BAB I : Bab ini merupakan pendahuluan yang memuat latar belakang, rumusan masahalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Bab ini membahas tentang tindak pidana perdagangan orang menurut undang-undang nomor 21 tahun 2007 mulai dari bentuk-bentuk perdagangan orang dan sanksi pidananya.
18 Joko Suboyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktik (Jakarta:Rineka Cipta, 2011), hlm.39
BAB III : Pada bab ini berisi pembahasan mengenai penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri berdasarkan undang-undang nomor 39 tahun 2004, yaitu peran pemerintah, hak dan kewajiban TKI, penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri, dan perlindungan tenaga kerja Indonesia.
BAB IV : Bab ini membahas bagaimana penerapan sanksi pidana pelaku tindak pidana perdagangan orang dalam putusan nomor 31/Pid.Sus/2016/PN Kefamenanu dengan menganalisis kasus tersebut sampai dengan putusan.
BAB V : Bab ini merupakan bab terakhir sebagai penutup yang berisi kesimpulan dari penelitian penulis dan saran-saran mengenai permasalahan yang dibahas.
1. Pengertian perdagangan orang menurut PBB
Dalam sidang umum PBB pada tahun 1994, PBB mendefinisikan perdagangan orang sebagai pemindahan orang melewati batas nasional dan internasional secara gelap dan melanggar hukum, terutama dari negara berkembang dan dari negara dalam transisi ekonomi, dengan tujuan memaksa perempuan dan anak perempuan masuk ke dalam situasi penindasan dan eksploitasi secara seksual dan ekonomi, sebagaimana juga tindakan ilegal lainnya yang berhubungan dengan perdagangan manusia seperti pekerja paksa domestik, kawin palsu, pekerja gelap dan adopsi palsu demi kepentingan perekrutan, perdagangan, dan sindikat kejahatan.19 Pada awalnya, PBB dalam hal perdagangan orang ini hanya berfokus pada perempuan dan anak perempuan saja.
Lebih rinci lagi, PBB mengeluarkan protokol pada tahun 2000 untuk menentang kejahatan terorganisasi transnasional. Pada pasal 9 protokol tersebut PBB mendefinisikan perdagangan manusia adalah perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penampungan, atau penerimaan orang, baik di bawah ancaman atau secara paksa atau bentuk lain dari kekerasan, penculikan, penipuan, kecurangan, atau penyalahgunaan wewenang atau situasi rentan atau pemberian atau penerimaan pembayaran atau keuntungan guna memperoleh persetujuan dari seseorang yang memiliki kontrol atas orang lain untuk melacurkan orang lain atau
19 Musfidah, Mengapa mereka diperdagangkan (Malang:UIN-MALIKI Press, 2011), hlm. 9
bentuk-bentuk eksploitasi seksual yang lain, kerja paksa atau wajib kerja paksa, perbudakan atau praktik yang mirip dengan perbudakan, penghambatan, atau pengambilan organ tubuh.20
2. Pengertian perdagangan orang menurut undang-undang nomor 21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang
Di Indonesia sendiri perdagangan orang diatur dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dimana perdagangan orang pada pasal 1 butir 1 undang-undang ini diartikan sebagai tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.
Sementara itu tindak pidana perdagangan orang adalah setiap tindakan atau serangkaian tindakan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang ditentukan dalam undang-undang nomor 21 tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.
Adapun unsur-unsur perdagangan orang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel I : Unsur-unsur Tindak Pidana Perdagangan Orang
PERBUATAN DENGAN BERTUJUAN
Prekrutan Ancaman Prostitusi
Pengiriman Pemaksaan Pornografi
Pemindahan Penculikan Kekerasan
Penampungan Penipuan Kerja
Penerimaan Kebohongan Perbudakan/praktikserupa
Penyalahgunaan kekuasaan Pengambilan organ tubuh Sumber : Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007
3. Bentuk-bentuk perdagangan orang
Adapun bentuk-bentuk dari dari perdagangan orang dapat dibagi menjadi : 1) Pekerja Migran
Migran/migrasi dapat diartikan sebagai adanya kegiatan perpindahan/berpindahnya penduduk dari suatu daerah ke daerah tujuan.
Sedangkan pekerja migran adalah orang yang berpindah dari tempat asalnya ke tempat tujuan yang baru untuk kemudian bekerja di tempat tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama. Everest S. Lee mengakatan bahwa keputusan sesorang untuk berpindah tersebut merupakan konsekuensi dari perbedaan dalam nilai kefaedahan antara daerah asal dan daerah tujuan dan disebabkan adanya faktor pendorong dari daerah asal serta faktor penarik dari daerah tujuan.
Pekerja migran dapat dibedakan menjadi pekrja migran dalam negeri dan pekerja migran luar negeri. Pekerja migran luar negeri biasa kita kenal dengan istilah tenaga kerja Indonesia (TKI). Mengingat maraknya perdagangan orang, yang paling rentan menjadi korbannya adalah para pekerja migran luar negeri, hal ini disebabkan karena banyak dari mereka ingin berangkat menjadi tenaga kerja di luar negeri akibat dijanjikan dengan upah-upah besar. Bahkan bukan hanya soal upah, seringkali para pekerja migran luar negeri tidak memiliki kemampuan yang mumpuni dan tidak sedikit dari mereka yang belum mengetahui syarat-syarat untuk berangkat ke luar negeri sehingga mengenai tata cara pemberangkatan mereka diserahkan sepenuhnya kepada pihak yang membujuk mereka.
2) Pekerja anak
Anak-anak yang memiliki kondisi fisik sangat lemah membuat mereka tidak berdaya jika diperlakukan apa saja oleh orang yang lebih besar dari mereka.
Kondisi tersebut membuat banyak dari kalangan anak-anak menjadi korban perdagangan orang. Selain itu, kondisi anak-anak yang berasal dari keluarga ekonomi rendah juga berdampak pada eksploitasi dikarenakan anak-anak tersebut rela melakukan pekerjaan apa saja dengan upah kecil untuk mendapatkan uang.
3) Adopsi ilegal
Adopsi atau pengangkatan anak harusnya adalah kegiatan kemanusiaan untuk membantu anak-anak yang kurang beruntung. Namun adopsi digunakan sebagai cara untuk mendapatkan keuntungan, anak-anak yang diinginkan untuk diadopsi akan dinilai dengan sejumlah uang oleh pelaku perdagangan orang.
4) Pengantin pesanan
Pengantin pesanan ini menjadi perdagangan orang apabila terjadi eksploitasi baik secara seksual maupun ekonomi melalui penipuan, penyengsaraan, penahanan dokumen, sehingga tidak dapat melepaskan diri dari eksploitasi, serta ditutupnya akses informasi dan komunikasi.
5) Pengambilan organ tubuh
Hal ini merupakan perlakuan terburuk dari perdagangan orang dikarenakan orang-orang yang dieksploitasi ditujukan untuk diambil organ-organ tubuhnya untuk kemudian dijual guna mendapatkan keuntungan, pengambilan organ tubuh tersebut dapat menghilangkan nyawa orang tersebut.
B. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perdagangan Orang dan Dampak