• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan ini dituangkan ke dalam beberapa bab, dan masing-masing dijabarkan ke dalam sub-sub bab. Dan selengkapnya disusun seperti bab pertama yaitu pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistimatika penulisan. Kemudian bab kedua berisi tentang landasan teori yang meliputi tentang pengertian analisis pembinaan mental rohani Islam.

Kemudian bab ketiga yaitu gambaran umum tentang Bintaldam Jaya/Jayakarta yang menjelaskan tentang yang meliputi tentang sejarah dan latar belakang, visi dan misi, organisasi dan pengelolaan, program dan sarana berserta prasarana bintaldam Jaya/Jayakarta. Kemudian bab keempat yaitu temuan dan analisis penelitian yang meliputi subyek penelitian, program pembinaan mental rohani Islam, dan analisis pembinaan mental rohani Islam di TNI AD Kodam Jaya/Jayakarta. Kemudian diakhiri dengan kesimpulan dan saran.

23

LANDASAN TEORI

A.Analisis

Pada bab dua ini, penulis akan menjelasan tentang beberapa teori yang mencakup skripsi penulis. Awal penulisan bab dua ini akan membahas tentang pengertian analisis. Dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, dijelaskan bahwa analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkara dan sebagainya)1. Pengertian analisis dari “Kamus Lengkap Psikologi” adalah proses mengurangi kekompleksan suatu gejala yang rumit sampai pada pembahasan bagian-bagian paling elementer atau bagian-bagian paling sederhana.2

Salah satu bentuk analisis adalah merangkum sejumlah data. Besar data yang masih mentah menjadi informasi yang dapat diinterpretasikan. Kategorisasi atau pemisahan dari komponen-komponen atau bagian-bagian yang relevan dari seperangkat data juga merupakan bentuk dari analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua bentuk analisis berusaha menggambarkan pola-pola secara konsisten dalam data sehingga hasilnya dapat dipelajari dan diterjemahkan dengan cara yang singkat dan penuh arti. Nasution menyatakan bahwa “melakukan analisis adalah pekerjaan sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Basar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005). Cet Ke-3, h.43.

2

J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: PT. RajaGofindo Persada, 2004). Cet Ke-9,h. 43.

tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama diklarifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda”.3

Maka dari itu, pentingnya analisis dalam sebuah penelitian membantu peneliti menemukan permasalahan yang diteliti apabila dilakukan analisis dalam penelitian tersebut. Masalah yang telah dipilih sebaiknya dianalisis terlebih dahulu. Agar hasil penelitian dapat dilakukan dengan baik, dari segi proses ataupun tujuannya. Di bawah ini akan dijelaskan bahwa analisis dapat dilihat dalam perspektif substansi, teori dan metode, juga proses penelitian dan manfaat penelitian. Di samping itu, agar hasil penelitian benar-benar berarti dan bermakna(fungsional) sesuai dengan jenis dan tujuan penelitian itu sendiri. 4

Pertama, analisis substansi masalah itu sendiri. Masalah yang dipilih memiliki alasan akademis dalam arti termasuk bidang keilmuan apa; misalnya sosiologi, antropologi, filologi, manajemen, teologi dan sebagainya. Dengan mengetahui kedudukan masalah dalam konteks keilmuan yang ada, peneliti dapat menelusuri dan mendalami permasalahan itu dan menempatkannya dalam dalam pokok bahasan atau sub pokok bahasan bidang ilmu tersebut. Dengan cara ini, peneliti dengan mantap memiliki pangkal tolak dan sudut pandang keilmuan yang ada. Kerlinger, dalam hal ini mengatakan: “Jika hendak memecahkan suatu masalah, kita harus secara umum mengetahui apa masalahanya”. Analisis substansi masalah penelitian, dengan demikian, dapat memantapkan kedudukan kepakaran peneliti sesuai dengan bidang keilmuan yang menjadi kosentrasi dan

3

. Prof. Dr. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: ALFABETA, 2005), h. 88.

