• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKELET APENDIKULAR TRENGGILING JAWA Tulang Kaki Depan

Kaki depan trenggiling secara umum mempunyai susunan yang sama dengan beberapa mamalia penggali seperti anjing, kelinci, tikus, dan beberapa kelompok hewan pemakan semut.

Os scapula trenggiling memiliki permukaan yang meluas di beberapa bagian, yaitu pada angulus caudalis dan angulus glenoidalis. Menurut Hildebrand & Goslow (2001) dan Pough et al. (2005) os scapula mamalia penggali memiliki struktur yang khas karena pada angulus caudalis os scapula mengalami perluasan sebagai pertautan dari m. teres major yang berfungsi untuk meningkatkan daya angkat kaki depan.

Spina scapula trenggiling tidak bersambung sampai ke margo vertebralis, berbeda dengan pada sapi atau anjing. Menurut Dyce et al. (1996) spina scapula merupakan insersio dari m. trapezius pars thoracis. Otot ini menjaga supaya os scapula tidak terkuak ke lateral.

Os humerus mempunyai caput yang besar dengan permukaan persendian konveks yang luas sehingga memungkinkan banyak gerakan seperti fleksio, ekstensio, dan abduksio. Trenggiling memiliki beberapa penonjolan yang besar, seperti tuberculum humeri medialis, tuberositas teres, crista condylus lateralis, epicondylus lateralis, dan epicondylus medialis. Menurut Hildebrand & Goslow (2001) dan Pough et al. (2005) epicondylus lateralis yang besar merupkan ciri mamalia penggali yang berfungsi sebagai origo dari otot supinator dan ekstensor.

Bagian mediodistal os humerus trenggiling memiliki foramen supracondyloidea. Menurut Dyce et al. (1996) foramen ini terdapat pada os humerus kucing dan berfungsi sebagai tempat berlalunya nervus medianus dan

arteri brachialis. Foramen ini menurut Hildebrand & Goslow (2001) merupakan ciri khas pada hewan pemanjat (climbers). Pada trenggiling foramen supracondyloidea di duga berfungsi untuk mencegah terjepitnya pembuluh darah dan syaraf kaki depan, karena trenggiling sangat aktif menggunakan kaki depan untuk menggali atau memanjat pohon.

Os radius dan os ulna tidak bersatu tetapi membentuk persendian pada kedua ekstremitasnya. Os radius trenggiling terletak di bagian cranial dari os ulna. Menurut Dyce et al. (1996) jika os radius dan os ulna tidak bersatu maka dapat melakukan beberapa gerakan seperti supinasio dan pronasio yang lebih banyak. Pada trenggiling gerakan tersebut diduga dapat dilakukan dengan baik dalam aktifitas penggalian tanah atau ketika memanjat pohon. Menurut Hildebrand & Goslow (2001) dan Pough et al. (2005) mamalia penggali memiliki os radius yang pendek, sehingga mengurangi ”cut-lever” dari m. triceps.

Bidang mediodistal os radius trenggiling terlihat jelas seperti crista, daerah ini merupakan insertio dari m. brachialis yang berfungsi sebagai fleksor persendian siku. Trenggiling memiliki olecranon yang panjang sehingga menghasilkan tenaga ungkit yang besar. Olecranon tidak dijumpai pada reptil seperti buaya (Kent & Carr 2001). Olecranon merupakan insersio dari otot-otot ekstensor persendian siku, seperti m. tensor fascia antibrachii, m. triceps brachii, dan m. anconeus. Pada ujung mediodistal dari os radius trenggiling berkembang menjadi processus styloideus medialis, sedangkan pada ujung laterodistal os ulna menjadi processus styloideus lateralis. Hal ini sama seperti pada anjing.

Ossa carpal, metacarpal, dan phalanges trenggiling pendek dan besar. Menurut Hildebrand & Goslow (2001) dan Pough et al. (2005) hal itu menunjukkan ciri hewan penggali dan pemanjat. Fleksio dari daerah manus ini dilakukan oleh kelompok otot-otot fleksor. Kelompok otot ini pada anjing memiliki beberapa ciri umum seperti dapat melakukan fleksio carpus, terletak di caudal manus, dan berorigo pada epicondylus medialis. Pada trenggiling, otot-otot fleksor memiliki peran penting untuk menggali dan memanjat. Fungsi otot-otot

36

fleksor ini juga dibantu oleh ossa sesamoidea proximalis. Menurut Dyce et al. (1996), pada karnivora dan babi hanya memiliki beberapa jari yang aktif, yaitu jari pertama, kedua, dan kelima pada anjing dan kucing, serta jari kedua dan kelima pada babi. Sedangkan pada trenggiling, kelima jarinya aktif dan memiliki peran penting. Secara umum susunan ossa carpi trenggiling sama dengan susunan ossa carpi karnivora.

