• Tidak ada hasil yang ditemukan

6. MODEL PENGELOLAAN PENCEMARAN

6.5 Skenario Pesimis

Skenario pesimis dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai suatu skenario kebijakan pengelolaan pencemaran pesisir pantai Kota Makassar, yang dilakukan dengan tidak mempertimbangkan menciptakan kondisi atau suasanya yang buruk bagi keberlanjutan salah satu atau seluruh dimensi pengelolaan. Skenario pesisimis pada model pengelolaan pencemaran pantai Kota Makassar dapat juga dikatakan bahwa atribut atau faktor-faktor (atribut) penting mengalami pengurangan atau degradasi sehingga pengelolan akan semakin buruk. Skenario ini juga dibangun dengan tujuan memberikan gambaran kemungkinan terburuk yang akan dialami, sehingga menjadi petunjuk bagi pemerintah daerah Kota Makassar untuk mengelolan dan membangun wilayah pesisir Makassar. Perubahan nilai atribut pada skenario pesimis model pengelolaan pantai Kota Makassar diantaranya adalah Penurunan kinerja IPAL dari 30% menjadi 10%, peningkatan populasi pencemar yakni pertumbuhan penduduk dari 1,65% menjadi 2% pertahun, peningkatan konsentarsi parameter pencemar menjadi 50% diatas model basis. : 6.5.1 Beban Limbah Skenario Pesimis

Hasil simulasi beban limbah untuk parameter-parameter yang dijadikan acuan pada skanario pesimis, diperoleh hasil akhir yang berbeda. Penurunan kinerja IPAL, peningkatan konsentrasi parameter perkapita, serta peningkatan jumlah pertumbuhan pencemar sangat mempengaruhi hasil akhir running model. Nilai parameter BOD5 yang diperoleh dari hasil simulasi paling tinggi pada aliran sungai Jenneberang dan terkecil pada Kanal Benteng. Aliran beban limbah pada Sungai Jenneberang pada awal simulasi 30.817 ton/bln meningkat signifikan bila dibandingkan dengan model basis yang hanya 18.128 ton/bln, sementara hasil akhir simulasi menjadi 370.724 ton/bln dengan lama simulasi 10 tahun. Aliran beban limbah terkecil oleh kanal Benteng sebesar 13,94 ton/bln menjadi 167,71 ton/bln

Hasil simulasi model skenario pesismis untuk beban limbah COD juga berbeda dengan beban limbah pada skenario basis.. Beban terbesar limbah COD tertinggi dialirkan oleh Sungai Jenneberang dengan kontribusi sebesar 124.764 ton/bln pada awal periode simulasi cukup tinggi peningkatannya bila dibandingkan model basis sebesar 95.972 ton/bln diawal periode, sementara akhir

periode jumlah beban adalah 1.500.871 ton/bln. Loading beban terendah di Kanal Benteng dan Kanal Haji Bau. Beban limbah COD total yang bermuara di perairan pantai Kota Makassar yang berasal dari sungai dan kanal adalah 179.987 ton/bln pada awal simulasi menjadi 17.813.133 ton/bln

Gambar 35 Hasil simulasi beban limbah BOD5 skenario pesimis

Pada simulasi model pesismis konsentrasi beban limbah NO3 pada pesisir kota Makassar memperlihatkan hasil yang relatif hampir sama dengan parameter lain. Loading beban NO3 memperlihatkan besaran yang berbeda-beda.

Kontribusi terbesar masih dari aliran beban limbah pada sungai Jenneberang selanjutnya berturut-turut Kanal Panampu, Sungai Tallo, Kanal Jongaya, Kanal H Bau dan Kanal Benteng. Terdapat sedikit perbedaan besaran loading beban antara Kanal Panampu dan Sungai Tallo, walaupun debit Sungai Jenneberang lebih tinggi tetapi memiliki konsentrasi limbah aliran yang lebih rendah dari Kanal Panampu. Total beban limbah NO3 yang berasal dari aliran sungai dan kanal

adalah 227,82 ton/bln pada awal simulasi menjadi 44.868,85 ton/bln di akhir periode

