• Tidak ada hasil yang ditemukan

Situasi Kebahasaan di Kabupaten Banyuwangi

BAB 5 INTERPRETASI DATA

5.2 Situasi Kebahasaan di Kabupaten Banyuwangi

Situasi kebahasaan di Kabupaten Banyuwangi sangat menarik untuk dilihat lebih mendalam. Hal ini disebabkan adanya pengakuan dari penduduk asli Banyuwangi yang dinamakan sebagai orang Using bahwa mereka tidak menggunakan bahasa Jawa, tetapi bahasa Using. Kata ―Using‖ sendiri mempunyai makna ‗tidak‘. Menurut sebagian besar masyarakat Banyuwangi ataupun berdasarkan beberapa penelitian bahasa mengenai daerah ini, kata yang mempunyai arti ‗tidak‘ tersebut menunjukkan bahwa masyarakat asli Banyuwangi ini tidak mau dikatakan sebagai masyarakat Jawa. Jadi, kata ―Using‖ tersebut sebagai penegas bahwa masyarakat Banyuwangi bukanlah masyarakat Jawa. Biasanya, bila ada seseorang bertanya kepada masyarakat Banyuwangi apakah mereka termasuk ke dalam masyarakat Jawa, jawabannya adalah using yang berarti tidak. Ketidakmauan masyarakat Banyuwangi disebut masyarakat Jawa erat kaitannya dengan aspek sejarah. Dalam hal ini, masyarakat Jawa lebih dikenal sebagai masyarakat bekas Kerajaan Majapahit dan Mataram, sedangkan masyarakat Banyuwangi berasal dari Kerajaan Blambangan yang terpisah dari

UNIVERSITAS INDONESIA

Kerajaan Majapahit dan Mataram walaupun termasuk ke dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit dan akhirnya diruntuhkan oleh Kerajaan Mataram yang ingin menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.

Menurut Hasan Ali (dalam Pola Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat

Using di Kabupaten Banyuwangi, 1993: 1) istilah wong Using ‗orang Using‘

diberikan oleh wong kulonan2 untuk menyebut sisa rakyat Blambangan yang pada waktu itu masih menganut Hindu-Jawa. Maksud dari wong kulonan adalah penduduk pendatang yang berasal dari Jawa Tengah, Madura, Bali, Bugis, dan Mandar. Kata using sendiri menandakan tidak mau menerima hidup bersama dengan wong kulonan. Kedatangan wong kulonan ini ke daerah Blambangan atau Banyuwangi diperkirakan sengaja didatangkan oleh Belanda untuk dipekerjakan di perkebunan milik Belanda. Kondisi ini terjadi karena masyarakat Blambangan tidak mau bekerja di perkebunan milik Belanda yang dibuka di daerah Blambangan atau Banyuwangi.

Namun, dari beberapa buku yang telah ditemukan mengenai penamaan bahasa yang digunakan penduduk Banyuwangi ini tidak memiliki kesamaan. Hal tersebut membuat ketidakjelasan status bahasa yang dipakai masyarakat Banyuwangi. Tentu saja, hal ini membuat masyarakat Banyuwangi maupun masyarakat di luar Banyuwangi menjadi bingung. Menurut Sugono (1985: 2), bahasa masyarakat Banyuwangi adalah bahasa Jawa dialek Using. Hal tersebut terlihat pada judul buku Verba Transitif Dialek Osing: Analisis Tagmentik dan penjelasan pada bagian latar belakang. Selain itu, Soetoko (1981: 1) dalam

Geografi Dialek Banyuwangi juga menyebutkan bahasa yang dipakai masyarakat

Banyuwangi adalah bahasa Jawa dialek Banyuwangi. Di samping itu, Soetoko (1981: 44) juga menyebutkan pada bab kesimpulan bahwa dialek Banyuwangi ini merupakan dialek dari bahasa Jawa dan mengandung kata yang banyak berasal dari bahasa Kawi.

Hal berbeda ditunjukkan dalam disertasi Herusantosa (1980) yang menyebutkan bahasa yang dipakai di Banyuwangi adalah bahasa Using. Hal tersebut sejalan dengan dibuatnya Kamus Bahasa Using (2002) dan Pedoman

2 Dalam bahasa Indonesia, wong mempunyai arti ‗orang‘ dan kulon mempunyai arti ‗barat‘ sehingga wong kulonan berarti ‗orang dari barat‘.

