• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.9 Metode Kuantitatif dalam Penelitian

2.9.2 Skala Pengukuran

Menurut Sugiyono (2013) skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada didalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Seperti yang dijelaskan Sugiyono (2013) terdapat beberapa macam skala pengukuran:

1. Skala Likert. Djaali dalam Rosalina (2017) menjelaskan skala Likert adalah salah satu skala pengukuran sikap yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tertentu terhadap suatu gejala atau fenomena pendidikan. Nama skala ini diambil dari nama Rensis Likert, pendidik dan ahli psikolog Amerika Serikat. Rensis Likert telah mengembangkan sebuah skala untuk mengukur sikap masyarakat sejak tahun 1932. Skala likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset beberapa survei. Skala ini mempunyai empat atau lebih butir pertanyaan yang dikombinasikan sehingga membentuk suatu skor/nilai yang merepresentasikan sifat individu, seperti pengetahuan, sikap, dan perilaku (Syofian et al., 2015). Skala likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai fenomena sosial (Sugiyono, 2013).

Sewaktu menanggapi pertanyaan atau pernyataan dalam skala likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu

pertanyaan atau pernyataan dengan memilih salah satu dari pilian yang tersedia. Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan format seperti : [1] sangat setuju, [2] setuju, [3] netral, [4] tidak setuju, dan [5] sangat tidak setuju (Syofian et al., 2015). Selain pilihan dengan lima skala seperti contoh diatas, kadang digunakan juga skala dengan tujuh atau sembilan tingkat.

2. Skala Guttman

Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapatkan jawaban yang tegas, yaitu “ya-tidak” “benar-salah” “pernah-tidak pernah” “positif-negatif”

dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikotomi.

3. Semantic Differensial

Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat positif” terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat negative” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.

4. Skala Rating

Dari ketiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian

dikuantitatifkan. Tetapi dengan rating-scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

2.9.3 Metode Pengumpulan Data

Metode atau teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian (Setiawan, 2016). Menurut Sugiyono (2013) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dengan metode pengumpulan data yang tepat akan memungkinkan peneliti untuk memperoleh data yang valid sehingga dapat membantu dalam penelitian. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan berbagai metode :

1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2009). Kegiatan wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon. Menurut Sugiyono (2009), terdapat dua jenis wawancara yakni wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.

2. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner ini cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet (Sugiyono, 2013).

3. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan disertai dengan pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek penelitian (Setiawan, 2016). Observasi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai objek penelitian secara keseluruhan.

4. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah teknik survei terhadap data yang telah ada dengan menggali teori-teori yang telah berkembang dalam bidang ilmu yang berkepentingan, mencari metode-metode serta teknik penelitian baik dalam mengumpulkan data atau dalam menganalisis data yang telah pernah digunakan oleh peneliti-peneliti terdahulu (Nazir, 2009).

2.9.4 Populasi dan Teknik Sampling

Menurut Sekaran & Roger (2010), populasi merupakan sekelompok orang, kejadian atau hal hal yang menarik para peneliti berkeinginan untuk menyelidiki.

Sedangkan menurut Sugiyono (2012), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Jenis Populasi menurut Amirin (2011):

1. Populasi Terhingga, adalah populasi yang anggota-anggotanya sangat mungkin dan bisa dihitung, Terhingga artinya ada hitungan tertentu, bisa dihitung jumlah atau banyaknya. Teknik-teknik Sampling yang telah digunakan untuk populasi terhingga, yaitu teknik simple random Sampling, systematic Sampling (teknik ordinal), stratified random Sampling, cluster random Sampling, dan area random Sampling, semuanya berkaitan dengan populasi terhingga.

2. Populasi Tak Terhingga atau Populasi tak terbatas yaitu populasi yang tidak bisa dihitung jumlah atau banyaknya, tetapi jelas keberadaannya.

3. Populasi tak jelas atau tak pasti, adalah populasi yang keberadaan dan jumlah anggotanya tidak diketahui secara pasti, tidak jelas keberadaan dan jumlahnya, dapat diketahui umum keberadaannya karena ada tempat-tempat tertentu yang biasa mereka ada di situ, akan tetapi tidakpasti banyaknya (tak bisa “dihingga” karena sebagian tidak diketahui juga keberadaannya).

