīy

Pemikiran al-Māwardīy dalam bidang pendidikan lebih terkonsentrasi dalam masalah akhlak guru. Guru memegang peranan sangat penting, terutama bagaimana guru berhubungan dengan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Keberhasilan pendidikan sebagian besar tergantung pada kualitas seorang guru baik dari segi penguasaan materi pelajaran yang

42

diajarkan maupun cara menyampaikan pelajaran tersebut serta kepribadian yang baik, yakni pribadi yang terpadu antara ucapan dan perbuatanya secara harmonis. Beberapa akhlak guru menurut al-Māwardīy adalah:

1. Tawadlu’ (Rendah Hati)

Bagi seorang guru harus memiliki sikap yang patut dan sesuai bagi dirinya yaitu sikap tawadlu atau rendah hati dan menjahui sikap ujub atau besar kepala. Karena sesungguhnya sikap tawadlu akan menimbulkan rasa senang, sedangkan sikap ujub akan mendatang rasa benci atau kurang disukai orang. Sikap ujub merupakan sikap yang buruk, terlebih bagi seorang guru tidaklah patut memilki sikap ujub karena semua murid akan patuh terhadap guru yang tawadlu‟ (Al-Māwardīy, 2006: 80).

Seandainya seorang guru berfikir dengan benar dan mengamalkan ilmunya tentu baginya tawadlu‟ itu yang utama dan lebih utama lagi baginya untuk menjahui sifat ujub. Ulama salaf mengatakan bahwa seseorang yang takabur terhadap ilmunya dan merasa tinggi, maka Allah akan merendahkanya, dan barang siapa yang tawadlu‟ terhadap ilmunya maka Allah akan mengangkatnya (Al-Māwardīy, 2006: 80).

Diantara sebab ta‟ajubnya seseorang guru adalah memandang semua orang masih berada dilevel sebawahnya dan merasa bahwa dirinyalah yang paling hebat tanpa memandang bahwa orang-orang seatasnya sebenarnya masih banyak (Al-Māwardīy, 2006: 81).Allah SWT berfirman:

43

ٌىْيِهَع ٍىْهِع يِذ ِّمُك َقْىَفَو ُءآشََ ٍَّْي ٍتَجَزَد ُعَفْسَـَ

)

٧٦

(

Artinya : Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang Maha mengetahui. (QS. yusuf: 76(.

Artinya bahwa janganlah seseorang yang berilmu merasa dirinya paling hebat. Ketahuilah sesungguhnya sepandai-pandainya seseorang pasti ada yang lebih pandai dan lebih Maha mengetahui.

Bagi seorang guru hendaknya selalu mengintrospeksi diri akan kekuranganya terhadap ilmu, supaya selamat dari sifat ujub atas ilmu yang dimilikinya. Janganlah selalu memandang orang yang sebawahnya, akan tetapi lihatlah orang-orang yang lebih pandai.

Guru merupakan sebuah profesi yang bermartabat tinggi dalam masyarakat. Dengan martabat yang tinggi dan terkenal seseorang bisa saja disuapi rasa bangga dan tinggi hati. Menurut Ibnu Abbas yang dikutip al- Duwaesy mengatakan, “Setiap kali seorang guru punya kedudukan tinggi, maka sikap ujub akan lebih cepat menyusupi dirinya, kecuali orang yang dijaga oleh Allah dengan taufik-Nya dan ia membuang ambisi berkuasa dari dirinya” (Al-Duweisy, 2010: 85).

Yang dimaksud sikap tawadlu‟ disini bukanlah sikap yang merendahkan diri dihadapan orang lain, karena orang akan meremehkan. Sikap tawadlu‟ disini adalah sikap rendah hati dan merasa sama derajatnya

44

dengan orang lain serta menghargai dan menghormati orang lain. Jika seorang manusia muslim sangat membutuhkan sifat tawadlu‟ ini agar dapat sukses berhubungan dengan Allah dan masyarakat, maka kebutuhan akan sifat ini pada diri seorang guru lebih sangat dibutuhkan. Hal ini karena tugasnya dalam menyampaikan ilmu, mengajar, menasihati, berinteraksi langsung dengan para peserta didik dan kedekatanya dengan mereka. Dengan sikap tawadlu‟, guru akan menghargai peserta didiknya sebagai manusia yang mempunyai potensi untuk berkembang dan melibatkannya dalam proses belajar mengajar.