Gambar 37 Hasil simulasi beban limbah NO3 skenario pesimis

Hasil simulasi beban limbah PO4 total pada skenario pesimis diperairan pesisir Kota Makassar adalah 2.235 ton/bln meningkat cukup tinggi bila dibandingkan dengan hasil pada skenario basis yang hanya 1.565 ton/bln, sementara pada akhir periode simulasi 10 tahun kedepan jumlah beban limbah PO4 adalah 2.698.131 ton juga meningkat secara signifikan bila dibandingkan

dengan beban limbah pada skenario basis 663.391 ton. Sama dengan konsentrasi parameter limbah yang lain, PO4 yang ada di perairan pesisir kota Makassar

disumbangkan oleh aliran sungai dan kanal. Aliran limbah PO4

Variasi beban limbah pada airan beban karena tingkat konsentrasi parameter dan debit aliran yang berbeda-beda. Selain itu beban limbah pada model pesismis sangat meningkat disebabkan karena peningkatan atribut pemicu sepeti tingkat pertumbuhan penduduk, tingkat konsentrasi perkapita serta penurunan kinerja IPAL

tertinggi berasal dari Sungai Jenneberang dan terendah oleh Kanal Haji Bau.

Gambar 38 Hasil simulasi beban limbah PO4 skenario pesimis

6.5.2 Status Keberlanjutan Perikanan dan Wisata Skenario Pesimis

Model pengelolaan pencemaran di perairan pesisir Kota Makassar adalah untuk melihat status keberlanjutan aktivitas perikanan dan wisata. Pada skenario pesismis akan dicoba begaimana secara keseluruhan status keberlanjutan perikanan dan wisata diperairan pantai kota Makassar akibat perubahan atribut yang ada dalam model. Seperti diketahui aktivitas perikanan dan wisata yang memungkinkan terdapat di perairan pantai Kota Makassar diukur berdasarkan kesesuaian lahan dan daya dukung perairan. Sementara di lain sisi pencemaran beban limbah yang terdapat di perairan akan mempengaruhi daya dukung perairan, sehingga keberlanjutan perikanan dan wisata akan terancam karena adanya pencemaran.

Beban limbah yang masuk ke perairan selain bergantung pada aliran dan konsentrasi pencemar, juga bergantung pada kemampuan perairan tersebut untuk menampung beban limbah yang biasanya dinyatakan dengan kemampuan

asimilasi perairan. Bila beban limbah yang masuk belum melebihi kapasitas asimilasinya maka perairan tersebut masih dapat mendukung aktivitas yang sesuai dengan peruntukkannya. Dalam simulasi model pesimis yang dibangun terdapat perubahan pada berbagai parameter yang dijadikan acuan dengan kondisi aliran sungai dan kanal seperti penurunan kinerja IPAL dan peningkatan konsentrasi pencemaran serta tingkat pertumbuhan penduduk. Hasil simulasi status keberlanjutan dengan parameter acuan beban limbah BOD5 pada skenario

pesimis, didapatkan hasil yang berbeda bila dibandingkan skenario basis

Gambar 39 Status keberlanjutan perikanan dan wisata berdasarkan beban limbah BOD5 skenario pesimis

Status perikanan dan wisata di daerah muara aliran sungai Jenneberang dan Sungai Tallo walaupun pada awalnya masih memungkinkan tetapi pada akhir simulasi memperlihatkan hasil sebaliknya karena kemampuan asimilasi perairan sudah berada di bawah besaran limbah yang masuk hal itu ditandai dari nilai keberlanjutan yang awalnya negatif berubah menjadi positif. Sementara status keberlanjutan untuk aliran kanal semua bernilai negatif. Sementara itu status keberlanjutan di Kanal-kanal masih memungkinkan untuk dilanjutkan karena memperlihatkan nilai negatif artinya beban limbah yang masuk masih dibawah kemampuan asimilasi.

Gambar 40 Status keberlanjutan perikanan dan wisata berdasarkan beban limbah COD skenario pesimis

Hasil simulasi status keberlanjutan perikanan dan wisata untuk parameter COD pada skenario pesimis memperlihatkan bahwa aliran beban limbah pada Sungai Jenneberang dan Sungai Tallo mengalami perubahan status, dari awal simulasi masih memungkinkan untuk kegiatan perikanan (budidaya) dan wisata karena masih bernilai negatif tetapi akhirnya tidak memungkinkan karena bernilai positif di akhir periode simulasi. Untuk status perikanan dan wisata pada muara kanal-kanal diMakassar berdasarkan loading beban COD kesemuanya masih memungkinkan karena nilai kapasitas asimilasi masih diatas beban limbah yang masuk ke perairan