Seperti telah disebutkan, populasi (populasi subjek atau responden penelitian) tak terhingga adalah populasi yang jumlah anggotanya tidak bisa atau tidak mungkin dihitung, sehingga tidak diketahui secara pasti berapa jumlah anggota populasi tersebut, sedangkan populasi tak jelas atau tidak pasti adalah

populasi yang keberadaan dan jumlah anggotanya tidak jelas atau tidak bisa dipastikan jumlahnya. Oleh karena anggota populasinya tidak diketahui secara pasti siapa saja dan berapa banyak, maka tidak mungkin mengambil sampel dari populasi tersebut secara adil, memberi peluang yang sama kepada setiap anggota untuk terambil menjadi sampel (probability Sampling), atau mengambil sampelnya secara acak (random Sampling). Oleh karena tidak memberi peluang yang adil, yang sama, kepada setiap anggota populasi untuk menjadi sampel, maka teknik-teknik pengambilan sampel dari populasi tak terhingga dan tidak jelas ini dikelompokkan ke dalam rumpun nonprobability Sampling, yaitu cara pengambilan sampel yang tidak memberi peluang yang sama kepada setiap anggota untuk terambil sebagai sampel.

Sampel merupakan suatu bagian populasi. Dengan mengambil sampel, peneliti ingin menarik kesimpulan yang akan digeneralisasi terhadap populasi.

Penarikan sampel merupakan proses pemilihan sejumlah elemen dari populasi. Dan salah satu metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah menggunakan rumus Slovin (Sevilla et al., 1993; Sarwono, 2006; Riduwan, 2013;

Pradana dan Reventiary, 2016), sebagai berikut :

……… (1)

Keterangan : n : Jumlah Sampel N : Jumlah Populasi

e : Batas kelonggaran ketidak telitian (dengan nilai batas kelonggaran ketidak telitian adalah 5%)

Menurut Sekaran & Roger (2010) sampel adalah bagian dari populasi.

Sampel terdiri dari beberapa anggota yang dipilih dari populasi. Sedangkan menurut Sugiyono (2012), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili).

Menurut Sekaran & Roger (2010), Sampling adalah proses memilih jumlah yang cukup dari elemen yang tepat dari populasi, dengan mempelajari sample dan pemahaman tentang sifat-sifat atau karateristik memungkinkan bagi kita untuk menggenerelasikan sifat-sifat atau karakteristik dari elemen populasi.

Langkah-langkah dalam Sampling, yaitu:

1. Mendefinisikan populasi 2. Menentukan kerangka sampel 3. Menentukan desain Sampling

4. Menentukan ukuran sampel yang sesuai 5. Menjalankan proses Sampling

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Sampling adalah proses memilih sampel untuk mendapatkan data yang akurat dalam sebuah penelitian.

Dalam pengambilan Sampling, terdapat beberapa teknik pengambilan Sampling.

Menurut Sugiyono (2012) teknik Sampling pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu:

1. Probability Sampling adalah teknik Sampling (teknik pengambilan sampel) yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Cara ini juga sering disebut random Sampling. Ada beberapa teknik probability Sampling antara lain:

a. Simple Random Sampling

Yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Hal ini dilakukan karena anggota populasi dianggap homogen. Jika menggunakan teknik random Sampling dapat dilakukan generalisasi dengan tingkat validitas generalisasi sangat baik.

Dengan kata lain, jika tujuan penelitian adalah untuk melakukan generalisasi, maka teknik Sampling yang terbaik adalah random Sampling, sedangkan Jika menggunakan teknik nonrandom Sampling, dan dilakukan generalisasi terhadap populasinya, maka tingkat validitas generalisasinya kurang baik. Dengan kata lain, generalisasi hanya berlaku untuk sampel yang digunakan saja. Para peneliti menggunakan probabilitas atau random Sampling, karena menghemat waktu dan biaya. Jika dilakukan dengan benar, hasil dari sampel dapat menghasilkan 1/1000 biaya dan waktu. Tujuan kedua probability Sampling adalah akurasi. Hasil yang dirancang dengan baik dan hati-hati dilakukan probabilitas sampel akan menghasilkan hasil yang sama, jika tidak lebih akurat dari pada mencoba untuk

menjangkau setiap orang di seluruh populasi. Selain itu, probability Sampling lebih disukai oleh para peneliti kuantitatif karena menghasilkan sampel yang mewakili populasi dan memungkinkan peneliti untuk menggunakan teknik statistik yang kuat.

b. Proprtion Strafied Sampling

Yaitu teknik pengambilang sampel apabila populasi mempunyai anggota unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proposional.

c. Disproportionate Stratified Random Sampling

Yaitu teknik pengambilan sampel apabila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen tetapo berstrata tidak secara proposional.

d. Cluster Sampling

Teknik Sampling daerah digunakan untuk menggunakan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari suatu Negara, Propinsi, Kabupaten. Teknik Sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah dan tahap berikutnya menentukan orang- orang yang ada pada daerah itu secara Sampling juga.

2. Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Terdapat beberapa teknik sampel yaitu:

a. Sampling Sistematis

Adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut

b. Sampling Kuota

Adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.

c. Sampling Insedental

Adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

d. Sampling Purposive

Adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

e. Sampling Jenuh

Adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

f. Snowball Sampling

Adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar.

Dokumen terkait