BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
1) Skor Pretes Kelas Eksperimen
Pada hasil pretes kelas eksperimen nilai tertinggi yang diperoleh adalah 75 dan nilai terendah adalah 38. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen adalah 48,6 dengan simpangan baku (standar deviasi) 12,240 dan variansinya 149,829.Adapun untuk memudahkan analisis data, peneliti telah menyajikan data dalam bentuk tabel frekuensi sebagai berikut.
Tabel 4.2
Frekuensi Skor Pretes Kelas Eksperimen
Pretes eksperimen
Skor Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 38 6 40.0 40.0 40.0
44 2 13.3 13.3 53.3
50 3 20.0 20.0 73.3
56 1 6.7 6.7 80.0
63 1 6.7 6.7 86.7
69 1 6.7 6.7 93.3
75 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0
Dalam tabel di atas menunjukan bahwa siswa yang mendapatkan nilai terendah sebanyak 6 orang dengan persentase sebesar 40% dari total siswa yang berjumlah 15 orang, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai tertinggi hanya 1 orang dengan persentase sebesar 6,7%. Peneliti juga menyajikan skor pretes dalam bentuk histogram sebagai berikut.
Gambar 4.1
Histogram Frekuensi Skor Pretes Kelas Ekperimen 2) Skor Pretes Kelas Kontrol
Pada hasil pretes kelas kontrol nilai tertinggi yang diperoleh adalah 75 dan nilai terendah adalah 31. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas kontrol adalah 50,65 dengan simpangan baku (standar deviasi) 14,872 dan variansinya 221,187.
Adapun untuk memudahkan analisis data, peneliti telah menyajikan data dalam bentuk tabel frekuensi sebagai berikut.
Tabel 4.3
Frekuensi Skor Pretes Kelas Kontrol
Pretes kontrol
Skor Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 31 5 25.0 25.0 25.0
38 1 5.0 5.0 30.0
44 1 5.0 5.0 35.0
50 4 20.0 20.0 55.0
56 3 15.0 15.0 70.0
63 3 15.0 15.0 85.0
69 1 5.0 5.0 90.0
75 2 10.0 10.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Dalam tabel di atas menunjukan bahwa siswa yang mendapatkan nilai terendah sebanyak 5 orang dengan persentase sebesar 25% dari total siswa yang berjumlah 20 orang, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai tertinggi hanya 2 orang dengan persentase sebesar 10%. Peneliti juga menyajikan skor pretes dalam bentuk diagram histogram sebagai berikut.
Gambar 4.2
Histogram Frekuensi Skor Pretes Kelas Kontrol
3) Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Uji normalitas merupakan uji statistik yang bertujuan untuk membuktikan apakah sampel berasal dari data yang berdistribusi normal atau tidak. Data yang akan diujikan adalah data hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Apabila data berdistribusi normal maka uji statistik akan berlanjut ke uji homogenitas (parametrik), namun apabila sebaliknya atau salah satu data ada yang tidak berdistribusi normal akan dilakukan uji non parametric dengan menggunakan uji Mann-Whitney. Uji normalitas untuk skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut.
a) HO : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b) HA : data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi α = 5%. Artinya apabila signifikansi kurang dari 0,05 maka HO ditolak. Apabila lebih besar dari 0,05 maka HO diterima. Berikut ini adalah tabel dari hasil uji normalitas pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tests of Normality
Kelas Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.
nilai pretes Eksperimen .207 15 .084
Kontrol .157 20 .200*
Berdasarkan tabel 4.4 di atas diperoleh bahwa nilai siginifikansi skor pretes kelas eksperimen adalah 0,084 dan kelas kontrol adalah 0,200. Berdasarkan hasil Pengambilan keputusan tolak Ho apabila signifikansi kurang dari 0,05, maka data tersebu menunjukan bahwa data berasal dari populasi yaang berdistribusi normal karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05.
4) Uji Homogenitas Skor Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Dalam melakukan uji homogenitas,
peneliti menggunakan uji tes statistik Levene dengan rumusan hipotesis sebagai berikut.
