• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4 Skenario Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan

Untuk menentukan skenario terbaik pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan di pesisir Kota Jayapura melalui pendekatan sumberdaya larva ikan bandeng, dalam penelitian ini digunakan analisis Multi Criteria Decision Making (MCDM). Perumusan skenario pengelolaan dilakukan dengan memperhatikan kondisi kedua kawasan tersebut saat ini dan hasil analisis sebelumnya, dengan memasukan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Skenario yang dirumuskan adalah:

(1) Skenario I; Bila kondisi Teluk Youtefa dan pesisir Kampung Holtekamp tetap seperti sekarang ini dimana konversi mangrove, sedimentasi, dan aktivitas bom ikan tetap berlangsung.

(2) Skenario II; Bila konversi mangrove dihentikan dan reboisasi ditingkatkan, aktivitas bom ikan dihentikan, tetapi sedimentasi tidak dikendalikan.

(3) Skenario III; Bila konversi mangrove dihentikan dan reboisasi ditingkatkan, sedimentasi dikendalikan, tetapi aktivitas bom ikan tetap.

(4) Skenario IV; Bila konversi mangrove dihentikan dan reboisasi ditingkatkan, sedimentasi dikendalikan, dan aktivitas bom ikan dihentikan.

Berdasarkan hasil analisis indikator, maka subkriteria yang terpilih sebagai penilai bagi setiap kriteria (aspek) keberlanjutan untuk menentukan skenario terbaik adalah:

(1) Kriteria ekologi; Kelimpahan sumberdaya larva ikan bandeng .

(2) Kriteria ekonomi;(a)Pendapatan pemanfaat sumberdaya larva ikan bandeng dan (b) Hasil produksi pemanfaat sumberdaya larva ikan bandeng.

(3) Kriteria sosial; (a) Keharmonisan hubungan antar pemanfaat sumberdaya larva ikan bandeng, (b) Pemerataan pendapatan antara pemanfaat sumberdaya larva ikan bandeng, dan (c) Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Teluk Youtefa dan pesisir Kampung Holtekamp.

Berdasarkan rumusan skenario, aspek yang diperhitungkan dan subkriteria yang terpilih, maka dibentuk struktur hirarki untuk menggambarkan model pengelolaan yang akan dilakukan di pesisir Kota Jayapura (Teluk Youtefa dan pesisir Kampung Holtekamp) guna memulihkan keberadaan sumberdaya larva ikan bandeng di kedua kawasan tersebut. Struktur hirarki tersebut dapat dilihat pada Gambar 35.

Untuk mendapatkan bobot persepsi responden, maka pertanyaan yang diajukan adalah, apakah kondisi suatu subkriteria pada suatu skenario akan bertambah, tetap, atau berkurang. Persepsi responden ini selanjutnya diberi bobot, dihitung rata-rata geometrik (Lampiran 17, 18, 19, 20, dan 21), dan dianalisis baik untuk seluruh responden maupun per jenis responden. Besar kecilnya nilai kontribusi dari kriteria dan subkriteria yang menentukan suatu skenario terpilih sebagai yang terbaik, ditentukan oleh persepsi responden. Persepsi responden dipengaruhi oleh tingkat kepentingan terhadap subkriteria yang digunakan.

Berdasarkan struktur hirarki yang dibentuk dan analisis data dengan program Criterium Decision Plus melalui metode SMART terhadap rata-rata geometrik dari bobot persepsi responden, maka hasilnya diuraikan menurut masing-masing kriteria keberlanjutan dari pengelolaan sumberdaya perikanan di pesisir Kota Jayapura (Teluk Youtefa dan pesisir Kampung Holtekamp).