4

Iman Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: PT. Rosda Karya, 2001), h. 44.

keahliannya. Dengan melakukan penelitian untuk tesis, misalnya seorang peneliti akan memiliki keahlian dalam masalah yang diteliti.5

Kedua, analisis teori dan metode. Masalah yang dipilih sebaiknya dapat dicari rujukan kepustakaan, perspektif teoritik, dan metodenya. Dengan mempertimbangkan ini dapat ditelusuri kajian kepustakaan baik berupa buku jurnal, maupun hasil penelitian terdahulu, peneliti akan semakin tajam dan terarah dalam memfokuskan penelitiannya. Prespektif teoritik bermanfaat bagi peneliti agar penelitian yang dilakukan memiliki starting point dan point of view yang jelas sehingga peneliti akan semakin peka dan kritik dalam mencermati setiap fenomena.

Ketiga, analisis institusional. Jenis, bobot dan tujuan penelitian hendaknya disesuaikan dengan institusi di mana peneliti mempersembahkan penelitiannya. Penelitian untuk persyaratan memperoleh gelar akademik tentu berbeda dengan penelitian pesanan atau penelitian tindakan (action research). Penelitian untuk skripsi tentu memiliki kualifikasi yang berbeda dengan tesis atau disertasi. Perbedaan bisa terletak pada substansinya, seperti pendalaman keluasan, keaslian, kejelasan, keutuhan masalah yang diangkat; atau pada metodologinya seperti perspektif teoritik dan analisisnya; maupun pada teknik penulisan dan pelaporannya.

Keempat, analisis metodologis. Masalah yang diangkat hendaklah terjangkau, baik dari aspek metode pengumpulan data maupun datanya itu sendiri. Penelitian yang melibatkan para elite biasanya lebih sulit dilakukan daripada masyarakat awam. Itulah sebabnya penelitian teentang elite, baik di bidang

5

politik, ekonomi maupun agama, lebih sedikit jumlahnya. Penelitian tentang keuangan biasanya juga lebih sedikit karena datanya sulit dicari.

Kelima, masalah yang diangkat hendaklah aktual di samping berarti dan bermakna. Peneliti hendaklah menghindari masalah-masalah yang sudah diteliti. Masalah-masalah yang sepertinya menarik tetapi tidak fungsional, baik bagi peneliti, institusi, masyarakat maupun pengembangan ilmu sebaiknya ditinggalkan. Penelitian tentang peranan Kiai dalam pembinaan masyarakat atau penelitian tentang pengaruh wanita karier terhadap keharmonisan keluarga, misalnya, sudah terasa jenuh.6

Jika melihat tentang defenisi analisis di atas, dapat dipahami bahwa analisis merupakan gambaran suatu objek dalam rangka menentukan kualitas agar dipahami dari keseluruhan objek tersebut. analisis juga menjadi bagian dari teori judul skripsi penulis dan beberapa teori lainyya. Dibawah ini penulis akan membahas tentang pembinaan mental rohani Islam

B.Pembinaan Mental Rohani Islam

1. Pengertian Pembinaan

Pembinaan berasal dari kata bahasa Arab yaitu “banaa, yabnaa, banaaun” yang artinya membangun, memperbaiki. 7 Dari Kamus Bahasa Indonesia pembinaan adalah proses, cara, perbuatan membina, pembaharuan, penyempurnaan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk

6

Suprayogo, Metodologi Penelitian, h. 45.

