• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab yang tersusun dengan sistematika sebagai berikut:

1. Bagian Awal

Cakupan bagian awal, meliputi: a. Sampul

b. Lembar Berlogo c. Judul

d. Persetujuan Pembimbing. e. Pengesahan Kelulusan

h. Kata Pengantar i. Abstrak j. Daftar Isi k. Daftar Tabel l. Daftar Gambar m. Daftar Lampiran 2 . Bagian Inti

Cakupan bagian ini meliputi:

Bab I : Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II: Merupakan kajian pustaka yang meliputi pembelajaran al qur an hadits, serta metode coopetaif learning teknik jigsaw

Bab III: Merupakan laporan penelitian yang meliputi waktu pelaksanaan, tempat penelitian, subyek penelitian, intrumen penelitian, deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II dan deskripsi pelaksanaan siklus III

Bab IV: Merupakan hasil penelitian meliputi gambaran setting penelitian, penjelasan per siklus, proses analisis data, deskripsi per siklus, pembahasan dan pengambilan kesimpulan.

Bab V : Merupakan bagian penutup yang meliputi kesimpulan, saran- saran dan penutup.

3. Bagian Akhir

Pada bagian akhir termuat: Daftar Pustaka, Lampiran-Lampiran d a n Daftar Riwayat Hidup.23

23 STAIN Salatiga, Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir, STAIN Salatiga, Salatiga, 2008, him. 37-38

A. Belajar dan Hasil Belajar Al Qur’an Hadits 1. Belajar

Mengapa manusia harus belajar? Mungkin itu pertanyaan yang jarang kita dengar karena dianggap pertanyaan yang mudah. Namun demikian tidak semua manusia memahami falsafah yang mendasarinya. Manusia adalah makhluk yang istimewa. Hal ini secara jelas tersurat dalam al Qur'an surah at Tiin: 5

Sesungguhnya kami jadikan manusia sebaik- baik kejadian.

Kemampuan belajar dan mengolah informasi pada manusia merupakan ciri penting yang membedakan manusia dengan makhluk lain'. Belajar merupakan suatu proses yang berkelanjutan untuk mengembangkan potensi diri seseorang. Proses belajar diperlukan untuk dapat mengembangkan kemampuan seseorang secara optimal. Proses belajar pada diri seseorang mengandung tiga proses simultan. Pertama, proses untuk mendapatkan perolehan sesuatu dari informasi baru. Hal yang diperoleh dari informasi baru sering merupakan pengganti atau perbaikan atas pengetahuan sebelumnya. Kedua, proses tranformasi pengetahuan yang diperoleh disesuaikan dengan kebutuhan atau tugas. Dalam proses ini terjadi analisis atas informasi lalu diubah dalam bentuk lain seperti simbol- simbol. 1

1 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, GP Press, Jakarta, 2005, hal 104

Ketiga adalah evaluasi yaitu penilaian apakah transformasi yang dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhan atau tugas yang akan dihadapi. Proses belajar pada dasarnya adalah proses simultan dari ketiga hal tersebut

Belajar adalah perubahan, namun bagaimana proses perubahan tersebut terjadi berbeda aliran psikologis yang dipakai sebagai landasan untuk menjelaskan perilaku manusia, termasuk perubahannya, tidak sama. Ahli-ahli yang menganut aliran Kognitif berpendapat bahwa belajar adalah peristiwa internal, artinya belajar baru dapat teijadi bila ada kemampuan dalam diri orang yang belajar. Kemampuan tersebut ialah kemampuan mengenal yang disebut dengan istilah kognitif. Berbeda dengan kosep belajar behavioristik, yang sangat mengandalkan pada lingkungan (stimulus), penganut aliran Kognitif memandang orang yang belajar sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk memahami obyek-obyek yang berada di luar dirinya (stimulus) dan mempunyai kemampuan untuk melakukan suatu tindakan (respons) sebagai akibat pemahamannya itu. Perubahan dapat terjadi bila ada proses berfikir lebih dahulu dalam diri seseorang, yang kemudian menimbulkan respon berupa tindakan2. Adapun memenurut Uzer Usman belajar diartikan sebagai proses perubahan tingak laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu, individu dan lingkunganya3. Pada umumnya belajar belajar dapat di artikan kegiatan-kegiatan fisik dan psikis, kedua aspek itu saling melengkapi dan bertalian satu sama lain. Kegiatan manusia dalam pembuatanya selalu menuntut kegiatan jasmani dan rohani Sedangkan menurut Hilgard belajar bukan hanya hasil, namun juga proses

