• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

1. Siswa Putus Sekolah I

a. Faktor Penyebab Putus Sekolah

Faktor penyebab BM putus sekolah adalah dipengaruhi dari faktor siswa tersebut yang tidak ingin melanjutkan sekolah. BM mulai menunjukkan sifat-sifat tidak ingin masuk ke sekolah ketika ia mulai duduk di kelas 1 semester 2 dan kemalasan yang paling tinggi terjadi pada saat BM duduk di kelas 4 SD. Rasa malas yang mulai ditunjukkan oleh BM pada saat itu dengan cara membolos di setiap minggunya, hal ini mengakibatkan presensinya di setiap minggu menjadi jarang terisi dengan penuh. Sifat malas yang ditunjukkan oleh BM pada saat dia bersekolah di SDN Negeri Rejowinangun 2 ini sesuai dengan penuturan dari Wali Kelas BM, yaitu DS yang dilakukan wawancara pada tanggal 5 Maret 2015, “Absensinya setiap Bulan itu hanya masuk beberapa kali gitu kok, mulai parah itu ya kelas 4 itu mbak”. Wali kelas BM ini telah mengajar BM selama 1 tahun, jadi beliau mengetahui sifat BM ketika berada di sekolah.

Sifat malas BM untuk bersekolah setiap harinya ini menjadikan siswa tersebut kurang sekali dalam kemampuan akademis dikarenakan BM jarang sekali

74

masuk sekolah. Tertinggalnya BM dalam bidang akademik menjadikan dia menjadi siswa yang nilainya berada di bawah rata-rata teman satu kelasnya pada waktu itu yang mengakibatkan BM menjadi sering tinggal kelas di setiap tahun ajaran baru, seringnya BM tinggal kelas ini diutarakan oleh Ibu bagian Tata Usaha, yaitu SH di SDN Rejowinangun 2 yang dilakukan wawancara pada tanggal 5 Maret 2015, “Soalnya dia itu sering nunggak”. Seringnya BM tinggal kelas ini menjadikan BM menjadi pribadi yang pendiam dan kurang rasa percaya diri ketika ia berada di lingkungan sekolahnya, dia mungkin saja merasa malu akan dirinya yang sering tinggal kelas pada waktu itu. BM juga pernah merasakan satu kelas dengan adik kandungnya ketika BM tinggal kelas 3. Pada saat itu BM tidak naik kelas ke kelas 4 dan akhirnya disusul oleh adik kandung perempuannya di kelas yang sama pula, hal ini yang memungkinkan BM merasa malu akan keadaannya, tidak jarang BM sering di ejek oleh teman sebayanya karena sering tinggal kelas dan juga sempat satu kelas dengan adik kandungnya tersebut.

Saat berada di lingkungan sekolahnya tidak jarang BM sering meluapkan emosinya akibat di olok-olok temannya tersebut dengan membuat gaduh atau berkelahi dengan temannya, sifat dasar BM yang mempunyai emosi yang tinggi menyebabkan banyak dari temannya terganggu olehnya, hal ini didukung oleh fisik BM yang lebih dewasa dari teman-teman satu kelasnya pada saat itu, hal ini sesuai dengan penuturan DS selaku wali kelas BM yang diwawancarai pada tanggal 5 Maret 2015, “Sering berkelahi, mungkin masalah dia dikata-katain, anaknya mudah tersinggung, emosian lah mbak si BM itu. Kalo udah marah gitu

75

syarat agar BM berangkat ke sekolah setiap harinya, tidak jarang BM meminta sesuatu yang tidak sesuai dengan usianya pada saat itu, yaitu handphone. Setiap harinya BM akan meminta apa yang dia inginkan agar keinginanya bisa terpenuhi, jika keinginannya tidak terpenuhi dengan baik maka dia akan marah dan meluapkan semua emosinya, keinginan BM dalam meminta apaun ini diutarakan oleh NP Ibu BM yang dilakukan wawancara pada tanggal 29 Maret 2015, “Belum lagi dia itu selalu minta yang dia pengen juga saya penuhi biar dia mau sekolah”. Jadi setiap harinya Ibu BM harus menuruti apa yang diinginkan BM agar BM berkemauan untuk berangkat ke sekolahnya.

