• Tidak ada hasil yang ditemukan

25. Telkom 26. Pariwisata

NO Kategori Fasilitas Jenis Fasilitas

E Fasilitas Jasa Perorangan

27. Lapangan Basket 28. Rumah Bernyanyi 30. Fotocopy 31. Studio Foto 32. Rumah Makan 33. Hotel/Penginapan 34. Salon Kecantikan 35. Depot Air Minum 36. Koperasi Kredit 37. Koperasi

38. Kelompok Tani/Nelayan

39. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

40. Notaris – PPAT

41. Pengembang (Developer)

42. Balai Penyuluh Pertanian/Perikanan Sumber: Proyek UFRD di DAS Bicol Fhilipina dalam Matoka (1997)

2.1.2.5 Interaksi Masyarakat Desa-Kota

Leibo Dalam Hizarruddin (2014), mengemukakan bahwa interaksi ini dapat dilihat sebagai suatu proses social, proses ekonomi, budaya dan sebagainya, yang cepat atau lambat menimbulkan suatu kenyataan. Interaksi ini dapat terjadi karena adanya unsur-unsur dari dalam desa itu sendiri, maupun didalam kota itu.

Selanjutnya Roucek dalam Hizarruddin (2014) mengemukakan bahwa interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung melalui berita yang didengar, atau melalui surat kabar.

Proses interaksi Desa-kota dapat terwujud urbanisasi. Konsep ini menurut Nas (2000) mengatakan bahwa konsep urbanisasi juga mencakup pertumbuhan suatu pemukiman menjadi kota (desa menjadi kota), perpindahan penduduk ke kota (berbagai bentuk migrasi : mutlak, ulang balik) atau kenaikan persentase yang tinggal dikota.

Proses urbanisasi ini menurut Keijo dan Colledge dalam Bintarto (2000) melalui empat proses utama yaitu:

1. Adanya pemusatan kekuatan pemerintah kota sebagai pengambil keputusan dan sebagai bahan pengawas dalam menyelenggarakan hubungan kota daerah sekitarnya.

2. Adanya arus modal dan investasi untuk mengatur kemakmuran kota dan wilayah sekitarnya, dan selain dari itu penentuan/pemilihan lokasi untuk kegiatan ekonomi mempunyai pengaruh terhadap arus bolak balik desa-kota.

3. Disfusi inovasi dan perubahan yang berpengaruh terhadap aspek social ekonomi, budaya dan politik dikota akan dapat meluas dikota-kota yang lebih kecil bahkan kedaerah pedesaan. Difusi ini dapat mengubah suasana desa menjadi suasana kota.

4. Migrasi dan pemukiman baru dapat terjadi apabila pengaruh kota secara terus menerus masuk kedaerah pedesaan.

Pendapat diatas ini menjelaskan tentang interaksi desa-kota yang berwujud dalam proses urbanisasi ini terjadi karena adanya hubungan desa-kota, adanya hubungan ekonomi yang saling mempengaruhi (timbal balik) adanya inovasi dan

adanya pengaruh kehidupan kota secara terus menerus pada daerah pedesaan. Wujud proses interaksi juga dapat membentuk gerak penduduk secara ulang alik menurut Reksohadiprojo dan Karseno dalam Adisasmita (2008) yaitu dari desa ke desa, dari desa ke kota,dari kota ke desa, dan kota ke kota. Seperti halnya juga lain-lain arah, gerak penduduk dari desa ke kota mengambil bentuk migrasi, sirkulasi dan komutasi.

Pendapat di atas ini menjelaskan tentang interaksi desa-kota dalam wujud ulang alik, dimana terjadinya interaksi ini karena adanya saling ketergantungan antara masyarakat desa dan masyarakat kota. Hal tersebut sejalan dengan yang di kemukakan oleh Leibo dalam Hizaruddin (2014) mengenai sifat ketergantungan antara desa-kota dapat dilihat dalam hal sebagai tersebut:

1. Karena kota merupakan pemasaran hasil-hasil pertanian dan sekaligus sebagai tempat mereka mendapat benda pemenuhan kebutuhan hidup yang mereka perlukan.

2. Kota memerlukan tempat dimana terdapat sarana-sarana pendidikan yang dibutuhkan oleh orang-orang desa terutama dalam melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

3. Kota sebagai tempat memperoleh lapangan kerja bagi orang-orang desa. Sedangkan ketergantungan kota terhadap desa itu sendiri.

2.2 Kajian Empirik

Herman Tahun 2004 melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Interaksi Sosial Ekonomi Antara Desa/Kelurahan Di Kecamatan Pasar Wajo

masyarakat antar desa atau kelurahan di Kecamatan Pasar Wajo di lakukan melalui proses timbal-balik. Kecamatn Pasar Wajo sebagai ibukota kabupaten telah memenuhi fungsi sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi bagi masyarakat desa/kelurahan sekitarnya.