7

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Yayasan Penafsiran Al-Qur`an, 1973), h. 73.

memperoleh hasil yang lebih baik.8 Pembinaan pun memiliki pengertian dari terjemahan bahasa Inggris yaitu training, yang berarti latihan, pendidikan dan pembinaan. Secara istilah, pembinaan adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya, untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada serta mendapatkan pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup yang sedang dijalani secara lebih efektif.9

Pembinaan merupakan salah satu cabang ilmu penerapan dari ilmu jiwa yaitu psikologi pembinaan. Cabang ini berusaha memanfaatkan pengetahuan jiwa dalam peletakkan program-program pembinaan yang bermacam-macam, yang mencakup; program pengarahan dan pembinaan jiwa, pendidikan, kerja dan keluarga. Tepatnya, berusaha membantu para individu mengenal problem yang mengahadang mereka, dan cara mengantisipasi problem tersebut untuk membantu mereka beradaptasi dan merealisasikan pertumbuhan yang baik.10

Teori di atas menunjukkan bahwa pembinaan menjadi cabang dari ilmu psikologi karena berhubungan dengan keselarasan jiwa dan hasil yang dicapai dari pembelajaran untuk membentuk diri, tergantung yang dipelajari atau yang diajakan. mengapa demikian? Karena telah dijelaskan bahwa pembinaan merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang bergerak dengan menumbuhkan kesadaran seseorang untuk berkarya.

8

“Definisi Bina” artikel ini diakses pada jam 16.50 WIB tanggal 21 Mei 2012 dari http://m.artikata.com/arti-321952-Bina.html

9

Mangunharadja, Pembinaan Arti dan Metodenya (Yogyakarta: Kanisius, 1986), h.11- 12.

10

Imad Abdurrahim Az-Zaghul, Psikologi Militer. Penerjemah Ahmad Rivai Usman (Jakarta: Khalifa, 2004), h. 23.

Hasil karya yang mereka dapatkan sesuai dengan pendidikan yang didapat, pekerjaan yang mengasilkan sebuah peningkatan positif sesuai dengan dengan profesinya, atau keharmonisan dalam berkeluarga. Ibu Zakiah Daradjat pun memberikan pengertian pembinaan, menurut beliau Pembinaan merupakan upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh, selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta prakarsa sendiri, menambah, meningkatkan dan mengembangkan ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusia yang optimal dan pribadi yang mandiri.11

Pembinaan secara terminologi adalah suatu upaya, usaha kegiatan yang terus menerus untuk mempelajari, meningkatkan, menyempurnakan, mengarahkan, mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar sasaran pembinaan mampu menghayati dan mengamalkan ajaran (Islam) sebagai pola kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun kehidupan sosial masyarakat.12

Upaya membentuk seseorang untuk lebih baik adalah terapan yang dikemukakan oleh beberapa ahli dan banyak diaplikasikan oleh berbagai lembaga pendidikan atau binaan sesuai dengan metode yang berhubungan dengan subjek tersebut. dan ternyata ada kaitannya kata bina dengan bimbingan.

11

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979).

12

Proyek Penerangan Bimbingan Khutbah Dakwah Agama, Pembinaan Rohani pada Dharma Wanita, DEPAG, 1984,h. 8.

Pembinaan hampir sama dengan bimbingan. Bimbingan secara harfiah dapat diartikan sebagai memajukan, memberi jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan masa mendatang.13

Di sini penulis akan melihat persamaan yang sama dari kata pembinaan dan bimbingan. Bimbingan secara bahasa merupakan terjemahan dari kata guidance yang berasal dari kata kerja to guide yang berarti “menunjukan”, memberi jalan, atau menuntun orang lain ke arah yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan masa yang akan datang.14 Di bawah ini akan dipaparkan beberapa pengertian yang lebih jelas dari para ahli.

Menurut Prayitno, bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada orang lain, baik secara perorangan (individu) maupun secara kelompok agar mereka dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri, yaitu mengenal diri sendiri dan lingkunganya, menerima diri sendiri dan lingkunganya secara positif dan dinamis, mengambil keputusan diri sendiri, mengarahkan diri sendiri dan mewujudkan diri sendiri.

Sebagaimana yang dikutip dari John M. Brewer, ahli guidance and counceling dari Amerika Serikat, memandang bahwa pendidikan itu sebenarnya merupakan pekerjaan mendidik, yaitu pendidikan yang baik (good education), karena anak didik/anak bimbing adalah makhluk yang mendambakan kehidupan masa datang yang lebih baik. 15

13

HM. Arifin, Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1985). Cet. Ke-4, h. 18.

