• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV Pembahasan

B. Solusi guru PAI dalam mengatasi kesulitan membaca Al Qur‟an

Sejauh yang dapat saya temukan dari penelitian, pengamatan dan observasi upaya guru pendidikan agama Islam dalam mengatsi kesulitan membaca Al Qur‟an di SMK Saraswati kepada peserta didiknya adalah sudah sangat baik. Tapi untuk taraf seberapa keberhasilanya metode yang di fokuskan oleh guru NI sudah cukup baik, dan untuk guru yang lain sudah cukup pula, tapi belum ada evaluasi buku yang digunakan oleh guru di sini. Dalam firman Allah dalam surah Al Isra‟ ayat 82 yang berbunyi :





























Artinya: dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. . (Depag-RI, 2003: 424 )

Dapat dilihat dari pernyataan di sampaikan dari waka kesiswaan bapak S yang mengunakan pengamatan secara pribadi dan melihat dengan sendiri perkembengan siswanya saat belajar bersama guru di musholla tentang membaca Al Qur‟an dengan metode yang berbeda-beda yang inisiatif dari guru itu sendiri, dari hasil wawancara beliau bapak S mengutarakan demikian:

“ untuk masalah seperti ini (membaca Al Qur‟an) guru yang bersangkutanlah yang lebih mengetahui bagaimana untuk mengatasi kesulitan tersebut, sekolah sudah memberikan wewenang penuh untuk para guru mengembangkan bakat atau mempunyai metode tertentu untuk peserta didik. Yang saya ketahui saat ini untuk perkembangan peserta didik cukup baik, dalam hal membaca Al Qur‟an, karena guru setiap akan memulai materi memberikan stimulus agar siswa terbiasa untuk mengenal Al Qur‟an dan terbiasa mengucapkannya.”

Jika pengamatan yang dipilih bapak S selaku waka kesiswaan sebagai cara untuk mengetahui perkembagan peserta didik untuk membaca Al Qur‟an, beda lagi dengan evaluasi yang

dilakuakn oleh guru NI untuk melihat perkembagan peserta didik pada kelas satu Multi Media (MM).

Beliau mengunakan praktik membaca Al Qur‟an pada peserta didik sebelum memulai pemberian materi LKS pada siswa, tidak harus banyak tetapi hanya untuk melihat sejauh mana peserta didik berkembang. Selain mengunakan model evaluasi yang berubah-rubah masih banyak hal lain yang perlu diperhatikan oleh guru maupun peserta didik dalam melakukan pembelajaran membaca Al Qur‟an.

Karena sekolah SMK Saraswati bukan sekolah yang berbasis agama Islam maka untuk pelajaran agama yang tidak di pisah-pisah seperti sekolah di Islam, tapi menjadi satu kesatuan yang di beri nama pendidikan agama Islam. Jika di sekolah dengan berbasis Islam maka pelajaran membaca Al Qur‟an akan ada mata pelajarannya tersendiri yaitu mata pelajaran Al Qur‟an dan hadits. Tetapi jika di SMK Saraswati pelajaran agama Islam dijadikan satu dengan mata pelajara pendidikan agama Islam (PAI).

Dari sudut ini dapat kita cermati bahwa waktu yang tersedia untuk seorang guru PAI di SMK Saraswati untuk membantu peserta didik yang kesulitan membaca Al Qur‟an lebih sedikit dari pada sekolah yang berbasis Islam, dalam hal ini SMK Saraswati masih mengunakan KTSP dan masih belum siap untuk mengunakan k13 untuk peserta didik, untuk waktu yang disediakan

masih sama 120 menit untuk setiap guru, setiap waktu itu terpotong untuk membantu siswa dalam mengatasi kesulitan membaca Al Qur‟an, sebelum di mulainya materi pembelajaran.

Pertemuan hanya dua jam setiap minggu serta banyaknya materi dalam satu semester membuat seorang guru agama di SMK Saraswati tidak bisa terus fokus untuk memberikan arahan terhadap peserta didik mereka yang masih mengalami kesulitan ketika membaca Al Qur‟an. Lain lagi jika pihak sekolah khususnya guru memberikan pengajaran diluar jam pelajaran, hal ini pernah dicoba dilakukan dan di sosialisaikan kepada peserta didik sebagai extra tambahan bagi peserta didik yang masih belum bisa membaca Al Qur‟an.

Kegiatan ini bertujuan agar siswa dapat membaca Al Qur‟an dengan cepat, karena keterbatasan waktu yang sangat sedikit yang dimiliki oleh guru agama untuk mengajarkan mengaji untuk siswa, seperti yang dilakukan oleh guru NI pada kelas satu Multi Media (MM) , beliau pernah mengadakan kegiatan itu untuk siswa , dengan metode kombinasi metode Halaqoh Dan Iqro‟ untuk siswa, kenapa metode ini dipilih agar siswa mampu untuk menangkap dengan cepat, karena metode ini dituntut peserta didik untuk membuat lingkaran bersama dan cara membacanya juga bersama-sama.

