• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Warna Ruang Kerja Terhadap Kenyamanan Dosen Departemen Psikologi Industri Dan Organisasi Fakultas Psikologi USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Warna Ruang Kerja Terhadap Kenyamanan Dosen Departemen Psikologi Industri Dan Organisasi Fakultas Psikologi USU"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH WARNA RUANG KERJA TERHADAP KENYAMANAN

DOSEN DEPARTEMEN PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI

FAKULTAS PSIKOLOGI USU

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

EVA VIOLESIA BANGUN

101301081

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH WARNA RUANG KERJA TERHADAP KENYAMANAN DOSEN DEPARTEMEN PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI

FAKULTAS PSIKOLOGI USU

Eva Violesia Bangun dan Gustiarti Leila, Dra, M.Psi, psikolog

ABSTRAK

Kenyamanan dalam bekerja merupakan hal yang diinginkan oleh tiap pekerja dan secara tidak langsung merupakan prediktor yang penting dalam efisensi operasional perusahaan seperti produktivitas, kepuasan kerja, kesejahteraan, dan keselamatan kerja. Menciptakan lingkungan fisik kerja yang nyaman adalah salah satu cara dalam meningkatkan kenyamanan dalam bekerja dan warna merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja yang nyaman. Pemberian kombinasi warna yaitu mengecat dinding ruang kerja PIO dengan warna hijau dan menambah aksesoris ruangan dengan warna ungu pada bunga plastik dan warna merah pada taplak meja adalah bentuk perlakuan dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh warna ruang kerja terhadap kenyamanan dosen Departemen PIO. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen. Desain yang digunakan adalah Quasi Experimental Design dengan jenis one group pretest-posttest design. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 7 orang dosen Departemen PIO. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji peringkat bertanda Wilcoxon menunjukkan seluruh subjek penelitian yang berjumlah 7 dosen Departemen PIO mengalami peningkatan kenyamanan setelah diberikan perlakuan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan ada pengaruh warna ruang kerja terhadap kenyamanan dosen Departemen PIO.

(3)

EFFECT OF WORKSPACE COLOR TO COMFORT LECTURER DEPARTEMENT OF INDUSTRIAL AND ORGANIZATIONAL

PSYCHOLOGY FACULTY PSYCHOLOGY USU

Eva Violesia Bangun and Gustiarti Leila, Dra, M.Psi, psikolog

ABSTRACT

Comfort in the work is desired by each worker and indirectlybecame an important predictor in the company's operational efficiencies such as productivity, job satisfaction, well-being, and safety. Creating a physical environment that is comfortable is one way to increase comfort in work and color is one of the factors that influence a comfortable working environment. Giving color combinations are paint the wall of workspace PIO with green color and add accessories to the room with purple color on plastic flower and red color on table cloth is treated in this study. Based on this study aims to determine whether there is influence of workspace color to comfort lecturer who works in the Department of Industrial and Organizational Psychology. This study uses a quantitative approach with the experiment method. The design used was quasi experimental design which the type was one group pretest-posttest design. The number of subjects in this study are seven lecturers PIO. Statistical analysis using Wilcoxon Signed Rank Test showed the whole subject of 7 lecturer PIO Departement increased comfort after a given treatment. Thus it can be concluded that there is the effect of workspace color on comfort lecturer who works in the Department of Industrial and Organizational Psychology.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan ucapan syukur saya panjatkan terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kemampuan, kesehatan, dan kekuatan yang telah dilimpahkanNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada program Sarjana Psikologi Universitas Sumatera Utara. Penulis tetap mempercayakan setiap tahap dalam penelitian ini di dalam nama Tuhan.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati selaku dekan Fakultas Psikologi USU.

2. Ibu Gustiarti Leila, Dra, M.Psi, psikolog selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan dukungan, bimbingan, nasehat, dan dengan penuh kesabaran membimbing penulis selama dalam proses menyelesaikan skripsi ini sehingga penulis lebih bersemangat dan pantang menyerah. 3. Ibu Cherly Kumala Ulfa, M.Psi, psikolog selaku dosen pembimbing

seminar yang telah menyisihkan waktunya untuk memberikan masukan dan bantuan yang sangat berarti selama proses menyelesaikan seminar. 4. Bapak Ferry Novliadi, M.Si dan Ibu Etty Rahmawati, M.Si selaku dosen

(5)

mempertanggungjawabkan skripsi ini. Terima kasih atas saran dan kritikan Bapak dan Ibu terhadap skripsi ini.

5. Ibu Arliza Juairiani Lubis, M.Si., psikolog selaku dosen pembimbing akademis yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan di Fakultas Psikologi USU.

6. Kedua orangtua penulis yaitu Bapak Nelson Bangun dan Ibu Erny Suriati Surbakti yang telah memberikan kasih sayang tiada henti dan dukungan baik secara moril maupun materil serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.

7. Kedua adik penulis yaitu Lora Ferbina Bangun dan Michael Mulia Bangun yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

8. Raffael Giofelly Simanjuntak yang selalu menemani penulis dan selalu memberikan dukungan serta masukan kepada penulis.

9. Sahabat terbaik penulis Elienz Vidella Tarigan, Yulian Astri, Olga Septania Simatupang, Karin Natalia Ambarita, Yoseva Okta Naibaho, dan Sri Saputri terima kasih atas kebersamaan, kasih sayang, bantuan, pengertian, tawa, tangis, diskusi, dan dukungannya selama ini. SLG tak lekang oleh waktu.

(6)

11. Staf administrasi dan pendidikan khususnya Pak Aswan yang sangat ramah, bersahabat, dan selalu membantu saya dalam pengaturan administrasi selama menjalani masa perkuliahan.

12. Seluruh mahasiswa angkatan 2010 yang telah berjuang menjalani kehidupan akademik dan kepanitiaan bersama. Semoga semua teman-teman cepat lulus dan sukses ke depannya.

13. Seluruh dosen PIO Fakultas Psikologi USU yang telah meluangkan waktunya untuk menjadi subjek dalam penelitian ini.

14. Semua pihak yang telah membantu baik ketika menjalani masa perkuliahan maupun ketika menjalani proses penulisan skripsi. Dengan banyaknya bantuan yang diterima, penulis meminta maaf sedalam-dalamnya karena tidak dapat menyebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karenanya, penulis mengharapkan adanya masukan dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, guna menyempurnakan penelitian ini agar menjadi lebih baik lagi. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, April 2014 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR BAGAN ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E.Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Kenyamanan ... 10

1. Pengertian Kenyamanan... 10

2. Aspek dalam Kenyamanan ... 11

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan ... 12

B. Warna ... 15

(8)

2. Proses Kerja Warna ... 16

3. Karakteristik Warna ... 18

4. Dimensi Psikologis Warna ... 20

5. Psikologi Warna ... 23

6. Warna untuk Kantor ... 25

C. Pengaruh Perubahan Warna Ruang Kerja Terhadap Kenyamanan... 30

D. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Identifikasi Variabel ... 34

B. Definisi Operasional... 34

1. Warna ... 35

2. Kenyamanan ... 35

C. Rancangan Penelitian ... 35

D. Populasi Penelitian ... 38

1. Karakteristik Populasi Penelitian ... 39

2. Lokasi Penelitian ... 39

E.Metode Pengumpulan Data... 39

F. Uji Validitas, Uji Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Alat Ukur ... 42

1. Uji Validitas Alat Ukur ... 42

2. Uji Daya Beda Aitem ... 42

3. Reliabilitas Alat Ukur ... 43

G. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 44

(9)

1. Tahap Persiapan Penelitian ... 49

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 51

3. Tahap Pengolahan Data... 53

I. Metode Analisa Data ... 53

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Analisa Data ... 54

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 54

2. Hasil Penelitian ... 56

3. Kategorisasi Penelitian ... 58

B. Pembahasan ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

(10)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Skema Psikologi Warna (Darmaprawira, 2002) ... 25

Bagan 2. Desain Penelitian... ... 36

Bagan 3. Alur Penelitian... ... 37

Bagan 4. Denah Lokasi Ruang Kerja Departemen PIO ... 38

Bagan 5. Diagram Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Daftar Warna dan Panjang Gelombang ... 17