Lebih lanjut sikap tawadlu‟ akan menjadikan guru bersikap demokratis terhadap peserta didiknya. Pelaksanaan prinsip demokratis di dalam kegiatan KBM dapat diwujudkan dalam bentuk timbal balik antara peserta didik satu dan peserta didik yang lainnya dan antara peserta didik dan guru (Tabrani, 1994: 117). Dalam interaksinya guru akan lebih banyak memberikan motivasi sehingga peserta didik menjadi semangat dan bergairah karena potensi, harga diri, kemauan, karya dan kreatifitasnya merasa dihargai.

Siapapun tidak menyangkal bahwa tanpa motivasi, seseorang tidak akan melakukan kegiatan belajar. Minat tanpa motivasi hanyalah sekadar berminat, tetapi belum tentu berbuat. Misalnya seorang berminat untuk menulis. Minatnya menulis sudah ada tapi belum berbuat, karena belum ada motivasi yang mendorongnya untuk berbuat. Sedangkan motivasi menurut Mc. Donal adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang

45

ditandai dengan munculnya felling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi merupakan faktor menentukan dan berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan, tampak gigih, tidak mau menyerah giat membaca buku untuk meningkatkan prestasinya dalam belajar (Djamarah, 2002: 62).

Biar bagaimanapun juga, jiwa itu tidak akan merasa nyaman dihadapan orang yang sombong, pemaksa dan sewenag-wenang dalam berbuat. Sifat tawadlu‟ adalah lawan dari sifat takabbur. Sifat takabbur adalah sifat yang tercela yang tidak akan mendapatka manfaat apapun bagi pelakunya. Dampak sifat takabur pada guru bagi masyarakat islam adalah:

a. Pengingkaran terhadap kebenaran dan tidak tunduk pada kebenaran tersebut.

b. Terperdaya terhadap ilmu yang dimiliki, padahal ilmu yang dikuasai tersebut sangatlah sedikit.

c. Enggan lebih mendalami ilmu pengetahuan karena merasa dirinya telah mengetahui dan memahami segala sesuatu (Al-Syalhub, 2006: 28).

Seorang guru yang sombong tidak akan mampu mencapai tujuan pendidikan dengan ketakaburanya ia juga tidak akan dapat mengetahui sejauh mana hasil yang telah dicapainya. Hal itu disebabkan dirinya jauh

46

dari para peserta didiknya. Padahal dengan pendekatan tersebut, ia dapat mengetahui problem dan permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi mereka dan hal-hal apa saja yang menghambat tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana yang telah digariskan. Mereka juga tidak akan mau menceritakan perasaan dan permasalahan yang sedang mereka hadapi. Hal inilah yang menyebabkan faedah yang mereka dapat dari guru seperti ini sangatlah sedikit.

2. Mengamalkan Ilmunya

Seorang guru merupakan suri tauladan yang baik bagi peserta didiknya. Oleh karena itu guru harus bisa mengamalkan ilmunya, ilmu yang didapatkan ataupun ilmu yang disampaikan. Jadi perbuatan guru harus sesuai dengan ucapannya. Ini adalah salah satu tanda dari seorang guru yang menjadi suri tauladan peserta didiknya (Al-Māwardīy, 2006: 84). Sehingga apa yang diperintahkan kepada muridnya akan sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh guru terlebih dulu.

Guru merupakan sorotan peserta didiknya bagaimana gerakanya selalu dipantau, peserta didik cenderung untuk meniru tingkah laku guru, baik ucapan maupun tindakan. Ada pepatah mengatakan guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Ini mengisyaratkan adanya sifat peserta didik yang menirukan sifat guru dengan bentuk yang lebih parah.