HO : Tidak terdapat perbedaan variansi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol HA : Terdapat perbedaan variansi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Kriteri pengambilan keputusannya yaitu tolak Ho jika signifikansinya < dari 0,05, kemudian terima Ho jika signifikansinya > dari 0,05. Berikut ini hasil yang diperoleh peneliti dengan menggunakan Uji Levene’s test.
Tabel 4.5
Hasil Uji Homogenitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
nilai pretes Based on Mean .754 1 33 .392
Based on Median .752 1 33 .392
Based on Median and with adjusted df
.752 1 32.938 .392
Based on trimmed mean .759 1 33 .390
Berdasarkan tabel 4.5 di atas diperoleh bahwa nilai signifikansi variansinya adalah 0,392. Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan tolak Ho apabila siginifikansi variansi kurang dari 0,05, maka hal ini menunjukan bahwa variansi pada kelompok eksperimen dan kontrol adalah sama (homogen), sehingga peneliti akan melakukan uji perbedaan dua rerata dengan menggunakan uji statistik parametrik yaitu uji t-test untuk dua sampel independen.
5) Uji Perbedaan Dua Rerata Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Dalam menggunakan uji perbedaan dua rerata ini, peneliti menggunakan uji t-test sampel independen berdsarkan hasil statistik dari uji homogenitas yang telah dilakukan. Sulistyo (2010, hlm 86) menjelaskan bahwa “Uji t-test ini dilakukan jika data antara variabel yang satu tidak saling berkaitan/independen”.
Dalam uji parametrik t-test pasangan hipotesisnya adalah sebagai berikut.
HO: tidak terdapat perbedaan kemampuan awal membaca pemahaman siswa menggunakan metode SQ3R dengan metode Membaca Kritis.
HA: terdapat perbedaan kemampuan awal membaca pemahaman siswa menggunakan metode SQ3R dengan metode Membaca Kritis.
Kriteria pengambilan keputusan adalah tolak HO apabila nilai signifikansi 2-tailed kurang dari 0,05 dengan asumsi bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji perbedaan dua rerata pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut.
Tabel 4.6
Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Independent Sample Test
Berdasarkan Tabel 4.6 diperoleh nilai signifikansi (sig.(2-tailed)) skor pretes siswa dengan asumsi bahwa kedua kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal adalah 0,667. Dengan pengambilan keputusan tolak Ho apabila nilai signifikansi kurang dari 0.05, maka Ho diterima. Berdasarkan hasil (sig.(2-tailed)) pada Tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal membaca pemahaman siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol.
b. Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Peneliti memperoleh data postes yang dilakukan pada tanggal 23 Mei pada jam pertama. Postes ini dilaksanakan di SDN Cibenda 3 yang akan dijadikan sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 15 orang. Pada kelas kontrol pretes dilaksanakan pada tanggal 25 Mei di SDN Cibenda 4 dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang. Adapun nilai statistik postes yang peneliti peroleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut.
Tabel 4.7
Nilai Statistik Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Descriptive Statistics
Skor Postes N Minimum Maximum Sum Mean Std.
Deviation Variance Postes
eksperimen
15 56 88 984 65.60 8.634 74.543
Postes kontrol 20 38 81 1228 61.40 12.037 144.884
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil postes kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pretes kelas eksperimen dengan jumlah murid 15 orang sebesar 65,60, sedangkan rata-rata nilai kelas kontrol dengan jumlah murid 20 orang sebesar 61,40 dengan perbedaan rata-rata skor postes sebesar 4,20. Pada kelas eksperimen nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 56, sedangkan nilai terendah pada kelas kontrol adalah 38.
1) Skor Postes Kelas Eksperimen
Pada hasil postes kelas eksperimen nilai tertinggi yang diperoleh adalah 88 dan nilai terendah adalah 56. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen adalah 65,60 dengan simpangan baku (standar deviasi) 8,634 dan variansinya 74,543Adapun untuk memudahkan analisis data, peneliti telah menyajikan data dalam bentuk tabel frekuensi sebagai berikut.