A. Kriteria Ekologi

Skor akhir kriteria ekologi pada masing-masing skenario pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan di pesisir Kota Jayapura hanya dipengaruhi oleh skor akhir dari subkriteria keberadaan sumberdaya larva ikan bandeng. Hasil analisis terhadap persepsi masing-masing responden menghasilkan skenario IV sebagai yang terbaik. Hasil ini menunjukkan bahwa, seluruh responden sepakat kelimpahan larva ikan bandeng di kedua kawasan tersebut dapat bertambah (membaik) apabila konversi mangrove dihentikan dan reboisasinya ditingkatkan, sedimentasi dikendalikan, dan aktivitas bom ikan dihentikan.

(1) Responden Pengumpul

Pada responden penggumpul, skor akhir subkriteria ini menunjukkan nilai yang lebih kecil dibanding responden petambak, pedagang, dan pengambil kebijakan. Hal ini dikarenakan usaha pengumpul ini bersentuan langsung dengan perairan. Berdasarkan pengalaman pengumpul, penurunan hasil tangkapan terjadi bersamaan dengan semakin meningkatnya permasalahan krusial yang terjadi sekarang di kedua kawasan tersebut. Oleh sebab itu bagi responden ini, skenario I, II dan III tidak berdampak pada

0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25

Skenario IV

Skenario I

Skenario II

Skenario III

Sbdy. Larva Ikan Bandeng

Contributions to EKOLOGI from Level:Level 3 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 Skenario IV Skenario II Skenario I Skenario III

Sbdy. Larva Ikan Bandeng

Contributions to EKOLOGI from Level:Level 3

bertambahnya kelimpahan larva ikan di kedua kawasan pesisir tersebut. Skor akhir dari persepsi responden pengumpul terhadap kriteria ekologi pada masing-masing skenario dapat dilihat pada Gambar 36.

Gambar 36 Skor akhir kontribusi persepsi responden pengumpul terhadap kriteria ekologi

(2) Responden Petambak

Hasil analisis persepsi responden ini menunjukkan skenario II memiliki nilai yang lebih besar dari skenario I dan III. Hal ini dikarenakan menurut persepsi sebagian responden ini masalah sedimentasi tidak terlalu berdampak pada penurunan stok larva ikan bandeng. Masalah sedimentasi hanya terjadi di Teluk Youtefa, sedang usaha pengumpulan larva dilakukan diperairan pesisir Kampung Holtekamp yang relatif jernih. Disamping itu, lokasi usaha tambak berada jauh dari lokasi sedimentasi dan dekat perairan yang relatif jernih (st.I dan II) kecuali terjadi banjir di Kali Buaya. Bagi petambak, bom ikan lebih berdampak pada penurunan kelimpahan larva tersebut.

Skor akhir persepsi responden petambak terhadap kriteria ekologi pada masing-masing skenario dapat dilihat pada Gambar 37.

Gambar 37 Skor akhir kontribusi persepsi responden petambak terhadap kriteria ekologi

0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35

Skenario IV

Skenario II

Skenario I

Skenario III

Sbdy. Larva Ikan Bandeng

Contributions to EKOLOGI from Level:Level 3

(3) Responden Pedagang

Hasil analisis persepsi responden ini juga menunjukkan skenario II memiliki nilai yang lebih besar dari skenario I dan III. Hal ini dikarenakan usaha responden ini hanya berhubungan dengan petambak yang lokasinya berada jauh dari lokasi tempat terjadinya sedimentasi. Oleh sebab itu menurut sebagian responden ini, masalah sedimentasi kurang berpengaruhnya bagi berkurangnya kelimpahan larva ikan bandeng di kedua kawasan pesisir tersebut dibanding bom ikan.

Skor akhir persepsi responden pedagang terhadap kriteria ekologi pada masing-masing skenario dapat dilihat pada Gambar 38.

Gambar 38 Skor akhir kontribusi persepsi responden pedagang terhadap kriteria ekologi.

