• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

1) Skor Postes Kelas Eksperimen

Pada hasil postes kelas eksperimen nilai tertinggi yang diperoleh adalah 88 dan nilai terendah adalah 56. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen adalah 65,60 dengan simpangan baku (standar deviasi) 8,634 dan variansinya 74,543Adapun untuk memudahkan analisis data, peneliti telah menyajikan data dalam bentuk tabel frekuensi sebagai berikut.

Tabel 4.8

Frekuensi Skor Potes Kelas Eksperimen

Pretes eksperimen

Skor Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 56 4 26.7 26.7 26.7

63 4 26.7 26.7 53.3

69 5 33,3 33,3 86.7

75 1 6.7 6.7 93.3

88 1 6.7 6.7 100.0

Total 15 100.0 100.0 100.0

Dalam tabel di atas menunjukan bahwa siswa yang mendapatkan nilai terendah sebanyak 4 orang dengan persentase sebesar 26,7% dari total siswa yang berjumlah 15 orang, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai tertinggi hanya 1 orang dengan persentase sebesar 6,7%. Peneliti juga menyajikan skor postes dalam bentuk histogram sebagai berikut.

Gambar 4.3

Histogram Frekuensi Skor Postes Kelas Eksperimen 2) Skor Postes Kelas Kontrol

Pada hasil postes kelas kontrol nilai tertinggi yang diperoleh adalah 81 dan nilai terendah adalah 38. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas kontrol adalah 61,40 dengan simpangan baku (standar deviasi) 12.037 dan variansinya 144.884.

Adapun untuk memudahkan analisis data, peneliti telah menyajikan data dalam bentuk tabel frekuensi sebagai berikut.

Tabel 4.9

Frekuensi Skor Postes Kelas Kontrol

postes kontrol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 38 1 5.0 5.0 5.0

44 1 5.0 5.0 10.0

50 4 20.0 20.0 30.0

56 2 10.0 10.0 40.0

63 5 25.0 25.0 65.0

69 3 15.0 15.0 80.0

75 2 10.0 10.0 90.0

81 2 10.0 10.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Pada tabel di atas menunjukan bahwa siswa yang mendapatkan nilai terendah sebanyak 1 orang dengan persentase sebesar 5% dari total siswa yang berjumlah 20 orang, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai tertinggi sebanyak 2 orang dengan persentase sebesar 10%. Peneliti juga menyajikan skor postes dalam bentuk histogram sebagai berikut.

Gambar 4.4

Histogram Frekuensi Skor Postes Kelas Kontrol

3) Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Uji normalitas merupakan uji statistik yang bertujuan untuk membuktikan apakah sampel berasal dari data yang berdistribusi normal atau tidak. Data yang akan diujikan adalah data hasil postes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Apabila data berdistribusi normal maka uji statistik akan berlanjut ke uji homogenitas (parametrik), namun apabila sebaliknya atau salah satu data ada yang tidak berdistribusi normal akan dilakukan uji nonparametric dengan menggunakan uji Mann-Whitney. Uji normalitas untuk skor postes kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut.

c) HO : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

d) HA : data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi α = 5%. Artinya apabila signifikansi kurang dari 0,05 maka HO ditolak. Apabila lebih besar dari 0,05 maka HO diterima. Berikut ini adalah tabel dari hasil uji normalitas postes kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 4.10

Hasil Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Tests of Normality

Kelas Kolmogorov-Smirnova

Statistic Df Sig.

nilai postes Eksperimen .211 15 .071

Kontrol .153 20 .200*

Berdasarkan tabel 4.10 di atas diperoleh bahwa nilai siginifikansi skor postes kelas eksperimen adalah 0,071 dan kelas kontrol adalah 0,200. Berdasarkan hasil Pengambilan keputusan tolak Ho apabila signifikansi kurang dari 0,05, maka data tersebut menunjukan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05

4) Uji Homogenitas Skor Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Dalam melakukan uji homogenitas,

peneliti menggunakan uji tes statistik Levene dengan rumusan hipotesis sebagai berikut.

