• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

H. Sistematika Penulisan

Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus disusun secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka diperlukan adanya penguraian dalam bab per bab secara teratur dan berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

Bab I merupakan bab pendahuluan. Berisikan ini berisi pendahuluan yang pada pokoknya menguraikan tentang latar belakang pengangkatan judul skripsi, perumusan masalah yang menjadi pokok pembahasan dalam bab pembahasan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penalitian, dan diakhiri dengan sistematika penulisan.

Bab II tentang Karakteristik Transaksi Emas Digital Di Indonesia. Berisikan uraian tentang defenisi emas digital dan mengetahui mekanisme perdagangan emas digital di Indoensia berdasarkan peraturan badan pengawas perdagangan berjangka komoditi.

Bab III tentang Ketentuan Perizinan Dalam Penyelenggaraan Transaksi Emas Digital Dalam Perdagangan Berjangka dan Pengawasannya. Bab ini berisikan tentang perizinan dalam penyelenggaraan transaksi emas digital, fungsi perizinan dalam penyelenggaraan transaksi emas digital, bagaimana proses permohonan untuk memperoleh izin usaha, serta pengawasan terhadap izin usaha penyelenggaraan transaksi emas digital. Dan pengawasanterhadap Penyelenggaraan Transaksi Emas Digital, bagaimana pentingnya pengawasan terhadap transaksi emas digital serta bagaimana BAPPEBTI dan perusahaan penyelenggara transaksi emas digital mengawasi transaksi emas digital di bursa berjangka.

Bab IV tentang Perlindungan Hukum Bagi Investor Pada Transaksi Emas Digital. Pada bab ini akan diuraikan mengenai pembahasan pada rumusan masalah yang ketiga yakni pembahasan mengenai perlindungan hukum bagi Investor dalam transaksi emas digital di Indonesia. Pembahasan ini meliputi hubungan hukum para pihak dalam transaksi emas digital, keabsahan transaksi emas digital berdasarkan hukum perdata, serta dasar perlindungan hukum bagi Investor dalam transaksi emas digital baik secara preventif maupun represif.

Bab V merupakan bab penutup yang sekaligus merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi ini yang mengemukakan mengenai kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan pembahasan yang sebelumnya dalam skripsi ini.

BAB II

KARAKTERISTIK TRANSAKSI EMAS DIGITAL DI INDONESIA

A. Tinjauan tentang Perdagangan Berjangka Komoditi

Perdagangan Berjangka merupakan suatu bentuk kegiatan yang dapat dimanfaatkan dan dilakukan oleh kalangan dunia usaha sebagai sarana “lindung nilai” (hedging) yang sangat efektif untuk menunjang kemantapan strategi manajemen perusahaan dari pengaruh timbulnya risiko/ kerugian yang disebabkan karena adanya fluktuasi/ volatilitas harga. Selain itu perdagangan berjangka ini dapat digunakan sebagai sarana alternatif investasi bagi para pihak yang bermaksud untuk menanamkan investasi bagi para pihak yang bermaksud untuk menanamkan (menginvestasikan) modal di Bursa Berjangka. Perkembangan perdagangan berjangka di berbagai negara sangat pesat dan saat ini telah menjadi salah satu infrastruktur penunjang pertumbuhan perekonomian suatu negara.22

Dewasa ini begitu banyak tawaran ladang investasi yang menjanjikan keuntungan yang menggiurkan, salah satu sarana alternatif investasi yang memiliki potensi menghasilkan keuntungan amat besar dalam waktu yang relatif singkat adalah investasi di Perdagangan Berjangka Komoditi yang ditransaksikan di Bursa Berjangka. Investasi melalui Perdagangan Berjangka Komoditi semakin hari semakin menarik para pengelola dana sebagai lahan tujuan investasi terutama di negaranegara maju.

22Halim, Abdul. Analisis Investasi. Salemba Empat. 2008, hal 20

Investasi ini semakin marak sejak adanya kesepakatan World Trade Organization (WTO), Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) dan Asean Free Trade Area (AFTA), aktivitas transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi semakin menarik karena transaksi yang dilakukan melibatkan penyelenggara dan pelaku dari seluruh dunia. Seluruh proses transaksi dilakukan secara transparan dan berdasarkan mekanisme pasar. Beberapa pelaku pasar dan pengamat dunia investasi dan keuangan menyebutnya sebagai tren investasi masa depan.