Tabel 4.8
Frekuensi Skor Potes Kelas Eksperimen
Pretes eksperimen
Skor Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 56 4 26.7 26.7 26.7
63 4 26.7 26.7 53.3
69 5 33,3 33,3 86.7
75 1 6.7 6.7 93.3
88 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0 100.0
Dalam tabel di atas menunjukan bahwa siswa yang mendapatkan nilai terendah sebanyak 4 orang dengan persentase sebesar 26,7% dari total siswa yang berjumlah 15 orang, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai tertinggi hanya 1 orang dengan persentase sebesar 6,7%. Peneliti juga menyajikan skor postes dalam bentuk histogram sebagai berikut.
Gambar 4.3
Histogram Frekuensi Skor Postes Kelas Eksperimen 2) Skor Postes Kelas Kontrol
Pada hasil postes kelas kontrol nilai tertinggi yang diperoleh adalah 81 dan nilai terendah adalah 38. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas kontrol adalah 61,40 dengan simpangan baku (standar deviasi) 12.037 dan variansinya 144.884.
Adapun untuk memudahkan analisis data, peneliti telah menyajikan data dalam bentuk tabel frekuensi sebagai berikut.
Tabel 4.9
Frekuensi Skor Postes Kelas Kontrol
postes kontrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 38 1 5.0 5.0 5.0
44 1 5.0 5.0 10.0
50 4 20.0 20.0 30.0
56 2 10.0 10.0 40.0
63 5 25.0 25.0 65.0
69 3 15.0 15.0 80.0
75 2 10.0 10.0 90.0
81 2 10.0 10.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Pada tabel di atas menunjukan bahwa siswa yang mendapatkan nilai terendah sebanyak 1 orang dengan persentase sebesar 5% dari total siswa yang berjumlah 20 orang, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai tertinggi sebanyak 2 orang dengan persentase sebesar 10%. Peneliti juga menyajikan skor postes dalam bentuk histogram sebagai berikut.
Gambar 4.4
Histogram Frekuensi Skor Postes Kelas Kontrol
3) Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Uji normalitas merupakan uji statistik yang bertujuan untuk membuktikan apakah sampel berasal dari data yang berdistribusi normal atau tidak. Data yang akan diujikan adalah data hasil postes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Apabila data berdistribusi normal maka uji statistik akan berlanjut ke uji homogenitas (parametrik), namun apabila sebaliknya atau salah satu data ada yang tidak berdistribusi normal akan dilakukan uji nonparametric dengan menggunakan uji Mann-Whitney. Uji normalitas untuk skor postes kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut.
c) HO : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
d) HA : data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi α = 5%. Artinya apabila signifikansi kurang dari 0,05 maka HO ditolak. Apabila lebih besar dari 0,05 maka HO diterima. Berikut ini adalah tabel dari hasil uji normalitas postes kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 4.10
Hasil Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tests of Normality
Kelas Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.
nilai postes Eksperimen .211 15 .071
Kontrol .153 20 .200*
Berdasarkan tabel 4.10 di atas diperoleh bahwa nilai siginifikansi skor postes kelas eksperimen adalah 0,071 dan kelas kontrol adalah 0,200. Berdasarkan hasil Pengambilan keputusan tolak Ho apabila signifikansi kurang dari 0,05, maka data tersebut menunjukan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05
4) Uji Homogenitas Skor Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Dalam melakukan uji homogenitas,
peneliti menggunakan uji tes statistik Levene dengan rumusan hipotesis sebagai berikut.
HO : Tidak terdapat perbedaan variansi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol HA : Terdapat perbedaan variansi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Kriteria pengambilan keputusannya yaitu tolak Ho jika signifikansinya < dari 0,05, kemudian terima Ho jika signifikansinya > dari 0,05. Berikut ini hasil yang diperoleh peneliti dengan menggunakan Uji Levene’s test.
Tabel 4.11
Hasil Uji Homogenitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
nila postes Based on Mean 2.219 1 33 .146
Based on Median 1.623 1 33 .212
Based on Median and with adjusted df
1.623 1 32.045 .212
Based on trimmed mean 2.168 1 33 .150
Berdasarkan tabel 4.10 di atas diperoleh bahwa nilai signifikansi variansinya adalah 0,146. Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan tolak Ho apabila siginifikansi variansi kurang dari 0,05, maka hal ini menunjukan bahwa variansi pada kelompok eksperimen dan kontrol adalah sama (homogen), sehingga peneliti akan melakukan uji perbedaan dua rerata dengan menggunakan uji statistik parametrik yaitu uji t-test untuk dua sampel independen.