Kemudian bagi guru supaya tidak mengatakan apa yang tidak pernah dilakukan serta tidak memerintahkan apa yang tidak pernah

47

dilakukan. Jika sampai mengatakan apa yang tidak pernah dilakukan maka hal ini termasuk tipu daya dan jika memerintahkan apa yang belum pernah dilakukan maka hal ini sama saja dengan membujuk. Bahkan jika sampai terjadi demikian maka, akan menyebabkan perintahnya tidak dianggap dan tidak dihiraukan serta justru peserta didik melakukan apa yang dicegah (Al-Māwardīy, 2006: 86).

Seorang guru adalah orang pertama yang harus menegakan manhaj dalam kehidupan keseharian. Sebab guru adalah sosok panutan yang akan diikuti. Para peserta didik akan menirukan perilaku moral darinya. Begitu pula dengan sopan santun dan ilmu pengetahuan. Tidak ada manfaat apapun yang dapat diambil dari seorang guru yang ucapanya berlawanan dengan apa yang ia kerjakan. Ketidakkonsistenan sikap guru seperti itu, jika dilihat seorang peserta didik hanya akan menimbulkan kebingungan besar baginya (Al-Syalhub, 2006:13). Allah berfirman:

ّ ٌَىُهَعْفَت َلَ اَي ٌَىُنىُمَت َىِن اْىَُُياَء ٍَْيِرَّنا اَهُّيَؤَي

(

٢

(

ٌَْا ِالله َدُِْع ًاتْمَي َسُبَك

ّ ٌَىُهَعْفَت َلَ اَي اىُنىُمَت

(

۳

)

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan ( QS. ash- Shaff :2-3).

Kontradiksi antara ucapan dan perbuatan, lahir dan batin, semua itu merupakan masalah terbesar generasi masa kini. Semua itu adalah pohon-

48

pohon dari biji busuk yang satu, yaitu ilmu yang tidak diamalkan. Sementara yang diharapkan dari seorang guru adalah peranan aktif untuk menghilangkan biji busuk, yakni dengan mengamalkan ilmu-ilmunya.

Wasiat Imam syafi‟i kepada Khalifah Harun ar-Rasyid yang dikutip oleh al-Duwaesy, “Mulailah dalam mendidik anak-anak Amirul Mu‟minin dengan mendidik dirimu sendiri. Karena mata mereka tertambat kepada matamu. Baik, menurut mereka adalah apa yang kamu anggap baik. Dan buruk adalah apa yang kamu benci” (Al-Duweisy, 2010: 70).

Secara keseluruhan guru adalah figur yang menarik perhatian semua orang, entah dalam keluarga, masyarakat atau di sekolah. Tidak ada seorangpun yang tidak mengenal figur guru. Apapun istilah yang dikedepankan tentang figur guru, yang pasti semua itu merupakan penghargaan yang diberikan terhadap jasa guru yang banyak mendidik umat manusia dari dulu hingga sekarang. Manusia melihat figur guru sebagai manusia serba bisa tanpa cela dan nista. Mereka melihat guru sebagai figur yang kharismatik. Kemuliaan seorang guru tercermin dari kepribadian sebagai manifestasi dari sikap dan perilaku dari kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sedikit cela dan nista dari pribadi guru, maka masyarakat akan mencaci makinya habis-habisan dan hilanglah wibawa guru (Djamarah, 2002: 70).

Bagi guru lebih utama untuk selalu mengamalkan ilmu yang didapatnya, sedang orang yang masih bodoh lebih diutamakan ilmunya.

49

Artinya orang yang masih belum bisa lebih diutamakan untuk terus dan selalu menuntut ilmu sedang guru diutamakan untuk mengamalkan ilmunya sekaligus sebagai contoh bagi peserta didiknya (Al-Māwardīy, 2006: 87).

Bila guru telah mampu menyesuaikan antara perkataan dan perbuatan, tenti ia akan mempunyai kepribadian yang menimbulkan rasa percaya bagi peserta didiknya. Bahkan bisa menimbulkan kekaguman dalam diri peserta didik. Inilah sesungguhnya yang membuat peserta didik

Dokumen terkait