Tabel 2.Daftar Spesifikasi Warna Sistem Munsell... 28

Tabel 3. Distribusi AitemSkala KenyamananSebelum Uji Coba ... 40

Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Kenyamanan Setelah Uji Coba ... 45

Tabel 5. Distribusi Aitem Skala Kenyamanan yang Akan Digunakan Dalam Penelitian... ... .47

Tabel 6. Blue Print Skala Kenyamanan yang Akan Digunakan Dalam Penelitian... ... 48

Tabel 7. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54

Tabel 8. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Bekerja ... 55

Tabel 9. Statistik Deskriptif Menunjukkan Gambaran Karakteristik Kenyamanan Sebelum dan Sesudah Treatment ... 57

Tabel 10. Ranking Pretest dan Posttest ... 58

Tabel 11. Rangkuman Nilai Empirik dan Hipotetik Kenyamanan ... 59

Tabel 12. Norma Kenyamanan... ... 59

Tabel 13. Rangkuman Kategorisasi Data Kenyamanan ... 60

Tabel 14. Kategorisasi Kenyamanan Sebelum dan Sesudah Treatment ... 60

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A. Uji Coba dan Hasil Uji Coba Skala Kenyamanan

1. Tabulasi skor uji coba skala kenyamanan 2. Reliabilitas skala kenyamanan

LAMPIRAN B. Penelitian dan Hasil Penelitian

1. Skala kenyamanan

2. Tabulasi skor skala kenyamanan 3. Reliabilitas skala kenyamanan 4. Uji hipotesis

5. Kategorisasi subjek penelitian

(13)

PENGARUH WARNA RUANG KERJA TERHADAP KENYAMANAN DOSEN DEPARTEMEN PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI

FAKULTAS PSIKOLOGI USU

Eva Violesia Bangun dan Gustiarti Leila, Dra, M.Psi, psikolog

ABSTRAK

Kenyamanan dalam bekerja merupakan hal yang diinginkan oleh tiap pekerja dan secara tidak langsung merupakan prediktor yang penting dalam efisensi operasional perusahaan seperti produktivitas, kepuasan kerja, kesejahteraan, dan keselamatan kerja. Menciptakan lingkungan fisik kerja yang nyaman adalah salah satu cara dalam meningkatkan kenyamanan dalam bekerja dan warna merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja yang nyaman. Pemberian kombinasi warna yaitu mengecat dinding ruang kerja PIO dengan warna hijau dan menambah aksesoris ruangan dengan warna ungu pada bunga plastik dan warna merah pada taplak meja adalah bentuk perlakuan dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh warna ruang kerja terhadap kenyamanan dosen Departemen PIO. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen. Desain yang digunakan adalah Quasi Experimental Design dengan jenis one group pretest-posttest design. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 7 orang dosen Departemen PIO. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji peringkat bertanda Wilcoxon menunjukkan seluruh subjek penelitian yang berjumlah 7 dosen Departemen PIO mengalami peningkatan kenyamanan setelah diberikan perlakuan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan ada pengaruh warna ruang kerja terhadap kenyamanan dosen Departemen PIO.

(14)

EFFECT OF WORKSPACE COLOR TO COMFORT LECTURER DEPARTEMENT OF INDUSTRIAL AND ORGANIZATIONAL

PSYCHOLOGY FACULTY PSYCHOLOGY USU

Eva Violesia Bangun and Gustiarti Leila, Dra, M.Psi, psikolog

ABSTRACT

Comfort in the work is desired by each worker and indirectlybecame an important predictor in the company's operational efficiencies such as productivity, job satisfaction, well-being, and safety. Creating a physical environment that is comfortable is one way to increase comfort in work and color is one of the factors that influence a comfortable working environment. Giving color combinations are paint the wall of workspace PIO with green color and add accessories to the room with purple color on plastic flower and red color on table cloth is treated in this study. Based on this study aims to determine whether there is influence of workspace color to comfort lecturer who works in the Department of Industrial and Organizational Psychology. This study uses a quantitative approach with the experiment method. The design used was quasi experimental design which the type was one group pretest-posttest design. The number of subjects in this study are seven lecturers PIO. Statistical analysis using Wilcoxon Signed Rank Test showed the whole subject of 7 lecturer PIO Departement increased comfort after a given treatment. Thus it can be concluded that there is the effect of workspace color on comfort lecturer who works in the Department of Industrial and Organizational Psychology.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(16)

mengenai kondisi lingkungan kerja mungkin terlihat sepele namun dampak yang ditimbulkan sangat besar serta menyangkut masalah keuntungan dan kerugian perusahaan dan sampai saat ini masih banyak ditemukan instansi yang kurang memperhatikan hal tersebut.

Kondisi lingkungan kerja yang baik ditandai oleh peredaran udara yang cukup, penerangan lampu yang terang dan jauh dari kebisingan suara yang menganggu konsentrasi kerja, tata ruang yang baik dan warna yang indah serta kebersihan yang terjaga sangat membuat karyawan betah bekerja (Nitisemito, 1982). Lingkungan kerja yang baik akan memberikan kenyamanan pribadi dalam membangkitkan semangat kerja karyawan sehingga dapat mengerjakan tugas-tugas dengan baik (Nitisemito, 1982). Kenyamanan dalam bekerja merupakan hal yang diinginkan oleh tiap pekerja dan secara tidak langsung merupakan prediktor yang penting dalam efisensi operasional perusahaan seperti produktivitas, kepuasan kerja, kesejahteraan, dan keselamatan kerja (Miller, 2008). Rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang bersifat individual dan holistik yang dapat menyebabkan perasaan sejahtera pada diri individu tersebut (Kolcaba, 2003).

(17)

ataupun warna (Hakim, 2006). Warna memiliki banyak kegunaan selain dapat mengubah rasa juga mempengaruhi cara pandang dan menutupi ketidaksempurnaan serta bisa membangun suasana atau kenyamanan untuk semua orang (Nugroho, 2008). Tujuan pewarnaan di ruang kerja tidak hanya sekedar menyenangkan mata saja tetapi mempunyai tujuan lain yaitu untuk meningkatkan kenyamanan dalam ruang kerja sehingga dapat memperbesar efisiensi kerja para karyawan (Gie, 2007).

Warna adalah uraian cahaya yang terpisah ke dalam unsur-unsur visual (Hakim, 2006). Saat mata menangkap warna yang sebenarnya terlihat adalah pantulan cahaya dari sebuah benda yang kemudian diterima atau ditangkap mata. Refleksi cahaya memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda yang diserap atau dipantulkan oleh permukaan benda yang berbeda-beda. Perbedaan gelombang cahaya inilah yang menciptakan perbedaan warna (Imelda, 2006). Warna bukan saja sebagai elemen estetik dalam ruang, tapi juga dapat memberikan efek psikologis kepada pengguna warna tersebut. Pengaruh dari sebuah warna tidak hanya mekanisme dari penglihatan, tapi juga sebuah sensasi atau perasaan yang secara langsung mengaktifkan pikiran kita dan mekanisme kognitif kita (Mahnke, 1996).

(18)

juga dapat mengkamuflasekan sesuatu, misalnya ruang yang sempit dapat kelihatan lebih luas dan sesuatu yang mempunyai proporsi kurang bagus menjadi bagus (Pile, 2003). Selain itu warna dapat berfungsi sebagai alat untuk menciptakan ilusi tentang besarnya dan suhunya ruangan kerja yang memiliki efek psikologis dan menghindari timbulnya ketegangan mata (Schultz, 1982).

