• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bagan 1 Skema Psikologi Warna (Darmaprawira, 2002)

Efek psikologis golongan warna panas, seperti merah, jingga, dan kuning memberi pengaruh psikologis panas, menggembirakan, menggairahkan dan merangsang. Golongan warna dingin hijau dan biru memberi pengaruh psikologis menenangkan, damai, sedangkan warna ungu membawa pengaruh menyedihkan. Untuk warna putih memberi pengaruh bersih, terbuka dan terang, warna hitam memberi pengaruh berat, formal, dan tidak menyenangkan (Pile, 1995 dan Birren, 1961).

B.6. Warna Untuk Kantor

Warna adalah salah satu elemen dalam lingkungan perkantoran yang mempunyai dampak penting bagi pegawai. Meskipun sebagian besar pegawai sadar akan dampak fisik warna, namun banyak yang tidak sadar akan dampak psikologisnya baik positif maupun negatif pada produktivitas, kelelahan, moral, tingkah laku, dan ketegangan (McShane, 1997). Warna pada perkantoran tidak hanya mempunyai nilai estetika tetapi juga mempunyai nilai fungsi.

Menurut Grandjean (1988) warna di dalam atau di sekitar tempat kerja memiliki beberapa fungsi:

b. Untuk mengindikasikan perlengkapan keamanan.

c. Kontras warna yang membuat pekerjaan menjadi lebih mudah. d. Efek psikologis pada operator.

Sebelum memulai untuk merencanakan warna ruangan harus dipertimbangan terlebih dahulu fungsi ruangan dan siapa yang akan menggunakan ruangan tersebut. Setelah itu merencanakan warnanya dan hubungannya dengan faktor-faktor psikologis dan fisiologisnya Pertimbangan juga harus diperhatikan pada pekerjaannya apakah pekerjaannya monoton atau pekerjaan yang sangat membutuhkan konsentrasi. Jika pekerjaannya monoton sebaiknya memasukkan beberapa area dengan warna yang menarik tetapi bukan area yang besar seperti dinding utama ataupun langit-langit, area yang diberi warna menarik seperti pillar, pintu ataupun dinding pemisah (Grandjean, 1988).

Jika ruang kerjanya sangat besar dapat dibagi dengan warna-warna yang berbeda sehingga membuatnya lebih anonim. Jika pekerjaan yang dilakukan dalam ruangan membutuhkan konsentrasi maka seharusnya memilih warna yang lebih berhati-hati untuk menghindari distraksi. Dalam kasus ini, dinding, langit- langit, dan elemen struktural lain seharusnya dicat dengan warna yang terang tetapi tidak mengganggu penglihatan (Grandjean, 1988).

Beberapa faktor yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan warna di kantor (Quible, 2001), antara lain:

Kombinasi dari warna primer yaitu kuning, merah, dan biru menghasilkan warna sekunder. Warna tersier dihasilkan dengan mencampur warna sekunder dengan warna primer. Beberapa pilihan koordinasi warna yang bisa digunakan adalah:

a. Warna komplementer yaitu warna yang saling berlawanan pada bagan warna seperti merah-hijau, kuning-violet, dan biru-oranye.

b. Warna split komplementer yaitu warna pada sisi dari warna komplementer seperti biru-violet dan biru-hijau adalah warna split komplementer dari oranye.

c. Warna triad yaitu tiga warna yang berjarak sama satu sama lain pada bagan warna seperti oranye, hijau, violet, atau kuning-oranye, biru-hijau, dan merah-violet.

2. Efek cahaya pada warna

Karena berbagai jenis cahaya buatan mempunyai spektrum yang berbeda, sistem pencahayaan yang digunakan pada kantor juga memiliki efek yang signifikan terhadap pilihan warna. Sumber cahaya hanya akan meningkatkan warna yang sesuai dengan spektrumnya.

3. Nilai pemantulan warna

Menurut penelitian ahli mata (opthamologist) dan ahli pencahayaan, warna yang baik untuk kantor sebaiknya mempunyai daya pantul sekitar 30%. Warna- warna yang demikian bersifat netral dan tidak akan menimbulkan kekacauan sehingga para karyawan dapat bekerja dengan baik.