(4) Responden Pengambil Kebijakan

Hasil analisis persepsi responden ini juga menunjukkan skenario II memiliki nilai yang lebih besar dari skenario I dan III. Ini menunjukkan bahwa, menurut sebagian responden ini, masalah sedimentasi kurang berdampak pada penurunan hasil tangkap larva ikan bandeng di kedua kawasan pesisir tersebut dibandingkan penggunaan bom ikan. Menurut responden ini peningkatan sedimentasi hanya terjadi di Teluk Youtefa (stasiun III), sedang usaha pengumpulan larva dilakukan di stasiun I dan II yang relatif jernih. Persepsi yang demikian terkait kurangnya pemahaman tentang siklus hidup larva ini dan faktor biofisik yang mempengaruhi keberadaan dan distribusinya di alam.

Skor akhir persepsi responden pengambil kebijakan terhadap kriteria ekologi pada masing-masing skenario dapat dilihat pada Gambar 39.

0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35

Skenario IV

Skenario II

Skenario I

Skenario III

Sbdy. Larva Ikan Bandeng

Contributions to EKOLOGI from Level:Level 3

Gambar 39 Skor akhir kontribusi persepsi responden pengambil kebijakan terhadap kriteria ekologi

B. Kriteria Ekonomi

Skor akhir dari dari kriteria ekonomi yang menentukan terpilihnya salah satu skenario sebagai yang terbaik, dipengaruhi oleh skor akhir dari subkriteria peningkatan pendapatan dan peningkatan produksi. Analisis terhadap kedua subkriteria tersebut pada masing-masing skenario menghasilkan skenario IV sebagai yang terbaik untuk responden pengumpul, petambak, dan pengambil kebijakan. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa, ketiga responden tersebut sepakat produksi dan pendapatan mereka akan meningkat melalui penghentian konversi dan peningkatan reboisasi mangrove, pengendalian laju sedimentasi, dan penghentian aktivitas bom ikan.

Pada responden petambak dan pengambil kebijakan hasil analisis juga menunjukkan nilai skor akhir yang sama pada masing-masing skenario, baik pada subkriteria peningkatan produksi maupun peningkatan pendapatan. Pada responden pedagang ikan bandeng, hasil analisis persepsi responden pada kedua subkriteria ekonomi ini menghasilkan skenario II sebagai yang terbaik.

(1) Responden Pengumpul

Nilai skor akhir pada skenario IV untuk responden ini adalah sebesar 0.25. Nilai skor akhir subkriteria dari masing-masing skenario pada responden ini jauh lebih kecil dibanding responden petambak, pedagang, dan pengambil kebijakan. Hal ini terkait dengan presepsi responden ini pada kriteria ekologi. Dengan tidak adanya mata pencarian alternatif, maka secara ekonomi pengumpul sepenuhnya bergantung pada ketersediaan larva ikan

0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 Skenario IV Skenario I Skenario II Skenario III Peningkatan produksi Peningkatan Pendapatan

Contributions to EKONOMI from Level:Level 3

bandeng secara alami. Oleh sebab itu, hanya skenario IV yang dipandang dapat meningkatkan produksi dan pendapatan mereka.

Hasil analisis juga menunjukkan, pada skenario IV, skor akhir subkriteria peningkatan produksi sebesar 0.13, sedang peningkatan pendapatan sebesar 0.12. Lebih tingginya skor akhir peningkatan produksi daripada peningkatan pendapatan terkait dengan harga jual larva ini yang sama, baik pada saat melimpah atau berkurang. Oleh sebab itu bagi pengumpul peningkatkan hasil tangkap lebih diprioritaskan karena sangat menentukan peningkatan pendapatan mereka.

Skor akhir dari persepsi responden pengumpul terhadap kedua subkriteria pada kriteria ekonomi terhadap masing-masing skenario dapat dilihat pada Gambar 40.

