• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Luas

(ha) % Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) % Tubuh air 978 0.5 978 0.5 978 0.5 978 0.5 Hutan 7 084 3.7 1 802 0.9 1 767 0.9 1 738 0.9 Perkebunan 6 769 3.5 16 471 8.6 16 162 8.4 16 344 8.5 Pertanian lahan kering 15 484 8.1 7 802 4.1 7 689 4.0 7 702 4.0 Permukiman 30 155 15.7 58 503 30.5 58 100 30.3 55 472 28.9 Sawah 103 866 54.1 80 814 42.1 82 362 42.9 84 853 44.2 Tambak 19 055 9.9 20 131 10.5 19 753 10.3 19 523 10.2 Lahan tidak produktif 8 473 4.4 5 363 2.8 5 053 2.6 5 254 2.7 Jumlah 191 864 100.0 191 864 100.0 191 864 100.00 191 864 100.0

Penggunaan lahan permukiman pada skenario kedua hanya menahan bertambahnya lahan permukiman seluas 403 ha dibandingkan skenario pertama, sedangkan skenario ketiga lebih besar menahan perkembangan permukiman sampai seluas 3 031 ha dibandingkan skenario pertama. Namun, jika dilihat dari persebaran spasialnya skenario kedua dan ketiga persebaran penggunaan lahan terutama permukiman berkembang di wilayah yang secara umum sudah ditentukan dalam RTRW Kabupaten Karawang untuk menjadi pusat kegiatan lokal, pusat kegiatan wilayah, maupun pusat pelayanan kawasan seperti Kecamatan Klari, Kecamatan Cikampek, Kecamatan Cilamaya Wetan, dan beberapa kecamatan lainnya.

Untuk penggunaan lahan perkebunan atau kebun campuran dan tambak mengalami peningkatan luas pada semua skenario, sedangkan pada pertanian lahan kering dan hutan mengalami penurunan luas lahan pada semua skenario. Penggunaan lahan hutan akan terkonversi didominasi menjadi perkebunan di bagian selatan Kabupaten Karawang. Sementara di bagian utara akan meningkatnya penggunaan lahan tambak dari tahun awal sampai ketahun tujuan skenario tidak sampai 1%. Peningkatan luas lahan tambak memang kecil sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Komarudin (2013) di beberapa kecamatan pesisir Kabupaten Karawang.

Sehubungan dengan akan menurunnya lahan sawah, dimana di bagian selatan akan lebih didominasi oleh perkebunan dan pertanian lahan kering, dapat dinyatakan bahwa akan meningkatnya daerah permukiman sebagian besar berasal dari sawah. Bahkan, sawah tidak berkurang setinggi meningkatnya permukiman adalah mungkin karena beberapa permukiman berasal dari penggunaan pertanian lahan kering, dan lahan tidak produktif.

Analisis Neraca Pangan

Untuk melihat sejauh mana Kabupaten Karawang mampu

mempertahankan swasembada beras maupun berkontribusi dalam kedaulatan pangan, perlu dilakukan perhitungan bagaimana Kabupaten Karawang memberikan kontribusi surplus berasnya terhadap daerah sekitarnya, termasuk ibukota negara (Jakarta), dengan asumsi tidak terjadi perdagangan beras antar wilayah. Perhitungan dilakukan dengan analisis neraca pangan yang hasilnya menunjukkan permintaan beras sehingga dapat melihat seberapa besar surplus beras di Kabupaten Karawang. Hasil perhitungannya disajikan pada Tabel 22.

Beberapa penjelasan diperlukan untuk membaca Tabel 22, yaitu areal sawah yang disajikan dalam Tabel 20 adalah hasil dari analisis interpretasi citra untuk tahun 2000, 2003, 2007, 2010, dan 2013. Data yang tercantum dalam tabel selama tahun-tahun lainnya (2001, 2002, 2004, 2005, 2006, 2008, 2009, 2011, dan 2012) adalah data ekstrapolasi, diambil dari tingkat konversi selama 13 tahun. Laju konversi lahan sawah yaitu 954 ha/tahun atau konversi rata-rata 0.9% per tahun. Produktivitas dan indeks penanaman yang tercantum dalam tabel diambil dari data statistik Kabupaten Karawang dalam Angka (BPS 2001 - 2014). Dari data statistik tersebut, dapat dikatakan bahwa rata-rata produktiivtas lahan sawah di Kabupaten Karawang meningkat secara substansial, dari 5.90 ton/ha pada tahun 2000 menjadi 7.46 ton/ha pada tahun 2013. Ada banyak faktor yang menyebabkan peningkatan produktivitas, antara lain penerapan teknologi (pupuk, insektisida, bibit unggul dan lain-lain), ditambah dengan kondisi perbaikan faktor sosial pertanian seperti bimbingan ke petani dan kelompok tani dan lain-lain (Widiatmaka et al. 2013). Nilai indeks tanam, yang relatif konstan mencerminkan bahwa intensifikasi irigasi belum optimal dikembangkan.