5) Uji Perbedaan Dua Rerata Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Dalam menggunakan uji perbedaan dua rerata ini, peneliti menggunakan uji T-test sampel independen berdsarkan hasil statistik dari uji homogenitas yang telah dilakukan. Sulistyo (2010, hlm 86) menjelaskan bahwa “Uji t-test ini dilakukan jika data antara variabel yang satu tidak saling berkaitan/independen”.
Dalam uji parametrik t-test pasangan hipotesisnya adalah sebagai berikut.
HO: tidak terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman siswa menggunakan metode SQ3R dengan metode Membaca Kritis.
HA: terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman siswa menggunakan metode SQ3R dengan metode Membaca Kritis.
Kriteria pengambilan keputusan adalah tolak HO apabila nilai signifikansi 2-tailed kurang dari 0,05 dengan asumsi bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji perbedaan dua rerata pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut.
Tabel 4.12
Hasil Uji Perbedaan Dua Rerata Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Independent Sample Test
Berdasarkan Tabel 4.12 diperoleh nilai signifikansi (sig.(2-tailed)) skor postes siswa dengan asumsi bahwa kedua kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal adalah 0,268. Dengan pengambilan keputusan tolak Ho apabila nilai signifikansi kurang dari 0.05, maka Ho diterima. Berdasarkan hasil (sig.(2-tailed)) pada Tabel 4.12 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan secara signifikan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol.
c. Uji Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen dan Kontrol
Uji gain ternormalisasi digunakan untuk mengetahui peningkatan atau perubahan hasil belajar siswa dengan dengan membandingkan selisih skor pretes dan postes. Adapun nilai yang diperoleh kelas eksperimen dan kelas kontrol peneliti sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Tabel 4.13
Nilai Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Gain Eksperimen Gain Kontrol
Nama Sampel Interval Interpretasi Nama sampel Interval Interpretasi
sampel A1 0.52 Sedang sampel A1
sampel A11 0.29 Rendah sampel A11 0.26 Rendah
sampel A12 0.38 Sedang sampel A12 0.00 Rendah siswa eksperimen dikategorikan sedang, sedangkan kelas kontrol peningkatan hasil belajarnya dikategorikan rendah.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah peneliti lakukan terhadap kelas eksperimen dan kontrol, diperoleh nilai rata-rata pretes kelas eksperimen yang berjumlah 15 orang yaitu 48,60, sedangkan nilai rata-rata pretes kelas kontrol yang berjumlah 20 orang adalah 50,65. Pada kelas eksperimen nilai terendah dan tertinggi yang diperoleh adalah 38 dan 75. Pada kelas kontrol nilai terendah dan tertinggi yang diperoleh adalah 31 dan 75. Perbedaan rata-rata pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 2,05, namun hal tersebut tidak dapat diasumsikan bahwa kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki perbedaan.
Untuk mengetahui terdapat perbedaan atau tidaknya, peneliti harus menguji melakukan uji statistika perbedaan dua rerata dengan taraf signifikansi α= 0,05. Sebelum melakukan uji perbedaan dua rerata, peneliti harus melakukan uji normalitas terlebih dahulu. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Apabila data berdistribusi normal, maka akan berlanjut ke uji prasyarat berikutnya yaitu uji homogenitas, sedangkan apabila data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji perbedaan dua rerata Mann-Whitney.
Dalam melakukan uji normalitas peneliti menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS 17.0. berdasarkan hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov nilai signifikansi pretes yang diperoleh kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 0,084 dan 0,200. Berdasarkan hasil pengambilan keputusan tolak Ho apabila signifikansi kurang dari 0,05, maka data tersebut menunjukan bahwa data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sehingga peneliti melanjutkan uji statistika ke tahap berikutnya yaitu uji homogenitas.
Dalam melakukan uji homogenitas peneliti menggunakan Uji Levene.