Warna adalah salah satu elemen dalam lingkungan perkantoran yang mempunyai dampak penting bagi karyawan (McShane, 1997). Meskipun sebagian besar karyawan sadar akan dampak fisik warna, namun banyak yang tidak sadar akan dampak psikologisnya, baik positif maupun negatif pada produktivitas, kenyamanan, kelelahan, moral, tingkah laku, dan ketegangan (Sukoco, 2007). Unsur warna dalam merancang ruang kerja merupakan sifat dasar yang dimiliki oleh semua bentuk dan memegang peranan yang sangat penting dalam hubungannya dengan aktivitas di dalam ruang kerja tersebut. Warna yang digunakan dalam ruang kerja tidak hanya berfungsi untuk mempercantik tapi juga perlu diperhatikan faktor keindahan dan psikologis dari warna tersebut. Riset telah membuktikan adanya reaksi tubuh manusia terhadap warna baik secara psikologis maupun fisiologis (Allen dan Stimpson, 1994). Riset tersebut membuktikan bahwa warna mempengaruhi suasana hati dan perasaan seseorang dalam hubungannya dengan space. Oleh karena itu, perlu berhati-hati dalam memilih warna suatu ruang tertentu yang disesuaikan dengan aktivitas yang dilakukan dalam ruang tersebut.

(19)

kantor yang nyaman untuk bekerja sebagai atribut dengan nilai tertinggi di semua jenis pekerjaan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Patricia Pitzer (2006) menyimpulkan bahwa tugas dasar dari suatu perusahaan adalah menghasilkan kondisi kerja yang nyaman dan tidak menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia.

Sebuah hasil penelitian yang dikutip dari A Study in Color Prefences of School Children oleh F.S Breed & S.E. Katz yang dilakukan pada 2.000 orang siswa yang telah melewati masa remaja memberikan gambaran bahwa warna merah lebih disukai wanita dan warna biru lebih disukai pria, warna murni dan hangat seperti keluarga kuning, jingga, dan merah disukai untuk ruangan sempit sementara warna gelap dan warna pastel disukai untuk ruangan luas (Darmaprawira, 2002). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawan Dwi Prasetya (2007) menemukan bahwa penggunaan komposisi warna dengan dominasi putih pada ruang kerja lebih mampu menurunkan stres kerja dibandingkan dengan komposisi warna harmonis monokrom (warna biru) dan penggunaan komposisi warna yang tidak harmonis (warna merah yang dikombinasikan dengan warna hijau, biru, kuning, jingga, coklat, ungu, dan krem) pada ruang kerja berpotensi meningkatkan stres kerja.

(20)

kurang tersusun dengan rapi, ruangan juga cukup padat karena terdapat 6 meja kerja para dosen, 1 rak buku, 1 meja printer, dan 1 buah dispenser padahal ukuran ruangan tidak terlalu luas dan warna dinding ruangan sudah agak mengelupas di beberapa bagian dinding. Berdasarkan wawancara awal dengan seorang dosen yang bekerja di ruangan ini mengatakan bahwa kondisi ruang kerja sekarang kurang nyaman sehingga dibutuhkan perubahan salah satunya adalah dengan mengubah warna ruang kerja. Warna dinding ruangan yang digunakan dalam ruang kerja sekarang ini adalah warna krem. Ruang kerja Departmen PIO yang kurang nyaman dapat mempengaruhi semangat kerja para dosen sehingga mengakibatkan rendahnya produktivitas kerja padahal beban kerja para dosen termasuk cukup berat karena mereka memiliki tanggung jawab untuk mengajar, menguji, membimbing, membuat persiapan kuliah, meneliti, membaca pekerjaan, dan membuat penilaian tugas-tugas mahasiswa di S1, Magister Psikologi Profesi, dan Magister Psikologi Sains yang baru-baru ini dibuka oleh Fakultas Psikologi USU. Disamping beban kerja tersebut, empat orang dosen di Departemen PIO ini memegang jabatan penting dalam struktur Fakultas Psikologi USU yaitu sebagai Ketua Program Studi S-1 Psikologi, Ketua Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M), Ketua Departemen Psikologi Industri & Organisasi dan sekretaris Departemen Psikologi Industri & Organisasi sehingga beban kerja pun semakin bertambah selain harus melaksanakan tanggung jawab sebagai seorang dosen.

(21)

(Darmaprawira, 2002). Warna-warna yang demikian bersifat netral dan tidak akan menimbulkan kekacauan sehingga karyawan dapat bekerja dengan baik dan menyokong kenyamanan serta efisiensi kerja.

Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas, penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Warna Ruang Kerja Terhadap Kenyamanan

Dosen Departemen Psikologi Indusri dan Organisasi Fakultas Psikologi USU.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu “Apakah warna ruang kerja dapat mempengaruhi kenyamanan dosen Departemen Psikologi Indusri dan Organisasi Fakultas Psikologi USU? “

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh warna ruang kerja terhadap kenyamanan dosen Departemen Psikologi Indusri dan Organisasi Fakultas Psikologi USU.

D. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan akan diperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

(22)

2. Manfaat praktis

Melalui hasil penelitian diharapkan dapat mengetahui tingkat kenyamanan dosen yang bekerja di ruang Departemen Psikologi Indusri dan Organisasi Fakultas Psikologi USU dan efek warna ruang kerja terhadap kenyamanan para dosen Departemen Psikologi Indusri dan Organisasi.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Di bab ini digambarkan mengenai berbagai tinjauan literatur dan hasil penelitian sebelumnya.

Bab II: Landasan Teori

Dalam bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian. Memuat landasan teori mengenai kenyamanan dan warna. Bab ini juga mengemukakan hipotesa sebagai dugaan sementara terhadap masalah penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh perubahan warna ruang kerja terhadap kenyamanan.

Bab III: Metode Penelitian

(23)

beda aitem dan reliabilitas alat ukur populasi, hasil uji coba alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian, dan metode analisa data.

Bab IV: Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini terdiri dari keseluruhan hasil penelitian. Bab analisa data dan pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dilanjutkan dengan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hasil analisa data.

Bab V: Kesimpulan

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kenyamanan

A.1. Pengertian Kenyamanan

Konsep tentang kenyamanan (comfort) sangat sulit untuk didefinisikan karena lebih merupakan penilaian responsif individu (Oborne, 1995). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nyaman adalah segar; sehat sedangkan kenyamanan adalah keadaan nyaman; kesegaran; kesejukan. Kolcaba (2003) menjelaskan bahwa kenyamaan sebagai suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang bersifat individual dan holistik. Dengan terpenuhinya kenyamanan dapat menyebakan perasaan sejahtera pada diri individu tersebut.

(25)

Sanders dan McCormick (1993) menggambarkan konsep kenyamanan bahwa kenyamanan merupakan suatu kondisi perasaan dan sangat tergantung pada orang yang mengalami situasi tersebut. Kita tidak dapat mengetahui tingkat kenyamanan yang dirasakan orang lain secara langsung atau dengan observasi melainkan harus menanyakan langsung pada orang tersebut mengenai seberapa nyaman diri mereka, biasanya dengan menggunakan istilah-istilah seperti agak tidak nyaman, mengganggu, sangat tidak nyaman, atau mengkhawatirkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kenyamanan adalah suatu kontinum perasaan dari paling nyaman sampai dengan paling tidak nyaman yang dinilai berdasarkan persepsi masing-masing individu pada suatu hal yang dimana nyaman pada individu tertentu mungkin berbeda dengan individu lainnya.

A.2. Aspek dalam Kenyamanan

Menurut Kolcaba (2003) aspek kenyamanan terdiri dari:

a. Kenyamanan fisik berkenaan dengan sensasi tubuh yang dirasakan oleh individu itu sendiri.

b. Kenyamanan psikospiritual berkenaan dengan kesadaran internal diri, yang meliputi konsep diri, harga diri, makna kehidupan, seksualitas hingga hubungan yang sangat dekat dan lebih tinggi.

(26)

d. Kenyamanan sosial kultural berkenaan dengan hubungan interpesonal, keluarga, dan sosial atau masyarakat (keuangan, perawatan kesehatan individu, kegiatan religius, serta tradisi keluarga).

A.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan

Menurut Hakim (2006) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kenyamanan antara lain:

a. Sirkulasi

Kenyamanan dapat berkurang karena sirkulasi yang kurang baik, seperti tidak adanya pembagian ruang yang jelas untuk sirkulasi manusia dan kendaraan bermotor, atau tidak ada pembagian sirkulasi antara ruang satu dengan lainnya. Sirkulasi dibedakan menjadi dua yaitu sirkulasi di dalam ruang dan sirkulasi di luar ruang atau peralihan antara dalam dan luar seperti foyer atau lobby, koridor, atau hall.

b. Daya alam atau iklim 1. Radiasi matahari

Dapat mengurangi kenyamanan terutama pada siang hari, sehingga perlu adanya peneduh.