Perdagangan Berjangka Komoditi berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi adalah segala sesuatu yang berkaitan jual beli komoditas dengan penarikan margin dengan penyelesaian kemudian berdasarkan kontrak berjangka, kontrak derivatif syariah dan atau kontrak derivatif lainnya. Pengertian Komoditi dalam undang-undang ini adalah sesuatu yang dapat dijadikan sebagai subyek kontrak berjangka untuk derivatif syariah dan atau kontrak derivatif lainnya diatur dengan peraturan Kepala Bappebti.

Menurut sejarahnya, komoditi yang ditransaksikan diawali dengan produk primer seperti produk pertanian, pertambangan, dan energi, dan kini telah mencakup berbagai produk finansial seperti Indeks Saham dan mata uang asing (Cross Currency). Pada saat ini, Indonesia memiliki 2 (dua) Bursa Berjangka, yaitu PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) yang mulai beroperasi pada akhir tahun 2000 dan PT Bursa Komoditi Derivatif Indonesia (BKDI) yang mulai beroperasi pada tahun 2009. Sejak awal berdirinya, BBJ dan BKDI menawarkan satu forum transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi yang dapat memenuhi kebutuhan nasional dengan mengikuti kecenderungan global. Ini dimaksudkan agar pelaku

pasar Perdagangan Berjangka Komoditi di Indonesia dapat melakukan transaksi di BBJ dan BKDI seperti halnya pelaku pasar Perdagangan Berjangka Komoditi di Bursa Berjangka di berbagai kota di seluruh dunia.

Dengan demikian setiap pengguna baik sebagai investor maupun hedger lokal memiliki peluang memanfaatkan eksistensi BBJ dan BKDI sebagaimana di Bursa Berjangka lainnya di seluruh dunia. Karena itu, bagi para pengguna terutama peminat investasi mendapat kemudahan dengan memanfaatkan Bursa Berjangka melalui para Pialang Berjangka yang ada di negeri sendiri dibanding dari luar negeri.23

1. Defenisi Perdagangan Berjangka.

Perdagangan berjangka sering disebut juga pasar berjangka atau pasar komoditas atau pasar derivatif. Perdagangan berjangka berdasarkan UU No.

10/2011 adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli komoditas dengan penarikan margin dan dengan penyelesaian kemudian berdasarkan kontrak berjangka, kontrak derivatif syariah, dan/atau kontrak derivatif lainnya.

Perdagangan berjangka digolongkan menjadi dua, yaitu bursa berjangka dan OTC (Over the Counter).24 Disebut OTC karena transaksi kontrak beli dan kontrak jual dilakukan oleh dua belah pihak tertentu antara pembeli dan penjual dengan persyaratan “tidak standar” yang disepakati oleh kedua belah pihak tersebut dan penyelesaian kontrak selalu pada tanggal jatuh tempo. Disebut Bursa Berjangka karena transakasi kontrak beli dan kontrak jual dilakukan oleh banyak pembeli dan

23 Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, www.bappebti.go.id, diakses pada 12 Juni 2020

24 Mohamad Samsul. Pasar Berjangka Komoditas dan Derivatif . (Jakarta: Salemba Empat,

banyak penjual dengan persyaratan “standar” yang ditetapkan oleh pihak bursa dan penyelesaian kontrak dapat dilaksanakan setiap hari.

2. Pihak-Pihak yang Terkait Dalam Kegiatan Bursa Berjangka Komoditi

Perdagangan berjangka melibatkan beberapa pihak terkait antara lain Menteri Perdagangan, BAPPEBTI, Bursa Berjangka, Lembaga Kliring dan Penjaminan Berjangka, Pialang Berjangka dan Wakil Pialang Berjangka, Pedagang Berjangka, Penasihat Berjangka dan Wakil Penasihat Berjangka, Sentra Dana Berjangka, Pengelola Sentra Dana Berjangka dan Wakil Pengelola Sentra Dana Berjangka, Bank Penitipan, dan Nasabah. Khusus untuk perdagangan berjangka di luar Negeri melibatkan Bursa Berjangka di Luar Negeri dan Badan Pengawas Berjangka Luar Negeri.