b. Tindakan Orangtua

Tindakan yang dilakukan oleh orangtua BM ini adalah tindakan yang dipergunakan agar BM bisa masuk sekolah dengan rajin. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan kepada orangtua BM, didapatkan bahwa tindakan orangtua BM ini adalah tindakan materil yang diberikan kepada BM mengingat BM selalu meminta apa yang dia inginkan sebagai syarat agar dia berkeinginan masuk ke sekolah. Hal ini sesuai dengan penuturan SH selaku Ibu TU yang ada di SDN Rejowinangun 2 yang dilakukan wawancara pada tanggal 5 Maret 2015, “Wong soalnya nek ibuknya cerita itu misalnya lagi di sekolah si BM itu pengen apa gitu ya dibelikan sama ibuknya, jadine yo wis di nut gitu hlo mbak sama ibuknya”. Keinginan BM inilah yang harus dipenuhi agar BM tetap bersekolah dan tidak membolos setiap harinya.

76

Selain itu Ibu BM juga mengupayakan agar BM tetap bersekolah pada saat itu dengan menunggu BM di sekolahnya mulai dari bel masuk sekolah hingga bel pulang berbunyi, tidak jarang Ibu BM ini sampai masuk ke dalam kelas BM serta duduk di samping BM guna menemani BM selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Upaya ini dilakukan disebabkan karena BM memiliki sifat yang pemalu dan mempunyai rasa kurang percaya diri yang kurang sekali saat berada di lingkungan sekolah, sesuai dengan penuturan Ibu BM yaitu NP yang dilakukan

wawancara pada tanggal 29 Maret 2015, “Saya kan dari kelas 1 nungguin BM di

sekolah, saya juga upayakan dia pengen apa saya turutin, halah yaanaknya gitu. Belum lagi dia selalu minta apa yang dia pengen juga saya penuhi biar dia mau sekolah tapi ya tetep aja”.

Hal lain juga telah orangtua BM lakukan pada saat BM telah keluar dari sekolah karena BM tidak berkeinginan untuk meneruskan sekolah, yaitu dengan tindakan mengikutkan BM untuk penyetaraan atau Kejar Paket A yang diupayakan oleh orangtua BM, namun kenyataannya BM tidak pernah tertarik dengan kegiatan penyetaraan tersebut. Padahal orangtua BM berharap BM bisa menyelesaikan pendidikan dasar minimalnya daripada tidak sekolah sama sekali, hal ini sesuai dengan penuturan Ayah BM yaitu SM yang dilakukan wawancara pada tanggal 29 Maret 2015, “Pengennya ya saya sekolah lagi, dulu udah diupayakan kejar persamaan itu gak mau, ya kerja gak papa tak ajarin kalo misalnya saya mampu”. Harapan dari orangtua BM adalah agar BM bisa mendapatkan ijazah minimal ketika siswa tersebut bisa mengikuti Kejar Paket A dan bisa dipergunakan untuk sekolah kembali apabila suatu saat BM sudah

77

mempunyai kemauan untuk kembali lagi bersekolah. Jikapun BM tidak mempunyai keinginan untuk sekolah kembali, Ayahnya pun bersedia memberikan ilmu bekerja yang telah Beliau miliki untuk diajarkan kepada BM.

Pandangan orangtua BM sendiri mengenai pendidikan dianggap penting hal ini telah ditunjukan dengan upaya yang telah dilakukan oleh orangtua BM agar BM tetap bisa bersekolah kembali, walaupun akhirnya BM tidak melanjutkan pendidikan dasarnya di SDN Rejowinangun 2. Pentingnya pendidikan yang dianggap perlu oleh orangtua BM ini dirasa harus didapatkan mengingat pendidikan ini bagi BM nantinya bisa menuntun BM ke tingkat pendidikan selanjutnya. Tindakan nyata yang dilakukan oleh orangtua BM ini adalah mereka mengupayakan BM agar berkeinginan untuk mengikuti kejar paket A atau persamaan yang nantinya bisa mendapatkan ijazah yang bisa dipergunakan untuk bekerja.

Penuturan tersebut sesuai dengan apa yang telah diutarakan oleh Ibu BM sendiri NP yang telah diwawancarai pada tanggal 29 Maret 2015, “Ya saya udah

ikutin persamaan paket A, tapi ya dianya gak mau”. Harapan dari orangtua BM

sendiri adalah agar BM bisa mengenyam pendidikan yang lebih tinggi dari orangtuanya dengan salah satu tindakan yang dilakukan di atas, diharapkan BM bisa menyelesaikan pendidikannya, dengan beberapa bentuk tindakan di atas yaitu menguapayakan kejar paket A, hal ini menunjukkan bahwa orangtua BM menganggap penting adanya pendidikan untuk BM.