14M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Penyuluhan Agama (Jakarta: PT Golden Terayon Press). Cet. Ke-1,h. 1.

15

Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung: Pustaka Setia, 1998). Cet. Ke-1, h. 72.

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian yang bijaksana. Bantuan itu berdasarkan atas prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri urusan orang lain. Kemampuan membuat pilihan seperti itu tidak diturunkan (diwarisi), tetapi harus dikembangkan. 16 Menurut Bimo Walgito mengatakan bimbingan adalah “pemberian bantuan dan pertolongan kepada individu atau kelompok individu dalam mengatasi segala permasalahan yang dihadapi agar individu atau kelompok individu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.17

Sedangkan pembinaan merupakan suatu tujuan untuk merubah pola hidup manusia dengan membangun, mengembangkan kemampuan untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Di dalam buku berjudul “Pokok-Pokok Pikiran Tentang Agama” juga di sebutkan bahwa pembinaan hampir sama juga dengan bimbingan dan penyuluhan. Bimbingan secara harfiah dapat diartikan sebagai memajukan, memberi jalan atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan masa mendatang.18

Dapat disimpulkan dari beberapa pengertian pendapat orang-orang di atas tentang pembinaan yang berhubungkan dengan pengertian bimbingan, yaitu mengarahkan seseorang terhadap sesuatu yang lebih baik.

16

Prayitno, dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2004). Cet. Ke-2, h. 95.

17

Bimo Walgito, Bimbingan Penyuluhan di Sekolah (Yogyakarta: Andi Offset, 1993), Cet. Ke-2, h. 4.

18Hamdani Jabir, “Model Pembinaan Mental Terhadap Gelandangan dan Pengemis Di

Panti Sosial Bina Karya Pangudi Luhur Bekasi, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011), h. 19.

2. Pengertian Mental

Setelah membahas tentang apa itu pembinaan dan bagaimana korelasi antara pembinaan dengan bimbingan serta penyuluhan, di bawah ini penulis akan membahas tentang pengertian mental dan bagiannya.

Menurut Notosoedirjo dan Latipun, kata mental diambil dari Bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahasa Latin yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Istilah mental hygiene dimaknai sebagai kesehatan mental atau jiwa yang dinamis bukan statis karena menunjukkan adanya usaha peningkatan.19 Pada istilah lain, H.M Arifin menyatakan bahwa, “arti mental adalah sesuatu kekuatan yang abstrak (tidak tampak) serta tidak dapat dilihat oleh pancaindra tentang wujud dan zatnya, melainkan yang tampak adalah hanya gejalanya saja dan gejala inilah yang mungkin dapat dijadikan sasaran penyediaan ilmu jiwa atau lainnya.20

Kata mental berasal dari “Kamus Besar Bahasa Indonesia” yang berarti bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga, bukan hanya pembangunan fisik yang diperhatikan, melainkan juga pembangunan batin dan watak.21

Pengertian lain juga menyebutkan, mental juga diartikan sebagai kepribadian yang merupakan kebulatan yang dinamik yang dimiliki seseorang yang tercermin dalam sikap dan perbuatan atau terlihat dari psikomotornya. Dalam ilmu psikiatri dan psikoterapi, kata mental sering digunakan sebagai ganti

19Riana Amelia, “Metode Bimbingan Mental Spiritual Terhadap Penyandang Masalah

Tuna Susila di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya Jakarta” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011), h. 21.

20

Ibid., h. 22.