Lebih jelasnya mekanisme transaksi antara pihak-pihak dalam perdagangan berjangka dapat diuraikan sebagai berikut: Untuk dapat melakukan kegiatan perdagangan didalam bursa berjangka yang memperdagangkan komoditi dari pedagang berjangka, terlebih dahulu harus menjadi anggota/nasabah dari pialang berjangka yang menjadi anggota dari bursa berjangka, hal ini sesuai dengan yang terdapat dalam Pasal 31 ayat 1 Undang-Undang No. 32 Tahun 1997, namun jika ingin melakukan transaksi dibursa berjangka luar negeri maka harus menjadi anggota/nasabah dari pialang berjangka anggota kliring atau langsung mendaftar menjadi anggota pialang yang ada diluar Negeri. Jika hanya ingin melakukan investasi dengan tidak terlibat dalam pengambil keputusan hanya perlu menjadi peserta dari Sentra Dana Berjangka.

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam perdagangan berjangka yaitu sebagai berikut:

1. Menteri Perdagangan Menteri Perdagangan adalah Menteri yang bertanggung jawab sekaligus mengawasi perdagangan berjangka komoditi

2. Badan Pengawas Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) merupakan badan yang melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEPTI bertanggung jawab kepada Menteri Perdagangan, selain itu BAPPEBTI juga memiliki wewenang dalam mengawasi perdagangan berjangka komoditi yaitu:

a. membuat pedoman teknis mengenai mekanisme Perdagangan Berjangka;

b. memberikan izin usaha kepada Bursa Berjangka, Lembaga Kliring Berjangka, Pialang Berjangka, Penasihat Berjangka, dan Pengelola Sentra Dana Berjangka;

c. persetujuan pembukaan kantor cabang Pialang Berjangka;

d. izin kepada orang perseorangan untuk menjadi Wakil Pialang Berjangka, Wakil Penasihat Berjangka, dan Wakil Pengelola Sentra Dana Berjangka;

e. sertifikat pendaftaran kepada Pedagang Berjangka;

f. persetujuan kepada Pialang Berjangka dalam negeri untuk menyalurkan amanat Nasabah dalam negeri ke Bursa Berjangka luar negeri;

g. persetujuan kepada bank berdasarkan rekomendasi Bank Indonesia untuk menyimpan dana Nasabah, Dana Kompensasi, dan dana jaminan yang berkaitan dengan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya serta untuk pembentukan Sentra Dana Berjangka;

h. persetujuan kepada Bursa Berjangka untuk melakukan kegiatan penyelenggaraan pasar fisik komoditi terorganisasi;

i. persetujuan kepada Lembaga Kliring Berjangka untuk melakukan kegiatan kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi di pasar fisik komoditi terorganisasi; dan

j. persetujuan kepada Pedagang Berjangka dan Pialang Berjangka untuk melakukan kegiatan jual beli Kontrak Derivatif selain Kontrak Berjangka dan Kontrak Derivatif Syariah dalam penyelenggaraan Sistem Perdagangan Alternatif.

k. Menetapkan daftar surat berharga alas hak (document of title) yang dipergunakan dalam penyelesaian transaksi dalam Perdagangan Berjangka.

l. Menetapkan daftar Bursa Berjangka luar negeri dan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.

m. Melakukan pemeriksaan terhadap Pihak yang memiliki izin usaha, izin orang perseorangan, persetujuan, atau sertifikat pendaftaran;

n. Menunjuk pihak lain untuk melakukan pemeriksaan tertentu dalam rangka pelaksanaan wewenang Bappebti sebagaimana dimaksud pada huruf e.

o. Memerintahkan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap Pihak yang diduga melakukan pelanggaranterhadap ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya.

p. Menyetujui peraturan dan tata tertib Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka, termasuk perubahannya.

q. Memberikan persetujuan terhadap Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang akan digunakan sebagai dasar jual beli Komoditi di Bursa Berjangka dan/atau Sistem Perdagangan Alternatif, sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.

r. Menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan memberhentikan untuk sementara waktu anggota dewan komisaris dan/atau direksi serta menunjuk manajemen sementara Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka, sampai dengan terpilihnya anggota dewan komisaris dan/atau anggota direksi yang baru oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

s. Menetapkan persyaratan keuangan minimum dan kewajiban pelaporan bagi Pihak yang memiliki izin usaha berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya.

