• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.6 Instrumen Penelitian

3.6.3 Soal-soal Tes

Soal-soal tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes tertulis untuk mengukur ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

3.6.3.1Tes pada Ranah Kognitif

Soal-soal yang digunakan untuk mengukur ranah kognitif siswa berbentuk pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban. Soal bentuk pilihan ganda dipilih,

karena keunggulannya yang dapat diskor dengan mudah, cepat, dan objektif serta dapat mencangkup ruang lingkup materi yang luas. Pembuatan soal-soal pilihan ganda didasarkan pada kompetensi dasar yang dijabarkan menjadi indikator soal dalam bentuk kisi-kisi soal. Indikator soal yang dibuat disesuaikan dengan silabus utuh dan silabus pengembangan IPS kelas III pada materi Uang dan Pengelolaan Uang dalam Tema Permaianan. Untuk silabus utuh dan pengembangan dapat dilihat di lampiran 5, 6, dan 7.

Soal yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu 35 butir soal berupa soal pilihan ganda. Untuk uji coba agar syarat validitas dan reliabilitas dapat terpenuhi, soal dibuat secara paralel menjadi 70 butir dan setara dari segi cakupan materi serta tingkat kesukarannya. Hal ini dilakukan agar syarat-syarat soal tes sebagai instrumen penelitian terpenuhi. Adapun kisi-kisi soal uji coba beserta soal uji coba dapat dilihat pada lampiran 22 dan 25. Sebelum diujicobakan kepada siswa kelas III di SD Negeri Panggung 2 Kota Tegal, soal ditelaah terlebih dahulu oleh tim ahli untuk diuji validitas logisnya. Setelah tim ahli memberikan saran dan perbaikan serta rekomendasi mengenai kelayakannya, peneliti melakukan uji coba soal kepada siswa kelas III SD Negeri panggung 2 Kota Tegal. Setelah data hasil uji coba diperoleh, kemudian dilaksanakan uji prasyarat instrumen dan analisis butir soal. Adapun analisis butir soal dapat dilihat pada lampiran 26.

3.6.3.1.1 Pengujian Validitas

Menurut Priyatno (2010: 90), “Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam mengukur apa yang ingin diukur.” Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur sesuatu yang hendak diukur. Validitas sebuah

tes dapat diketahui dari hasil pemikiran (validitas logis) tentang kesesuaian dengan kaidah penyusunan alat tes, dan hasil pengalaman (validitas empiris) berupa uji coba instrumen (Arikunto, 2012: 80).

(1) Validitas Logis (Logical Validity)

Validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada (Arikunto, 2012: 80). Pengujian validitas logis dilakukan melalui penilaian oleh penilai ahli 1 dan ahli 2. Penilai ahli 1 yaitu dosen pembimbing, dan penilai ahli 2 yakni guru kelas III SD Negeri Panggung 2 Kota Tegal. Penilaian yang dilakukan berupa kesesuaian butir-butir soal dengan kisi-kisinya menggunakan lembar validasi isi. Adapun lembar telaah validitas logis dari para ahli selengkapnya ada pada lampiran 23 dan 24.

(2) Validitas Empiris(Empirical Validity)

Berdasarkan penuturan Arikunto (2012: 81-2), sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan menyusun instrumen berdasarkan ketentuan, tetapi harus dibuktikan melalui uji coba instrumen. Peneliti kemudian melakukan uji coba instrument pada responden yang bukan responden sesungguhnya, yaitu responden kelas III SD Negeri Panggung 2 Kota Tegal dengan alasan siswa kelas III SD Negeri Panggung 2 Kota Tegal usianya relatif sama dengan siswa di SD Negeri 1 Pepedan dan sudah mendapatkan materi Uang. Pengujian dilakukan

dengan membandingkan kondisi instrumen dengan kriteria. Arikunto (2012: 85) menjelaskan bahwa sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran antara instumen tes dengan kriterianya yaitu menggunakan teknik korelasi product

moment yang dikemukakan oleh Pearson.

