• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skema Piramid (pyramid scheme) jika ditinjau dari segi kata terdiri dari kata skema dan piramid. Skema merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu schema yang berarti bagan, rancangan, atau rangka-rangka. Perluasan makna skema dijelaskan dalam kamus A Dictionary of Reading (1981) yaitu suatu rencana terstruktur atau sistem yang konseptual untuk memahami sesuatu.111 Sedangkan kata piramid berasal dari nama bangunan makam raja-raja mesir kuno (fir’aun) yang berbentuk limas atau menyerupai bentuk segitiga sama-kaki.112

Skema Piramid menurut WFDSA (World Federation Of Direct Selling

Association) diartikan sebagai berikut:

Skema Piramid dalam konteks ini dikaitkan dengan praktek bisnis ilegal, yang berarti metode bisnis ilegal terstruktur, dimana melibatkan sejumlah orang dan menempatkannya sedemikian rupa sehingga mirip dengan bentuk piramid. Tujuan penggunaan skema ini adalah untuk mendapat kekayaan atau keuntungan yang besar dalam waktu singkat dengan cara-cara yang melanggar hukum.

113

Pyramid selling is a fraud. It is a mechanism by which promoters of so-called ‘investment’ or ‘trading’ schemes enrich themselves in a geometric

110

http://bravo9682.wordpress.com/2008/08/07/, op.cit.

111

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/ 196012161986032-LILIS_ST._SULISTYANINGSIH/TEORI__SKEMA.pdf, diakses tanggal 04 Desember 2011.

112

http://id.wikipedia.org/wiki/Piramida, diakses tanggal 04 Desember 2011.

113

http://www.wfdsa.org/index.cfm%20pyramid%20schemes_files/subArchive, diakses tanggal 20 September 2011.

progression through the payments made by recruits to such schemes. Related deceitful schemes have been described in various international jurisdictions as chain letters, chain selling, money games, referral selling, and investment lotteries.

Artinya, metode penjualan piramid adalah sebuah bentuk penipuan yang dilakukan promotor dalam kegiatan yang disebutnya ‘investasi’ atau ‘perdagangan (bisnis)’ dengan tujuan untuk memperkaya diri sendiri. Kekayaan tersebut diperoleh dari pembayaran dana oleh barisan orang yang dibentuk melalui sistem rekruitmen, dan menempatkannya sedemikian rupa hingga membentuk sebuah piramid. Skema Piramid dalam berbagai yurisdiksi internasional dikenal dalam praktik surat berantai, penjualan berantai, permainan uang, penjualan bujukan dan investasi perjudian.

Menurut Andrias Harefa, Skema Piramid merupakan sistem bisnis ilegal, dimana keuntungan yang diperoleh sejumlah orang yang berada pada posisi atas piramid (anggota lama) dibayarkan dari dana sejumlah orang yang berada pada posisi bawah piramid (anggota baru).114

Skema Piramid diartikan pula sebagai sistem investasi palsu yang membayar peserta lama dari uang peserta baru yang direkrutnya, bukan dari laba yang riil. Skema ini ditakdirkan untuk runtuh, sebab pendapatan jika ada, akan kurang untuk pembayaran para peserta. Keilegalan Skema Piramid terletak pada timbulnya kerugian nasabah pada level terbawah atas hilangnya sejumlah uang yang diinvestasikan ke dalam bisnis tersebut.115

114

Andrias Harefa, op.cit., hlm. 84.

115

Skema Piramid berasal dari Skema Ponzi yang dimodifikasi. Kedua Skema apabila digambarkan akan mirip bentuk piramid, karena keuntungan yang dijanjikan pada para peserta diperoleh dari sejumlah dana yang dibayarkan oleh peserta baru. Posisi peserta baru yang jumlahnya lebih banyak ditempatkan di bagian bawah piramid, sebaliknya posisi peserta lama yang jumlahnya lebih sedikit ditempatkan di bagian atas piramid, sedangkan promotor atau founder (pendiri) dari skema ini berada pada posisi paling atas (puncak) piramid. Setiap dana yang ditempatkan dalam skema akan disisihkan lebih banyak untuk promotor dan sisanya untuk diputar pada peserta yang berada dibawahnya.116