t. Menetapkan batas jumlah maksimum dan batas jumlah wajib lapor posisi terbuka Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah,

dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang dapat dimiliki atau dikuasai oleh setiap Pihak.

u. Mengarahkan Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka untuk mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu, apabila diyakini akan terjadi keadaan yang mengakibatkan tidak wajarnya perkembangan harga di Bursa Berjangka dan/atau terhambatnya pelaksanaan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.

v. Mewajibkan setiap Pihak untuk menghentikan dan/atau memperbaiki iklan atau kegiatan promosi yang menyesatkan dan/atau merugikan berkaitan dengan Perdagangan Berjangka dan mengganti kerugian sebagai akibat yang timbul dari iklan atau kegiatan promosi dimaksud baik secara langsung maupun tidak langsung.

w. Menetapkan ketentuan tentang dana Nasabah yang berada pada Pialang Berjangka yang mengalami pailit.

x. Memeriksa keberatan yang diajukan oleh suatu Pihak terhadap keputusan Bursa Berjangka atau Lembaga Kliring Berjangka serta memutuskan untuk menguatkan atau membatalkannya.

y. Membentuk sarana penyelesaian permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan Perdagangan Berjangka.

z. Mengumumkan hasil pemeriksaan, apabila dianggap perlu, untuk menjamin terlaksananya mekanisme pasar dan ketaatan semua

Pihak terhadap ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya.

aa. Melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat sebagai akibat pelanggaran terhadap ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya.

bb. Melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya.

3. Bursa Berjangka

Bursa Berjangka adalah badan usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.25

4. Bursa Berjangka Luar Negeri

Bursa Berjangka Luar Negeri adalah Bursa Berjangka yang daftarnya ditetapkan oleh BAPPEBTI.26

5. Lembaga Kliring Berjangka

Lembaga Kliring Berjangka adalah badan usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk pelaksanaan kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi Perdagangan Berjangka.27

25 Pasal 6 Undang-Undang No. 10 Tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi

26 Ibid.

27 Ibid.

6. Pialang Berjangka

Pialang Berjangka adalah badan usaha yang melakukan kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya atas amanat Nasabah dengan menarik sejumlah uang dan/atau surat berharga tertentu sebagai Margin untuk menjamin transaksi tersebut.28

7. Anggota Kliring Berjangka

Anggota Kliring Berjangka adalah Anggota Bursa Berjangka yang mendapat hak untuk menggunakan sistem dan/atau sarana Lembaga Kliring Berjangka dan mendapat hak dari Lembaga Kliring Berjangka untuk melakukan kliring dan mendapatkan penjaminan dalam rangka penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.29

8. Pedagang Berjangka

Pedagang Berjangka adalah Anggota Bursa Berjangka yang hanya berhak melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya di Bursa Berjangka untuk diri sendiri atau kelompok usahanya. Pedagang Berjangka adalah Anggota Bursa Berjangka yang hanya berhak melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak

28 Ibid.

29 Ibid.

Derivatif lainnya di Bursa Berjangka untuk diri sendiri atau kelompok usahanya.30

9. Penasihat Berjangka

Penasihat Berjangka adalah Pihak yang memberikan nasihat kepada pihak lain mengenai jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnyadengan menerima imbalan.31

10. Sentra Dana Berjangka

Sentra Dana Berjangka adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana secara kolektif dari masyarakat untuk diinvestasikan dalam Kontrak Berjangka dan/atau Komoditi yang menjadi subjek Kontrak Berjangka dan/atau instrumen lainnya yang diatur dengan Peraturan Kepala BAPPEBTI.32

11. Pengelola Sentra Dana Berjangka.

Pengelola Sentra Dana Berjangka adalah Pihak yang melakukan usaha yang berkaitan dengan penghimpunan dan pengelolaan dana dari peserta Sentra Dana Berjangka untuk diinvestasikan dalam Kontrak Berjangka.33

12. Nasabah

30 Ibid.

31 Ibid.

32 Ibid.

33 Ibid.

Nasabah adalah Pihak yang melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya melalui rekening yang dikelola oleh Pialang Berjangka.34