Berdasarkan hasil simulasi model pesimis, status keberlanjutan perikanan dan wisata untuk parameter NO3 juga mempelihatkan bahwa kegiatan perikanan

dan wisata tidak dapat dimungkinkan dilakukan kecuali perairan disekitar muara Kanal Benteng. Sementara untuk aliran sungai dan kanal-kanal lainnya sudah tidak memungkinkan dengan kondisi hasil simulasi yang posisitif pada akhir simulasi. Berdasarkan gambar grafik perkembangan simulasi status keberlanjutan dengan parameter NO3, pada awalnya memungkinkan karena beban limbah masih

berada dibawah kemampuan asimilasi, akan tetapi setelah berjalan sekitar 3 tahun periode simulasi hampir semua status memperlihatkan angka positif yang artinya beban limbah sudah tidak mampu diasimilasi oleh perairan dimana limbah tersebut bermuara.

Gambar 41 Status keberlanjutan perikanan dan wisata berdasarkan beban limbah NO3

Hasil simulasi model pesimis untuk mengukur status keberlanjutan perikanan dan wisata di perairan pesisir Makassar berdasarkan aliran limbah PO4 memperlihatkan hasil yang hampir seragam untuk sungai Jenneberang dan Tallo dengan status tidak berlanjut. Nilai positif status keberlanjutan ditemukan pada semua tipe aliran limbah pada kedua sungai sungai tersebut. Sementara itu pada Kanal Jongaya pada awalnya memperlihatkan status berlanjut, tetapi pada akhir periode memperlihatkan status tidak berlanjut. Adapun kanal Benteng, Panampu dan Haji Bau status keberlanjutan perikanan dan wisata diperoleh dengan nilai negative sejak awal simulasi. Hal ini mengindikasikan walaupun berbagai atribut ditingkatkan sperti jumlah penduduk dan konsentrasi pencemar, tetapi kemampuan asimilasi pada muara pada kanal-kanal terbut masih dapat dilakukan

Gambar 42 Status keberlanjutan perikanan dan wisata berdasarkan beban limbah PO4

6.5.3 Pencemaran dan Nilai Kompensasi Skenario Pesimis skenario pesimis

Pada model skenario pesimis yang dibangun terdapat atribut penduduk sebagai sumber pencemar. Penduduk dalam model terdiri dari jumlah penduduk local Kota Makassar dan tamu atau wisatawan yang menginap di hotel-hotel yang ada di Makassar. Jumlah penduduk kota Makassar saat ini berjumlah 1.272.349 jiwa Pertumbuhan penduduk kota Makassar berdasarkan asumsi pertumbuhan berubah menjadi 2% dari 1,63% untuk model basis untuk setiap tahun, jumlah ini bisa saja lebih besar mengingat prediksi ini tidak memasukkan jumlah migrasi penduduk. Nilai kompensasi dalam model pengelolaan pencemaran skenario pesimis menggambarkan berapa besar nilai ekonomi yang yang harus dibayarkan oleh penduduk (sumber pencemar) untuk dapat memulihkan kondisi perairan agar dapat dimanfaatkan sesuai dengan peruntukkannya. Dalam memulihkan kondisi perairan agar tidak tercemar maka IPAL (instalasi pengolahan air limbah) sebagi medianya. Jadi dalam model ini diasumsikan berapa nilai ekonomi yang harus dibayar oleh penduduk Makassar untuk dapat membiayai IPAL.

Hasil simulasi memperlihatkan pertumbuhan sumber pencemar yang terdiri dari penduduk Kota Makassar dan Jumlah tamu hotel di Makassar pada

awal simulasi berjumlah 1.274.732 jiwa sementara pada akhir simulasi 10 tahun kemudian berjumlah 1.560.583 jiwa, sedikit mengalami peningkatan jumlah dari model basis dengan 1.505.055 jiwa. Untuk nilai kompensasi yang harus dibayar untuk tiap sumber pencemar adalah Rp 266,- pada awal simulasi menjadi Rp 217,- pada akhir simulasi. .