2. Angin

(27)

yang luas perlu diadakan elemen-elemen penghalang angin supaya kecepatan angin yang kencang dapat dikurangi.

3. Curah hujan

Faktu curah sering menimbulkan gangguan pada aktivitas manusia di ruang luar sehingga perlu di sediakan tempat berteduh apabila terjadi hujan (shelter, gazebo).

4. Temperatur

Jika temperatur ruang sangat rendah maka temperatur permukaan kulit akan menurun dan sebaliknya jika temperatur dalam ruang tinggi akan mengalami kenaikan pula. Pengaruh bagi aktivitas kerja adalah bahwa temperatur yang terlalu dingin akan menurunkan gairah kerja dan temperatur yang terlampau panas dapat membuat kelelahan dalam bekerja dan cenderung banyak membuat kesalahan

c. Kebisingan

Pada daerah yang padat seperti perkantoran atau industri, kebisingan adalah salah satu masalah pokok yang bisa mengganggu kenyamanan para pekerja yang berada di sekitarnya. Salah satu cara untuk mengurangi kebisingan adalah dengan menggunakan alat pelindung diri (ear muff, ear plug).

d. Aroma atau bau-bauan

(28)

pandangan visual serta dihalangi oleh tanaman pepohonan atau semak ataupun dengan peninggian muka tanah.

e. Bentuk

Bentuk dari rencana konstruksi harus disesuaikan dengan ukuran standar manusia agar dapat menimbulkan rasa nyaman.

f. Keamanan

Keamanan merupakan masalah terpenting, karena ini dapat mengganggu dan menghambat aktivitas yang akan dilakukan. Keamanan bukan saja berarti dari segi kejahatan (kriminal), tapi juga termasuk kekuatan konstruksi, bentuk ruang, dan kejelasan fungsi.

g. Kebersihan

Sesuatu yang bersih selain menambah daya tarik lokasi, juga menambah rasa nyaman karena bebas dari kotoran sampah ataupun bau-bauan yang tidak sedap. Pada daerah tertentu yang menutut kebersihan tinggi, pemilihan jenis pohon dan semak harus memperhatikan kekuatan daya rontok daun dan buah.

h. Keindahan

(29)

untuk menyatakan sesuatu itu adalah indah. Dalam hal kenyamanan, keindahan dapat diperoleh dari segi bentuk ataupun warna.

i. Penerangan

Untuk mendapatkan penerangan yang baik dalam ruang perlu memperhatikan beberapa hal yaitu cahaya alami, kuat penerangan, kualitas cahaya, daya penerangan, pemilihan dan perletakan lampu. Pencahayaan alami di sini dapat membantu penerangan buatan dalam batas-batas tertentu, baik dan kualitasnya maupun jarak jangkauannya dalam ruangan.

B. Warna

B.1. Pengertian Warna

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya. Pengertian warna menurut Newton adalah bagian sinar dalam spektrum yang tergantung pada gelombang cahayanya. Menurut Lenggosari (2008) warna adalah sesuatu yang diterima oleh manusia dari cahaya atau sinar.

Warna adalah unsur yang bisa menciptakan mood atau suasana ruang (Wulansari, 2007). Menurut Eiseman (2000) warna merupakan bentuk komunikasi non verbal yang berfungsi sebagai metode penyampaian pesan dan makna yang paling instan atau menghasilkan pengaruh dengan seketika.

(30)

pengalaman indera penglihatan (Swasty, 2010). Marian Davis L (1987) menggolongkan warna menjadi dua, yaitu warna eksternal dan internal. Warna eksternal adalah warna yang bersifat fisika dan faali, sedangkan warna internal adalah warna sebagai persepsi manusia, cara manusia melihat warna kemudian mengolahnya di otak dan cara mengekspresikannya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya. Warna hanya dapat dilihat karena adanya cahaya. Saat mata menangkap warna yang sebenarnya terlihat adalah pantulan cahaya dari sebuah benda yang kemudian diterima atau ditangkap mata.

B.2. Proses Kerja Warna

Dua unsur yang sangat penting untuk melihat warna adalah mata dan cahaya. Tanpa kedua unsur tersebut tidak akan dapat menikmati warna secara sempurna, karena cahaya adalah sumber warna dan mata adalah media untuk menangkap warna dari sumbernya (Darmaprawira, 2002).

(31)

Tabel 1. Daftar Warna dan Panjang Gelombang

Warna Panjang gelombang

Ungu 400-450 nm

Biru 450-495 nm

Hijau 495-580 nm

Kuning 580-600 nm

Orange 600-64 0nm

Merah 640-750 nm

Proses warna sampai ke mata karena adanya kerjasama antara mata dan otak (Darmaprawira, 2002). Di dalam mata terdapat organ-organ mata yang memiliki fungsi berbeda-beda. Bagian depan bola mata yang disebut dengan kornea merupakan penutup bening seperti kristal. Di belakang kornea terdapat iris berbentuk cincin yang dapat melebar dan menguncup bila mendapat pengaruh cahaya, kemudian iris membentuk pupil. Bagian belakang pupil terdapat lensa yang akan mencembung bila melihat obyek jarak dekat dan akan mendatar bila melihat obyek jarak jauh. Retina yang terletak dibagian paling belakang mata merupakan jaringan kerja dari saraf yang sensitif. Di sinilah cahaya difokuskan dan rangsangan-rangsangan disalurkan ke otak (Darmaprawira, 2002).

(32)

transmisi melalui sistem visual seperti bentuk, tekstur, warna, perspektif, dan sebagainya. Otak menghubungkan tanda-tanda (kode) informasi dari mata tetapi tidak menyalin imej yang jatuh pada retina. Mata dapat melihat perbedaan panjang gelombang dan untuk imej, otaklah yang merakit seluruh variasi dan menjawab hubungan warna yang satu dengan lainnya (Pavey, 1980).

B.3. Karakteristik Warna

Karakteristik warna adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas yang dimiliki oleh suatu warna. Secara garis besar, sifat khas yang dimiliki oleh warna dibagi dalam 2 golongan besar berdasarkan temperatur warna dengan alat ukur rasa, yaitu warna panas yang merangsang sistem saraf secara otomatis dan warna dingin yang memperlambat rangsangan (Darmaprawira, 2002). Deretan warna panas pada lingkaran warna adalah merah-ungu, merah, merah-jingga, jingga, kuning-jingga, sampai kuning dan warna paling panas adalah warna jingga. Deretan warna dingin dari lingkaran warna adalah kuning-hijau, hijau, biru-hijau, biru, biru-ungu, ungu dan warna paling dingin adalah warna biru-hijau.

(33)

kelompok, yaitu warna panas yang merupakan warna yang cepat ditangkap oleh mata dan memberikan rangsangan energi untuk yang melihat. Warna panas memberikan kesan positif, merangsang, energik, agresif, dan aktif seperti warna merah, oranye, dan kuning. Warna-warna tertentu lainnya disebut sebagai warna dingin karena memberikan kesan tenang, negatif, mundur, tersisih, aman, tenggelam, depresi, dan hening seperti warna violet, biru, dan hijau. Warna ini membiaskan warna yang lembut dan termasuk ke dalam warna-warna yang menyejukkan (Lenggosari, 2008).

Hideaki Chijiwa dalam bukunya Color Harmony membuat karakteristik warna yang digolongkan dalam enam golongan, yaitu:

1. Warna hangat yaitu warna-warna yang terletak antara merah dan kuning, yaitu merah, kuning, coklat, dan jingga.

2. Warna sejuk yaitu warna-warna yang terletak antara hijau dan ungu melalui biru.

(34)

B.4. Dimensi Psikologis Warna

Dimensi warna menurut Albert Munsell (Darmaprawira, 2002) terdiri dari 3 bagian yaitu:

a. Dimensi pertama adalah nama warna (hue)

Dengan mengetahui nama warna maka identifikasi warna bisa dikenal dengan mudah, karena dengan namanya warna dapat dibedakan antara satu dengan lainnya. Mata manusia normal dapat membedakan jutaan warna dalam berbagai tingkat kecerahannya. Sebelum data Munsell distandardisasikan, nama-nama warna pada masa lampau diberikan berdasarkan warna alamiah yang dimiliki sebelumnya seperti hijau alpokat adalah warna hijau yang menyerupai warna buah alpokat.