Tabel 22 Perhitungan surplus beras pada lahan sawah di Kabupaten Karawang Tahun Lahan sawah (ha) Produkti vitas4 (ton/ha) Indeks penan aman4 Produksi beras5 (Ton) Jumlah penduduk4 (Orang) Kebutuhan beras5 (Ton) Surplus5 (Ton) Surplus5 (%) 2000 116 2681 5.90 2.16 866 974 1 765 263 374 211 492 763 56.8 2001 116 1483 5.97 2.20 892 583 1 789 525 379 354 513 229 57.5 2002 116 0283 6.00 2.18 887 995 1 837 930 389 615 498 380 56.1 2003 115 9081 6.05 2.14 878 056 1 903 512 403 518 474 538 54.0 2004 114 9353 6.34 2.22 946 532 1 934 272 410 038 536 494 56.7 2005 113 9633 6.45 2.10 903 194 1 971 463 417 923 485 271 53.7 2006 112 9903 6.44 2.18 928 157 2 009 647 426 017 502 140 54.1 2007 112 0171 6.20 2.33 946 829 2 055 469 435 731 511 098 54.0 2008 110 8553 6.50 2.22 935 972 2 094 408 443 985 491 987 52.6 2009 109 6943 7.03 2.15 970 097 2 125 234 450 520 519 577 53.6 2010 108 5321 7.00 2.18 969 064 2 127 791 451 062 518 002 53.5 2011 106 9773 7.01 2.20 965 316 2 187 861 463 796 501 520 52.0 2012 105 4213 7.25 2.20 983 851 2 207 181 467 891 515 960 52.4 2013 103 8662 7.46 2.20 997 413 2 225 383 471 750 525 663 52.7 Keterangan: 1Interpretasi citra landsat; 2Interpretasi citra landsat dengan pengecekan lapang; 3Nilai

ekstrapolasi dari rata-rata konversi selama 13 tahun (2000-2013); 4Data statistik; 5Kalkulasi dari interpretasi citra dan data statistik.

Nilai produksi beras dalam tabel dihitung dari luas lahan sawah hasil interpretasi dikonversi menjadi produksi kotor kemudian dikonversi dengan susut gabah menjadi produksi bersih dari perhitungan neraca pangan kemudian dikonversi dengan gabah kering giling yang secara nasional nilainya sebesar

62.74%. Luasan sawah dalam penelitian ini diasumsikan sudah termasuk dalam sawah irigasi teknis, sawah semi irigasi teknis, sawah semi irigasi sederhana, dan sawah tadah hujan.

Sementara itu, data penduduk adalah data real secara statistik. Berdasarkan data tersebut, jumlah penduduk Kabupaten Karawang telah berkembang, dari 1 765 263 jiwa pada tahun 2000, menjadi 2 225 383 jiwa pada tahun 2013. Permintaan beras dihitung berdasarkan kebutuhan perkapita. Kebutuhan beras per kapita diasumsikan 133 kg/tahun, yang terdiri dari konsumsi langsung rumah tangga 113 kg (BPS 2015) dan 20 kg sebagai kebutuhan industri pengolahan makanan (Balitbangtan 2005)

Pada Gambar 21, dapat dinyatakan bahwa surplus produksi yang dapat disumbangkan Kabupaten Karawang keluar dari wilayahnya terus menerus mengalami penurunan dalam periode 2000 hingga 2013. Jika pada tahun 2000 Kabupaten Karawang dapat memberikan kontribusi 57% (atau lebih tepatnya 56.8%) dari produksi untuk dibagi dan diekspor keluar dari wilayahnya, maka pada tahun 2013, surplus yang bisa dibagi keluar dari wilayahnya menurun menjadi 53% (52.7% tepatnya), atau mengalami penurunan sebesar 4%. Tren penerununan surplus produksi ini sesuai dengan penelitian Widiatmaka et al. (2013) sebelumnya yang dilakukan pada periode 2000 hingga 2011. Kontribusi penurunan ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan penurunan luas lahan sawah, yang dalam 13 tahun terakhir mencapai 6.5%. Penurunan ini diimbangi oleh peningkatan yang signifikan dari produktivitas. Namun demikian, dalam jangka panjang tetap mengkhawatirkan karena produktivitas padi yang saat ini 7.46 ton/ha diperkirakan sulit untuk ditingkatkan, meskipun masih mungkin dilakukan dengan pendekatan intensifikasi pertanian yaitu terus-menerus penelitian dan pengembangan varietas baru, metode baru, pemupukan dan pengendalian hama, namun upaya ini tentu akan lebih sulit.

Gambar 20 Evolusi daerah sawah dan surplus produksi beras pada Kabupaten Karawang selama Tahun 2000 – 2013

Menurut Widiatmaka et al. (2013), Berbagai cara lain perlu dilakukan, seperti meningkatkan indeks tanam dengan meningkatkan kualitas irigasi, efisiensi penggunaan air dan meningkatkan upaya pemanfaatan benih superior. Disisi lain, upaya mengurangi konsumsi beras harus dilakukan secara kontinyu. Selain upaya-upaya tersebut, upaya yang sangat penting yang harus dilakukan adalah menghentikan penurunan secara kontinyu dari areal sawah. Jika fenomena penurunan luas lahan sawah seperti yang dijelaskan di Kabupaten Karawang terjadi di semua sentra produksi padi di Pulau Jawa, dikhawatirkan bahwa kedaulatan pangan nasional akan terancam. Dalam konteks ini, penerapan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan peraturan pelaksanaannya perlu dilaksanakan.

