• Tidak ada hasil yang ditemukan

Variasi Bahasa di Kabupaten Banyuwangi

BAB 5 INTERPRETASI DATA

5.3 Variasi Bahasa di Kabupaten Banyuwangi

Dalam setiap pemakaian bahasa pasti terdapat beberapa variasi yang muncul di antara pengguna bahasa yang sama. Menurut penulis, kondisi tersebut terjadi karena banyak faktor yang memengaruhi, misalnya, letak geografis, daya tangkap

UNIVERSITAS INDONESIA

pendengaran seseorang, pengaruh dari luar daerah, dan sebagainya. Biasanya, variasi yang muncul tidak menentu dan terkadang sangat melenceng dari bahasa asal. Bila dikaitkan dengan situasi kebahasaan di Kabupaten Banyuwangi, ada banyak variasi yang muncul dari data yang diambil berdasarkan 271 kosakata umum Swadesh maupun kosakata peralatan dan perlengkapan. Hal ini terlihat pada bab empat mengenai bahasan peta. Variasi tersebut diketahui dari banyaknya pelambang dalam penggolongan etima. Bahkan, satu etima saja mempunyai lebih dari dua pelambang. Rata-rata pelambang yang terjaring sebanyak sebelas pelambang di setiap etimanya. Hal ini membuat variasi apa saja yang muncul di Kabupaten Banyuwangi dari sisi, baik bahasa Madura maupun bahasa Jawa menjadi menarik untuk dibahas lebih lanjut.

5.3.1 Variasi Bahasa Jawa Banyuwangi

Setelah melihat data secara menyeluruh, variasi bahasa Jawa yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi ini terbagi menjadi tiga jenis, yaitu perubahan bunyi, penghilangan bunyi, dan penambahan bunyi. Ketiga jenis variasi bahasa ini tergantung kepada letak atau lokasi bunyi tersebut. Lokasi atau letak dibedakan atas bagian depan, tengah, dan akhir.

5.3.1.1 Perubahan Bunyi

Pada perubahan bunyi terdapat beberapa kosakata yang dapat disebut sebagai pasangan minimal. Salah satu contoh dari adanya pasangan minimal tersebut ditunjukkan dari adanya perbedaan bunyi konsonan /m/ dengan /b/. Hal tersebut terlihat pada [tamεŋ] dengan [tabεŋ]. Perubahan bunyi tersebut terjadi pada bagian tengah kata. Selain itu, ada pula perubahan bunyi /b/ menjadi /l/ pada [bintaŋ] dan [lintaŋ]. Adanya perubahan pada bagian awal kata ini menandakan adanya kemiripan di antara kedua kata tersebut yang hanya berbeda satu bunyi.

Pada variasi bahasa jenis ini, terdapat pula kekhasan dari bahasa yang diujarkan oleh orang Banyuwangi. Kekhasan tersebut terlihat dari perubahan bunyi /i/ dan /u/ pada bagian akhir kata. Hal tersebut diketahui dari [awu] menjadi [awaw], [tәlu] menjadi [tәlaw], [susu] menjadi [susaw], dan seterusnya. Bunyi /u/

UNIVERSITAS INDONESIA

berubah menjadi [aw] ini tidak terjadi pada setiap kata secara konsisten. Pada kata atau glos JALAN (BER) masih banyak yang menyebut [mәlaku] dan hanya informan di Kecamatan Glagah saja yang menyebutkan akhiran dengan bunyi /u/ menjadi [aw] secara tetap, yaitu [mәlakaw]. Kondisi yang tidak jauh berbeda juga ditunjukkan pada akhiran bunyi /i/ yang berubah menjadi [ay]. Tidak semua kosakata yang diujarkan masyarakat yang mengaku asli Banyuwangi menggunakan akhiran [ay] sebagai pengganti /i/. Contoh dari adanya perubahan /i/ menjadi [ay] terlihat pada [tali] dengan [talay], [bәŋi] dengan [bәŋay], [mili] dengan [milay], dan seterusnya. Tidak hanya itu, adapun perubahan juga terjadi pada aspek tegang atau kendur pengucapan atau pelafalannya. Hal ini disebabkan adanya variasi [urIp] dengan [ƱrIp]. Bunyi /u/ yang berada di bagian awal kata memiliki variasi bunyi/Ʊ/ yang berbeda ketegangan pelafalan.