HO : Tidak terdapat perbedaan variansi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol HA : Terdapat perbedaan variansi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Kriteria pengambilan keputusannya yaitu tolak Ho jika signifikansinya < dari 0,05, kemudian terima Ho jika signifikansinya > dari 0,05. Berikut ini hasil yang diperoleh peneliti dengan menggunakan Uji Levene’s test.

Tabel 4.11

Hasil Uji Homogenitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic df1 df2 Sig.

nila postes Based on Mean 2.219 1 33 .146

Based on Median 1.623 1 33 .212

Based on Median and with adjusted df

1.623 1 32.045 .212

Based on trimmed mean 2.168 1 33 .150

Berdasarkan tabel 4.10 di atas diperoleh bahwa nilai signifikansi variansinya adalah 0,146. Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan tolak Ho apabila siginifikansi variansi kurang dari 0,05, maka hal ini menunjukan bahwa variansi pada kelompok eksperimen dan kontrol adalah sama (homogen), sehingga peneliti akan melakukan uji perbedaan dua rerata dengan menggunakan uji statistik parametrik yaitu uji t-test untuk dua sampel independen.

5) Uji Perbedaan Dua Rerata Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Dalam menggunakan uji perbedaan dua rerata ini, peneliti menggunakan uji T-test sampel independen berdsarkan hasil statistik dari uji homogenitas yang telah dilakukan. Sulistyo (2010, hlm 86) menjelaskan bahwa “Uji t-test ini dilakukan jika data antara variabel yang satu tidak saling berkaitan/independen”.

Dalam uji parametrik t-test pasangan hipotesisnya adalah sebagai berikut.

HO: tidak terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman siswa menggunakan metode SQ3R dengan metode Membaca Kritis.

HA: terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman siswa menggunakan metode SQ3R dengan metode Membaca Kritis.

Kriteria pengambilan keputusan adalah tolak HO apabila nilai signifikansi 2-tailed kurang dari 0,05 dengan asumsi bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji perbedaan dua rerata pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut.

Tabel 4.12

Hasil Uji Perbedaan Dua Rerata Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Independent Sample Test

Berdasarkan Tabel 4.12 diperoleh nilai signifikansi (sig.(2-tailed)) skor postes siswa dengan asumsi bahwa kedua kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal adalah 0,268. Dengan pengambilan keputusan tolak Ho apabila nilai signifikansi kurang dari 0.05, maka Ho diterima. Berdasarkan hasil (sig.(2-tailed)) pada Tabel 4.12 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan secara signifikan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol.

c. Uji Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen dan Kontrol

Uji gain ternormalisasi digunakan untuk mengetahui peningkatan atau perubahan hasil belajar siswa dengan dengan membandingkan selisih skor pretes dan postes. Adapun nilai yang diperoleh kelas eksperimen dan kelas kontrol peneliti sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Tabel 4.13

Nilai Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Gain Eksperimen Gain Kontrol

Nama Sampel Interval Interpretasi Nama sampel Interval Interpretasi

sampel A1 0.52 Sedang sampel A1

sampel A11 0.29 Rendah sampel A11 0.26 Rendah

sampel A12 0.38 Sedang sampel A12 0.00 Rendah siswa eksperimen dikategorikan sedang, sedangkan kelas kontrol peningkatan hasil belajarnya dikategorikan rendah.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah peneliti lakukan terhadap kelas eksperimen dan kontrol, diperoleh nilai rata-rata pretes kelas eksperimen yang berjumlah 15 orang yaitu 48,60, sedangkan nilai rata-rata pretes kelas kontrol yang berjumlah 20 orang adalah 50,65. Pada kelas eksperimen nilai terendah dan tertinggi yang diperoleh adalah 38 dan 75. Pada kelas kontrol nilai terendah dan tertinggi yang diperoleh adalah 31 dan 75. Perbedaan rata-rata pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 2,05, namun hal tersebut tidak dapat diasumsikan bahwa kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki perbedaan.

Untuk mengetahui terdapat perbedaan atau tidaknya, peneliti harus menguji melakukan uji statistika perbedaan dua rerata dengan taraf signifikansi α= 0,05. Sebelum melakukan uji perbedaan dua rerata, peneliti harus melakukan uji normalitas terlebih dahulu. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Apabila data berdistribusi normal, maka akan berlanjut ke uji prasyarat berikutnya yaitu uji homogenitas, sedangkan apabila data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji perbedaan dua rerata Mann-Whitney.