Gambar 40 Skor akhir kontribusi persepsi responden pengumpul terhadap kriteria ekonomi

(2) Responden Petambak

Terpilihnya skenariof IV sebagai yang terbaik menurut persepsi responden petambak, terkait dengan kualitas benih lokal yang lebih unggul dibanding benih luar. Oleh sebab itu apabila masalah krusial kedua kawasan pesisir tersebut teratasi secara bersama-sama, maka larva ikan bandeng akan meningkat dan kebutuhan benih berkualitas akan terpenuhi. Terpenuhinya kebutuhan benih berkualitas akan meningkatkan produksi tambak dan peningkatan pendapatan. Hal ini dikarenakan permasalahan utama penurunan pendapatan petambak di Kampung Holtekamp disebabkan penurunan hasil produksi karena kekurangan benih berkualitas. Persepsi ini juga mempengaruhi nilai skor akhir yang sama untuk subkriteria peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan, yaitu 0.17.

0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 Skenario IV Skenario II Skenario I Skenario III Peningkatan produksi Peningkatan Pendapatan

Contributions to EKONOMI from Level:Level 3

Hasil analisis juga menghasilkan skor akhir untuk skenario II lebih besar dari skenario III dan I, yaitu 0,22. Hal ini terkait dengan persepsi responden ini pada kriteria ekologi, bahwa sedimentasi kurang berdampak pada berkurangnya kelimpahan larva ikan bandeng. Dengan adanya daerah penyuplai benih alternatif, maka kekurangan benih akan tertutupi sehingga penurunan produksi dan pendapatan tidak sebesar pada skenario I dan III. Skor akhir kedua subkriteria pada skenario II ini juga sama, yaitu 0.11. Ini menunjukkan, karena sebagian kekurangan benih akibat sedimentasi dapat ditutupi dengan mendatangkan benih dari luar, maka membutuhkan biaya operasional yang lebih besar dibanding memanfaatkan benih lokal. Akibatnya produksi dan pendapatan akan seimbang.

Pada skenario III dan I, nilai skor akhir kedua subkriteria juga sama, yaitu 0.07. Nilai skor akhir ini merupakan gambaran dari kondisi produksi dan pendapatan petambak saat ini. Skor akhir kedua subkriteria pada skenario I dan III ini mendukung persepsi responden ini pada kriteria ekologi. Dimana bom ikan dianggap lebih berdampak pada penurunan kelimpahan larva ikan bandeng dibanding sedimentasi.

Skor akhir dari persepsi responden petambak untuk kriteria ekonomi pada masing-masing skenario dapat dilihat pada Gambar 41 .

Gambar 41 Skor akhir kontribusi persepsi responden petambak terhadap kriteria ekonomi.

(3) Responden Pedagang

Pada responden pedagang, hasil analisis menunjukkan skenario II sebagai yang terbaik. Terpilihnya skenario II ini, terkait dengan berkurangnya produksi tambak Holtekamp akibat sedimentasi yang tidak sebesar akibat penggunaan bom ikan. Dengan adanya daerah penyuplai ikan bandeng alternatif dan harga beli yang jauh lebih murah, maka kondisi ini sangat

menguntungkan pedagang. Hal ini disebabkan pedagang akan menutupi sebagian kebutuhan ikan bandengnya dari daerah penyuplai alternatif tetapi dalam jumlah yang terbatas sehingga biaya yang ditimbulkan relatif kecil. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya pada analisis keberlanjutan, ikan bandeng produksi tambak Holtekamp lebih diminati pasar dan harganyapun cukup tinggi. Oleh sebab itu dengan memadukan ikan bandeng produksi tambak Holtekamp dan produksi daerah penyuplai alternatif, maka produksi dan pendapatan akan meningkat dengan cepat.

Hasil analisis terhadap persepsi responden ini juga menghasilkan skenario IV sebagai yang terbaik kedua. Hal ini terkait dengan adanya kebijakan PEMDA Kota Jayapura untuk membatasi masuknya ikan dari daerah penyuplai apabila kebutuhan konsumsi ikan dapat dipenuhi oleh produksi lokal. Pada skenario IV, terlihat juga bahwa nilai skor akhir peningkatan pendapatan lebih tinggi (0.17) dari peningkatan produksi (0.11). Hal ini menunjukkan bahwa, bila permasalahan krusial kedua kawasan pesisir tersebut teratasi secara bersama-sama, maka produktivitas tambak akan meningkat karena kebutuhan benih terpenuhi. Meningkatnya produktivitas tambak akan berdampak pada keharusan pedagang untuk menampung hasil produksi tersebut. Oleh karena produksi tambak Holtekamp lebih diminati pasar dan harganyapun lebih mahal, maka produksi akan terbatas tetapi pendapatan akan lebih tinggi.

