• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk mempermudah pembahasan skripsi secara keseluruhan menjadi sitematis, penulis menyusun sedemikian rupa ke dalam sistematika penulisan. Masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab. Adapun sistematika penyusunannya sebagai berikut:

• BAB I berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian sistematika penilisan dan pengalaman penelitian.

• BAB II berisi gambaran singkat kota Medan, perantauan minangkabau di Kota Medan, dan organisasi sosial Minangkabau.

• BAB III berisi jawaban dari rumusan masalah peneliti yakni tentang sejarah tari piring, makna gerak tari piring, fungsi dan penggunaan pada tari piring serta musik, pakaian dan peralatan pada tari piring.

• BAB IV berisi jawaban dari rumusan masalah peneliti yakni tentang komodifikasi gerak, pakaian, musik dan pertunjukkan pada tari piring. • BAB V berisi kesimpulan dari hasil semua BAB yang berisi keseluruhan

hasil penelitian dan saran penelitian.

1.6. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Peneliti mengungkapkan native’s point of view4

Dalam kegiatan observasi partisipasi penulis juga ikut serta dalam bagaimana komodifikasi pada tari piring di Kota Medan, bagaimana pengaruh globalisasi terhadap tari piring di Kota Medan, serta bagaimana fungsi dan penggunaan tari piring pada masyarakat Minangkabau di Kota Medan pada era globalisasi saat sekarang ini. Penelitian ini menggunakan teknik observasi dan wawancara.

1.6.1. Teknik Observasi

Observasi yang penulis lakukan ialah obeservasi partisipasi yakni penulis ikut terlibat langsung dilapangan. Proses pengamatan dilakukan dengan cara mengamati ruang dan tempat, siapa pelaku yang terlibat, gerakan-gerakan dalam tari, pakaian dan instrumen yang digunakan dalam tarian, waktu, peristiwa serta aktivitas yang dilakukan oleh penari tari piring di Kota Medan.

4

Native’s point of view adalah mencoba menjelaskan fenomena-fenomena dalam masyarakat dengan sudut pandang masyarakat itu sendiri.

melakukan aktivitas yaitu ikut mempelajari gerakan tari pada tari piring, . Tujuan penulis melakukan observasi partisipasi ini adalah untuk dapat mendekatkan diri lebih dalam pada objek penelitian sehingga data yang didapat menjadi lebih detail. Penulis mengamati bagaimana cara koreografer menciptakan gerak tari pada Tari Piring, penulis juga mengamati bagaimana proses belajar mengajar tari di sanggar tari Tri Arga, sanggar tari BM3 dan sanggar Latansa.

1.6.2. Teknik Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dua orang yaitu pewawancara (interviewer) yang memberikan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan informasi atau jawaban atas pertanyaan tersebut (Moleong, 1991 : 135). Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, yaitu penulis dan informan berinteraksi satu sama lain dalam waktu yang relatif lama sehingga penulis dapat membangun rapport dengan informan. Penulis membagi informan menjadi 2 (dua) jenis yaitu : informan kunci dan informan biasa. Informan kunci ialah orang yang paham betul mengenai seluk beluk tari piring, sejarah perkembangan tari piring, gerakan tari piring, jenis tari piring, music tari piring, pakaian yang digunakan penari serta pemusik dan makna dari tiap gerakan pada tari piring. Wawancara khusus peneliti lakukan dengan informan kunci pada ketiga sanggar tari, yaitu informan selaku pelaku dan pencipta gerakan tari piring di sanggarnya, seperti penulis mewawancarai Iskandar di sanggar Tri Arga, Raihan di sanggar Latansa dan Hendri di sanggar BM3.

Wawancara ini dilakukan dengan waktu dan tempat yang disepakati informan dan penulis, biasanya wawancara dilakukan di sanggar tari masing- masing sembari penulis belajar tari piring. Terkadang penulis juga mendatangi rumah informan kunci untuk melakukan wawancara yang lebih mendalam.

Selanjutnya informan biasa, informan biasa adalah orang-orang yang terlibat dalam tari piring yaitu penari yang menarikan tari piring dan pemusik yang memainkan musik tari piring. Penulis juga mewawancari konsumen yang memesan tari piring untuk acaranya.