Gambar 43 Hasil simulasi nilai kompensasi terhadap manfaat perikanan dan wisata skenario pesimis

Bila dilihat dari jumlah mengalami penurunan nilai, dan menagpa pada simulasi model pesimis nilai kompensasi yang dibayar oleh penduduk lebih rendah dibandingkan dengan skenario model basis. Hal ini disebabkan kapasitas kinerja IPAL juga mengalami penurunan dari 30% menjadi 10%. Jadi nilai yang dibayarkan juga mengalami penurunan

Pada simulasi model pesimis jumlah nilai IPAL hanya dialokasikan sebesar 10% dari total nilainya. Hal ini juga diasumsikan sama dengan efektfitas kerja dan alokasi nilai kompensasi. Dari hasil simulasi dengan alokasi anggaran, nilai kompensasi IPAL dan efektifitas kerja 10%, diperoleh nilai manfaat bersih perikanan dan wisata hanya Rp 557.757.361,-/bln. Jumlah penerimaan manfaat bersih ini mengalami penurunan yang sangat drastic bila dibandingkan pada kodel basis dimana manfaat bersih didapatkan sebesar Rp 1.469.772.082/bln. Sampai pada tahun ke-10 terakumulasi menjadi Rp 4.221.074.228.235,-

Imbangan nilai insentif pada model pesimis menggambarkan jumlah keuntungan untuk tiap-tiap sumber pencemar. Berdasarkan hasil simulasi model imbangan nilai insentif juga mengalami penurunan nilai bila dibandingkan dengan

model basis, yakni hanya sebesar Rp 437,-/orang sementara pada model basis nilai imbangan insentif adalah Rp 1.153,-/orang/bln. Selanjutnya pada akhir simulasi nilai insentif yang diperoleh adalah 2.704.804/orang juga lebih kecil dari model basis yakni total Rp 8.397.567,- . Walaupun demikian bila dibandingkan antara nilai kompensasi dan imbangan nilai insentif yang diperoleh penduduk, masih terdapat selisih nilai bersih yang menguntungkan. Pada awal simulasi nilai insentif adalah Rp 437,-/orang/bln dikurangi dengan nilai kompensasi yang dibayar penduduk sebesar Rp 266,-, masih terdapat keuntungan bersih sebesar Rp 171,-/orang/bln. Jadi terdapat banyak kehilangan nilai ekonomi yang cukup besar bila kinerja IPAL dioperasikan dengan rasio 30% pada model basis dengan 10% pada model pesismis

6.5.4 IPAL, Daya Dukung dan Keuntungan Ekonomi Skenario Pesimis Sama halnya dengan model basis, penyusunan skenario pesimis hanya memberikan perubahan pada beberapa atribut. Beberapa atribut yang membedakan antara model basis dengan limbah akan mempengaruhi kinerja IPAL untuk memproses limbah yang masuk keperairan. Pengaruh penurunan kinerja IPAL akan mempengaruh tingkat daya dukung lingkungan perairan Makassar akan aktivitas perikanan dan wisata

Dalam skenario model pesimis, nilai kinerja IPAL dialokasikan hanya sebesar 10%. Skenario ini merupakan kemungkinan paling minimal dari kinerja IPAL. Akibat penurunan kinerja IPAL maka akan berakibat pada penurunan kemampuan untuk pengolahan limbah yang mengalir masuk ke perairan pesisir Kota Makassar. Daya dukung perairan secara logika juga akan mengalami penurunan, dan diskenariokan juga hanya sebesar 10% daya dukung lahan yang tersisa untuk aktivitas perikanan dan wisata. Nilai IPAL total dengan kinerja 10% yakni hanya 4,07 milyar sementara nilai kompensasi oleh masyarakat untuk membiayai IPAL juga mengalami penurunan

Berdasarkan hasil simulasi model dengan skenario pesimis memperlihatkan bahwa nilai keuntungan perikanan dan wisata mengalami penurunan cukup besar yakni Rp 1.775.022.080,-/bulan pada skenario basis menjadi hanya Rp 591.674.027/bln pada awal simulasi dan kemudian menjadi Rp 71.000.883.264 menurun dari Rp 213.002.649.792,-/bln pada akhir periode.

Selain nilai keuntungan yang dapat diperoleh masyarakat atau pelaku usaha pada bidang perikanan dan wisata, pemerintah juga dapat memperoleh pemasukan berupa pajak yang dipungut sebesar 10% dari tingkat keuntungan usaha dengan asumsi yang digunakan dalah pajak PPh atau pajak penghasilan. Nilai Pendapatan daerah dari hasil simulasi adalah Rp 88.751.104,-/bln

Gambar 44 Hasil simulasi nilai efektifitas IPAL terhadap nilai keuntungan dan manfaat perikanan dan wisata skenario pesimis