Sedang pada skenario III, skor akhir kedua subkriteria berada dibawah skenario IV dengan nilai skor akhir keduanya yang sama, yaitu 0.11. Ini menunjukkan bahwa, dengan masih adanya aktivitas bom ikan produksi tambak Holtekamp akan terus berkurang. Dengan terus berkurangnya produksi tambak Holtekamp berdampak pada meningkatnya permintaan ikan bandeng dari luar dalam jumlah yang lebih banyak. Untuk mendatangkan ikan dalam jumlah yang lebih banyak membutuhkan biaya operasional yang lebih tinggi. Pada kondisi ini biaya produksi dan pendapatan menjadi seimbang tetapi berkurang.

Skor akhir kontribusi bobot persepsi responden pedagang pada kriteria ekonomi terhadap masing-masing skenario dapat dilihat pada Gambar 42.

0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 Skenario II Skenario IV Skenario I Skenario III Peningkatan produksi Peningkatan Pendapatan

Contributions to EKONOMI from Level:Level 3

Gambar 42 Skor akhir kontribusi persepsi responden pedagang terhadap kriteria ekonomi

(4) Responden Pengambil Kebijakan

Pada responden pengambil kebijakan, skor akhir subkriteria peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan pada skenario IV memiliki nilai yang sama, yaitu 0.17. Kesamaan nilai skor akhir ini terkait dengan persepsi responden ini bahwa, penurunan pendapatan pemanfaat sumberdaya larva ikan bandeng di Kota jayapura disebabkan oleh penurunan hasil produksi akibat berkurangnya kelimpahan larva ikan bandeng secara alami. Bila permasalahan krusial kedua kawasan peisir tersebut terselesaikan dapat meningkatkan hasil tangkap dan pendapatan pengumpul. Peningkatan hasil tangkap berdampak pada peningkatan produktivitas tambak dan pendapatan petambak. Peningkatan produktivitas tambak berdampak pada perputaran keuntungan pedagang dengan cepat karena pasar lebih menyukai ikan bandeng dari tambak Holtekamp.

Terpilihnya skenario II sebagai yang terbaik kedua, terkait dengan persepsi responden ini pada kriteria ekologi. Oleh karena menurut persepsi responden ini berkurangnya larva ikan bandeng lebih disebabkan oleh penggunaan bom ikan dibanding masalah sedimentasi, maka nilai skor akhir dari skenario III dan I juga sama dan lebih kecil (0.11). Kedua skenario ini merupakan kondisi yang terjadi sekarang di kedua kawasan tersebut menurut persepsi responden ini.

Skor akhir kontribusi persepsi responden pengambil kebijakan untuk kriteria ekonomi pada masing-masing skenario dapat dilihat pada Gambar 43 berikut.

0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 Skenario IV Skenario II Skenario I Skenario III Peningkatan produksi Peningkatan Pendapatan

Contributions to EKONOMI from Level:Level 3

Gambar 43 Skor akhir kontribusi persepsi responden pengambil kebijakan terhadap kriteria ekonomi

C. Kriteria Sosial

Skor akhir pada kriteria sosial yang menentukan terpilihnya salah satu skenario sebagai yang terbaik, dipengaruhi oleh nilai skor subkriteria; pemerataan pendapatan, keharmonisan hubungan antara pemanfaat sumberdaya larva ikan bandeng, dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Teluk Youtefa dan pesisir Kampung Holtekamp.