Skema Piramid meskipun terkait erat dengan Skema Ponzi, keduanya masih dapat dibedakan. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Debra A Valentine, bahwa “A Ponzi Scheme is closely related to a Pyramid because it revolves

around continuous recruiting, but in a Ponzi scheme the promoter generally has no product to sell and pays no commission to investors who recruit new members. Instead, the promoter collects payments from a stream of people, promising them all the same high rate of return on a short-term investment”.117 Penjelasan

tersebut dikuatkan pula Andrias Harefa sebagai berikut:118

Skema Ponzi sebenarnya berbentuk piramida, tetapi juga mempunyai beberapa perbedaan penting dengan skema piramida. Persyaratan Skema Ponzi adalah dengan promosi akan adanya awal, atau seolah-olah ada, suatu peluang investasi yang riil. Seringkali hal ini melibatkan pembangunan sumber daya yang bernilai tinggi seperti minyak bumi, gas alam, mineral, pertambangan, real estate, dan sebagainya, dan apa yang dipromosikan sering memang benar-benar ada. Sang promotor memiliki sebuah pertambangan, atau mempunyai investasi di bidang properti, namun jika sumber daya itu memang betul ada, si promotor telah

116

http://speedlineinc.info/live/, diakses tanggal 26 September 2011.

117

Debra A Valentine, op.cit.

118

melipatgandakan nilainya (overvalued), di sisi lain, aset dan sumber daya yang menjadi dasar peluang investasi sesungguhnya hanya khayalan semata si promotor. Skenario berikutnya, promotor mencoba meyakinkan investor bahwa aset tersebut dapat lebih dikembangkan dengan tambahan modal, dan si promotor akan berbagi keuntungan dengan investor. Hal ini memberikan gambaran bahwa dividen tersebut merupakan keuntungan yang diperoleh dari suksesnya pengembangan investasi yang dilakukan, padahal yang sesungguhnya terjadi adalah promotor hanya mengembalikan sebagian uang investor kepada mereka. Langkah ini akan menimbulkan dua hal, pertama para investor awal akan menambah saham operasinya, kedua akan ada investor baru yang tertarik dengan skema ini. Proses pembayaran dividen terus berlanjut dan semakin banyak investor baru yang berdatangan sampai penipuan ini terbuka atau promotor diam-diam melarikan diri dengan membawa dana investasi. Sedangkan Skema Piramida mencakup seseorang yang membuat investasi dengan hak untuk memperoleh kompensasi dalam menemukan dan memperkenalkan partisipan lain ke dalam skema. Ada saling pengertian yang jelas antarpartisipan bahwa suksesnya peluang yang ada tergantung pada bergabungnya partisipan-partisipan lain.

Inti dari kedua penjelasan tersebut adalah seorang anggota dalam Skema Ponzi tidak diharuskan untuk merekrut anggota baru, juga tidak dijanjikan komisi meskipun ia melakukan perekrutan. Setiap orang memperoleh janji keuntungan yang tingkatnya sama, namun yang sungguh-sungguh mendapat keuntungan hanya orang yang bergabung lebih awal. Sebaliknya, dalam Skema Piramid keuntungan seseorang dikaitkan dengan banyaknya jumlah anggota baru yang direkrut oleh dirinya dan downline-nya. Semakin banyak downline seseorang, maka keuntungan yang diperoleh akan semakin tinggi. Kedua skema meskipun berbeda dalam hal besarnya pembagian keuntungan, namun dipastikan akan runtuh dan merugikan banyak orang secara finansial. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Debra A Valentine, sebagai berikut:119

Both Ponzi schemes and Pyramids are quite seductive because they may be able to deliver a high rate of return to a few early investors for a short

119

period of time. Yet, both pyramid and Ponzi schemes are illegal because they inevitably must fall apart. No program can recruit new members forever. Every pyramid or Ponzi scheme collapses because it cannot expand beyond the size of the earth's population. When the scheme collapses, most investors find themselves at the bottom, unable to recoup their losses.