Abdul Hasan Rahim dengan judul “Studi Pengembangan Wilayah Kabawo

Sebagai Salah Satu Sub Pusat Pertumbuhan Di Kabupaten Daerah Tingkat II

Muna” menyimpulkan bahwa sub pusat pertumbuhan wilayah kecamatan kabawo

yang pusatnya di Lasehao telah memenuhi fungsinya sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi masyarakat baik secara umum maupun secara khusus di wilayah kecamatan kabawo dan daerah sekitarnya (hinterland), walupun belum secara optimal. Hal ini ditandai dengan fungsi-fungsi yang meliputi pelayanan seperti TK, SD, SLTP, dan SLTA, pelayanan kesehatan seperti puskesmas, puskesmas pembantu, klinik KB, Pos KB, Pos Pelayanan Terpadu (posyandu), pelayanan pemasaran/perdagangan seperti Kios, KUD, Pasar, Kecamatan, Pasar Desa, juga pelayanan komunikasi seperti adanya Kantor Pos pembantu, yang keseluruhan fungsi tersebut tersebar di 13 desa/kelurahan sekecamatan Kabawo Kabupaten Muna.

Dita Hestudiputri (2007) dengan penelitiannya yang berjudul “Peran dan

Fungsi Ibu Kota Kecamatan Lasem Sebagai Pusat Pertumbuhan di Kabupaten

Rembang” menunjukkan (1) analisis wilayah pengaruh dan analisis interaksi pusat

pertumbuhan dengan wilayah belakangnya menunjukkan bahwa peran IKK (Ibu Kota Kecamatan) Lasem sebagai pusat pertumbuhan telah mamapu menjadi penarik bagi pusat pertumbuhan di Kebupaten Rembang, (2) dengan adanya

kegiatan perkotaan di IKK Lasem yang didukung oleh aksesbilitas yang tinggi antara IKK Lasem dan daerah belakangnya membawa pengaruh dan membuat peran IKK Lasem sebagai pusat pertumbuhan terpenuhi, (3) berdasarkan hasil analisis IKK Lasem telah mempunyai pelayanan fasilitas yang lengkap dengan jangkauan funsi dan pelayanan yang luas dari mulai kecamatan hingga kabupaten (terutama fasilitas transportasi) sehingga fungsi IKK Lasem sebagai pusat pertumbuhan telah terpenuhi, (4) IKK Lasem memiliki potensi untuk dikembangkan lebih, melihat posisinya yang strategis. Sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut.

2.3 Kerangka Pemikiran

Konsep perencanaan pembangunan daerah bertujuan mengoptimalkan penggunaan sumberdaya sekaligus mengurangi ketimpangan pembangunan antar daerah. Unsur-unsur lokasi atau wilayah sangat penting dalam perencanaan pembangunan, karena kenyataanya menunjukan bahwa keadaan geografis atau kondisi struktur sosial ekonominya sangat membeda-bedakan sehingga setiap daerah memerlukan formulasi tersendiri.

Berdasarkan hal tersebut maka setiap kecamatan berfungsi sebagai pusat pelayanan bagi wilayah hinterland-nya, berupa fungsi pelayanan setiap kecamatan di tentukan dengan besarnya jumlah penduduk serta jumlah dan jenis fasilitas pelayanan. Interaksi antar kecamatan merupakan hal yang penting dalam pengembangan wilayah, semakin besar tingkat interaksi antar kecamatan maka semakin kuat terhadap pengembangan wilayah dan daerah sekitarnya.

Interaksi tersebut di ukur dari besarnya jumlah penduduk dan keterdekatan jarak antara kecamatan satu dengan kecamatan lain dengan suatu wilayah pelayanan.

Gambar 2.1 : Skema Kerangka Pikir Pengembangan Wilayah

RTRW KABUPATEN KONAWE SELATAN

Kecamatan Kecamatan Kecamatan Fungsi Pelayanan Suatu Kecamatan Tingkat Interaksi Antar Kecamatan Analisis  Skalogram  Gravitasi Kesimpulan/ Rekomendasi  Jumlah Penduduk

 Jumlah Fasilitas Pelayanan  Keragaman jenis Fasilitas

Pelayanan

 Jumlah Penduduk  Jarak antar Kecamatan

33 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di 7 (tujuh) kecamatan yang berada di Bagian Timur Kabupaten Konawe Selatan, sedangkan waktu penelitian di laksanakan setelah proposal di seminarkan yaitu kurang lebih 2 (dua) bulan.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi pertama dalam penelitian ini adalah seluruh faslitas pelayanan sosial ekonomi yang seharusnya pada setiap kecamatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun 2008 tentang kecamatan yang terdapat 27 fasilitas, sedangkan sampel ditetapkan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara sensus dimana seluruh populasi diambil sebagai sampel dengan pertimbangan bahwa jumlah populasi tidak terlalu besar jumlahnya dapat di lihat pada tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Jumlah populasi yang di gunakan dalam menentukan hirarki wilayah penelitian

No. Kategori Fasiltas Jenis Fasilitas

A Aktifitas Perekonomian

1. Pasar Tradisional 2. Toko/Kios

3. Toko Suplai Pertanian/Bangunan 4. Bank 5. Pabrik/Industri B Fasilitas Sosial 6. Sekolah Kejuruan 7. Puskesmas 8. Toko Obat/Apotik

Lanjutan Tabel 3.1 Jumlah populasi yang di gunakan dalam menentukan hirarki wilayah penelitian

No. Kategori Fasiltas Jenis Fasilitas

C Fasilitas Trasportasi dan Komunikasi

9. Terminal angkutan (darat, laut, udara) 10. Telkom

11. Media Cetak

12. Stasiun Radio Swasta

D Fasilitas Jasa Publik

13. PDAM

Dokumen terkait