Arahan Kebijakan Pengunaan Lahan

Dengan menggunakan asumsi pertambahan penduduk 1.58% berdasarkan tren pertambahan penduduk tahun 2000 sampai 2013, kebutuhan beras per kapita pertahun sebesar 133 kg yang terdiri dari konsumsi langsung rumah tangga 113 kg dan 20 kg sebagai kebutuhan industri pengolahan makanan (Balitbangtan 2005), produktivitas 7.46 ton/ha berdasarkan produktivitas tertinggi pada perhitungan neraca pangan tahun 2000 sampai 2013, indeks penanaman 2.20 berdasarkan perubahan indeks penanaman selama tahun 2000 sampai 2013 dan luas lahan sawah berdasarkan hasil pemodelan CLUE-S, serta tidak terjadi perdagangan beras antar wilayah, maka dapat disimulasikan bahwa pada tahun 2033 Kabupaten Karawang masih mengalami surplus padi sebesar 16.8% untuk skenario pertama, 18.4% untuk skenario kedua dan 20.8% untuk skenario ketiga seperti yang tersaji pada Tabel 23.

Tabel 23 Implementasi hasil skenario terhadap ketersediaan beras Tahun Lahan sawah (Ha) Produkt ivitas4 (ton/Ha) Indeks penan aman4 Produksi beras5 (Ton) Jumlah penduduk4 (Orang) Kebutuhan beras5 (Ton) Surplus5 (Ton) % Surpl us5 2033 80 8146 7.46 2.20 776 047 3 044 871 645 470 130 577 16.8 2033 82 3627 7.46 2.20 790 912 3 044 871 645 470 145 442 18.4 2033 84 8538 7.46 2.20 814 833 3 044 871 645 470 169 363 20.8 4

Data statistik; 5Kalkulasi dari interpretasi citra dan data statistik; 6Luas lahan sawah skenario 1; 7Luas lahan sawah skenario 2; 8Luas lahan sawah skenario 3.

Arahan kebijakan penggunaan lahan tetap harus dilakukan walaupun kebutuhan pangan untuk Kabupaten Karawang sampai 20 tahun kedepan masih dapat melaksanakan swasembada beras bahkan surplus berdasarkan hasil pemodelan CLUE-S. Hanya saja, surplus produksi berdasarkan semua skenario menurun sampai lebih dari 30% dalam 20 tahun. Hal ini tentu mengancam kedaulatan pangan nasional jika terjadi disemua sentra produksi beras. Arahan kebijakan terbaik adalah berdasarkan hasil skenario 3, dimana lahan sawah eksisting pada kelas kesesuaian lahan sawah S1, S2, dan S3 yang berada pada kawasan budidaya baik itu untuk tanaman pangan ataupun bukan tanaman pangan dipertahankan sebagai sawah eksisting dan hanya diperbolehkan terkonversi di kawasan budidaya industri dan permukiman untuk 20 tahun kedepan.

Rencana kawasan pertanian lahan pangan di Rencana Tata Ruang Wilayah sudah menempatkan lahan sawah eksisting didalamnya dan berada pada kelas kesesuaian lahan sawah S1, S2, dan S3 sesuai dengan skenario terpilih sehingga Kabupaten Karawang tetap dapat berkontribusi menyumbangkan produksi berasnya ke wilayah lain dalam rangka mempertahankan kedaulatan pangan.

Perhatian pemerintah pada lahan sawah saat ini cukup besar didukung dengan adanya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Secara teknis untuk mewujudkan terlaksananya skenario terpilih perlu didukung dengan upaya pemberian intensif pada lahan sawah yang produktif, meningkatkan produktivitas seperti subsidi pupuk, benih dan menjaga kondisi pengairan seperti yang sudah dilakukan pemerintah saat ini. Hal ini dapat dilakukan sebagai salah satu cara yang realistis dalam menjaga lahan sawah agar tidak terkonversi sesuai amanat UU No. 41 Tahun 2009. Selain itu, pengendalian peningkatan kawasan terbangun perlu diwaspadai di sekitar lahan sawah produktif karena kawasan terbangun dapat mempengaruhi kondisi sekitarnya. Terkait peraturan zonasi dari pemerintah daerah Kabupaten Karawang perlu dipertegas, dalam rangka melakukan perlindungan atau proteksi terhadap lahan pertanian seperti mengeluarkan peraturan bupati terkait lahan pertanian abadi.

Arahan kebijakan sesuai skenario 3 akhirnya dapat dijadikan masukan kepada pemerintah Kabupaten Karawang untuk penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah yang sedang berlaku saat ini.

Dokumen terkait