Dalam teori lingkaran warna Munsell mengambil tiga warna utama sebagai dasar yang disebut dengan warna primer yaitu merah dengan kode M, kuning dengan kode K, dan biru dengan kode B. Apabila dua warna primer masing-masing dicampur, maka akan menghasilkan warna kedua atau warna sekunder. Bila warna primer dicampur dengan warna sekunder akan dihasilkan warna tersier. Bila antara warna tersier dicampur lagi dengan warna primer dan sekunder akan dihasilkan warna netral.

b. Dimensi kedua adalah nilai atau derajat warna

(35)

digunakan adalah 9 tingkat, mulai dari yang tercerah Putih (P), melalui deretan abu-abu netral (Kn) sampai kepada yang tergelap Hitam. Dr. Denman W. Ross, membagi interval nilai menjadi 9 langkah dengan berjarak tetap dan diberi simbol secara numerik. Putih diberi nomor 1 dan hitam diberi nomor 9. Abu-abu netral diberi nomor 2 sampai 8 dengan Kn nomor 5 yang paling netral. Bila dihubungkan dengan warna nilai yang lebih terang disebut dengan warna cerah atau warna muda sebaliknya warna yang nilainya lebih rendah disebut warna gelap atau warna tua.

Nilai dapat memberikan efek yang berlainan terhadap warna. Dalam penggunaannya, nilai cerah akan menambah luas ukuran suatu objek misalnya ruangan sempit yang dindingnya dicat dengan warna cerah akan terasa lebih luas dari ukuran yang sebenarnya. Sebaliknya nilai gelap akan terasa mempersempit atau memperkecil ukuran yang sebenarnya dari suatu objek. Di samping akan mempersempit atau memperlebar, nilai warna dapat mengubah jarak seperti sebuah ruangan akan terasa lebih tinggi bila warna langit-langit ruangan diberi warna bernilai cerah.

c. Dimensi ketiga adalah chorma/ saturation

(36)

1. Tint

Warna yang dicampur dengan warna putih disebut tints (Pile, 2003). Dengan menambahkan nilai pada warna melalui pencampuran pigmen menurut ukuran yang tepat, dapat dihasilkan tingkat kecerahan warna yang kelak masing-masing warna akan mempunyai kekuatan atau intensitas.

Banyak dari intensitas warna dapat diubah dengan mencampurnya dengan warna putih atau abu-abu terang. Pada campuran warna putih dengan intensitas tinggi, tints menghasilkan warna pastel atau warna pucat. Pada waktu mencampur sedikit warna putih pada warna kuat yang jumlahnya lebih banyak, warna yang dihasilkan tetap terlihat kuat. Warna yang dicampur dengan putih akan menghasilkan warna-warna seperti pink, sea foam, atau baby line (Pile, 2003).

2. Shade

Shade adalah warna atau hue yang dicampur dengan dengan hitam (Pile, 2003). Karena warna yang dihasilkan cenderung gelap, warna-warna ini memiliki karakter yang lebih kuat daripada tint.

3. Tone

Pencampuran warna dengan hitam, putih, dan abu-abu akan menghasilkan tiga macam tingkat kecerahan warna, yaitu salah satunya adalah yang dinamakan deretan warna nada atau tones.

(37)

kekuatannya, yang satu mungkin lebih kuat dari yang lainnya. Warna yang penuh intensitasnya akan sangat menarik perhatian atau menonjol dan memberikan penampilan yang cemerlang. Warna yang intensitasnya rendah lebih halus dan lembut.

B.5. Psikologi Warna

Psikologi warna adalah suatu hal yang terbentuk dalam diri manusia ketika melihat warna tertentu. Dari sisi psikologi, warna memiliki dampak yang kuat terhadap emosi dan mood manusia dan merupakan aspek yang mempengaruhi penampilan visual suatu ruang. Telah dibuktikan bahwa kebanyakan orang mempunyai reaksi yang hampir sama terhadap warna.

Pada abad ke-15, lama sebelum para ilmuwan memperkenalkan warna, Leonardo Da Vinci menemukan warna utama psikologis, yaitu merah, kuning, hijau, biru, hitam, dan putih. Kini para ilmuwan memperkenalkan keterlibatan warna terhadap cara otak menerima serta menginterpretasikan warna. Adanya perkembangan bidang psikologi juga membawa warna menjadi objek perhatian bagi para ahli psikologi.

(38)

menyebabkan kita menyukai warna tersebut atau tidak menyukai warna tertentu karena pernah mengalami peristiwa tidak menyenangkan dengan warna tersebut.

Kesukaan seseorang terhadap warna menurut penelitian psikologi bisa diasosiasikan dengan sifat pembawaan individu tersebut. Sebagai contoh seseorang yang menyukai warna merah akan menunjukkan bahwa orang tersebut bersifat ekstrovert, pribadi yang integratif dengan dunia luar, dan mudah menyesuaikan diri dengan dunia.

(39)

Bagan 1. Skema Psikologi Warna (Darmaprawira, 2002)

Efek psikologis golongan warna panas, seperti merah, jingga, dan kuning memberi pengaruh psikologis panas, menggembirakan, menggairahkan dan merangsang. Golongan warna dingin hijau dan biru memberi pengaruh psikologis menenangkan, damai, sedangkan warna ungu membawa pengaruh menyedihkan. Untuk warna putih memberi pengaruh bersih, terbuka dan terang, warna hitam memberi pengaruh berat, formal, dan tidak menyenangkan (Pile, 1995 dan Birren, 1961).

B.6. Warna Untuk Kantor

Warna adalah salah satu elemen dalam lingkungan perkantoran yang mempunyai dampak penting bagi pegawai. Meskipun sebagian besar pegawai sadar akan dampak fisik warna, namun banyak yang tidak sadar akan dampak psikologisnya baik positif maupun negatif pada produktivitas, kelelahan, moral, tingkah laku, dan ketegangan (McShane, 1997). Warna pada perkantoran tidak hanya mempunyai nilai estetika tetapi juga mempunyai nilai fungsi.

Menurut Grandjean (1988) warna di dalam atau di sekitar tempat kerja memiliki beberapa fungsi:

(40)

b. Untuk mengindikasikan perlengkapan keamanan.

c. Kontras warna yang membuat pekerjaan menjadi lebih mudah. d. Efek psikologis pada operator.

Sebelum memulai untuk merencanakan warna ruangan harus dipertimbangan terlebih dahulu fungsi ruangan dan siapa yang akan menggunakan ruangan tersebut. Setelah itu merencanakan warnanya dan hubungannya dengan faktor-faktor psikologis dan fisiologisnya Pertimbangan juga harus diperhatikan pada pekerjaannya apakah pekerjaannya monoton atau pekerjaan yang sangat membutuhkan konsentrasi. Jika pekerjaannya monoton sebaiknya memasukkan beberapa area dengan warna yang menarik tetapi bukan area yang besar seperti dinding utama ataupun langit-langit, area yang diberi warna menarik seperti pillar, pintu ataupun dinding pemisah (Grandjean, 1988).

Jika ruang kerjanya sangat besar dapat dibagi dengan warna-warna yang berbeda sehingga membuatnya lebih anonim. Jika pekerjaan yang dilakukan dalam ruangan membutuhkan konsentrasi maka seharusnya memilih warna yang lebih berhati-hati untuk menghindari distraksi. Dalam kasus ini, dinding, langit-langit, dan elemen struktural lain seharusnya dicat dengan warna yang terang tetapi tidak mengganggu penglihatan (Grandjean, 1988).