Berikut adalah daftar spesifikasi warna yang mempunyai daya pantul sekitar 30% menurut sistem Munsell:

Tabel 2. Daftar Spesifikasi Warna Sistem Munsell

Nama warna Daya pantul

Terracotta 30,4% Rose Pompadour 30,4% Rose Beige 30,4% Old Gold 30,4% Avocado 30,4% Ameral Green 30,4% Oriental Gold 30,4% Malachite Green 30,4% Parkins Violet 30,4% Vivid Orange 30,4% Turquoise 30,4% Sapphire Blue 30,4%

4. Dampak dari warna

Warna sering kali mempengaruhi suasana hati. Warna biru memberikan kesan lembut, teduh, melambangkan keharmonisan, kedamaian, serta keteguhan. Warna biru cocok digunakan pada kantor yang menekankan pekerja untuk fokus dan berkonsentrasi pada angka. Warna ini bila diaplikasikan pada ruangan kantor akan menimbulkan perasaan nyaman, aman dan sangat baik diterapkan pada ruangan yang terlalu terang. Warna biru dapat mengurangi ketegangan otot-otot tubuh dan tekanan darah (Gie, 2007). Warna hijau merupakan warna yang sangat teduh di mata, berkesan natural dan memberikan kesegaran. Warna ini cocok digunakan dalam segala ruangan di kantor. Biru dan hijau merupakan warna yang memiliki makna menguntungkan karena dapat menstimulasi dan meningkatkan kondisi kerja yang menenangkan dan juga memberi nuansa keharmonisan, sukacita, serta pertumbuhan.

Warna kuning menghadirkan suasana hangat, riang dan menambah kesan luas pada ruang-ruang sempit. Warna kuning mencerminkan sifat kreatif, intelek serta kepemimpinan. Kuning dapat merangsang mata dan saraf untuk lebih fokus, berkonsentrasi, dan memunculkan kesan hidup yang membuat karyawan bersemangat (Gie, 2007). Kuning adalah warna yang paling cocok dipergunakan untuk ruangan pertemuan. Oranye, sama seperti kuning, paduan warna oranye pada ruang kerja kantor dapat mendorong kreativitas serta merangsang rasa prediktabilitas dan stabilitas.

Warna merah merupakan aksen cantik yang bersifat terbuka serta akrab. Warna merah memberikan kesan berani dan cerah. Lewat aplikasi warna merah, suasana ruang kerja menjadi warna hidup, penuh sukacita, kebajikan, dan mengalirkan energi positif serta semangat karyawan dalam bekerja. Warna merah dapat meningkatkan tekanan darah dan kemampuan aktivitas motorik pekerja. Merah dan gradasinya seperti maroon dan burgundy cocok untuk diaplikasikan ke ruang resepsionis kantor. Warna merah muda melambangkan romantis, misterius, menggairahkan, membangkitkan minat, lemah lembut, kalem, menyejukan, dan menenangkan.

Warna ungu mempunyai karakter yang penuh kekuatan. Ungu adalah warna pemikir untuk mencapai besar seperti filsuf, pemimpi, penulis, dan visioner. Pada ruang kerja kantor, ungu dapat dihadirkan lewat aksesoris misalnya, lukisan dengan variasi warna ungu yang kehadirannya dapat meningkatkan kreatifitas dan mampu menciptakan produktivitas terutama di area kerja.

Putih merupakan warna yang bersifat netral, tepat untuk digunakan sebagai warna dasar sehingga suasana nyaman dapat dirasakan pada kantor. Warna jingga memberikan kesan menantang, memberi terang, intelek, percaya diri, bekerja keras, setia, tabah sehingga cocok untuk diterapkan di bagian penjualan dengan memadukan warna putih.