2 Ibid., hal. 118

perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan, baik dilakukan di laboratorium maupun lingkungan alamiah. Sehingga dapat dirangkum bahwa belajar adalah:

a. Aktivitas yang dirancang dan bertujuan. b. Perubahan perilaku secara utuh.

c. Bukan hanya hasil namun proses. d. Proses memecahkan masalah4.

2. Hasil Belajar

Akibat terjadinya proses belajar pada diri seseorang adalah teijadinya perubahan perilaku yang dapat mencakup kawasan (domain) kognitif, afektif maupun psikomotorik. Perubahan perilaku sebagai akibat teijadinya proses belajar disebut hasil belajar atau prestasi belajar. Hasil belajar tidah hanya satu macam saja, kan tetapi ada bermacam- macam. Menurut Gegne dengan tujuan yang bermacam- macam itu untuk mempelajari macam- macam itu diperlukan kondisi belajr tertentu yang khusus untuk mencapai hasil belajr yang diharapkan.5

Belajar akan membawa perubahan bila orang yang belajar bebas menentukan bahan pelajaran dan cara yang dipakai untuk mempelajarinya. Dengan demikian pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya. Tentu saja kebebasan yang dimaksud tidak keluar dari kerangka belajar. Pembelajaran yang bersifat humanistik ini mungkin sukar

4 Wina Sanjaya., Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana Jakarta, 2008, hal. 89- 80

menerapkannya secara penuh, mengingat kondisi sosial dan budaya yang tidak menunjang. Setidaknya guru yang humanis atau siapapun guru tersebut dengan konsep humanistik dapat memberikan layanan belajar yang menyenangkan bagi murid, sedangkan bahan belajar tetap berasal dari kurikulum yang berlaku, hanya gaya-gaya mengajar dengan penuh tekanan dan ancaman dapat dikurangi bahkan dihilangkan.

Secara sederhana prestasi belajar adalah tingkat pengetahuan, keterampilan, atau capaian yang diperoleh peserta didik untuk bidang studi tertentu. Prestasi belajar seperti itu diukur melalui tes. Tes semacam itu bukan hanya untuk mengukur kemampuan individual melainkan juga untuk mengevaluasi keefektifan suatu program pembelajaran. Tes biasa dilakukan setelah peserta didik mengikuti suatu program pembelajaran. Oleh karena itu, skor yang diperoleh dari tes seperti itu cenderung sebagai akibat dilakukannya proses pembelajaran bukan karena pengaruh tingkat intelegensi. Dari skor tersebut dapat diperoleh informasi tentang pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh siswa.

Dengan demikian, prestasi belajar memiliki fungsi untuk memperlihatkan sejauh mana peserta didik mampu menampilkan keterampilan tertentu atau dengan kata lain memiliki fungsi untuk mengukur capaian kompetensi tertentu. Prestasi belajar juga dapat berfungsi untuk memberikan rangsangan belajar, di samping fungsi yang lain lagi yakni untuk dijadikan petunjuk seberapa jauh telah teijadi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya.