5.3.1.2 Penghilangan Bunyi

Di sisi lain, ada pula jenis variasi bahasa berupa penghilangan bunyi. Biasanya, penghilangan bunyi terletak di bagian awal dan akhir. Meskipun demikian, ada juga penghilangan bunyi bagian tengah, Hanya saja, bila dilihat berdasarkan frekuensi kemunculan jenis ini lebih sering terletak pada bagian awal dan akhir. Hal ini terbukti dari [wulan] dan [ulan]. Pada [wulan] dan [ulan], bunyi konsonan /w/ yang berada di bagian depan kata menjadi hilang. Penghilangan bunyi /w/ pada bagian depan ini menjadi penanda variasi bahasa dari penyebutan [wulan]. Hal ini bisa saja disebabkan [wulan] dianggap terlalu panjang sehingga orang yang ingin cepat mengujarkannya menjadi tidak melibatkan bunyi /w/ pada bagian depan kata.

5.3.1.3 Penambahan Bunyi

Kemudian, ada pula penambahan bunyi yang menjadi penanda adanya variasi bahasa. Penambahan bunyi ini cenderung memiliki pola yang khas dari bahasa yang digunakan oleh masyarakat Banyuwangi. Penambahan bunyi tersebut adalah/y/ dan /Ɂ/. Tidak hanya itu, ada pula penambahan bunyi /ŋ/ dan /m/. Dari sebagian besar penambahan bunyi yang telah disebutkan, perbedaan di antara penambahan bunyi tersebut terletak pada posisi bunyi tersebut. Pada penambahan

UNIVERSITAS INDONESIA

bunyi /ŋ/ dan /m/ terjadi pada bagian depan kata, sedangkan penambahan bunyi /Ɂ/ terjadi pada bagian akhir kata. Lain halnya dengan penambahan bunyi /y/ yang dapat berada di depan maupun tengah kata. Hal tersebut terlihat pada [bulan] dengan [mbulan], [ŋguyu], [limᴐɁ]. Sementara itu, penambahan bunyi /y/ dapat terlihat dari [abyaŋ], [by

antal], dan [gyarIŋ]. Dalam hal ini, ketidakkonsistenan pemakaian pola variasi bahasa ini dapat terlihat pada kata atau glos AIR. Ada beberapa informan yang menyebutkan [byaɲu] dan [baɲaw]. Hal ini membuktikan bahwa pemakaian [aw] atau sisipan bunyi /y/ tergantung dari kenyamanan dan keberterimaan masyarakat daerah tersebut. Hal yang sudah jelas adalah variasi bahasa ini tidak konsisten selalu diikuti dengan pola yang sama.

Berdasarkan pemaparan mengenai variasi bahasa Jawa Banyuwangi, salah satu variasi yang dominan adalah perubahan bunyi. Hal ini disebabkan frekuensi kemunculan perubahan bunyi jauh lebih banyak dibandingkan penghilangan bunyi maupun penambahan bunyi. Terlebih lagi, perubahan bunyi ini menjadi ciri khas yang melekat dari bahasa Jawa Banyuwangi dibandingkan dengan bahasa Jawa lainnya. Kondisi tersebut tidak mengherankan karena jika mendengar orang asli Banyuwangi berbicara akan tampak adanya perubahan bunyi walaupun pada dasarnya tetap tidak ada perbedaan dengan bahasa Jawa pada umumnya.

5.3.2 Variasi Bahasa Madura

Di lain pihak, bahasa Madura juga mempunyai beberapa variasi bahasa. Hal ini disebabkan bahasa Madura pun memiliki beberapa dialek yang berbeda antara satu dialek Madura dengan dialek Madura lainnya. Biasanya, pembeda bahasa Madura dilihat dari bahasa Madura mana yang digunakan atau asal dari orang Madura tersebut. Ciri yang paling terlihat dari bahasa Madura ini adalah penggantian bunyi /a/ dalam bahasa Indonesia dengan bunyi /ә/, seperti [dagiŋ] dan [dәgiŋ]. Selain itu, kebanyakan bunyi vokal yang diucapkan di akhir kata adalah bunyi /ε/. Hal tersebut terlihat dari [talεh] dari TALI dan [kƱnεŋ] dari KUNING. Hal ini juga dapat menandakan bahwa bunyi /i/ cenderung berubah menjadi bunyi /ε/ dalam bahasa Madura. Variasi dari bahasa Madura ini sendiri di Banyuwangi terletak dari adanya penambahan bunyi di bagian akhir. Hal ini terlihat dari adanya penyebutan [atε] dengan [atεh] dan [rәbbә] dengan [rәbbәh].

UNIVERSITAS INDONESIA

Penambahan bunyi yang menandakan perbedaan variasi bahasa ini dimunculkan dengan adanya bunyi konsonan /h/ di bagian akhir kata. Dilihat dari frekuensi kemunculannya, penambahan bunyi merupakan variasi bahasa Madura yang tergolong banyak jumlahnya.

5.4 Hubungan Bahasa Jawa Banyuwangi dengan Bahasa Jawa Lainnya

Dokumen terkait