Beberapa faktor yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan warna di kantor (Quible, 2001), antara lain:

(41)

Kombinasi dari warna primer yaitu kuning, merah, dan biru menghasilkan warna sekunder. Warna tersier dihasilkan dengan mencampur warna sekunder dengan warna primer. Beberapa pilihan koordinasi warna yang bisa digunakan adalah:

a. Warna komplementer yaitu warna yang saling berlawanan pada bagan warna seperti merah-hijau, kuning-violet, dan biru-oranye.

b. Warna split komplementer yaitu warna pada sisi dari warna komplementer seperti biru-violet dan biru-hijau adalah warna split komplementer dari oranye.

c. Warna triad yaitu tiga warna yang berjarak sama satu sama lain pada bagan warna seperti oranye, hijau, violet, atau kuning-oranye, biru-hijau, dan merah-violet.

2. Efek cahaya pada warna

Karena berbagai jenis cahaya buatan mempunyai spektrum yang berbeda, sistem pencahayaan yang digunakan pada kantor juga memiliki efek yang signifikan terhadap pilihan warna. Sumber cahaya hanya akan meningkatkan warna yang sesuai dengan spektrumnya.

3. Nilai pemantulan warna

Menurut penelitian ahli mata (opthamologist) dan ahli pencahayaan, warna yang baik untuk kantor sebaiknya mempunyai daya pantul sekitar 30%. Warna-warna yang demikian bersifat netral dan tidak akan menimbulkan kekacauan sehingga para karyawan dapat bekerja dengan baik.

(42)

Tabel 2. Daftar Spesifikasi Warna Sistem Munsell

(43)

Warna kuning menghadirkan suasana hangat, riang dan menambah kesan luas pada ruang-ruang sempit. Warna kuning mencerminkan sifat kreatif, intelek serta kepemimpinan. Kuning dapat merangsang mata dan saraf untuk lebih fokus, berkonsentrasi, dan memunculkan kesan hidup yang membuat karyawan bersemangat (Gie, 2007). Kuning adalah warna yang paling cocok dipergunakan untuk ruangan pertemuan. Oranye, sama seperti kuning, paduan warna oranye pada ruang kerja kantor dapat mendorong kreativitas serta merangsang rasa prediktabilitas dan stabilitas.

Warna merah merupakan aksen cantik yang bersifat terbuka serta akrab. Warna merah memberikan kesan berani dan cerah. Lewat aplikasi warna merah, suasana ruang kerja menjadi warna hidup, penuh sukacita, kebajikan, dan mengalirkan energi positif serta semangat karyawan dalam bekerja. Warna merah dapat meningkatkan tekanan darah dan kemampuan aktivitas motorik pekerja. Merah dan gradasinya seperti maroon dan burgundy cocok untuk diaplikasikan ke ruang resepsionis kantor. Warna merah muda melambangkan romantis, misterius, menggairahkan, membangkitkan minat, lemah lembut, kalem, menyejukan, dan menenangkan.

(44)

Putih merupakan warna yang bersifat netral, tepat untuk digunakan sebagai warna dasar sehingga suasana nyaman dapat dirasakan pada kantor. Warna jingga memberikan kesan menantang, memberi terang, intelek, percaya diri, bekerja keras, setia, tabah sehingga cocok untuk diterapkan di bagian penjualan dengan memadukan warna putih.

C. Pengaruh Warna Ruang Kerja Terhadap Kenyamanan

(45)

mengurangi stres sehingga dapat mengarahkan pada produktivitas yang lebih besar dan kesehatan yang lebih baik. Penelitian lain yang dilakukan oleh Chao, Schwartz, Milton, dan Burge (2003) menunjukkan bahwa lingkungan yang tidak sehat dan nyaman akan menurunkan tingkat produktivitas maupun moral pegawai. Penelitian yang dilakukan oleh Sterk (2005) menemukan bahwa 86% pegawai sangat mengharapkan lingkungan kerja yang nyaman,.

Salah satu faktor yang mempengaruhi dalam menciptakan lingkungan kerja yang nyaman adalah keindahan (Hakim, 2006). Dalam hal kenyamanan, keindahan dapat diperoleh dari segi bentuk ataupun warna (Hakim, 2006). Menurut McShane (1997), warna adalah salah satu elemen dalam lingkungan perkantoran yang mempunyai dampak penting bagi karyawan.

Dalam aktivitas manusia, warna membangkitkan kekuatan perasaan untuk bangkit atau pasif khususnya dalam penggunaan interior. Penelitian telah membuktikan adanya reaksi tubuh manusia terhadap warna baik secara psikologis maupun fisiologis (Allen dan Stimpson, 1994). Riset tersebut membuktikan bahwa warna mempengaruhi suasana hati dan perasaan seseorang dalam hubungannya dengan ruang. Sebuah studi tentang „Impact of Color‟ yang

dilakukan sekelompok fotografer dan psiklolog (2006) menyimpulkan bahwa warna turut mempengaruhi emosi setiap orang terutama para pekerja yang lebih banyak menghabiskan waktu dalam ruangan.

(46)

meningkatkan kenyamanan serta efisiensi kerja (Darmaprawira, 2002). Hal ini telah dibuktikan oleh hasil penelitian bahwa warna yang sering digunakan dalam gedung perkantoran yaitu 88% warna putih, 88% campuran warna putih dan hijau, 83% warna abu-abu, dan 81% warna gading dimana warna-warna tersebut memiliki daya pantul yang rendah sehingga tidak menganggu penglihatan karyawan selama berada di ruang kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Darul Amin Jemmy (2009) juga membuktikan bahwa warna lembut seperti abu-abu cerah, kream, dan warna gading yang memiliki tingkat pantul cahaya yang rendah akan cocok dengan suasana kerja dan secara langsung warna interior kantor yang tidak menganggu penglihatan tersebut mempengaruhi kinerja pekerja.

Tujuan pewarnaan tidak hanya sekedar menyenangkan mata saja tetapi mempunyai tujuan lain yaitu untuk meningkatkan kenyamanan dalam ruang kerja sehingga dapat memperbesar efisiensi kerja para karyawan (Gie, 2007). Sebuah penelitian dari Creighton University (1999) mengungkapkan bahwa warna dapat mempengaruhi efisensi dan emosi para pekerja dimana karyawan yang berada di dalam ruang kantor berwarna biru memiliki perasaan tenang dalam mengerjakan tugas.

D. Hipotesis Penelitian

(47)

hipotesis yang menyatakan tidak adanya perbedaan antara kelompok yang satu dan kelompok lainnya.

Berdasarkan dari penelitian diatas dapat ditarik suatu hipotesis, yaitu : Ha : Ada pengaruh warna ruang kerja terhadap kenyamanan dosen

Departemen Psikologi Indusri dan Organisasi Fakultas Psikologi USU. Ho : Tidak ada pengaruh warna ruang kerja terhadap kenyamanan dosen

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimental Design. Adapun jenis yang digunakan adalah one group pretest-posttest design

yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding. Jadi, satu kelompok yang sama pada suatu ketika dijadikan kelompok eksperimen dan pada saat lain dijadikan kelompok kontrol. Desain menggunakan pretest yang diberikan sebelum perlakuan. Setelah diberi perlakuan diberikan posttest untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan telah menyebabkan perubahan. Dengan demikian besarnya dari efek tersebut dapat diketahui.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Identifikasi variabel penelitian merupakan langkah penetapan variabel-variabel utama yang menjadi fokus dalam penelitian serta penentuan fungsinya masing-masing (Azwar, 2000). Berdasarkan landasan teori dan rumusan hipotesis penelitian maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :

Variabel bebas : warna ruang kerja Varibel tergantung : kenyamanan

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

(49)

1. Warna ruang kerja

Warna ruang kerja merupakan warna hijau pada dinding di sekitar ruang kerja Departemen Psikologi Industri & Organisasi (PIO) dan warna aksesoris ruangan yaitu warna merah pada taplak meja dan warna ungu pada bunga plastik yang dapat dilihat oleh sistem penglihatan dan berupa materi dari sumber cahaya yang dapat menghasilkan pengaruh dengan seketika.