C. Pengaruh Warna Ruang Kerja Terhadap Kenyamanan

Lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap kinerja seseorang dimana lingkungan yang sesuai dapat memberikan kesan nyaman dan berfungsi sebagai sarana yang harus diperhatikan terhadap efektivitas dan efisensi kerja (Hammer, 1999). Kenyamanan dalam bekerja merupakan hal yang diinginkan oleh tiap pekerja serta secara tidak langsung merupakan prediktor yang penting dalam efisensi operasional perusahaan seperti produktivitas, kepuasan kerja, kesejahteraan, dan keselamatan kerja (Miller, 2008). Menciptakan lingkungan fisik kerja yang nyaman, sehat, dan menyenangkan adalah salah satu cara dalam meningkatkan kenyamanan para karyawan sehingga secara tidak langsung berpengaruh terhadap produktivitas kerja mereka khususnya karyawan yang menghabiskan banyak waktu untuk bekerja di kantor setiap harinya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Clements-Croom, Derek dan Li Baizhan (2000) yang menegaskan bahwa pekerja dapat menyukai pekerjaan mereka namun tidak dengan lingkungan kerja mereka yang tidak nyaman. Penelitian yang dilakukan oleh Herman Miller (2007) menyimpulkan bahwa melakukan beberapa pengawasan atau kontrol pada ruangan kerja dapat meningkatkan kenyamanan, kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan, dan

mengurangi stres sehingga dapat mengarahkan pada produktivitas yang lebih besar dan kesehatan yang lebih baik. Penelitian lain yang dilakukan oleh Chao, Schwartz, Milton, dan Burge (2003) menunjukkan bahwa lingkungan yang tidak sehat dan nyaman akan menurunkan tingkat produktivitas maupun moral pegawai. Penelitian yang dilakukan oleh Sterk (2005) menemukan bahwa 86% pegawai sangat mengharapkan lingkungan kerja yang nyaman,.

Salah satu faktor yang mempengaruhi dalam menciptakan lingkungan kerja yang nyaman adalah keindahan (Hakim, 2006). Dalam hal kenyamanan, keindahan dapat diperoleh dari segi bentuk ataupun warna (Hakim, 2006). Menurut McShane (1997), warna adalah salah satu elemen dalam lingkungan perkantoran yang mempunyai dampak penting bagi karyawan.

Dalam aktivitas manusia, warna membangkitkan kekuatan perasaan untuk bangkit atau pasif khususnya dalam penggunaan interior. Penelitian telah membuktikan adanya reaksi tubuh manusia terhadap warna baik secara psikologis maupun fisiologis (Allen dan Stimpson, 1994). Riset tersebut membuktikan bahwa warna mempengaruhi suasana hati dan perasaan seseorang dalam hubungannya dengan ruang. Sebuah studi tentang „Impact of Color‟ yang

dilakukan sekelompok fotografer dan psiklolog (2006) menyimpulkan bahwa warna turut mempengaruhi emosi setiap orang terutama para pekerja yang lebih banyak menghabiskan waktu dalam ruangan.

Menurut penelitian ahli mata (opthamologist) dan ahli pencahayaan, warna yang baik untuk kantor sebaiknya mempunyai daya pantul sekitar 30% karena warna demikian bersifat netral, tidak akan menimbulkan kekacauan, dan

meningkatkan kenyamanan serta efisiensi kerja (Darmaprawira, 2002). Hal ini telah dibuktikan oleh hasil penelitian bahwa warna yang sering digunakan dalam gedung perkantoran yaitu 88% warna putih, 88% campuran warna putih dan hijau, 83% warna abu-abu, dan 81% warna gading dimana warna-warna tersebut memiliki daya pantul yang rendah sehingga tidak menganggu penglihatan karyawan selama berada di ruang kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Darul Amin Jemmy (2009) juga membuktikan bahwa warna lembut seperti abu-abu cerah, kream, dan warna gading yang memiliki tingkat pantul cahaya yang rendah akan cocok dengan suasana kerja dan secara langsung warna interior kantor yang tidak menganggu penglihatan tersebut mempengaruhi kinerja pekerja.