Istilah lain dari program Skema Piramid adalah praktik penggandaan uang,

money game, arisan berantai, bisnis berkedok MLM, investasi berantai, dll. Skema

Piramid umumnya diterapkan dalam bisnis berkedok MLM, dimana Skema Piramid tersebut disembunyikan dengan menggunakan kedok MLM untuk menipu masyarakat agar promotor dapat mencapai tujuannya.120

Bisnis MLM murni dan bisnis berkedok MLM sering kali diidentikkan karena keduanya sama-sama menerapkan sistem perekrutan anggota baru dalam praktiknya, namun demikian terdapat perbedaan mendasar antara keduanya terkait dengan sistem perekrutan tersebut. Perusahaan MLM murni menggunakan sistem perekrutan sebagai sarana untuk membangun jaringan pelanggan melalui kinerja mitra usahanya dalam pemasaran produk. Penerapan sistem perekrutan dalam bisnis MLM murni ditujukan untuk membentuk sebuah organisasi bisnis yang solid dan produktif. Berdasarkan produktivitas dalam penjualan produk kepada konsumen akhir inilah perusahaan MLM murni memberikan penghasilan yang layak kepada mitra usahanya. Hal tersebut bertolak belakang dalam bisnis berkedok MLM yang menggunakan biaya pendaftaran peserta yang direkrut sebagai satu-satunya sumber penghasilan. Akibatnya, bukan jaringan pelanggan atau organisasi penjualan yang hendak dibentuk, tetapi jaringan korban. Bisnis

120

berkedok MLM dapat bertahan hanya apabila peserta selalu menambah member-member baru atau membuat member-membernya terus-menerus menanamkan uangnya.121

Biaya pendaftaran dalam bisnis berkedok MLM merupakan komoditi yang dituju promotor untuk menghimpun keuntungan sebesar-besarnya dari masyarakat. Biaya tersebut dipatok dalam jumlah yang relatif tinggi, namun jumlah tersebut akan menjadi tidak berarti jika dibandingkan dengan keuntungan yang dijanjikan. Promotor bisnis berkedok MLM umumnya adalah ahli psikologi kelompok, mereka menciptakan suasana hingar bingar dan antusias dimana terjadi tekanan kelompok serta janji-janji kemudahan memperoleh uang sehingga menimbulkan kekhawatiran akan hilangnya suatu peluang baik.122

Seorang mitra usaha dalam perusahaan MLM murni juga dikenakan biaya pendaftaran pada saat awal bergabung, namun jumlahnya relatif kecil dan umumnya dapat dijangkau oleh semua orang. Biaya tersebut lebih bersifat administratif dan sangat realistis untuk sebuah starter kit (katalog produk, kaset,

marketing plan, buku pedoman distributor, sample produk, dan lain-lain), yaitu

peralatan yang diberikan perusahaan untuk keperluan mitra usaha dalam memasarkan produk kepada konsumen.123 Setiap mitra usaha yang mensponsori anggota baru tidak memperoleh keuntungan sepeser pun dari biaya pendaftaran yang dikeluarkan oleh anggotanya tersebut. Artinya, biaya pendaftaran dalam bisnis MLM murni bukanlah wadah keuntungan bagi perusahaan itu sendiri.124

121

Edy Zaqeus, “Membedakan Bisnis DS-MLM dengan Money Game”, loc.cit.

122 http://bizyonline.com/skema-piramida-tidak-seindah-janjinya-bagian-kedua, diakses 28 September 2011. 123 http://cutenbeauty.wordpress.com/2011/04/25/mlm-vs-money-game/, diakses 16 Oktober 2011. 124

Keuntungan suatu perusahaan MLM diperoleh dari omset penjualan, sedangkan komisi mitra usaha didasarkan atas jasanya dalam menjual produk kepada konsumen. Setiap mitra usaha dalam perusahaan MLM memiliki peluang yang sama untuk meraih kesuksesan sesuai dengan hasil kerja keras mereka masing-masing. Hal ini seperti yang pernah dinyatakan oleh Debra A Valentine sebagai berikut:125

Multilevel marketing programs are known as MLM's, and unlike pyramid or Ponzi schemes, MLM's have a real product to sell. More importantly, MLM's actually sell their product to members of the general public, without requiring these consumers to pay anything extra or to join the MLM system. MLM's may pay commissions to a long string of distributors, but these commission are paid for real retail sales, not for new recruits.