2. Kenyamanan

Kenyamanan adalah kondisi perasaan dosen yang bekerja di Departemen Psikologi Industri dan Organisasi ketika melihat warna hijau pada dinding ruang kerja Departemen PIO dan warna aksesoris ruangan yaitu warna merah pada taplak meja dan warna ungu pada bunga plastik yang menyebabkan perasaan senang, tentram, damai, tenang, dan betah berada di ruang kerja dan secara visual dapat melihat dengan jelas keadaan di sekeliling ruang kerja, fokus selama melaksanakan pekerjaan, mata rileks, tidak sakit, lelah, ataupun berair saat melihat warna tersebut.

(50)

C. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental dengan pendekatan within subject dengan nama desain one group pretest-posttest design. Penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti. Menurut Arikunto (2002) eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (kausalitas) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang biasa mengganggu.

Rancangan ini digunakan pada satu kelompok subjek dimana pertama-tama dilakukan pengukuran pada kelompok tersebut, lalu dikenakan perlakuan untuk jangka waktu tertentu, kemudian dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya (Suryabrata, 2011). Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 2. Desain Penelitian Keterangan :

Pretest dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan skala kenyamanan. Sedangkan treatment yang diberikan berupa pemberian kombinasi warna yaitu mengecat dinding ruang kerja PIO dengan warna hijau dan menambah aksesoris ruangan yaitu warna ungu pada bunga plastik dan warna merah pada taplak meja.

T1 X T2

T1 : pretest (sebelum diberi perlakuan)

X : treatment (perlakuan)

(51)
(52)

p= 285 cm

Keterangan:

l=730 cm

Bagan 4. Denah Lokasi Ruang Kerja Departemen PIO

D. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan obyek penelitian (Arikunto, 2002). Setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan akan dimasukkan ke dalam populasi penelitian. Penentuan sumber data dalam suatu penelitian sangat penting dan menentukan keakuratan hasil penelitian. Menurut Arikunto (2002) apabila subjek penelitian kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya adalah penelitian populasi. Dalam penelitian ini digunakan sampel

= kursi

= meja dosen

= pintu

= dispenser

= meja printer

= lemari

(53)

dari semua populasi karena berdasarkan data diketahui bahwa dosen yang bekerja di ruang Departemen Psikologi Industri dan Organisasi sebanyak tujuh orang.

1. Karakteristik Populasi Penelitian

Karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah dosen yang bekerja di Departemen Psikologi Industri dan Organisasi dan menghabiskan waktu di ruang kerja Departemen Psikologi Industri dan Organisasi.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah ruang kerja Departemen Psikologi Industri dan Organisasi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara di Jalan Dr. Mansyur No. 7 Kampus USU Padang Bulan, Medan.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode kuesioner karena kuesioner merupakan instrumen pengumpulan data yang sangat fleksibel dan relatif mudah digunakan. Bentuk instrumen pengumpul data adalah skala (Azwar, 2010).

Menurut Azwar (2004) ada beberapa alasan menggunakan skala yaitu: 1. Pertanyaan disusun untuk memancing jawaban yang merupakan

refleksi dari keadaan diri subjek yang biasanya tidak disadari oleh responden yang bersangkutan.

(54)

Skala Kenyamanan

Skala ini adalah skala psikologis yang mengukur kenyamanan yang disusun sendiri oleh peneliti. Skala disusun berdasarkan definisi kenyamanan yang dikemukakan oleh Kolcaba (2003). Model skala kenyamanan ini menggunakan skala Likert. Aitem terdiri dari pernyataan dengan lima pilihan jawaban yaitu: SS (Sangat setuju), S (Setuju), N (Antara Setuju dan Tidak), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan favourable (mendukung) atau unfavourable (tidak mendukung). Nilai setiap pilihan bergerak dari 1 sampai 4. Bobot penilaian untuk pernyataan

favourable adalah SS = 4, S = 3, N=2, TS = 1, dan STS = 0 sedangkan untuk pernyataan unfavourable adalah SS =0, S = 1, N=2, TS = 3, dan STS = 4.

Tabel 3. Distribusi Aitem Skala kenyamanan Sebelum Uji Coba

No Kenyamanan Indikator

Perilaku Favourable Unfavourable Total (%)

(55)

F. Uji Validitas, Uji Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Validitas Alat Ukur

Validitas adalah sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2003). Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Alat ukur yang valid adalah yang memiliki varians error yang kecil sehingga angka yang dihasilkannya dapat dipercaya sebagai angka yang mendekati keadaan sebenarnya (Azwar, 2003).

Pendekatan terhadap validitas alat ukur dilakukan dengan menyusun terlebih dahulu operasional aspek-aspek pengukuran yang tepat dalam blue-print.

Penelitian ini menggunakan face validity dan content validity. Face validity

adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena hanya didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan (appearance) tes. Apabila penampilan tes telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap apa yang hendak diukur, maka dapat dikatakan bahwa face validity telah terpenuhi. Content No Kenyamanan Indikator Perilaku Favourable Unfavourable Total (%)

(56)

validity berkaitan dengan item-item alat ukur sesuai dengan apa yang akan di ukur. Content validity ditentukan melalui pendapat profesional dalam proses telaah aitem. Professional judgment disini adalah dosen pembimbing.

2. Uji Daya Beda Item

Uji daya beda butir pernyataan untuk melihat sejauh mana butir pernyataan mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atau tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis butir pernyataan ini adalah dengan memilih butir-butir pernyataan yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes. Atau dengan kata lain, memilih butir pernyataan yang mengukur hal yang sama dengan apa yang diukur oleh tes sebagai keseluruhan (Azwar, 2003). Pengujian daya beda butir pernyataan ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap butir pernyataan dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu skor total tes itu sendiri dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment. Prosedur pengujian ini akan menghasilkan koefisien korelasi item total yang dikenal dengan indeks daya beda butir pernyataan (Azwar, 2003). Uji daya beda butir pernyataan ini akan dilakukan pada alat ukur dalam penelitian ini, yaitu skala kenyamanan. Besarnya koefisien korelasi item total bergerak dari 0 sampai dengan 1,00 dengan nilai positif dan negatif. Semakin baik daya diskriminasi item maka koefisien korelasinya semakin mendekati angka 1,00 (Azwar, 2003). Batasan nilai indeks daya beda item dalam penelitian ini adalah 0,3, sehingga setiap item yang memiliki harga kritik ≥ 0,3 sajalah yang akan digunakan dalam

(57)

3. Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas adalah alat ukur menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat ukur bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang berbeda (Hadi, 2000). Sebuah alat ukur yang baik harus memiliki konsistensi skor ketika dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang sama (Anastasi dan Urbina, 1997).

Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi internal

(Cronbach’s Alpha Coefficient) yang merupakan suatu bentuk tes yang hanya

memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi antar item atau antar bagian dalam tes. Pendekatan konsistensi internal ini dipandang ekonomis dan praktis (Azwar, 2000). Penghitungan koefisien reliabilitas diolah dengan komputer program SPSS versi 17.0 for Windows. Batasan penerimaan reabilitas dianggap memuaskan apabila koefisiennya mencapai minimal 0,5 (Azwar, 2003).

G. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Menurut Hadi (2000) uji coba alat ukur dilakukan dengan tujuan:

1. Menghindari pernyataan-pernyataan yang kurang jelas maksudnya.

2. Menghindari penggunaan kata-kata yang terlalu asing, terlalu akademik, ataupun kata-kata yang menimbulkan kecurigaan.

(58)

4. Menambah aitem yang sangat perlu ataupun meniadakan aitem yang ternyata tidak relavan dengan tujuan penelitian.

Uji coba dilakukan pada mahasiswa Fakultas Psikologi USU yang sedang belajar di ruang 2B pada tanggal 13 Desember 2013. Skala yang disebarkan sebanyak 60 skala. Penyebaran dilakukan oleh peneliti sendiri. Kemudian dari 60 skala yang disebarkan semuanya memenuhi persyaratan untuk dilakukan pengolahan data. Untuk melihat daya beda aitem dilakukan analisis uji coba. Peneliti membandingkan nilai corrected item total correlation yang diperoleh dengan menggunakan koefisien korelasi product moment dengan interval kepercayaan 95% yang mempunyai harga kritis 0,3. Peneliti memakai kriteria pemilihan aitem berdasarkan koefisien korelasi sebesar 0,3 karena menurut Azwar (2004) semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,3 daya pembedanya dianggap memuaskan.