Dalam melakukan uji normalitas peneliti menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS 17.0. berdasarkan hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov nilai signifikansi pretes yang diperoleh kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 0,084 dan 0,200. Berdasarkan hasil pengambilan keputusan tolak Ho apabila signifikansi kurang dari 0,05, maka data tersebut menunjukan bahwa data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sehingga peneliti melanjutkan uji statistika ke tahap berikutnya yaitu uji homogenitas.

Dalam melakukan uji homogenitas peneliti menggunakan Uji Levene.

Tujuan dilakukannya uji homogentas adalah untuk mengetahui apakah data memilik variansi yang sama atau tidak. Berdasarkan hasil uji homogenitas diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,392 dengan pengambilan keputusan tolak Ho apabila apabila signifikansi kurang dari 0,05, maka data tersebut memiliki

variansi yang sama (homogen). Dengan demikian peneliti melanjutkan melakukan uji perbedaan dua rerata menggunakan uji-t dua sampel independen.

Uji perbedaan dua rerata pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan untuk mengetahui apakah kelas tersebut memiliki perbedaan kemampuan awal atau tidak. Pada uji-t dihasilkan signifikansi 0,667 dengan asumsi data berdistribusi normal dan memiliki variansi yang sama. Berdasarkan data tersebut bahwa 0,667 > 0,05 dengan pengambilan keputusan tolak Ho apabila nilai signifikansi kurang dari 0,05, maka tidak terdapat perbedaan kemampuan awal membaca pemahaman kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Setelah menganalisis data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol serta melakukan uji perbedaan dua rerata, peneliti melanjutkan penelitian dengan memberikan treatment terhadap kelas eksperimen berupa metode SQ3R dan kelas kontrol berupa metode membaca kritis. Pembelajaran yang dilakukan sebanyak empat kali pada masing-masing kelas.

Berdasarkan hasil analisis data postes yang telah dilakukan terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh nilai rata-rata postes kelas eksperimen yang berjumlah 15 orang yaitu 65,60, sedangkan nilai rata-rata postes kelas kontrol yang berjumlah 20 orang yaitu 61,40 dengan perbedaan rata-rata skor postes sebesar 4,20. Untuk mengetahui terdapat perbedaan atau tidaknya kemampuan membaca pemahaman kelas eksperimen dan kelas kontrol, peneliti melakukan uji statistika perbedaan dua rerata. Pada uji-t dihasilkan signifikansi 0,268 dengan pengambilan keputusan tolak Ho apabila nilai signifikansi kurang dari 0,05. Berdasarkan nilai signifikansi yang diperoleh maka Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman siswa menggunakan metode SQ3R dengan metode membaca kritis.

Tidak terdapatnya perbedaan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas eksperimen menggunakan metode SQ3R dengan siswa kelas kontrol menggunakan metode membaca kritis adalah karena kedua metode tersebut sama-sama tergolong metode baru yang diujikan di kelas yang dijadikan sampel penelitian. Apabila dilihat dari metode membaca pemahaman yang digunakan peneliti, yaitu metode membaca SQ3R dan metode membaca kritis memiliki tingkat kesukaran yang relatif sama. Pada kedua metode membaca tersebut siswa

dituntut untuk menguasai teknik membaca skimming. Seperti yang telah dikemukakan oleh Rahim (2009, hlm. 61) bahwa “skimming ialah membaca cepat untuk mengetahui isi umum atau bagian suatu bacaan”.

Pada pembelajaran kelas eksperimen yang menggunakan metode SQ3R teknik skimming dilakukan untuk melakukan survey terhadap teks yang akan dibaca siswa (tahap prabaca), serta pada saat membaca (tahap membaca) untuk menemukan jawaban dari pertanyaan yang dibuat siswa. Menurut Abidin (2012, hlm 108) tahapan survei pada metode membaca SQ3R bertujuan untuk mengetahui gambaran luas isi bacaan dan struktur bacaan, serta memotivasi siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Apabila siswa kesulitan pada tahap survei, maka pada tahap selanjutnya yaitu tahap membaca siswa akan mengalami kesulitan pula. Seperti yang diungkapkan Harjasujana (1986, hlm. 4), “membaca bukanlah proses yang tunggal melainkan sintesis dari berbagai proses yang kemudian berakumulasi pada suatu perbuatan tunggal”.