Untuk mempermudah penghitungan uji validitas, dapat dilakukan dengan program SPSS versi 20. Untuk mencari validitas dalam SPSS 20 menggunakan menu Analyze – Correlate – Bivariate. Pengambilan keputusan pada uji validitas dilakukan dengan batasan rtabel dengan signifikansi 0,05 (Priyatno, 2010: 94). Jika nilai korelasi lebih besar dari pada nilai rtabel , maka item valid, sedangkan jika kurang dari batasan yang ditentukan, maka item tidak valid. Pada penelitian peserta uji coba sebanyak 31 siswa, jika melihat tabel product moment nilai rtabel dengan signifikansi 0,05 (5%) yaitu 0,355 (Sugiyono, 2013: 613). Jadi, item yang nilai koefisien korelasinya lebih dari 0,355 dikatakan valid, sedangkan item yang nilai koefisien korelasinya kurang dari 0,355 tidak valid. Adapun rekap data hasil penghitungan SPSS 20 dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Soal Tes Uji Coba dengan Harga rtabel = 0,355; Taraf Signifikansi 0,05; dan n = 31

Nomor Item Pearson Correlation (r11) Validitas Nomor Item Pearson Correlation (r11) Validitas 1 0,232 Tidak Valid 36 0,583 Valid 2 0,186 Tidak Valid 37 0,484 Valid 3 0,747 Valid 38 0,444 Valid 4 0,086 Tidak Valid 39 0,391 Valid 5 0,379 Valid 40 0,234 Tidak Valid 6 0,663 Valid 41 0,546 Valid 7 0,705 Valid 42 0,716 Valid 8 0,261 Tidak Valid 43 0,544 Valid 9 0,522 Valid 44 0,573 Valid 10 0,199 Tidak Valid 45 0,569 Valid

Nomor Item Pearson Correlation (r11) Validitas Nomor Item Pearson Correlation (r11) Validitas 11 0,472 Valid 46 0,367 Valid 12 0,123 Tidak Valid 47 0,569 Valid 13 0,471 Valid 48 0,304 Tidak Valid 14 0,316 Tidak Valid 49 0,459 Valid 15 .a Tidak Valid 50 0,474 Valid 16 0,017 Tidak Valid 51 0,486 Valid 17 0,777 Valid 52 0,609 Valid 18 0,670 Valid 53 0,391 Valid 19 0,562 Valid 54 0,282 Tidak Valid 20 0,268 Tidak Valid 55 0,572 Valid 21 0,725 Valid 56 .a Tidak Valid 22 0,231 Tidak Valid 57 0,416 Valid 23 0,551 Valid 58 0,260 Tidak Valid 24 0,263 Tidak Valid 59 0,508 Valid 25 0,241 Tidak Valid 60 0,489 Valid 26 0,242 Tidak Valid 61 0,422 Valid 27 0,178 Tidak Valid 62 0,382 Valid 28 0,249 Tidak Valid 63 0,493 Valid 29 0,246 Tidak Valid 64 0,382 Valid 30 0,426 Valid 65 0,225 Tidak Valid 31 0,433 Valid 66 0,169 Tidak Valid 32 0,492 Valid 67 0,321 Tidak Valid 33 0,462 Valid 68 0,388 Valid 34 0,406 Valid 69 0,275 Tidak Valid 35 .a Tidak Valid 70 0,371 Valid

Setelah dilakukan penghitungan validitas soal menggunakan program SPSS versi 20. Dari 70 butir soal yang telah dikerjakan siswa kelas III SD Negeri Panggung 2 Kota Tegal, diperoleh 43 butir soal valid dan 27 butir soal tidak valid. Butir soal yang valid yaitu nomor 3, 5, 6, 7, 9, 11, 13, 17, 18, 19, 21, 23, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 49, 50, 51, 52, 53, 55, 57, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 68, dan 70. Semua soal yang valid sudah mewakili seluruh indikator soal. Soal yang valid inilah yang digunakan peneliti pada kegiatan tes awal dan akhir, sedangkan soal yang tidak valid tidak dapat digunakan. Hasil pengujian validitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 27.

3.6.3.1.2 Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat dalam menilai apa yang dinilainya (Sudjana, 2013: 16). Menurut Sugiyono (2009: 173), “Instumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.” Pengujian reliabilitas didasarkan atas data uji coba instrumen yang dilakukan pada kelas III SD Negeri Panggung 2 Kota tegal. Tujuan pengujian reliabilitas instrumen yaitu untuk mengukur konsistensi instrumen penelitian sehingga dapat dipercaya untuk digunakan. Pengujian reliabilitas menggunakan alat tes yang berupa soal pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban.