3. Konseptual Bursa Berjangka Indonesia

Indonesia sebagai negara kepulauan seperti halnya negara Jepang. Di Jepang terdapat 13 bursa berjangka yang tersebar di kota-kota besar. Setiap bursa berjngka memperdagangkan produk spesifik berbeda.Amerika Serikat, Cina dan Jepang membangun perekonomian melalui desentralisir, sehingga sukses seperti sekarang ini. Indonesia sudah selayaknya melaksanakan pembangunan ekonomi lewat desentralisir. Secara hukum, di Indonesia terdapat Undang-undang Otonomi Daerah, tetapi secara de facto perekonomian di Indonesia dibangun secara sentralistis. 35

Pembangunan bursa berjangka di Indonesia sangat lamban. Pemerintah dan DPR masih ragu-ragu melaksanakan system ekonomi pasar, walaupun sudah tau konsekuensi Indonesia sebagai anggota WTO. Persyaratan untuk suksesnya menjalankan sistem ekonomi pasar (sistem kapitalis), pemerintah perlu mengambil kebijakan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat terlebih dahulu. Hal ini penting karena masyarakat mengira sistem ekonomi yang sekarang berlaku telah gagal diterapkan pada masa Presiden Soeharto.

34 Ibid.

35 Mohamad Samsul, Op.Cit. hal. 47

Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) baru berdiri tahun 2000, 3 tahun setelah Undang-undang Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 32 Tahun 1997 disahkan. Hasan Zein Mahmud sebagai direktur utama BBJ, bertekad menyelenggarakan bursa berjangka walaupun menghadapi banyak keterbatasan.

Kerterbatasan itu antara lain tidak ada sistem pergudangan yang memadai, tidak ada sistem transportasi yang baik. Akibatnya tidak ada jenis produk yang diperdagangkan. Izin usaha bursa berjangka dikeluarkan oleh Bappebti. Perusahaan perantara yang menjadi anggota bursa berjangka harus berbadan hukun Perseroan Terbatas dan memperoleh izin usaha dari Bappebti. Pedagang bursa berjangka yang menjadi anggota bursa berjangka dapat bersifat perorangan, perusahaan, ataupun koperasi yang memperoleh sertifikat pendaftaran sebagai pedagang dari Bappebti.

Penyelesaian transaksi dilaksanakan oleh Lembaga Kliring Berjangka.36

4. Komoditi yang diperdagangkan di bursa berjangka

Komoditi yang menjadi subjek Kontrak Berjangka yang diperdagangkan di Bursa adalah komoditi pertanian, kehutanan, pertambangan, industri hulu, serta jasa. Setiap komoditi yang kontraknya diperdagangkan di Bursa, spesifikasinya ditetapkan secara jelas, yang menyangkut jumlah, kualitas dan waktu penyerahan, sehingga para pemakai/pengguna Bursa dengan mudah dapat melakukan transaksinya. Dengan demikian akan terwujud pasar yang aktif dan likuid.

36 Pasal 1 butir 3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka

Komoditi yang dapat dijadikan subjek Kontrak Berjangka yang diperdagangkan di Bursa Berjangka, meliputi:37

a. komoditi di bidang pertanian dan perkebunan:

1. kopi;

2. kelapa sawit dan turunannya;

3. karet;

b. komoditi di bidang pertambangan dan energi:

1. emas;

c. komoditi di bidang industri:

1. gula pasir;

d. komoditi di bidang perikanan dan kelautan 1. udang;

2. ikan; dan 3. rumput laut,

e. komoditi di bidang keuangan 1. mata uang asing;

2. Surat Utang Negara (SUN) Republik Indonesia;

f. komoditi di bidang aset digital.

1. aset kripto (crypto asset).

2. emas digital

37 Pasal 1 Peraturan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2019 Tentang Komoditi Yang Dapat Dijadikan Subjek Kontrak Derivatif, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Konttrak Derivatif Lainnya Yang Diperdagangkan Di Bursa Berjangka

5. Mekanisme perdagangan berjangka di bursa berjangka Indonesia

Berdasarkan UU No.32/1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, yang kemudian berubah menjadi UU No. 10/2011, menyatakan perdagangan berjangka komoditi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli komoditi dengan penarikan margin dan dengan penyelesaian kemudian berdasarkan kontrak berjangka, kontrak derivatif syariah dan atau kontrak derivatif lainnya.