Hasil analisis terhadap persepsi responden pengumpul, petambak, dan pengambil kebijakan untuk masing-masing subkriteria menghasilkan skenario IV sebagai yang terbaik untuk kriteria sosial. Ketiga jenis responden ini sepakat bahwa, dengan mengendalikan laju konversi dan meningkatkan reboisasi mangrove serta mengendalikan laju sedimentasi, dan menghentikan aktivitas bom ikan, akan berdampak positif bagi peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Teluk Youtefa dan pesisir Kampung Holtekamp, peningkatan keharmonisan hubungan antar pemanfaat sumberdaya larva ikan bandeng, dan peningkatan pemerataan pendapatan pemanfaat sumberdaya larva ikan bandeng di Kota Jayapura. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kedua kawasan pesisir tersebut merupakan yang terpenting menurut persepsi responden pengumpul, petambak, dan pengambil kebijakan. Hal ini disebabkan permasalahan krusial kedua kawasan pesisir tersebut yang terjadi saat ini adalah akibat aktivitas masyarakat. Oleh sebab itu, skor akhir parsipasi masyarakat nilainya semakin kecil pada skenario II, III, dan I pada ketiga responden ini.

(1) Responden Pengumpul

Skor akhir kriteria sosial pada skenario IV untuk responden ini lebih tinggi dari ketiga responden lainnya, yaitu 0.50. Partisipasi masyarakat dan keharmonisan hubungan antara pemanfaat memiliki nilai skor akhir yang sama, sebesar 0.20, sedang pemerataan pendapatan mendapatkan nilai skor akhir terkecil, yaitu 0.10. Ini menunjukkan bahwa menurut persepsi responden ini, dengan terlaksananya pengendalian konversi dan peningkatan reboisasi mangrove, pengendalian sedimentasi dan penghentian aktivitas bom ikan akan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk turut berpatisipasi dalam pengelolaan kedua kawasan pesisir tersebut. Meningkatnya partisispasi masyarakat ini, berdampak positif bagi pemulihan kesehatan stok larva ikan bandeng sehingga hasil tangkap akan meningkat. Peningkatan hasil tangkap akan meningkatkan keharmonisan hubungan antara pemanfaat karena terdorong oleh rasa saling membutuhkan terkait pemasaran hasil. Pemerataan pendapatan juga akan meningkat meski tidak sebesar usaha petambak dan pedagang, karena terkait perbedaan produk dan harga jual.

Pada skenario II, III, dan I, skor akhir ketiga subkriteria menurun tetapi dalam besaran nilai yang sama. Nilai skor akhir untuk partisipasi masyarakat sebesar 0.14, keharmonisan hubungan pemanfaat sebesar 0.13 dan pemerataan pendapatan sebesar, 0.03. Nilai skor akhir ini terkait dengan persepsi responden ini sebelumnya pada kriteria ekologi. Bagi responden ini, dengan tidak diselesaikannya permasalahan kedua kawasan pesisir tersebut secara bersamaan, partisipasi masyarakat, keharmonisan hubungan pemanfaat, dan pemerataan pendapatan akan tetap seperti kondisi sekarang ini. Meskipun demikian nilai skor akhir dari subkriteria partisipasi masyarakat dan keharmonisan hubungan masih lebih tinggi dari responden petambak, pedagang, dan pengambil kebijakan. Hal ini disebabkan, meski kedua kawasan ini mengalami tekanan ekologis yang kompleks, responden ini tetap berpartisipasi untuk menegur pengguna bom ikan. Hubungan antara sesama pengumpul, antara pengumpul dengan petambak, dan antara petambak dengan pedagangpun dianggap cukup harmonis. Ini dikarenakan

0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 Skenario IV Skenario I Skenario II Skenario III Parsipasi Msy Keharmonisan Hub. P'Nener Pemerataan Pendapatan

Contributions to SOSIAL from Level:Level 3

pembagian jadwal tangkap yang selama ini dilakukan tetap berlangsung dan tidak menimbulkan konflik. Petambak juga tetap menyediakan luasan untuk menampung hasil tangkapan mereka. Rendahnya skor akhir pemerataan pendapatan pada ketiga skenario ini, terkait dengan ketergantungan pendapatan responden ini pada keberadaan sumberdaya larva ikan bandeng secara alami. Keberadaan larva tersebut secara alamipun tergantung pada kondisi kedua kawasan pesisir tersebut saat ini.