Trenggiling mempunyai susunan ossa phalanges 3-3-3-3-3. Susunan ossa phalanges trenggiling sama dengan kebanyakan hewan plantigradi seperti beruang dan monyet. Pada hewan pentadactyla memiliki susunan ossa phalanges kaki depan dimulai dari ibu jari biasanya 2-3-4-5-3, sedangkan pada therapsida awal menjadi 2-2-4-5-3 (Kent & Carr 2001). Secara umum pada mamalia modern memiliki lima jari. Kelima jari trenggiling dilengkapi dengan kuku yang panjang dan kuat. Menurut Hildebrand & Goslow (2001) dan Pough et al. (2005) mamalia penggali memiliki kaki yang dilengkapi dengan kuku yang panjang dan kuat untuk menggali tanah

Tulang Kaki Belakang

Tulang kaki belakang berperan sebagai pendorong tubuh. Pada kaki hewan pelari biasanya mempunyai morfologi tulang yang ramping dan panjang, berbeda dengan hewan penggali atau pemanjat yang cenderung memiliki morfologi tulang pendek, besar, dan memiliki banyak bungkul untuk pertautan otot.

Perilaku trenggiling seperti menggali tanah, memanjat pohon, dan menggulung tubuhnya menyebabkan os coxae trenggiling berbeda dengan os coxae mamalia pada umumnya. Trenggiling memiliki margo cranial dan cudal dari os pubis yang lebih vertikal sehingga symphysis pelvisnya menjadi lemah. Margo cranial dan caudal dari os pubis ini diduga menjadi origo dari otot-otot perut dan ekor yang kuat. Sudut kemiringan yang dibentuk oleh os coxae dengan os sacrum relatif kecil sehingga os ilium hampir berada dalam satu garis lurus dengan os ischium. Hal ini menyebabkan persendian paha trenggiling lebih ke dorsal. Menurut Hildebrand & Goslow (2001) dan Pough et al. (2005), pada hewan penggali memiliki symphysis pelvis yang lemah, os sacrum yang bersatu

dengan os coxae, dan persendian paha yang relatif lebih ke dorsal mendekati spina sacralis.

Processus transversus os sacrum trenggiling dihubungkan dengan tuber ischium oleh ligamen. Ligamen ini juga terdapat pada beberapa mamalia. Menurut Dyce et al. (1996); Hildebrand & Goslow (2001) ligamen ini juga terdapat pada anjing dan disebut ligamentum sacrotuberous. Pada trenggiling hubungan yang disebabkan oleh ligamentum sacrotuberous ini menyebabkan terbentuknya foramen berbentuk oval di bagian dorsal foramen obturatorium (foramen sacroischium). Menurut Hildebrand & Goslow (2001) ligamentum sacrotuberous pada anjing berfungsi untuk menahan os innominate (os ilium, os ischium, dan os pubis yang menyatu ketika dewasa) yang berotasi pada os sacrum ketika kaki belakang berayun ke dorsal. Pada ungulata ligamentum ini dinamakan ligamentum sacrosciatic, karena berkembang luas seperti pita di antara sudut lateral oa sacrum dan sudut dorsal dari os ilium dan os ischium (Dyce et al. 1996). Os sacrum dan os coxae yang bersatu pada trenggiling mengakibatkan ligamentum sacrotuberous sangat pendek.

Pada os femur trenggiling terdapat bebarapa bungkul yang menarik untuk dikaji, karena merupakan tempat pertautan otot-otot kaki belakang. Penonjolan pada os femur trenggiling yang jelas terlihat adalah trochanter major dan trochanter minor. Os femur trenggiling mirip dengan os femur pada anjing dan kelinci (Getty 1975; Popesko et al. 1992).

Menurut Getty (1975) trochanter major merupakan origo dari m. vastus lateralis yang berfungsi sebagai ekstensor stifle joint (persendian lutut). Selain itu, trochanter major juga menjadi insersio bagi m. gluteus medius dan m. gluteus profundus. M. gluteus medius berfungsi sebagai ekstensor hip joint (persendian panggul) dan abduktor kaki belakang, Sedangkan m. gluteus profundus berfungsi sebagai abduktor kaki belakang dan rotasi kaki belakang ke dalam. Trochanter minor merupakan insersio dari m. psoas major dan m. iliacus. Kedua otot ini berfungsi untuk memfleksor persendian panggul dan rotasi paha ke luar. Pada bagian medial os femur trenggiling banyak terdapat foramen nutrien.