Tujuan dilakukannya uji homogentas adalah untuk mengetahui apakah data memilik variansi yang sama atau tidak. Berdasarkan hasil uji homogenitas diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,392 dengan pengambilan keputusan tolak Ho apabila apabila signifikansi kurang dari 0,05, maka data tersebut memiliki
variansi yang sama (homogen). Dengan demikian peneliti melanjutkan melakukan uji perbedaan dua rerata menggunakan uji-t dua sampel independen.
Uji perbedaan dua rerata pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan untuk mengetahui apakah kelas tersebut memiliki perbedaan kemampuan awal atau tidak. Pada uji-t dihasilkan signifikansi 0,667 dengan asumsi data berdistribusi normal dan memiliki variansi yang sama. Berdasarkan data tersebut bahwa 0,667 > 0,05 dengan pengambilan keputusan tolak Ho apabila nilai signifikansi kurang dari 0,05, maka tidak terdapat perbedaan kemampuan awal membaca pemahaman kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Setelah menganalisis data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol serta melakukan uji perbedaan dua rerata, peneliti melanjutkan penelitian dengan memberikan treatment terhadap kelas eksperimen berupa metode SQ3R dan kelas kontrol berupa metode membaca kritis. Pembelajaran yang dilakukan sebanyak empat kali pada masing-masing kelas.
Berdasarkan hasil analisis data postes yang telah dilakukan terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh nilai rata-rata postes kelas eksperimen yang berjumlah 15 orang yaitu 65,60, sedangkan nilai rata-rata postes kelas kontrol yang berjumlah 20 orang yaitu 61,40 dengan perbedaan rata-rata skor postes sebesar 4,20. Untuk mengetahui terdapat perbedaan atau tidaknya kemampuan membaca pemahaman kelas eksperimen dan kelas kontrol, peneliti melakukan uji statistika perbedaan dua rerata. Pada uji-t dihasilkan signifikansi 0,268 dengan pengambilan keputusan tolak Ho apabila nilai signifikansi kurang dari 0,05. Berdasarkan nilai signifikansi yang diperoleh maka Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman siswa menggunakan metode SQ3R dengan metode membaca kritis.
Tidak terdapatnya perbedaan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas eksperimen menggunakan metode SQ3R dengan siswa kelas kontrol menggunakan metode membaca kritis adalah karena kedua metode tersebut sama-sama tergolong metode baru yang diujikan di kelas yang dijadikan sampel penelitian. Apabila dilihat dari metode membaca pemahaman yang digunakan peneliti, yaitu metode membaca SQ3R dan metode membaca kritis memiliki tingkat kesukaran yang relatif sama. Pada kedua metode membaca tersebut siswa
dituntut untuk menguasai teknik membaca skimming. Seperti yang telah dikemukakan oleh Rahim (2009, hlm. 61) bahwa “skimming ialah membaca cepat untuk mengetahui isi umum atau bagian suatu bacaan”.
Pada pembelajaran kelas eksperimen yang menggunakan metode SQ3R teknik skimming dilakukan untuk melakukan survey terhadap teks yang akan dibaca siswa (tahap prabaca), serta pada saat membaca (tahap membaca) untuk menemukan jawaban dari pertanyaan yang dibuat siswa. Menurut Abidin (2012, hlm 108) tahapan survei pada metode membaca SQ3R bertujuan untuk mengetahui gambaran luas isi bacaan dan struktur bacaan, serta memotivasi siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Apabila siswa kesulitan pada tahap survei, maka pada tahap selanjutnya yaitu tahap membaca siswa akan mengalami kesulitan pula. Seperti yang diungkapkan Harjasujana (1986, hlm. 4), “membaca bukanlah proses yang tunggal melainkan sintesis dari berbagai proses yang kemudian berakumulasi pada suatu perbuatan tunggal”.
Pada pembelajaran kelas kontrol yang menggunakan metode membaca kritis teknik skimming dilakukan untuk mencari pokok dari suatu bacaan atau sejumlah fakta dan opini. Dalam hal ini siswa harus tahu terlebih dahulu perbedaan fakta dan opini agar siswa dapat mengetahui maksud dan tujuan penulis berdasarkan fakta dan opini yang dibuat penulis. (Abidin, 2012, hlm. 103)
Pada kelas eksperimen nilai rata-rata postes siswa 65,60 lebih besar dari kelas kontrol yaitu 61,40. Hasil peningkatan rata-rata kemampuan membaca pemahaman siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak terlalu besar mengingat rata-rata kemampuan awal membaca kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 48,60 dan 50,65. Dalam hal ini kemampuan awal membaca pemahaman siswa eksperimen dan kelas kontrol masih terbilang rendah apabila dilihat dari nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) bahasa Indonesia yaitu 65.