Berdasarkan hasil pengujian validitas, diperoleh soal yang valid sebanyak 43 butir. Seluruh butir soal yang valid tersebut kemudian diuji reliabilitasnya dengan menggunakan reliability analysis. Untuk dapat mengetahui reliabilitas tiap butir soal, peneliti menggunakan cronbach’s alpha pada SPSS 20. Menurut Sekaran (1992) dalam Priyatno (2010: 96), reliabilitas kurang dari 0,6 termasuk kategori kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima, dan diatas 0,8 termasuk kategori baik.

Berikut ini merupakan hasil penghitungan uji reliabilitas secara keseluruhan yang disajikan pada Tabel 3.3 dan untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 28.

Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Cronbach's

Alpha

N of Items ,935 43

Berdasarkan hasil uji reliabilitas, diperoleh nilai cronbach’s alpha sebesar 0,935. Mengacu pada pendapat Sekaran, nilai reliabilitas pada tabel lebih dari 0,8 berarti tingkat keajegan soal tersebut bernilai baik (Priyatno, 2010: 96).

3.6.3.1.3 Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran soal dipandang dari kemampuan siswa dalam menjawabnya, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal. Hal penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar (Sudjana, 2011: 135). Cara melakukan analisis untuk menentukan taraf kesukaran soal adalah rumus:

keterangan:

I = Indeks/taraf kesukaran untuk tiap soal.

B = Banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal.

N = Banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksud. (Sudjana, 2013: 137).

Kriteria yang digunakan yaitu semakin kecil indeks yang diperoleh, maka semakin sulit soal tersebut dan sebaliknya. Kriteria indeks kesulitan soal yakni sebagai berikut:

0 - 0,30 = soal kategori sukar 0,31 - 0,70 = soal kategori sedang 0,71 - 1,00 = soal kategori mudah (Sudjana, 2011: 137).

N B = I

Pengujian tingkat kesukaran dilakukan dengan membandingkan banyaknya jumlah siswa yang menjawab soal benar pada setiap butir soal dengan jumlah peserta tes. Instrumen soal yang akan digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria kesukaran soal yang ditentukan, yaitu soal mudah, sedang, dan sukar. Berdasarkan hasil penghitungan manual diperoleh data yang disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.4 Analisis Tingkat Kesukaran Soal Kriteria Nomor Soal

Mudah 7, 9, 30, 33, 36, 37, 42, 43, 46, 47, 49, 50, 52, 55, 59, 61, dan 63. Sedang 3, 5, 6, 11, 13, 17, 18, 19, 21, 23, 31, 32, 34, 38, 39, 41, 44, 45, 51, 53, 57, 60, 62, 64, 68, dan 70.

Berdasarkan Tabel 3.4 tersebut, soal yang valid dan reliabel dengan tingkat kesukaran „mudah‟ yaitu nomor 7, 9, 30, 33, 36, 37, 42, 43, 46, 47, 49, 50, 52, 55, 59, 61, dan 63, „sedang‟ yaitu nomor 3, 5, 6, 11, 13, 17, 18, 19, 21, 23, 31, 32, 34, 38, 39, 41, 44, 45, 51, 53, 57, 60, 62, 64, 68, dan 70. Untuk hasil pengujian tingkat kesukaran soal selengkapnya terdapat pada lampiran 29.

3.6.3.1.4 Analisis Daya Beda

Menurut Arikunto (2012: 228), “Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).” Rumus yang digunakan yaitu:

keterangan:

J = Jumlah peserta tes.

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah.

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar. BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar. PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar. (Arikunto, 2012: 228-9).

Setelah mendapatkan besarnya D, keputusan daya pembeda soal dapat diketahui melalui klasifikasi daya pembeda berikut:

D = 0,00 – 0,20 : jelek D = 0,21 – 0,40 : cukup D = 0,41 – 0,70 : baik D = 0,71 – 1,00 : baik sekali

D = negatif : semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.

(Arikunto, 2012: 232).

Sebelum menganalisis daya beda soal, terlebih dahulu kelompok siswa dibagi dua sesuai jumlah skor soal atau jawaban benar yang didapat menjadi kelompok atas dan bawah. Pengujian daya beda diperoleh dari hasil penghitungan jumlah jawaban benar pada kelompok atas dibanding jumlah siswa pada kelompok atas (PA) dikurangi hasil jumlah jawaban benar pada kelompok bawah dibanding jumlah siswa pada kelompok bawah (PB).