Os sessamoidea pada kaki belakang trenggiling yang terletak di bagian plantar epicondylus lateralis os femur mirip dengan os sessamoidea yang terdapat

38

pada anjing dan kelinci. Menurut Getty (1975) dan Popesko et al. (1992) os sesamoidea ini merupakan origo dari musculus gastrocnemius yang berfungsi

sebagai fleksor persendian lutut dan ekstensor persendian tarsus. Os femur trenggiling memiliki trochlea yang lebar. Menurut Hildebrand & Goslow (2001) trochlea yang lebar merupakan ciri hewan pemanjat seperti pada tupai terbang.

Tulang tempurung (os patella) trenggiling mempunyai permukaan persendian yang konveks dan mengadakan persendian dengan trochlea os femur. Menurut Getty (1975) os patella menjadi insersio dari m. rectus femoris, m. vastus lateralis, m. vastus medialis, dan m. vastus intermedius. Keempat otot ini berfungsi sebagai ekstensor persendian lutut. Pada reptil seperti buaya tidak memiliki os patella, karena reptil berjalan dengan merayap, sehingga fungsi extensor persendian lutut tidak optimal digunakan (Kent & carr 2001).

Trenggiling memiliki caput fibula yang besar. Daerah ini menjadi origo bagi m. soleus. Otot ini berfungsi untuk membantu kerja m. gastrocnemius sebagai ekstensor persendian tarsus dan fleksor persendian lutut (Getty 1975). Os tibia dan os fibula pada trenggiling tidak bersatu tetapi membentuk persendian. Di antara kedua tulang tersebut terdapat spatium interoseum yang luas. Diduga os tibia dan os fibula yang tidak bersatu dapat melakukan banyak gerakan seperti pronasio, supinasio, adduksio, dan abduksio.

Pada trenggiling, susunan ossa tarsi mirip dengan susunan ossa tarsl karnivora. Di bagian medial dari os tarsi primum bersendi dengan os sesamoidea. Os sesamoidea ini juga terdapat di os tarsi monyet, tetapi di bagian lateral os tarsi IV dan V yang bersatu (Kent & Carr 2001).

Tuber calcis trenggiling besar dan panjang. Menurut Getty (1975) tuber calcis menjadi insersio dari m. biceps femoris, m. semitendinosus, dan m. flexor digitalis pedis superficialis yang berfungsi sebagai fleksor, ekstensor, dan abduktor kaki belakang. Diduga aktifitas tersebut bermanfaat ketika trenggiling naik pohon dan mendorong tanah ke belakang pada saat menggali. Fungsi fleksor kaki belakang juga dibantu oleh ossa sesamoidea proximalis. Trenggiling memiliki susunan jari 3-3-3-3-3 hampir sama dengan hewan plantigradi lainnya. Kelima jari kaki belakang trenggiling dilengkapi dengan kuku yang panjang dan kuat untuk mendukung aktifitas memanjat dan menggali.

Kesimpulan

Tulang tengkorak trenggiling berbentuk kerucut memanjang mencirikan hewan insektivora, serta tidak memiliki arcus zygomaticus, crista facialis, dan limbus alveolaris.

Collumna vertebralis trenggiling terdiri dari vertebrae cervicalis (C=7), thoracalis (T=15), lumbalis (L=6), sacralis (♀S=4, ♂S=3), dan coccygeae (♀Cy=28, ♂Cy=27). Struktur kerangka trenggiling secara umum mirip karnivora. Columna vertebralis memiliki processus transversus, processus mammilaris, processus spinosus, dan os chevron yang berkembang subur. Os atlas dan os axis trenggiling mirip karnivora. Processus accessorius berkembang mulai dari dua atau tiga os thoracalis terakhir sampai enam os coccygeae pertama dan membentuk “interlock articulation” (persendian yang saling mengunci) dengan processus articularis cranialis. Trenggiling memiliki os sacrum yang bersatu dengan os coxae dan ini merupakan ciri hewan penggali. Ossa coccygeae memiliki processus transversus sangat subur, serta os chevron yang berkembang sampai os coccygeae akhir.

Tulang kaki depan dan belakang trenggiling menyerupai karnivora dan merupakan ciri hewan penggali dan pemanjat.

Saran

Untuk lebih memahami dan menganalisa proses gerakan yang dapat dilakukan oleh sistem rangka trenggiling, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai sistem perototan, sistem syaraf, dan sistem peredaran darah trenggiling.

Dokumen terkait