Tujuan pewarnaan tidak hanya sekedar menyenangkan mata saja tetapi mempunyai tujuan lain yaitu untuk meningkatkan kenyamanan dalam ruang kerja sehingga dapat memperbesar efisiensi kerja para karyawan (Gie, 2007). Sebuah penelitian dari Creighton University (1999) mengungkapkan bahwa warna dapat mempengaruhi efisensi dan emosi para pekerja dimana karyawan yang berada di dalam ruang kantor berwarna biru memiliki perasaan tenang dalam mengerjakan tugas.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian dibagi menjadi dua yakni Ha dan Ho, dimana Ha atau biasa disebut sebagai hipotesis alternatif menyatakan adanya saling hubungan antara dua variabel atau lebih atau adanya perbedaan dalam hal tertentu pada kelompok-kelompok yang berbeda sedangkan Ho adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya saling hubungan antara dua variabel atau lebih atau

hipotesis yang menyatakan tidak adanya perbedaan antara kelompok yang satu dan kelompok lainnya.

Berdasarkan dari penelitian diatas dapat ditarik suatu hipotesis, yaitu : Ha : Ada pengaruh warna ruang kerja terhadap kenyamanan dosen

Departemen Psikologi Indusri dan Organisasi Fakultas Psikologi USU. Ho : Tidak ada pengaruh warna ruang kerja terhadap kenyamanan dosen

BAB III

METODE PENELITIAN

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimental Design. Adapun jenis yang digunakan adalah one group pretest-posttest design

yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding. Jadi, satu kelompok yang sama pada suatu ketika dijadikan kelompok eksperimen dan pada saat lain dijadikan kelompok kontrol. Desain menggunakan pretest yang diberikan sebelum perlakuan. Setelah diberi perlakuan diberikan posttest untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan telah menyebabkan perubahan. Dengan demikian besarnya dari efek tersebut dapat diketahui.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Identifikasi variabel penelitian merupakan langkah penetapan variabel- variabel utama yang menjadi fokus dalam penelitian serta penentuan fungsinya masing-masing (Azwar, 2000). Berdasarkan landasan teori dan rumusan hipotesis penelitian maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :

Variabel bebas : warna ruang kerja Varibel tergantung : kenyamanan

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi) (Suryabrata, 2011).

1. Warna ruang kerja

Warna ruang kerja merupakan warna hijau pada dinding di sekitar ruang kerja Departemen Psikologi Industri & Organisasi (PIO) dan warna aksesoris ruangan yaitu warna merah pada taplak meja dan warna ungu pada bunga plastik yang dapat dilihat oleh sistem penglihatan dan berupa materi dari sumber cahaya yang dapat menghasilkan pengaruh dengan seketika.

2. Kenyamanan

Kenyamanan adalah kondisi perasaan dosen yang bekerja di Departemen Psikologi Industri dan Organisasi ketika melihat warna hijau pada dinding ruang kerja Departemen PIO dan warna aksesoris ruangan yaitu warna merah pada taplak meja dan warna ungu pada bunga plastik yang menyebabkan perasaan senang, tentram, damai, tenang, dan betah berada di ruang kerja dan secara visual dapat melihat dengan jelas keadaan di sekeliling ruang kerja, fokus selama melaksanakan pekerjaan, mata rileks, tidak sakit, lelah, ataupun berair saat melihat warna tersebut.

Tingkat kenyamanan dalam penelitian ini dapat dilihat dari total nilai yang diperoleh seseorang dari skala kenyamanan. Semakin tinggi total nilai skala kenyamanan maka semakin tinggi tingkat kenyamanan seseorang. Demikian sebaliknya, semakin rendah total nilai skala kenyamanan maka semakin rendah tingkat kenyamanan seseorang.

C. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental dengan pendekatan within subject dengan nama desain one group pretest-posttest design. Penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti. Menurut Arikunto (2002) eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (kausalitas) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang biasa mengganggu.

Rancangan ini digunakan pada satu kelompok subjek dimana pertama- tama dilakukan pengukuran pada kelompok tersebut, lalu dikenakan perlakuan untuk jangka waktu tertentu, kemudian dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya (Suryabrata, 2011). Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 2. Desain Penelitian

Dokumen terkait