Terdapat hubungan yang erat antara tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi. Kegiatan pembelajaran harus mengacu pada tujuan pembelajaran yang ditetapkan, sedangkan evaluasi harus mengacu pada tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan namun sebaliknya dengan ada tujuan pembelajaran yang telah terumuskan akan memberikan arah dari kegiatan pembelajaran. Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai. Dilihat dari segi proses langkah penyusunan alat evaluasi sudah barang tentu harus mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan. Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Sebaliknya, kegiatan pembelajaran juga harus mempunyai arah untuk keberhasilan evaluasi yang nantinya akan dilakukan.

Hasil belajar siswa harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian standar kompetensi yang ditetapkan secara nasional. Penilaian pencapaian kompetensi siswa harus dilakukan secara komprehensif selama proses pembelajaran berlangsung antara lain melalui ujian/ulangan harian, mingguan, bulanan atau akhir semester. Hasil pencapaian kompetensi siswa perlu dianalisis secara berkesinambungan, yang hasilnya digunakan sebagai acuan

d a la m p e la k s a n a a n p ro g ra m tindak lanjut berupa program pembelajaran

remidial atau program pengayaan. Penggunaan sistem penilaian berkelanjutan diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang pada

akhirnya diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan secara menyeluruh. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap peserta didik harus belajar tuntas untuk mencapai kompetensi yang diharapkan6. BS Bloom sebagaimana dikutip Martinis Yamin mengatakan:

a. Jika peserta didik dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuannya untuk beberapa mata pelajaran dan diajar sesuai dengan karakteristik mereka maka sebagian besar dari mereka akan mencapai ketuntasan. b. Apabila proses pembelajaran dilaksanakan secara sistematis dan

terstruktur maka semua peserta didik akan mampu menguasai semua bahan yang disajikan kepadanya. Sehingga belajar tuntas membutuhkan proses pembelajaran yang sistematis, terstruktur berkesinam-bungan untuk mencapai kompetensi yang disyaratkan7.

Dari uraian teori belajar dapatlah dimengerti bahwa banyak hal yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang, meliputi:

a. Faktor internal siswa, meliputi: 1) Bakat

Dasar kepandaiaan dan sifat pembawaan dari lahir yang dimiliki siswa sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa terhadap suatu bidang tertentu.

2) Minat

Minat dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, kalau seseorang menyenangi dan berminat terhadap matematika maka ia akan berusaha untuk berhasil dalam mengikuti seluruh proses

6 Martinis Yam in, op. cit., h a ll2 7 -1 3 0 . 7 Ibid., hal. 133.

pembelajaran sebaliknya apabila tidak menyenanginya maka ia akan belajar dengan perasaan terpaksa, mengikuti proses pembelajaran hanya sekedar formalitas dan pembelajaran menjadi tidak bermakna. 3) Kemauan belajar.

Salah satu tugas guru mengubah yang tidak mau belajar

menjadi antusias belajar dan menyenangi pelajaran tersebut. 4) Sikap mental siswa

Sikap mental siswa sangat mempengaruhi dalan proses pembelajaran, sikap mental ini meliputi kematangan sosial emosional siswa dan pengetahuan prasarat yang dimilikinya untuk meningkatkan prestasi belajarnya,

b. Faktor Eksternal Siswa 1) Metode Pembelajaran

Terdapat kaitan yang erat antara belajar dan pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran adalah mendorong peserta didik belajar. Pembelajaran adalah upaya pengaturan informasi dan lingkungan sedemikian rupa untuk memfasilitasi terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Lingkungan pembelajaran meliputi metode, media, dan peralatan yang diperlukan dalam penyampaian informasi dalam proses pembelajaran. Pengaturan atau pemilihan metode, media, dan peralatan serta informasi dalam proses pembelajaran menjadi tanggung jawab dari guru untuk merancang atau mendesainnya. Dengan demikian, metode pembelajaran adalah bagian dari proses pembelajaran yang merupakan

langkah-langkah taktis bagi guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan.

2) Kepribadian guru.