UNIVERSITAS INDONESIA

Umum Bahasa Using (2008) oleh Dewan Kesenian Blambangan. Adanya kedua

buku tersebut semakin menguatkan bahasa yang dipakai masyarakat Banyuwangi adalah bahasa Using. Begitupun dengan SIL (dalam Bahasa dan Peta Bahasa di

Indonesia, 2008: 40) yang mengidentifikasikan adanya bahasa Using di Pulau

Jawa. Meskipun demikian, Badan Bahasa (dalam Bahasa dan Peta Bahasa di

Indonesia, 2008: 40) dan Balai Bahasa Yogyakarta (dalam Tata Bahasa Jawa Mutakhir, 2006: 20) tetap menggolongkan bahasa yang digunakan masyarakat

Banyuwangi sebagai bahasa Jawa dialek Using.

Dalam hal ini, bagaimana situasi kebahasaan di Kabupaten Banyuwangi juga dapat terlihat dari pengakuan informan penelitian ini terkait bahasa yang digunakan sehari-hari. Pemilihan informan ini ditentukan berdasarkan orang yang menggunakan bahasa mayoritas di setiap kecamatan di Banyuwangi. Hal ini disebabkan cakupan penelitian adalah kabupaten sehingga lingkup titik pengamatannya kecamatan. Sayangnya, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi tidak memiliki data terkait bahasa mayoritas di setiap kecamatan. Akan tetapi, informasi mengenai bahasa mayoritas di setiap kecamatan di Banyuwangi seperti sudah menjadi pengetahuan bersama. Hal tersebut disebabkan setiap orang yang ditanya terkait bahasa apa yang paling banyak digunakan di setiap kecamatan memiliki kesamaan jawaban antara yang satu dengan yang lainnya. Pengetahuan bersama yang seragam masyarakat Banyuwangi mengenai bahasa mayoritas yang digunakan di setiap kecamatan dijadikan acuan untuk memilih informan. Berikut pengakuan bahasa mayoritas di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi.

Tabel 5.1 Pengakuan bahasa Mayoritas Setiap Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi No Kecamatan Bahasa Mayoritas No Kecamatan Bahasa Mayoritas

1 Glagah Using 13 Glenmore Madura

2 Giri Using 14 Genteng Jawa

3 Kalipuro Using 15 Gambiran Jawa

4 Licin Using 16 Cluring Using

5 Kabat Using 17 Muncar Madura

6 Banyuwangi Kota Using 18 Kalibaru Madura

7 Songgon Jawa 19 Tegalsari Jawa

8 Singojuruh Using 20 Bangorejo Jawa

UNIVERSITAS INDONESIA

10 Sempu Jawa 22 Tegaldlimo Jawa

11 Srono Using 23 Siliragung Jawa

12 Wongsorejo Madura 24 Pesanggaran Jawa

Sumber: Diperoleh berdasarkan keterangan masyarakat Banyuwangi yang diambil secara acak (5—10 orang)

Meskipun demikian, sebenarnya bahasa-bahasa yang ada di Banyuwangi tidak hanya yang tersebut di atas. Bahasa Bali, Arab, Mandar, dan Bugis juga terdapat di Kabupaten Banyuwangi ini. Secara keseluruhan, masyarakat pengguna bahasa yang sama sudah membuat batasan wilayahnya sendiri. Hal ini terlihat dari pengakuan penggunaan bahasa Using yang berada di wilayah tengah Banyuwangi. Daerah pinggiran seperti utara, barat, dan timur mayoritas didiami masyarakat pengguna bahasa Madura dan daerah selatan dikenal sebagai daerah pengguna bahasa Jawa. Dalam lingkup lebih kecil, banyak sekali penyebutan Kampung Bali, Kampung Arab, dan sebagainya. Penyebutan tersebut didasarkan pada bahasa yang digunakan oleh masyarakat wilayah setempat yang merupakan pendatang.

Pengakuan penggunaan bahasa yang digunakan masyarakat asli Banyuwangi tersebut memiliki kondisi yang berbeda dengan hasil penghitungan dialektometri. Pada tabel sebelumnya dapat terlihat adanya tiga bahasa yang dominan digunakan di Kabupaten Banyuwangi, yaitu bahasa Jawa, Madura, dan Using. Akan tetapi, pada penghitungan dialektometri hanya terdapat dua bahasa yang berbeda, yaitu bahasa Jawa dan Madura. Bahasa Using yang diklaim sebagai bahasa yang terpisah dari bahasa Jawa ini ternyata memiliki persentase perbedaan yang sangat kecil sekali dengan perolehan rata-rata < 30%. Perolehan yang berbeda ditunjukkan oleh bahasa Madura yang mempunyai perolehan penghitungan rata-rata >70% dengan titik pengamatan lainnya. Hal ini membuat bahasa Jawa dan Using dapat dianggap tidak memiliki perbedaan bahasa. Dengan begitu, sebutan bahasa yang digunakan masyarakat Banyuwangi asli berdasarkan penghitungan dialektometri adalah bahasa Jawa Banyuwangi.

Dokumen terkait