Perdagangan berjangka dilakukan di bursa berjangka, yang selanjutnya disebut dengan bursa, yang memperdagangkan kontrak berjangka berbagai komoditi..38 Mekanisme kegiatan perdagangan berjangka ini adalah dengan melakukan transaksi kontrak berjangka di bursa berjangka.

Dalam perdagangan berjangka berbeda dengan perdagangan forward dimana perdagangan berjangka melibatkan pihak intermediary antara pembeli dengan penjual yang dikenal dengan sebutan Clearinghouse. Beberapa peranan dari Clearinghouse adalah sebagai berikut:

a. Sebagai intermediary atau perantara antara pihak pembeli dengan penjual b. Menjamin eksposure resiko dengan mensyaratkan initial margin,

maintenance margin dan marked to market accounting.

Mekanisme perdagangan kontrak berjangka lebih rumit daripada transaksi saham biasa. Jika ingin melakukan pembelian saham, pialang Anda bertindak sebagai perantara sehingga Anda bisa membeli saham dari atau menjual saham kepada pihak lain melalui bursa saham. Akan tetapi, di perdagangan berjangka, jual

38

beli diselenggarakan oleh Bursa Berjangka Komoditas dan penyelesaian transaksi jual beli dilaksanakan oleh central clearinghouse yang di Indonesia dilaksanakan oleh Kliring Berjangka Indonesia (KBI) ataupun Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI).39

Pembeli seolah-olah membeli produk dari clearinghouse dan penjual seolah-olah menjual kepada clearinghouse yang pelaksanaannya lewat sistem jaringan perdagangan terkomputerisasi yang secara integral dapat diakses oleh anggota bursa. Sistem perdagangan dan sistem penyelesaian berada dalam satu sistem jaringan komputerisasi integral antara Bursa Berjangka Komoditas dan clearinghouse. Pembeli dan penjual menempatkan pesanan beli dan pesanan jual lewat perantara (anggota bursa) dan transaksi jual beli berlangsung antaranggota bursa.

6. Pengawasan BAPPEBTI dalam perdagangan berjangka

Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, menentukan Bappebti adalah lembaga pemerintah yang salah satu tugas pokoknya melakukan pengawasan Perdagangan Berjangka. Pembentukan dari Bappebti sendiri tentunya memiliki tujuan yaitu melindungi semua pihak yang melakukan perdagangan berjangka sehingga pelaksanaan yang teratur, wajar, efektif, dan efisien harus diwujudkan.40

39 Mohamad Samsul, Op.Cit hal. 36

40 Anggarani, S. P. “Analisis Pengendalian Internal terhadap Investasi Emas (Gold) pada PT. Central Capital Future Cabang Malang”, Universitas Muhammadiyah Malang, (2018), hal. 11

Pengawasan yang dilakukan oleh Bappebti meliputi pengawasan preventif seperti arahan, pembuatan tata tertib, dan pedoman pelaksanaan, diikuti dengan pengawasan represif yang diantaranya meliputi pemeriksaan, penyidikan, dan pengenaan sanksi.41

Setiap transaksi jual beli emas yang dilakukan platform digital dengan nasabahnya akan selalu diawasi oleh Bappebti, maka Bappebti juga memiliki kewenangan diantaranya:42

(1) meliputi menyampaikan pemahaman dan pembentukan peraturan teknis pelaksanaan perdagangan berjangka;

(2) sebagai lembaga yang memberikan ijin kepada pengelola pasar dan para professional dalam perdagangan berjangka;

(3) sebagai lembaga yang memberi pengesahan segala macam peraturan dan tata-tertib bursa berjangka dan lembaga kliring berjangka (termasuk persyaratan kontrak); dan

(4) melangsungkan pengamatan setiap hari, pengecekan dan penyidikan terhadap aktivitas perdagangan berjangka jika menyimpang atau tidak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi.

41 Sari, M. R. P. Pengawasan Bappebti (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi) terhadap Pialang Perdagangan Berjangka dalam Hal Tindakan Menyalahgunakan Dana Nasabah. Kumpulan Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum, (2013). hal. 1

42 Ahmad, Heri Maros. Perlindungan Hukum terhadap Investor yang Melakukan Transaksi

42 Ahmad, Heri Maros. Perlindungan Hukum terhadap Investor yang Melakukan Transaksi

Dokumen terkait