Pada pembelajaran kelas kontrol yang menggunakan metode membaca kritis teknik skimming dilakukan untuk mencari pokok dari suatu bacaan atau sejumlah fakta dan opini. Dalam hal ini siswa harus tahu terlebih dahulu perbedaan fakta dan opini agar siswa dapat mengetahui maksud dan tujuan penulis berdasarkan fakta dan opini yang dibuat penulis. (Abidin, 2012, hlm. 103)

Pada kelas eksperimen nilai rata-rata postes siswa 65,60 lebih besar dari kelas kontrol yaitu 61,40. Hasil peningkatan rata-rata kemampuan membaca pemahaman siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak terlalu besar mengingat rata-rata kemampuan awal membaca kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 48,60 dan 50,65. Dalam hal ini kemampuan awal membaca pemahaman siswa eksperimen dan kelas kontrol masih terbilang rendah apabila dilihat dari nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) bahasa Indonesia yaitu 65.

Untuk lebih jelasnya, peneliti menyajikan diagram yang menunjukan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dilihat berdasarkan hasil pretes-postes.

Gambar 4.5

Diagram Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berdasarkan diagram di atas dapat dikatakan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar membaca pemahaman siswa menggunakan metode SQ3R dengan siswa yang menggunakan metode membaca kritis. Dilihat dari perbedaan nilai pretes dan nilai postes, peningkatan kemampuan membaca pemahaman kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan kemampuan membaca pemahaman di kelas kontrol.

Untuk memperjelas asumsi di atas, peneliti menampilkan tabel hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dilihat dari hasil pretes dan postes sebagai berikut.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

eksperimen kontrol

pretes postes

Tabel 4.14

Nilai Statistik Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Descriptive Statistic

N Min Max Sum Mean Std.

Deviation

Variance

Pretes

Eksperimen 15 38 75 729 48.60 12.240 149.829

Pretes

Kontrol 20 31 75 1013 50.65 14.872 221.187

Postes

Eksperimen 15 56 88 984 65.60 8.634 74.543

Postes

Kontrol 20 38 81 1228 61.40 12.037 144.884

Berdasarkan tabel 4.14 di atas, peningkatan skor rata-rata kelas eksperimen sebesar 17 (65,60-48,60) sedangkan kelas kontrol 10, 75 (61,40-50,65). Kriteria peningkatan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat terlihat dari hasil perhitungan gain ternormalisasi. Peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen adalah 0,32 (sedang), sedangkan peningkatan hasil belajar pada kelas kontrol adalah 0,19 (rendah).

Pada kelas eksperimen dengan pembelajaran membaca pemahaman yang menggunakan metode SQ3R mendapat peningkatan hasil belajar yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan belajar kelas kontrol yang menggunakan metode membaca kritis. Hal ini terjadi karena siswa yang menggunakan metode SQ3R lebih terarah dengan adanya tahap survei untuk mengetahui gambaran luas isi bacaan, tahap bertanya (question) dengan membuat pertanyaan agar siswa lebih terarah serta tahap melihat kembali (review) untuk membandingkan dan memperbaiki tulisannya sehingga tingkat pemahamnnya meningkat. (Abidin, 2012, hlm. 108)

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gumilar (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Strategi SQ3R untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SDN Cijember

