BAB II KAJIAN TEORI
H. Bimbingan Belajar
I. Siswa Berprestasi Rendah
1. Pengertian Prestasi Belajar
Pada umumnya untuk mengukur hasil belajar belajar siswa digunakan tes. Dari hasil tes itulah akan diketahui hasil belajar siswa atau prestasi belajar siswa. Pengertian prestasi belajar menurut Masidjo (1995: 38-40) mengartikan prestasi belajar sebagai kekhasan dari hasil proses belajar yang dilakukan secara sengaja sebagai hasil suatu pengukuran dalam proses belajar.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2008) prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai angka yang diberikan oleh guru. Prinsip dari pengungkapan hasil belajar itu dapat meliputi hampir seluruh ranah psikologis dari proses dan pengalaman belajar setiap siswa. Tidak semua ranah dapat dilihat hasilnya. Ranah perasaan siswa adalah salah satu ranah yang paling sulit untuk di lihat hasilnya. Ranah perasaan siswa sulit untuk dilihat hasilnya karena perubahan hasil belajar tersebut bersifat intagible (sulit untuk diraba). Hal yang dapat dilakukan guru untuk menentukan hasil belajar ini adalah mengambil beberapa cuplikan dari perubahan tingkah laku yang ditunjukan siswa dan dianggap penting sehingga diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasamaupun yang berdimensi karsa.
Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara umum faktor- faktor tersebut dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal berkaitan dengan faktor yang berasal dari lingkungan, sementara faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa.
a. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah segala faktor yang ada di luar diri siswa yang memberikan pengaruh (Slameto, 2002:60).
1) Faktor Keluarga
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri (Syah, 2011: 135). Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang utama dalam proses sosialisasi anak dan lingkungan yang membentuk sikap anak dalam masyarakat. Keluarga mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan anak terutama saat berlangsungnya proses belajar mengajar.
Cara orang tua mendidik anak besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya kerena keluarga adalah lembaga pendidikan yang utama. Orang tua yang tidak memberikan perhatian dan kebutuhan anak dalam belajar, tidak mengatur waktu belajar, tidak menyediakan atau melengkapi alat belajarnya serta tidak mau tahu bagaimana kemajuan belajar
anaknya, dapat mengakibatkan anak tidak berhasil atau kurang berhasil dalam belajarnya.
Hubungan antara orang tua dan anak yang harmonis penuh perhatian, kasih sayang, akrab dan saling pengertian memungkinkan anak belajar dengan baik, karena disamping memberikan dorongan untuk belajar orang tua akan membantu bagaimana cara belajar yang baik.
Keadaan ekonomi keluarga sedikit banyak mempengaruhi keberhasilan belajar atau prestasi belajar anak. Orang tua yang ekonominya rendah akan merasa kesulitan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan belajar anak misalnya buku-buku pelajaran, fasilitas untuk belajar dan kebutuhan lain sehingga anak mengalami hambatan dalam mencapai prestasi belajar yang baik.
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga da n keadaan ekonomi keluarga, cara orang tua mendidik anaknya, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. (Slameto, 2010: 60).
2) Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu
sekolah, standard pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
Kurikulum yang baik, jelas dan mantap memungkinkan siswa dapat mencapai prestasi belajar yang baik. Program pendidikan dan pengajaran yang jelas tujuanya, serananya, waktu dan kegiatannya dapat dilaksanakan dengan mudah sehingga membantu siswa dalam belajar.
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan murid, oleh karena itu cara belajar anak juga dipengaruhi oleh relasinya dengan guru yang bersangkutan, jika hubungan guru dengan murid kurang baik maka akan berpengaruh pada kelancaran belajar mengajarnya. Selain dengan guru, hubungan antara anak di sekolah juga menentukan tingkat kecerdasan anak. Anak yang pendiam, mengurung diri, tidak mau bergaul dengan teman yang lainnya tentu akan kesulitan bertanya jika ada materi yang belum dipahaminya.
Kedisplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar, kedisplinan guru dalam mengajar dengan pelaksanaan tata tertib, kedisplinan pengawas atau karyawan dalam pekerjaan akan memberi semangat kepada anak untuk belajar dan melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Keadaan gedung di sekolah sebagai tempat belajar juga ikut memberi pengaruh pada keberhasilan anak. Gedung yang rusak, kotor, banyak sampah berserakan
atau bahkan atapnya bocor tentu menjadi kendala saat kegiatan belajar mengajar belangsung. Meskipun anak memiliki semangat yang menggebu untuk belajar, namun keadaan gedung sekolah yang mengkhawatirkan dapat menurunkan niatnya mencari ilmu.
Metode pembelajaran merupakan cara yang dilakukan dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil yang optimal. Guru dapat memilih metode pembelajaran yang tepat karena setiap materi pembelajaran belum tentu cocok dengan satu metode.
Banyaknya tugas rumah yang diberikan guru juga mempengaruhi tingkat kesulitan belajar anak karena akan semakin menambah bebannya untuk mengerjakan. Jangankan untuk belajar materi lain, untuk mengerjaka n pekerjaan rumah saja waktunya sudah kurang.
Guru atau tenaga pengajar yang lengkap, kualitas guru yang baik, cara mengajar guru yang jelas, kemampuan guru dalam memberikan materi pelajaran dan kedisplinan guru serta metode mengajar guru yang bervariasi akan mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
3) Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya dalam masyarakat yang menyangkut,
kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Dalam pergaulan ini anak akan menemukan berbagai macam tingkah laku yang berbeda-beda. Selain itu adanya media massa, baik yang cetak maupun elektronik mempengaruhi pula terhadap perolehan hasil belajar dan proses belajar bagi anak, baik yang positif maupun yang negatif. Apabila individu yang belajar dapat menggunakan sarana tersebut dengan kebutuhan sebagai individu yang sedang belajar akan meningkatkan prestasi belajar anak di sekolah.
b.Faktor Internal
Menurut Muhubbin Syah, faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni: aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah) (Syah, Muhibbin 2010:130).
1) Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani yang menandakan tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, dapat menurunkan kualitas belajar siswa. Untuk mempertahankan jasmani yang tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi, selain itu siswa dianjurkan memilih pola istirahat dan olahraga
ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara berkesinambungan.
2) Aspek Psikologis.
Banyak aspek yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa, namun diantaranya yang dipandang lebih esensial yaitu: (1) Inteligensi Siswa
Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Muhibbin Syah, 2012:131). Inteligensi merupakan kemampuan umum seseorang dalam menyesuaikan diri, belajar atau baerpikir abstrak (Subini, 2012:86).
(2) Sikap Siswa
Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sikap. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu (Slameto, 2002:188). Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya (Muhibbin Syah :2010:132). Sikap siswa terhadap guru dan mata pelajaran yang disajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi
proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya sikap negatif siswa terhadap guru dan pelajaran dapat menimbulkan kesulitan belajar untuk siswa tersebut.
(3) Bakat Siswa
Reber: 1988 (dalam Syah) mengemukakan Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. (Muhibbin Syah, 2012:133). Dengan demikian sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing- masing, jadi secara umum bakat itu mirip dengan inteligensi. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
Dari beberapa pandangan di atas jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu.
(4) Minat Siswa
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, samakin besar minat (Slameto, 2002:180).
Sedangkan menurut Djamarah (2008:166), minat adalah kecenderungan yang menetap dan mengenang beberapa aktifitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktifitas akan memperhatikan aktifitas itu secara konsisten dengan rasa senang.
(5) Motivasi Siswa
Motivasi mempunyai peranan penting dalam pencapaian keberhasilan suatu hal. Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang yang entah disadari atau tidak untuk melakukan tindakan dengan tujuan tertentu.
Motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik yaitu semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. (Muhibbin Syah, 2012:89).