21

Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:T.pn., t.t.), h.733.

dari kata personality (kepribadian) yang berarti bahwa mental adalah semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap (attitude) dan perasaan yang dalam keseluruhan dan kebulatannya akan menentukan corak laku, cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan, mengecewakan atau menggembirakan, menyenangkan dan sebagainya.22 Para ahli dalam bidang perawatan jiwa, dalam permasalahan mental telah membagi manusia menjadi dua golongan besar yaitu (1) golongan yang sehat mentalnya dan (2) golongan yang idak sehat mentalnya.

a. Golongan yang sehat mentalnya

Kartini Kartono juga mengemukakan bahwa orang yang memiliki mental yang sehat adalah yang memiliki sifat-sifat yang khas antara lain: mempunyai kemampuan bertindak secara efisien, memiliki tujuan hidup yang jelas, memiliki konsep diri yang sehat, memiliki koordinasi antara segenap potensi dengan saha- usahanya, memiliki regulasi diri dan integrasi kepribadian dan memiliki batin yang tenang. Disamping itu juga kesehatan mental tidak hanya terhindarnya diri dari gangguan batin saja, tetapi juga posisi pribadinya seimbang dan baik, selaras dengan dunia luar, dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungannya.23

Menurut Dr. Jalaluddin dalam bukunya “Psikologi Agama” dikatakan bahwa“ kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara

22

”Pengertian Pembinaan Mental,” artikel ini di akses pada jam 22.29 tanggal 5 Juli 2011 dari situs http://www.masbied.com/2009/12/24/pengertian-pembinaan-mental/

23

resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan)”. 24

Zakiah Daradjat mendefenisikan bahwa mental yang sehat adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri terhadap individu dengan dirinya sendiri dan lingkungannya berdasarkan keimanan dan ketakwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat. Jika mental sehat dapat dicapai, maka individu memiliki hubungan, penyesuaian dan identifikasi positif terhadap orang lain. dalam hal ini, individu belajar menerima tanggung jawab, menjadi mandiri dan mencapai integrasi tingkah laku.25

b. Golongan yang kurang sehat mentalnya

Golongan yang kurang sehat adalah orang yang merasa terganggu ketentraman hatinya. Adanya abnormalitas mental ini biasanya disebabkan karena ketidakmampuan individu dalam menghadapi kenyataan hidup, sehingga muncul konflik mental dalam dirinya. Gejala-gejala umum yang kurang sehat mentalnya, yakni dapat dilihat dari beberapa segi, antara lain perasaan, pikiran dan kelakuannya.26 Dapat dipahami bahwa mental merupakan bagian dari diri manusia yang tercermin dalam bentuk perilaku dan terbentuk dari lingkungan yang ia tempati, serta menciptakan efek tertentu sesuai pengaruh lingkungan sekitar.

Kesehatan mental adalah tujuan yang dicapai bagi orang yang memiliki kepribadian yang normal, terkadang kepribadian yang normal pun belum mampu

24

Pengertian Pembinaan Mental,http://www.masbied.com/2009/12/24/pengertian-

pembinaan-mental/

25

Pengertian Pembinaan Mental,http://www.masbied.com/2009/12/24/pengertian-

pembinaan-mental/

26Pengertian Pembinaan Mental,http://www.masbied.com/2009/12/24/pengertian-

memiliki mental yang sehat di mata orang yang mengetahui apa itu mental yang sebenarnya.27

Maka dari itu penulis mengemukakan tentang kesehatan mental sebagai informasi sematam yang terkait dengan pembentukan mental. Kesehatan mental merupakan tuntutan yang perlu di miliki oleh manusia karena mental yang sehat dapat mempengaruhi kondisi jiwa dan sosial yang baik. Kesehatan mental pun di jelaskan dalam buku “Kesehatan Mental 1”, yaitu sebagaimana yang telah dijelaskan dari Alexander bahwa “Ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang mengembangkan dan menerapkan seperangkat prinsip yang praktis dan bertujuan untuk mencapai dan memelihara kesejahteraan psikologis organisme manusia dan mencagah gangguan mental serta ketidakmampuan menyesuaikan diri”28.

Dapat dipahami bahwa mental adalah gambaran kepribadian manusia yang tergambar dari psikomotorik, sifat dan karakter yang di aplikasikan oleh seseorang dalam hidup dan lingkungan sekitarnya. Untuk membangun mental yang sehat, maka mental dibina agar terwujudnya keselarasan antara fungsi kejiwaan dan terwujudnya penyesuaian diri terhadap individu dengan dirinya sendiri, serta lingkungannya berdasarkan keimanan dan ketakwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia.