Metode ini di pilih agar peserta didik khusunya bagi siswa yang belum mengenal huruf sama sekali bisa mendengar dan melihat temannya dengan membaca bersama. Setiap siswa dipilih sesuai dengan kemampuan membacanya dan di kelompokan sesuai dengan kemampuan. Kegiatan membaca Al Qur‟an diluar jam pelajaran ini dilakukan setelah pulang sekolah, yang berlangsung kurang lebih tiga puluh menit untuk satu pertemuan. Dan ada satu pertemuan dalam satu minggu.

Tapi untuk akhir-akhir ini, program ini sudah tidak berjalan lagi, ada banyak faktor yang membuat program bermanfaat ini tidak berjalan lagi. Minat yang rendah untuk belajar merupakan salah satunya. Jika waktu pulang peserta didik akan lebih memilih untuk langsung pulang dari pada mengikuti extra tambahan untuk belajar membaca Al Qur‟an.

Belum adanya kesadaran akan pentingnya kemampuan membaca Al Qur‟an pada peserta didik membuat program ini semakin mudah untuk berhenti. Salah satu peserta didik pernah bilang dengan saya bahwa, dalam membaca Al Qur‟an itu adalah suatu kewajiban yang harus dimiliki oleh seorang muslim jika kita memang mengakui adanya iman pada diri kita, jika kita lihat dari bebrapa peserta didik yang memunyai jawaban seperti itu maka dia memahami akan pentingnya kemampuan untuk membaca Al Qur‟an terhadap setiap muslim.

Banyak, hampir keseluruhan yang kami wawancarai mengatakan bahwa membaca Al Qur‟an sangat penting dengan alasan yang bermacam-macam. Maka dapat berfikir bahwa Al Qur‟an itu wajib dipelajari dan diamalkan bagi setiap muslim. Sebagian besar peserta didik di sekolah ini hanya berfikir tanpa mau untuk merenungkan dengan hati mereka tentang esensi printah untuk membaca Al Qur‟an.

Mereka sudah sadar bahwa membaca Al Qur‟an itu perintah yang penting untuk kehidupan mereka tapi, kesadaran yang mereka miliki bukan kesadaran yang penuh dari hati dan dari fikiran mereka. Tapi sadar yang masih setengah, dimana mereka menyadari lewat pemikiran mereka bukan dengan hati. Yang sedangkan iman itu adalah melakukan segala amalan-amalan dengan hati mereka.

Banyaknya penyebab yang membuat peserta didik enggan untuk mngikuti jam tambahan belajar membaca Al Qur‟an membuat program ini berhenti di tengah jalan, bukan dari gurunya yang sudah bosan untuk mengajrakan mereka membaca Al Qur‟an tetapi niat mereka untuk bisa masih rendah dan belum memkirkan jangaka jauh untuk kehidupan mereka sendiri.

Selain program tambahan belajar Al Qur‟an yang telah berhenti ada satu kegiatan lagi yang patut untuk di apresiasi, yaitu pemilihan tempat pembelajaran yang dilakukan di musholla oleh

guru di SMK Saraswati ini. Untuk memberi kesan bahwa belajar tidak hanya di kelas saja dan belajar agama bukan hanya sekedar hanya membaca materi tapi diamalkan dalam kehidupan sehari-hari membuat musholla menjadi tempat yang lebih baik dari pada di kelas untuk memberi materi pendidikan agama Islam.

Tapi jika kita pahami lagi, guru merupakan daya tarik terbesar yang membuat peserta didik tersbut mau belajar, ibu NI adalah sosok guru yang dihormati oleh muridnya walaupun masih muda tetapi beliau mempunyai integritas dan prefesional dalam mendidik siswanya, biliau adalah guru yang membuat sesuatunya menjadi pas sehingga peserta didik lebih mudah untuk memahaminya.

Banyak usaha yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam (PAI) di SMK Saraswati Salatiga baik sebagi prefesional sebagai guru maupun sebagai sesama muslim dalam membantu peserta didik untuk membca Al Qur‟an. Walaupun sudah banyak usaha yang di kerahkan seorang guru tapi jika peserta didik yang diarahkan tidak mau untuk mengikuti arahan tersebut akan membuat apa yang telah guru lakukan menjadi kurang bermakna. Karena belajar adalah sebuah proses dari yang tidak tau menjadi tau. Belajar akan berhasil jika peserta didik sadar akan pentingnya ilmu yang mereka pelajari saat ini. Hal inilah yang masih berusaha

untuk memahamkan peserta didik supaya apa yang mereka peroleh saat ini dapat dirasakan suatu saat nanti.

Peserta didik agar lebih tau dan mengerti akan sekecil ilmu yang mereka dapat akan berguna suatu saat nanti untuk massa depan mereka kelak. Solusi yang di berikan oleh guru untuk peserta didik di mana usaha tersebut yang harus diapresiasi oleh banyak pihak karena usaha mereka tidak ringan untuk mencerdaskan peserta didik tanpa lelah dan menyakini usaha mereka akan berbuah hasil untuk mengatasi kesulitan membaca Al Qur‟an di SMK Saraswati Salatiga.

BAB V

PENUTUP

Dokumen terkait