Wawancara dilakukan secara langsung akan tetapi tidak menutup kemungkinan wawancara dilakukan melalui media elektronik seperti handphone dan e-mail. Untuk menjaga agar wawancara tetap pada fokus penelitian, penulis akan menggunakan interview guide sehingga pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tetap terarah dan tidak lari dari fokus penelitian.

Selain menggunakan interview guide, penulis juga menggunakan recorder untuk merekam proses wawancara dengan informan sehingga dapat mencegah kelupaan dalam memperoleh data.

1.6.3. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian merupakan suatu pandangan mengenai penulis untuk bersikap objektif terhadap data yang diperoleh dilapangan. Keseluruhan data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan tersebut akan diteliti kembali atau diedit ulang, pada akhirnya kegiatan ini bertujuan untuk memeriksa kembali kelengkapan data lapangan dan hasil wawancara.

sebagaimana ditulis oleh Emerson (1995:4-5) sebagai :

“Fieldnotes are accounts describing experiences and observations the researcher has made while participating in an intense and involved manner.”(Catatan lapangan yang menggambarkan kumpulan pengalaman dan pengamatan peneliti yang dicatat saat turut berpartisipasi secara intens dan terlibat).

Penelitian antropologis dengan metode etnografi memberikan suatu bentuk analisis data lapangan berupa “ongoing analysis” yang berarti sebagai proses analisa berjalan terhadap kerja lapangan yang berdasarkan pada observasi dan wawancara terhadap informan.

Langkah selanjutnya data-data ini dianalisa secara kualitatif melalui teknik taksonomi data, sehingga data yang diperoleh dapat dikategorikan berdasarkan jenisnya. Keseluruhan data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan sumber kepustakaan disusun berdasarkan pemahaman akan fokus penelitian atau berdasarkan kategori-kategori yang sesuai dengan tujuan penelitian.

1.7. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di kota Medan Provinsi Sumatera Utara di Jalan Dolok Sanggul, kecamatan Medan Kota, sebuah rumah sebagai tempat aktivitas latihan menari dan bermusik yaitu sanggar tari Tri Arga. Jalan Adi Negoro , kecamatan Medan Timur, tempat berdirinya rumah gadang BM3 sekaligus tempat latihan menari, bermusik dan silat oleh kelompok kesenian IKSA (Ikatan Kesenian Sri Antokan). Dan di Jalan Darussalam, yang merupakan tempat berdirinya sanggar La Tansa.

1.8. Pengalaman Penelitian

Penelitian ini penulis mulai pada 12 September sampai Januari 2013. Pada saat seminar proposal, penguji ujian seminar peneliti menyarankan untuk pergi ke Padang dan melihat bagaimana tari piring yang masih tradisi disana. Akan tetapi penulis tidak bisa pergi ke sana dikarenakan orangtua penulis pergi ke Eropa selama 3 bulan sehingga tidak ada yang menjaga adik-adik penulis di rumah. Jika penulis menunggu orangtua penulis kembali kemudian pergi ke Padang akan memakan waktu yang sangat lama dalam menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu penulis mengambil keputusan untuk mencari tari piring yang masih tradisi di Kota Medan ini saja.

Pertama sekali penulis menjumpai Iskandar Muda yang merupakan ketua dari Sanggar Tari Tri Arga dan juga Dosen Seni Tari dan Musik di UNIMED (Universitas Negeri Medan). Penulis lalu meminta izin untuk belajar tari piring di sanggar tersebut sembari menyerahkan surat izin penelitian kepada Iskandar Muda atau yang biasa disapa dengan ‘Bang Is’. Bang Is pun merespon dengan baik tujuan penulis dan memberikan informasi mengenai sanggar tari Tri Arga.