Bisnis berkedok MLM pada mulanya diselenggarakan tanpa produk yang jelas, namun dalam perkembangan selanjutnya juga menyertakan produk-produk tertentu untuk lebih meyakinkan calon anggota, sekaligus untuk menyamarkan Skema Piramidnya. Serangkaian produk disediakan dan diklaim untuk dipasarkan langsung ke konsumen, namun harga yang ditetapkan untuk produk tersebut terlalu tinggi dan tidak realistis. Produk tersebut sama sekali tidak bisa bersaing dengan produk sejenis yang dijual dipasaran, sebab harganya tak sebanding dengan mutunya. Bisnis berkedok MLM yang tidak terlalu mudah diidentifikasi sering menggunakan produk yang biaya produksinya rendah. Produk tersebut diklaim sebagai produk ajaib hasil inovasi atau pengobatan eksotik yang pada intinya kualitas produk terlalu dilebih-lebihkan oleh promotor, tidak sesuai dengan kualitas asli, bahkan sebenarnya tidak layak untuk dikonsumsi. Produk dalam bisnis berkedok MLM biasanya diberikan sebagai ganti biaya pendaftaran

125

yang telah dibayar oleh setiap anggota. Pada kenyataannya modal yang dikeluarkan oleh anggota jauh lebih tinggi dibanding nilai produk, dan dipastikan tidak ada orang yang bersedia membeli produk tersebut seharga modal yang telah dikeluarkan.126

Berbeda dengan perusahaan berkedok MLM, perusahaan MLM murni tidak pernah mewajibkan distributornya untuk membeli produk secara berlebihan dalam jumlah besar, hanya menganjurkan untuk mempertahankan sejumlah stok sesuai dengan kemampuan distributor yang memasarkannya dalam periode tertentu (anjuran ini hanya demi kepentingan si distributor sendiri, agar mudah memasarkan produk dan tidak membuat konsumen yang berminat harus menunggu lama). Perusahaan MLM murni memberikan jaminan untuk membeli

Ilustrasinya, seorang anggota mungkin harus membeli produk obat-obatan yang dikatakan mujarab tetapi sesungguhnya tidak bermanfaat senilai Rp 2 juta. Ia dipastikan tidak akan berhasil menjual obat tersebut pada orang lain, sebab tidak rasional sama sekali untuk mengeluarkan uang sebesar Rp 2 juta untuk obat yang belum jelas khasiatnya. Ia juga tidak mungkin mengembalikan obat tersebut kepada perusahaan untuk meminta kembali uang Rp 2 juta-nya, sebab perusahaan tidak memberikan jaminan untuk membeli kembali dan produk tersebut memang tidak dapat dipertanggungjawabkan kualitas dan manfaatnya. Satu-satunya cara untuk mengembalikan modal atau mendapat keuntungan yang lebih besar adalah dengan merekrut banyak peserta baru.

126

kembali atau menukar produk yang sulit dipasarkan oleh mitra usaha. Dengan demikian mitra usaha tidak akan dirugikan atas modal yang dikeluarkannya.127

Perusahaan MLM yang terkemuka (seperti CNI atau Amway) bahkan lebih mengutamakan kepuasan pelanggan (consumer satisfaction) dengan memberi jaminan uang kembali (money back guarantee), dimana konsumen dapat mengembalikan atau menukar produk yang telah dibeli dalam waktu tertentu pada distributor yang memasarkan, apabila produk tersebut ternyata tidak memuaskan. Garansi uang kembali bagi konsumen yang tidak puas, dengan alasan apapun, menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi terhadap kualitas produk perusahaan. Hal ini menggambarkan bahwa produk-produk yang diperdagangkan dalam bisnis MLM tidak hanya dapat dijual, tetapi sungguh-sungguh dapat dijual kepada publik.128

Perusahaan MLM yang sah dan bertanggung jawab dimungkinkan untuk berumur panjang. Perusahaan MLM terkemuka seperti Amway dan CNI telah beroperasi selama puluhan tahun hingga sekarang karena memang terbukti merupakan usaha yang tidak saja patuh hukum (legal), tetapi juga memegang teguh etika bisnis (kode etik dan aturan perilaku yang berlaku secara internasional). Sebaliknya pada perusahaan-perusahaan berkedok MLM dipastikan berumur singkat. Tidak satupun perusahaan dengan Skema Piramid di dunia ini yang berumur panjang, sebab tidak ada program yang bisa merekrut anggota selamanya. Kebanyakan dari perusahaan Skema Piramid hanya dapat

127

Andrias Harefa, op.cit., hlm. 91.

128

bertahan dalam hitungan hari, minggu, atau bulan, tergantung seberapa jauh penegakan hukum benar-benar dijalankan aparat yang berwenang untuk itu.129

Dokumen terkait