1. Hasil Uji Coba Skala Kenyamanan

Hasil uji coba skala kenyamanan menghasilkan 16 aitem yang diterima dari 32 aitem yang diujicobakan. Korelasi antara skor aitem dan skor total pada aitem yang valid bergerak dari 0,426 s/d 0,653. Setelah dilakukan pengujian daya beda aitem, kemudian dilakukan perhitungan reliabilitas pada aitem-aitem yang valid. Hasil perhitungan reliabilitas skala kenyamanan diperoleh nilai α= 0,823.

(59)

Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Kenyamanan Setelah Uji Coba

Sebelum skala kenyamanan ini digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu 16 aitem utama yang telah memenuhi daya beda dan reliabilitas disusun kembali dan dipilah-pilah sehingga hanya 12 aitem yang akan digunakan dalam penelitian dan penyebaran aitemnya dapat dilihat pada tabel berikut:

No Kenyamanan Indikator Perilaku Favourable Unfavourable Total (%)

(60)

Tabel 5. Distribusi Aitem Skala Kenyamanan yang Akan Digunakan Dalam Penelitian

No Kenyamanan Indikator

Perilaku Favourable Unfavourable Total (%)

(61)

Tabel 6. Blue Print Skala Kenyamanan yang Akan Digunakan Dalam Penelitian

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan.

A. Tahap Persiapan Penelitian

1. Menyusun alat ukur yang dapat mengukur hasil penelitian yang diharapkan.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kenyamanan yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang

No Kenyamanan Indikator

Perilaku Favourable Unfavourable Total (%)

(62)

telah diuraikan dan ditelaah dengan analisis rasional dari professional judgment. Model skala kenyamanan ini menggunakan skala Likert. Aitem terdiri dari pernyataan dengan lima pilihan jawaban yaitu: SS (Sangat Setuju), S (Setuju), N (Antara Setuju dan Tidak), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan favourable (mendukung) atau unfavourable (tidak mendukung).

2. Menentukan subjek penelitian.

Subjek yang digunakan dalam penelitian adalah para dosen yang bekerja di Departemen Psikologi Industri dan Organisasi Fakultas Psikologi USU yang ditentukan berdasarkan pertimbangan dari peneliti sendiri serta dosen pembimbing.

3. Mempersiapkan dan mengurus surat izin penelitian.

Peneliti meminta izin kepada Kepala Sub Bagian Perlengkapan Fakultas Psikologi USU (Drs. Iskandar Muda) dan Pembantu Dekan II Fakultas Psikologi USU (Rodiatul Hasanah Siregar, M.Si, psikolog) untuk melakukan pengecatan ulang terhadap ruang kerja Departemen Psikologi Industri dan Organisasi.

4. Uji coba alat ukur

(63)

dilakukan pada 60 mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang belajar di ruang 2B.

5. Menganalisis hasil coba instrumen penelitian untuk mengetahui layak tidaknya tes tersebut digunakan sebagai instrumen penelitian.

Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur pada 60 mahasiswa Fakultas Psikologi, peneliti menguji validitas dan reliabilitas skala kenyamanan dengan menggunakan program software SPSS version 17,0 for windows.

6. Merevisi atau memperbaiki instrumen.

Setelah mengetahui aitem-aitem mana saja yang memenuhi validitas dan reliabilitasnya, peneliti mengambil aitem-aitem tersebut untuk kemudian disusun kembali dan akan digunakan untuk mengambil data penelitian yang sebenarnya.

7. Konfirmasi kesediaan subjek untuk mengikuti penelitian.

Peneliti menanyakan kesediaan subjek untuk mengikuti penelitian. Apabila ada subjek yang menolak maka sesuai haknya peneliti tidak akan menjadikan subjek tersebut sebagai responden dalam penelitian ini.

B. Tahap Pelaksanaan Penelitian

(64)

Departemen PIO adalah 730 cm x 285 cm dan warna cat yang digunakan adalah krem dengan kondisi cat yang telah mengelupas di beberapa bagian dinding serta warnanya sudah agak memudar.

2. Setelah itu peneliti melakukan identifikasi variabel luar yang tidak diperlukan tetapi menentukan terjadinya kontaminasi proses eksperimen seperti pencahayaan, temperatur ruangan, dan kebersihan. Setelah melakukan identifikasi, peneliti menentukan cara mengontrol variabel luar yaitu membuat semua aspek dari kondisi perlakuan sama. Pada saat

pretest dan posttest ruang kerja sudah dibersihkan terlebih dahulu oleh

cleaning service dan peneliti menyalakan lampu (pencahayaan) serta air conditioner (AC).

3. Lalu pada tanggal 6-7 Januari 2014 peneliti melakukan pretest yaitu dengan memberikan skala kenyamanan kepada para dosen selama berada di dalam ruang kerja yang belum diintervensi oleh peneliti.

4. Setelah selesai pengambilan data yang pertama (pretest) peneliti memberikan treatment yaitu mengecat dinding ruang kerja PIO dengan warna hijau dan menambah aksesoris ruangan yaitu warna ungu pada bunga plastik dan warna merah pada taplak meja pada tanggal 2 Febuari 2014.

(65)

berada dalam ruangan karena pada saat itu bertepatan dengan hari libur semester Ganjil 2013 sehingga banyak dosen yang tidak datang ke kampus.

6. Lalu peneliti melakukan posttest yaitu dengan memberikan skala kenyamanan yang sama pada saat pretest hanya saja item-itemnya sudah diacak kepada para dosen selama berada di dalam ruang kerja yang sudah diintervensi oleh peneliti pada tanggal 6 Febuari 2014 – 9 Febuari 2014.

C. Tahap Pengolahan Data

Setelah selesai pengambilan data maka dilakukan pengolahan data. Data hasil penelitian yaitu skala kenyamanan diolah dan dianalisis dengan menggunakan bantuan program komputer yaitu program SPSS version 17,0 For Windows.

I. Metode Analisis Data

(66)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan keseluruhan hasil penelitian. Bab analisa data dan pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dilanjutkan dengan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hasil analisa data.

A. Analisa Data

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek penelitian berjumlah 7 orang dosen dari Departemen Psikologi Industri dan Organisasi Fakultas Psikologi USU. Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dan lama bekerja.

a. Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

Gambaran jenis kelamin subjek dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 7. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (N) Presentase (%)

Pria 4 57

Wanita 3 43

Jumlah 7 100

(67)

Bagan 5. Diagram Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin b. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Bekerja

Gambaran lama bekerja subjek dapat dikategorikan berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Handoko (1992) dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 8. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Bekerja

Lama Bekerja Jumlah (N) Presentase (%)

0-1 tahun (baru) 0 0

1-3 tahun (sedang) 1 14

> 3 tahun (lama) 6 86

Jumlah 7 100

Tabel 8 menunjukkan bahwa subjek penelitian yang lama bekerjanya 0-1 tahun tidak ada (0%), yang lama bekerjanya 0-1-3 tahun berjumlah 0-1 orang (0-14%), dan yang lama bekerjanya >3 tahun berjumlah 6 orang (86%).

PRIA 57% WANITA

43%

0 0

(68)

Bagan 6. Diagram Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Bekerja

2. Hasil Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh warna ruang kerja terhadap kenyamanan. Metode analisis data yang tepat untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah uji peringkat bertanda Wilcoxon karena subjek yang digunakan dalam penelitian ini kecil yaitu 7 dosen Departemen PIO.

Pengajuan hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho: tidak ada pengaruh warna ruang kerja terhadap kenyamanan dosen Departemen Psikologi Industri dan Organisasi Fakultas Psikologi USU.

0

1-3 tahun 14%

>3 tahun 86%

0

0-1 tahun 1-3 tahun >3 tahun

Gambar

Tabel 1. Daftar Warna dan Panjang Gelombang
Tabel 2. Daftar Spesifikasi Warna Sistem Munsell
Tabel 3. Distribusi Aitem Skala kenyamanan Sebelum Uji Coba
Tabel 5. Distribusi Aitem Skala Kenyamanan yang Akan Digunakan Dalam
+7

Referensi

Dokumen terkait