Melalui bang Is penulis mengetahui siapa-siapa saja yang akan menjadi informan peneliti yakni : penari di sanggar, pemusik serta penikmat tari piring yakni konsumen . Di sanggar Tri Arga, penulis diajarkan tari piring yang biasanya ditarikan oleh anggota sanggar tersebut. Bang Is mengatakan bahwa tari Piring yang ditarikan disanggar Tri Arga merupakan hasil kreasinya ketika ia menyelesaikan Program Magister di Kota Solo. Tari piring itu iya namai Tar i Piring Lenggok Si Anak Dagang. Menurut bang Is, tari piring ini adalah hasil

komodifikasi dari tari piring golek yang dulu ia pelajari di ASKI Padang Panjang. Bang Is juga menyarankan penulis untuk datang ke BM3 (Badan Musyawarah Masyarakat Minang) untuk melihat bagaimana bentuk tari piring yang menurutnya masih tradisi.

Selanjutnya penulis pergi ke BM3 untuk melihat bagaimana bentuk tari piring yang diceritakan oleh bang Is. Penulis mendatangi BM3 pada siang hari, akan tetapi keadaan disana sangat sepi dan tidak ada kegiatan tari-menari, yang ada hanya petugas kebersihan yang sedang menyapu halaman BM3. Kemudian penulis bertanya “adakah kegiatan tari menari disini ?”, lalu ia menjawab bahwa ia tidak tahu apa-apa dan menyarankan penulis untuk menghubungi pengelola BM3 dan memberikan nomer handphone pengelola tersebut.

Penulis kemudian menghubungi Pak Mayunas yang merupakan pengelola kelompok tari yang ada di BM3. Melalui Pak Mayunas penulis mendapatkan informasi bahwa kelompok tari di BM3 yang masih aktif ada 2 kelompok, yaitu Tuah Sakato dan IKSA (Ikatan Kesenian Sri Antokan). IKSA latihan menari pada setiap hari Rabu jam 9 malam, sedangkan Tuah Sakato latihan menari pada setiap hari Kamis jam 9 malam.

Berbekalkan informasi yang diberikan Pak Mayunas, penulis kembali mendatangi BM3 pada hari Rabu tepat jam 9 malam, penulis membawa teman untuk menemani yaitu Bang Rholand dikarenakan penulis tidak berani keluar malam jika sendirian. Pada malam itu yang lagi latihan ialah IKSA, pertama sekali penulis hanya mengamati anggota-anggota IKSA latihan. Mereka menarikan beberapa jenis tarian Minangkabau yaitu : tari randai, tari

persembahan, tari galombang, dan tari rantak. Akan tetapi penulis belum melihat mereka menarikan tari piring, penulis terus menunggu hingga waktu menunjukkan jam setengah 12 malam mereka baru menarikan tari piring diakhir latihan mereka. Setelah latihan penulis mendatangi pelatih tari di IKSA yaitu Henriri. Penulis mulai menanyakan mengenai kelompok tari mereka dan tari piring. Penulis pun menjelaskan maksud penulis datang kesana dan menanyakan izin untuk belajar tari piring disana. Hendri pun menyetujuinya dan mempersilahkan penulis untuk datang pada latihan minggu depannya.

Keesokan harinya pada hari Kamis tepat jam 9 malam penulis datang lagi ke BM3 untuk melihat latihan tari kelompok tari Tuah Sakato. Disana penulis melihat tari-tarian yang ditarikan kelompok Tuah Sakato sama dengan IKSA, bedanya tari piring tidak ditarikan di akhir latihan. Oleh karena itu penulis memutuskan untuk melakukan penelitian pada kelompok tari IKSA saja.

Kemudian minggu depannya penulis datang lagi ke IKSA, mereka menarikan tari piring golek, menurut ketua IKSA yaitu Pak Nazar tari piring golek ia pelajari di ASKI Padang Panjang dan menurutnya tari piring golek ini masih tradisi. Pada penelitian ini, penulis mempelajari 2 jenis yaitu : tari piring Lenggok Si Anak Dagang sebagai hasil komodifikasi (sanggar Tri Arga) dan tari piring golek (IKSA di BM3) sebagai bentuk tari piring yang masih tradisi. Sejauh ini tidak ada kesulitan yang serius dalam melakukan penelitian ini, hanya saja terkadang orangtua penulis cemas dikarenakan penulis selalu pulang malam setelah penelitian jam latihan IKSA yang terlampau malam.

Dokumen terkait