Pembinaan mental yang efektif dilakukan dengan memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina. Pembinaan mental yang dilakukan meliputi pembinaan moral, pembentukan sikap dan mental yang pada umumnya dilakukan sejak dini. Pembinaan mental merupakan salah satu cara untuk membentuk akhlak

27

Imad Abdurrahim Az-Zaghul, Psikologi Militer. Penerjemah Ahmad Rivai Usman, (Jakarta: Khalifa, 2004), h. 23.

28 Yustinus Semiun, Kesehatan Mental (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2010). Cet. Ke. 5, h. 23.

manusia agar memiliki pribadi yang bermoral, berbudi pekerti yang luhur dan bersusila, sehingga seorang dapat terhindar dari sifat yang tercela.29

3. Pengertian Rohani

Pengertian rohani secara bahasa berasal dari bahasa Arab yang berarti “ruh” dan dalam kamus bahasa Indonesia arti rohani adalah roh yang bertalian dengan yang tidak berbadan jasmani. 30 Dalam “Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer” dijelaskan bahwa rohani adalah “kondisi kejiwaan seseorang dimana terbentuk dalam hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan dalam budi pekerti seseorang serta melalui hubungan manusia dengan sesama manusia dengan ajaran agama yang dianutnya. 31

Menurut Imam al-Ghazali yang dikutip oleh Jamaludin Kafie menyatakan bahwa roh itu mempunyai dua pengertian, yaitu roh jasmani dan roh ruhani. Roh jasmani yaitu zat halus yang berpusat di ruang hati dan menjalar ke seluruh ruang urat nadi (pembuluh darah) selanjutnya tersebar ke seluruh tubuh, karenanya manusia dapat bergerak (hidup) dan dapat merasakan berbagai macam perasaan serta dapat berpikir atau mempunyai kegiatan-kegiatan hidup kejiwaan. Sedangkan roh rohani adalah bagian dari yang ghaib, dengan roh ini manusia dapat mengenal dirinya sendiri dan mengenal Tuhan, serta menyadari keberadaan orang lain (berkepribdian, berketuhanan, dan berkeprimanusiaan), serta tanggung jawab atas segala tingkah lakunya. 32

4. Pengertian Islam

29Ibid., h. 23.

30Dep, Dik, Bud, Kamus Besar Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. Ke -1, h. 850.

31

Salim dan Yenny, Kamus Bahas Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern English, 1991), h. 12-13.

32

Islam ditinjau dari bahasa berasal dari bahasa Arab yang diambil dari kata salama yang berarti “selamat, penyerah, damai dan sentosa”.33 Sedangkan dari istilah Islam adalah agama yang ajaran-ajaranya diwahyukan Tuhan melalui Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umat manusia.34

Islam diturunkan sebagai pedoman agar manusia dapat menekankan mana yang baik dan mana yang buruk serta yang hak dan yang batil. Sejak awal penciptaan manusia, Allah SWT telah menurunkan agama bagi manusia, yang dibawa oleh seorang Rasul pada setiap masa tertentu. Hal itu terus berlangsung sampai datang Nabi Muhammad SAW, nabi dan rasul terakhir yang diutus membawa agama bagi seluruh umat manusia dan berlaku untuk sepanjang zaman.35

Dari semua teori yang dibahas seperti pengertian pembinaan mental rohani Islam di atas, maka dapat dipahami secara keseluruhan dari masing-masing pengertian tersebut yakni membangun kesehatan karakter yang mencakup psikomotorik dan kognisi individu untuk menjalin keharmonisan yang sehat antara individu dengan dirinya sendiri sekaligus dengan lingkungannya, serta memantapkan keimanan kepada Allah SWT dan mencintai kehidupan sekitar

Dokumen terkait