Untuk lebih jelasnya, peneliti menyajikan diagram yang menunjukan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dilihat berdasarkan hasil pretes-postes.
Gambar 4.5
Diagram Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan diagram di atas dapat dikatakan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar membaca pemahaman siswa menggunakan metode SQ3R dengan siswa yang menggunakan metode membaca kritis. Dilihat dari perbedaan nilai pretes dan nilai postes, peningkatan kemampuan membaca pemahaman kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan kemampuan membaca pemahaman di kelas kontrol.
Untuk memperjelas asumsi di atas, peneliti menampilkan tabel hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dilihat dari hasil pretes dan postes sebagai berikut.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
eksperimen kontrol
pretes postes
Tabel 4.14
Nilai Statistik Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Descriptive Statistic
N Min Max Sum Mean Std.
Deviation
Variance
Pretes
Eksperimen 15 38 75 729 48.60 12.240 149.829
Pretes
Kontrol 20 31 75 1013 50.65 14.872 221.187
Postes
Eksperimen 15 56 88 984 65.60 8.634 74.543
Postes
Kontrol 20 38 81 1228 61.40 12.037 144.884
Berdasarkan tabel 4.14 di atas, peningkatan skor rata-rata kelas eksperimen sebesar 17 (65,60-48,60) sedangkan kelas kontrol 10, 75 (61,40-50,65). Kriteria peningkatan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat terlihat dari hasil perhitungan gain ternormalisasi. Peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen adalah 0,32 (sedang), sedangkan peningkatan hasil belajar pada kelas kontrol adalah 0,19 (rendah).
Pada kelas eksperimen dengan pembelajaran membaca pemahaman yang menggunakan metode SQ3R mendapat peningkatan hasil belajar yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan belajar kelas kontrol yang menggunakan metode membaca kritis. Hal ini terjadi karena siswa yang menggunakan metode SQ3R lebih terarah dengan adanya tahap survei untuk mengetahui gambaran luas isi bacaan, tahap bertanya (question) dengan membuat pertanyaan agar siswa lebih terarah serta tahap melihat kembali (review) untuk membandingkan dan memperbaiki tulisannya sehingga tingkat pemahamnnya meningkat. (Abidin, 2012, hlm. 108)
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gumilar (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Strategi SQ3R untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SDN Cijember
Babakan Losan Kecamatan Sukanagara Kabupaten Cianjur”, menyimpulkan bahwa strategi SQ3R dapat meningkatkan minat membaca siswa dan meningkatkan tingkat pemahamannya. Pada penelitian tersebut kelas yang digunakan adalah kelas V sama dengan kelas yang digunakan peneliti. Berbeda dengan peneliti, Gumillar dalam penenitiannya menggunakan penelitian kualitatif penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian lainnya yaitu penelitian yang ditulis Hayati dengan judul penelitian yaitu, “Metode SQ3R dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman di Kelas V SDN Cileunyi 3 Kabupaten Bandung”, menyimpulkan metode SQ3R berhasil meningkatkan kualitas membaca dan
Babakan Losan Kecamatan Sukanagara Kabupaten Cianjur”, menyimpulkan bahwa strategi SQ3R dapat meningkatkan minat membaca siswa dan meningkatkan tingkat pemahamannya. Pada penelitian tersebut kelas yang digunakan adalah kelas V sama dengan kelas yang digunakan peneliti. Berbeda dengan peneliti, Gumillar dalam penenitiannya menggunakan penelitian kualitatif penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian lainnya yaitu penelitian yang ditulis Hayati dengan judul penelitian yaitu, “Metode SQ3R dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman di Kelas V SDN Cileunyi 3 Kabupaten Bandung”, menyimpulkan metode SQ3R berhasil meningkatkan kualitas membaca dan