Berdasarkan penghitungan pengujian daya beda soal secara manual, diperoleh data dari 43 soal yang valid dan reliabel, terdapat 3 soal yang baik

sekali, 22 soal yang baik, 16 soal yang cukup, dan 2 soal yang jelek. Soal yang mempunyai kriteria baik sekali yaitu nomor 3, 17, dan 21. Soal yang mempunyai kriteria baik yaitu nomor 6, 7, 11, 13, 18, 19, 23, 32, 34, 36, 39, 41, 42, 44, 45, 47, 50, 51, 52, 61, 64, dan 70. Soal yang mempunyai kriteria cukup yaitu nomor 5, 9, 30, 31, 37, 38, 43, 46, 49, 53, 55, 57, 59, 60, 62, dan 68. Sementara itu, Soal yang mempunyai kriteria jelek yaitu nomor 33 dan 63. Tabel berikut merupakan data hasil penghitungan daya beda soal secara manual. Untuk data yang lebih lengkap terdapat pada lampiran 30.

Tabel 3.5 Analisis Daya Pembeda Soal No No

Soal D Kiteria No

No

Soal D Kriteria 1. 3 0,73 Baik sekali 23. 42 0,60 Baik 2. 5 0,35 Cukup 24. 43 0,33 Cukup 3. 6 0,48 Baik 25. 44 0,48 Baik 4. 7 0,53 Baik 26. 45 0,54 Baik 5. 9 0,33 Cukup 27. 46 0,28 Cukup 6. 11 0,48 Baik 28. 47 0,47 Baik 7. 13 0,28 Baik 29. 49 0,40 Cukup 8. 17 0,75 Baik sekali 30. 50 0,47 Baik 9. 18 0,55 Baik 31. 51 0,41 Baik 10. 19 0,60 Baik 32. 52 0,47 Baik 11. 21 0,73 Baik sekali 33. 53 0,30 Cukup 12. 23 0,68 Baik 34. 55 0,27 Cukup 13. 30 0,27 Cukup 35. 57 0,35 Cukup 14. 31 0,22 Cukup 36. 59 0,27 Cukup 15. 32 0,42 Baik 37. 60 0,35 Cukup 16. 33 0,13 Jelek 38. 61 0,47 Baik 17. 34 0,55 Baik 39. 62 0,35 Cukup 18. 36 0,47 Baik 40. 63 0,20 Jelek 19. 37 0,27 Cukup 41. 64 0,48 Baik 20. 38 0,35 Cukup 42. 68 0,35 Cukup 21. 39 0,41 Baik 43. 70 0,41 Baik 22. 41 0,42 Baik

Berdasarkan serangkaian pengujian pada soal uji coba, diperoleh 35 soal yang telah memenuhi syarat instrumen penelitian yang dijadikan soal tes awal dan

akhir di kedua kelas. Tes awal dilaksanakan sebelum pembelajaran IPS materi Uang dan Pengelolaan Uang dalam Tema Permainan. Tes akhir dilakukan setelah materi pelajaran selesai disampaikan. Adapun kisi-kisi dan soal-soal yang digunakan untuk tes awal dan akhir dapat dilihat pada lampiran 31 dan 32.

3.6.3.2Tes pada Ranah Afektif

Angket digunakan untuk mengukur ranah afektif siswa. Angket yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa skala Likert.“Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial” (Sugiyono, 2013: 136).

Penelitian ini menggunakan angket yang berisi 10 pernyataan yang dijawab oleh siswa. Adapun angket ini dapat dilihat pada lampiran 11. Sebelum melakukan penelitian, skala sikap ini ditelaah terlebih dahulu oleh tim ahli untuk diuji validitas logisnya. Adapun lembar telaah validitas logis dari para ahli selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12 dan 13. Setelah tim ahli memberikan saran dan perbaikan serta rekomendasi mengenai kelayakannya, peneliti dapat melakukan penelitian kepada siswa kelas III A dan B SD Negeri 1 Pepedan.

3.6.3.3Tes pada Ranah Psikomotor

Tes yang digunakan untuk mengukur ranah psikomotor siswa terdiri dari 2 tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Adapun rubrik penilaian psikomotor ini dapat dilihat pada lampiran 17. Sebelum melakukan penelitian, rubrik ini ditelaah terlebih dahulu oleh tim ahli untuk diuji validitas logisnya. Adapun lembar telaah validitas logis dari para ahli selengkapnya pada lampiran 18 dan 19. Setelah tim

ahli memberikan saran dan perbaikan serta rekomendasi mengenai kelayakannya, peneliti melakukan penelitian kepada siswa kelas III A dan B SD Negeri 1 Pepedan.

Dokumen terkait