Kepribadian guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran siswa. Guru menurut tokoh pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantoro, dihadapan mata anak harus dapat menjadi suri tauladan yang baik, ditengah aktivitas dengan siswa dapat membangun keinginan dan minat siswa untuk belajar dan dibelakang layar mampu memberdayakan siswanya untuk belajar lebih baik.

3) Lingkungan belajar.

Lingkungan belajar siswa sangat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, jika lingkungan belajar siswa tertata dengan baik maka proses pembelajaran akan dapat berlangsung dengan baik, agar lingkungan pembelajaran dapat mendukung usahakan: a) Suasana pembelajaran memberi kesempatan siswa untuk

melakukan penelitian

b) Bersikap yang tidak berlebihan (wajar) jika mendapatkan jawaban yang tidak benar dari siswa

c) Meningkatkan kompetensi keguruan dari guru agar keberhasilan siswa dalam belajar meningkat

3. Pelajaran Al Qur’an Hadits

Mempelajari al Qur'an dan hadits merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Hal ini karena keduanya adalah sumber utama bagi ajaran agama

Islam. Sehingga hampir mustahil seorang muslim dapat menjalankan agamanya dengan baik tanpa mempelajari al Qur'an dan hadits. Karena al Qur'anlah yang menjadi pembeda antara yang benar dan salah. Sebagaimana firmanNya dalam QS Al. Baqarah: 185

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).

Menurut bahasa kata Al-Qur'an merupakan mashdar yang maknanya dengan kata Qiro'ah (bacaan). Dalam definisi Al-Qur'an banyak perbedaan pendapat diantara ulama', Kata Al-Qur'an itu dipindahkan dari masdar dan dijadikan sebagai nama dari kalam Allah yang mu'jiz, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Jadi, kata Al-Qur'an adalah bentuk mengucapkan masdar (bacaan) tetapi yang dikehendaki dari kata maful (yang dibaca). Adapun pendapat yang mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah dari kata Qar'u yang artinya kumpul.

Al-Qur'an secara istilah menurut manna' Al-Qathkhan adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dan orang yang membaca akan memperoleh pahala. Menurut Al-Jurjani, Al-Qur'an wahyu yang diturunkan kepada rasulullah SAW, yang ditulis dalam mushhaf dan diriwayatkan secara mutawatir (berangsur-angsur).

Adapun menurut kalangan pakar ushul fiqih, fiqih, dan bahasa arab, adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, lafadz-lafadznya mengandung mukjizat, membacanya nilai ibadah, diturunkan secara mutawatir, dan ditulis pada dari surat Al-Fatihah (1), sampai akhir surat An- Nas (114). Selain dinamakan Al-Qur'an, kitab ini juga dinamakan Al-Furqon merupakan bagian yang ikut wazan fu’lan dari lafal faraqa yang artinya ialah pembeda (fa'il). Nama Al-Qur'an dan Al-Furqon merupakan sebagian nama di antara sekian banyak nama-nama Al-Qur’an yang paling terkenal.

Al-hadits didefinisikan oleh pada umumnya ulama —seperti definisi Al-Sunnah- sebagai "Segala sesuatu yang dinisbahkan kepada Muhammad saw., baik ucapan, perbuatan dan taqrir (ketetapan), maupun sifat fisik dan psikis, baik sebelum beliau menjadi nabi maupun sesudahnya." Ulama ushul fiqh, membatasi pengertian hadis hanya pada "ucapan-ucapan Nabi Muhammad saw. yang berkaitan dengan hukum"; sedangkan bila mencakup pula perbuatan dan taqrir beliau yang berkaitan dengan hukum, maka ketiga hal ini mereka namai Al-Sunnah. Pengertian hadis seperti yang dikemukakan oleh ulama ushul tersebut, dapat dikatakan sebagai bagian dari wahyu Allah SWT yang tidak berbeda dari segi kewajiban menaatinya dengan ketetapan- ketetapan hukum yang bersumber dari wahyu Al-Quran8

Sedangkan yang akan menjadi pembahasan penulis kali ini adalah pelajaran Al Qur'an hadits yang merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum Madrasah Ibtiaiyyah. Sehingga penulis tidak memberikan penulis panjang lebar pada bahasan ini.