Babakan Losan Kecamatan Sukanagara Kabupaten Cianjur”, menyimpulkan bahwa strategi SQ3R dapat meningkatkan minat membaca siswa dan meningkatkan tingkat pemahamannya. Pada penelitian tersebut kelas yang digunakan adalah kelas V sama dengan kelas yang digunakan peneliti. Berbeda dengan peneliti, Gumillar dalam penenitiannya menggunakan penelitian kualitatif penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian lainnya yaitu penelitian yang ditulis Hayati dengan judul penelitian yaitu, “Metode SQ3R dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman di Kelas V SDN Cileunyi 3 Kabupaten Bandung”, menyimpulkan metode SQ3R berhasil meningkatkan kualitas membaca dan tingkat pemahamannya. Dalam penelitiannya Hayati menggunakan desain penelitan PTK. Berdasarkan kedua penelitian relevan di atas menunjukan bahwa metode SQ3R dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Pada kelas kontrol yang menggunakan metode membaca kritis mendapat peningkatan, meskipun peningkatan hasil belajarnya rendah. Hal ini dikarenakan siswa masih belum memahami metode membaca kritis. Pada kelas kontrol guru mendemonstrasikan kemampuannya membaca kritis (tahap prabaca) dengan memilih wacana pendek dan serta membacakan hasil generalisasi. Pada tahap menyusun hipotesis siswa masih kebingungan bagaimana cara menyusun hipotesis. Pada tahap membaca baris (tahap membaca) siswa sulit membedakan antara fakta dan opini. Abidin (2012, hlm. 103) mengemukakan bahwa “… siswa lebih lanjut harus mampu membedakan antara fakta dan opini”. Adapun penelitian yang relevan dengan metode membaca kritis, yaitu penelitian yang dilakukan Jannah (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Hubungan Kemampuan Membaca Kritis dengan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas IV SDN Pluit Jakarta Utara”, menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kemampuan membaca kritis dengan hasil belajar IPS siswa. Dalam penelitiannya Jannah menggunakan metode survei dan teknik korelasi (kuantitatif). Berdasarkan penelitian relevan di atas dapat di asumsikan bahwa besar kecilnya hasil belajar IPS kelas IV SDN Pluit tergantung pada besar kecilnya kemampuan membaca kritis siswa tersebut. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian Jannah adalah penggunaan membaca kritis. Untuk penelitian ini membaca kritis

digunakan peneliti sebagai metode, sedangkan penelitian Jannah membaca kritis sebagai kemampuan awal terhadap pengaruh hasil belajar IPS siswa.

Berdasarkan temuan penelitian di lapangan, pembelajaran membaca pemahaman menggunakan metode SQ3R dan metode membaca kritis memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan yang dimiliki metode SQ3R antara lain; (1) dengan adanya survei pada awal pembelajaran dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa mengenai materi yang ingin dipelajari sehingga meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, (2) siswa diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan mencoba menemukan jawabannya sendiri sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran, (3) materi yang dipelajari siswa melekat pada waktu yang lama. Adapun kelemahan yang dimiliki metode SQ3R antara lain; (1) memerlukan banyak waktu, (2) peneliti kesulitan mempersiapkan bacaan untuk masing-masing siswa.

Metode membaca kritis memiliki kelebihan antara lain; (1) siswa menjadi terlatih untuk berpikir kritis dan kreatif, (2) melalui membaca kritis siswa dapat memahami pesan tersurat dan tersirat pada teks bacaan, (3) siswa dapat mengevaluasi isi bacaan, sedangkan kelemahan dari metode membaca kritis antara lain; (1) guru harus memiliki kemampuan membaca kritis yang baik, (2) siswa kesulitan dalam membuat hipotesis, (3) siswa kesulitan dalam membedakan fakta dan opini serta melakukan generalisasi terhadap isi bacaan.

61 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang perbedaan menggunakan metode membaca pemahaman SQ3R dengan metode membaca pemahaman kritis siswa kelas V SD, simpulan penelitian yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV adalah sebagai berikut.

1. Kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan metode SQ3R mengalami peningkatan. Peningkatan ini terdapat pada perbedaan rata-rata nilai pretes dan postes. Nilai rata-rata kemampuan membaca siswa kelas eksperimen sebelum menggunakan metode SQ3R adalah 48,60 dan rata-rata nilai kemampuan membaca siswa setelah menggunakan metode SQ3R adalah 65,60 dengan selisih nilai 17. Berdasarkan uji gain ternormalisasi interval gain yang diperoleh kelas eksperimen adalah 0,32 dengan interpretasi sedang.

2. Kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan metode membaca kritis mengalami peningkatan. Peningkatan ini terdapat pada perbedaan rata-rata nilai pretes dan postes. Nilai rata-rata-rata-rata kemampuan membaca siswa kelas kontrol sebelum menggunakan metode membaca kritis adalah 50,65 dan rata-rata nilai kemampuan membaca siswa setelah menggunakan metode membaca kritis adalah 61,65 dengan selisih nilai 10,75. Berdasarkan uji gain ternormalisasi interval gain yang diperoleh kelas eksperimen adalah 0,19 dengan interpretasi rendah.

3. berdasarkan hasil analisis data kemampuan membaca pemahaman siswa menggunakan metode SQ3R dengan kemampuan membaca pemahaman kritis tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji perbedaan dua rerata (Independent-Sample T-Test) dengan signifikansi 0,268 lebih besar dari 0,05 dengan kriteria pengambilan keputusan tolak Ho apabila nilai signifikansi < 0,05 sehingga Ho diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman menggunakan metode SQ3R dengan menggunakan metode membaca kritis.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan, bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan membaca pemahaman menggunakan metode SQ3R dengan kemampuan membaca pemahaman menggunakan metode membaca kritis. Dilihat dari indeks gain kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat diasumsikan bahwa penggunaan metode metode SQ3R dapat digunakan di kelas V SD yang dijadikan sampel penelitian, sedangkan penggunaan metode membaca kritis kurang cocok digunakan di kelas V SD yang dijadikan sampel penelitian, namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa metode membaca kritis dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman di SD.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan dilapangan, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut.

1. Dalam pembelajaran membaca pemahaman sebaiknya guru dapat memilih teks bacaan yang sesuai dengan metode yang akan digunakan. Dalam pembelajaran menggunakan metode SQ3R pastikan siswa mengikuti langkah-langkah yang ditentukan dengan memberikan lembar kerja proses.

Dalam pembelajaran menggunakan metode membaca kritis pastikan siswa dapat membedakan antara fakta dan opini.

2. Guru sebaiknya membekali siswa teknik-teknik membaca yang dapat membantu siswa dalam mencari ataupun memahami informasi pada teks bacaan.

3. Berdasarkan hasil penelitian yang membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman siswa menggunakan metode membaca SQ3R dengan metode membaca kritis, maka penelitian selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman menggunakan metode atau strategi lainnya serta meningkatkan indeks gain dengan interpretasi yang lebih baik.

63

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2012). Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter.

Bandung: Refika Aditama.

Abidin, Y. (2011). Penelitian Pendidikan dalam Gamitan Pendidikan Dasar dan Paud Bandung: Rizqi Press.

Abidin, Y. (2010). Strategi Membaca: Teori dan Pembelajarannya. Bandung:

Rizqi Press.

Ahuja dan Ahuja. (2004). Membaca Secara Efektif dan Efisien. Jakarta:

Depdiknas .

Anderson, P.S. (1972). Language Skills in Elementary Education. Newyork:

McMilan Publishing.

Brown. H.D. (2000). Teaching by Principle: An interactive Aproach to Language Pedagogy. San Fransisco: Longman

Budiono, Y. (2011). Penerapan Methode PQ4R Pada Pembelajaran Membaca di

SMA Negeri Malang. [Online] Diakses dari

http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikel6BA250226CC601FF05824EA02F 530B0C.pdf

Clark, B. (2012). How To Read. [Online] Diakses dari http://www.copyblogger.com/how-to-read/

Harjasujana, A.S. (1986) Buku Materi Pokok Keterampilan Membaca. Jakarta:

Karunika.

Lestari, V. (2011). Pembelajaran Berbasis Multiple Intelegences Terhadap Penalaran siswa Pada Matematika di Sekolah Dasar. (Skripsi). FIP Kampus Cibiru, Bandung.

Mulyati, Y. (t.t.). Keterampilan Membaca dan Pembelajarannya. [Online].

Diakses dari

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_I

NDONESIA/196008091986012-YETI_MULYATI/MEMBACA_%26_PEMBELAJARANNYA.pdf

NDONESIA/196008091986012-YETI_MULYATI/MEMBACA_%26_PEMBELAJARANNYA.pdf