78

c. Tindakan Sekolah

Tindakan yang telah dilakukan pihak sekolah yaitu SDN Rejowinangun 2 ini adalah salah satu bentuk agar BM bisa melanjutkan sekolahnya kembali. Tindakan nyata yang telah dilakukan kepada BM adalah dengan melakukan kunjungan rutin ke dalam rumah BM guna mengetahui sebab BM tidak masuk sekolah dan sering membolos di setiap minggunya. Kunjungan ini juga dipergunakan agar sekolah bisa mengharapkan BM untuk bisa kembali lagi ke sekolah seperti biasanya. Kunjungan ini biasanya dilakukan oleh wali kelas BM sendiri bersama jajaran guru ataupun bersama Ibu TU yang berada di SDN Rejowinangun 2 tersebut. Hal yang disayangkan adalah apabila wali kelas sedang melakukan kunjungan ke dalam rumah orangtua BM ini, sikap yang ditunjukkan BM adalah hanya diam saja dan tanpa rasa malu BM hanya menerima saja apa yang wali kelas pesan kepadanya, serta sikap lain yang ditunjukkan adalah BM hanya duduk di depan televisi dan berdiam diri saja.

Pihak sekolah beserta Kepala Sekolah dan juga wali kelas yang telah melakukan kunjungan ke rumah BM ini juga memberikan nasihat atau mengupayakan yang terbaik untuk BM kedepannya serta mencari solusi terbaik dari masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan penuturan Ibu TU yaitu SH yang dilakukan wawancara pada tanggal 5 Maret 2015, “Ya mengupayakan kerjasama dengan orangtua siswa mbak. Maksudnya gini kita sering home visit ke orangtuanya maksudnya kita akan menanyai ada maasalah apa di sekolah, ya kaya gitu. Kita juga udah upayakan ke rumah BM buat home visit”. Pada saat kunjungan ini lebih banyak Ibu BM yang diajak berdiskusi mengenai masalah BM

79

, mengingat Ayah BM selalu bekerja di luar kota sehingga Beliau jarang berada di rumah, hal ini sesuai dengan penuturan Ayah BM yang diwawancarai pada tanggal 29 Maret 2015, “Pernah waktu itu bu DS, tapi ya tetep anaknya cuma diem aja,gak mau sekolah”.

Pada saat melakukan diskusi bersama, pihak sekolah sebenarnya telah menawarkan BM untuk pindah ke sekolah yang disukai agar BM bisa masuk sekolah sesuai dengan keinginannya tanpa pernah membolos kembali, namun BM tetap memilih sekolah di SDN Rejowinangun 2 dan BM tetap saja membolos di setiap harinya, penuturan ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Wali Kelas BM yang dilakukan wawancara pada tanggal, “dulu saya sempat memberi saran kepada Ibunya kalo memang BM gak mau sekolah bisa disuruh BM untuk memilih sekolah lain agar gak malu karena mungkin sama adiknya, tapi anaknya gak mau”. Sebenarnya pihak sekolah BM telah berupaya penuh terhadap BM agar BM bisa masuk sekolah kembali, namun dari dalam diri BM sendiri yang tidak mempunyai keinginan untuk sekolah, maka tindakan yang telah dilakukan sekolah tidak bisa membuat BM kembali lagi bersekolah seperti teman-teman seusianya.

d. Aktivitas Terkini Setelah Putus Sekolah

Aktivitas terakhir BM saat ini adalah hanya menganggur di rumah saja, BM tidak melakukan apa yang dianjurkan oleh orangtuanya untuk kejar paket A dan melanjutkan pendidikannya, saat ini kegiatan BM sehari-hari hanyalah bermain dengan teman sebayanya di luar lingkungan rumahnya, kegiatan yang dia lakukan biasanya apabila berada di lingkungan rumah menghabiskan waktunya

80

untuk menonton televisi dan apabila BM berada di lingkungan luar rumahnya, BM akan bermain dengan teman sebayanya.

Dokumen terkait