B. Metode Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw

1. Metode Cooperative Learning

Falsafah yang mendasari metode pembelajaran kooperatif adalah falsafah homo homini socius. Berlawanan dengan teori Darwin falsafah Ini

menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial9. P e m b e la ja r a n kooperatif (Cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena perbedaan itu, manusia dapat saling asah, asih, dan asuh (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih, asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga teman dari siswanya.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindarkan ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen itu adalah

a. Saling ketergantungan positif b. Interaksi tatap muka

c. Akuntabilitas individual

9 Anita L ie .. Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2005, hal. 28

d. Keterampilan untuk menjalain hubungan antar pribadi e. Evaluasi Proses Kelompok10

Keterangan:

a. Saling ketergantungan positif

Guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui:

1. Saling ketergantungan mencapai tujuan 2. Saling ketergantungan menyelesaikan tugas 3. Saling ketergantungan bahan atau sumber 4. Saling ketergantungan peran

5. Saling ketergantungan hadiah b. Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka akan memaksa saling tatap muka dalam kelompok sehingga dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru terhadap siswa tetapi juga siswa dengan siswa.

c. Akuntabilitas individual

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasilnya selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang akan membantu. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya. Penilaian kelompok yang didasrkan atas rata-rata

penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.

d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antarpribadi akan memperoleh teguran dari guru juga dari sesama.

e. Evaluasi Proses kelompok

Semua kegiatan pembelajarandalam metode ini harus dievaluasi keefektifannya selang beberapa waktu setelah keija kelompok selesai. Adapun hal- hal yang perlu dievaluasi adalah sikap saling membantu, saling memperhatikan, saling mendengarkan dan sebagainya."

Abraham Maslow mengajarkan bahwa kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan rasa aman. Kebutuhan tersebut harus terpenuhi sebulum mencapai sesuatu atau menggali hal- hal baru. Dan dia mengajarkan bahwa untuk mendapatkan rasa aman tersebut jalan utamanya adalah menjalin hubungan dengan orang lain dan menjadi bagiab dari kelommpok. Perasaan saling memeliki inimemungkinkan siswa untuk menghadapi tantangan.* 12

Struktur tujuan kooperatif teijadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama mencapai

" Ibid., 30-35

tujuan tersebut. Tiap-tiap individu ikut andil menyumbang pencapaian itu. Siswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya jika siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Pola pencapai tujuan dalam pembelajaran kooperatif ini dapat digambarkan seperti dua orang yang memikul balok. Balok akan dapat dipikul bersama-sama jika dan hanya jika kedua orang tersebut berhasil memikulnya. Demikian pula halnya dengan tujuan yang akan dicapai oleh suatu kelompok siswa tertentu. Tujuan kelompok akan tercapai apabila semua anggota kelompok mencapai tujuannya secara bersama-sama.

Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut: a. Siswa dalam kelompoknya harus merasakan bahwa mereka

“sehidup semati”;

b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri

c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama

d. Siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya

e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok; f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan

keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya; g. Siswa akan diminta mempertangungjawabkan secara individu

Sementara itu, pembelajaran yang menggunakan model kooperatif pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah

c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda

d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Efek penting yang pertama pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kineija siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi totur bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Pelaksaanaan tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang

hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu. Efek penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif ialah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidak mampuan.

Telah diketahui bahwa hanya kontak fisik s tua di antara orang» orang yang berbeda ras atau kelompok etnik tidak cukup untuk mengurangi kecurigaan dan perbedaan ide. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. Efek penting yang ketiga dari model pembelajaran kooperatif ialah ketrampilan sosial, salah satunya mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak aktivitas sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang

Dokumen terkait