Skor akhir dari persepsi responden pengumpul untuk kriteria sosial terhadap masing-masing skenario dapat dilihat pada Gambar 44.

Gambar 44 Skor akhir kontribusi persepsi responden pengumpul terhadap kriteria sosial

(2) Responden Petambak

Hasil analisis terhadap persepsi responden ini menghasilkan nilai skor akhir untuk skenario IV sebesar 0.34, dimana masing-masing subkriteria mendapatkan nilai skor akhir yang sama, yaitu 0.113. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa, partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kedua kawasan tersebut akan meningkat bila masalah krusial kedua kawasan pesisir tersebut terselesaikan. Bila partisipasi masyarakat meningkat akan berdampak positif bagi peningkatan kelimpahan larva ikan bandeng. Meningkatnya larva ikan bandeng akan berdampak positif bagi peningkatan keharmonisan hubungan antara pemanfaat karena saling membutuhkan dalam hal penyediaan benih dan ikan bandeng serta pemasaran hasil produksi. Kondisi inipun akan mendukung pemerataan pendapatan yang lebih baik.

Pada skenario II, ketiga subkriteria menghasilkan nilai skor akhir yang sama, yaitu 0.073, tetapi lebih kecil dari skenario IV. Ini menunjukkan

bahwa, apabila masalah sedimentasi tidak terselesaikan, partisipasi masyarakat dalam pengendalian sedimentasipun akan menurun. Kondisi ini berdampak pada menurunnya keharmonisan hubungan antar pemanfaat sumberdaya larva ikan tersebut, dikarenakan pengumpul akan mencari petambak yang lebih menguntungkan atau sebaliknya. Petambakpun mencari pedagang yang dapat memberi keuntungan lebih atau sebaliknya. Persaingan hasil produksi antar pemanfaat ini akan berdampak pada menurunnya pemerataan pendapatan.

Pada skenario III, nilai skor akhir subkriteria partisipasi masyarakat sama dengan nilai subkriteria tersebut pada skenario II. Nilai skor akhir subkriteria keharmonisan hubungan antar pemanfaat dan pemerataan pendapatan lebih kecil tetapi dalam besaran yang sama, yaitu 0.038. Nilai ini menunjukkan bahwa, apabila masalah bom ikan tidak terselesaikan, partisipasi masyarakat dalam penghentian aktivitas bom ikan juga akan menurun. Dengan menurunnya partisipasi masyarakat ini, penurunnan kelimpahan larva ikan bandeng akan lebih tinggi dibanding penurunan yang disebabkan sedimentasi. Kondisi ini akan lebih mengurangi keharmonisan hubungan pemanfaat sumberdaya larva tersebut, karena persaingan dalam mempertahankan pengumpul dan pedagang lagangan akan lebih tinggi sehingga kesenjangan pendapatanpun semakin tinggi pula. Hal ini disebabkan, dengan semakin berkurangnya stok larva ini, petambak harus menutupi kekurangan benih dari daerah penyuplai alternatif dengan jumlah yang semakin tinggi dan jumlah tersebut tidak akan sama antar petambak karena tergantung pada kemampuan modal masing-masing. Disamping itu, karena keterbatasan produksi tambak, pedagang akan memasukan ikan bandeng dari daerah penyuplai alternatif dalam jumlah yang lebih banyak dan atau mencari petambak lain yang dapat memberi keuntungan lebih. Itulah sebabnya mengapa nilai skor akhir ketiga subkriteria ini semakin

Dokumen terkait