• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KESULITAN MEMBACA AL QUR’AN ( Studi Kasus di SMK Saraswati Salatiga Tahun Pelajaran 20152016 ) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KESULITAN MEMBACA AL QUR’AN ( Studi Kasus di SMK Saraswati Salatiga Tahun Pelajaran 20152016 ) SKRIPSI"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KESULITAN MEMBACA AL QUR’AN

( Studi Kasus di SMK Saraswati Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016 )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH :

MUHAMMAD MUBIN NIM : 111-13-147

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KESULITAN MEMBACA AL QUR‟AN

( Studi Kasus Di SMK Saraswati Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016 )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)

Oleh

MUHAMMAD MUBIN 111-13-147

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(4)
(5)

Imam Mas Arum M.Pd Dosen IAIN Salatiga Persetujuan Pembimbing Lamp. : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi Saudara : Muhammad Mubin

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Muhammad Mubin

NIM : 111-13-147

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul : UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

MENGATASI KESULITAN MEMBACA AL QUR‟AN ( Studi Kasus di SMK Saraswati Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016 )

Dengan ini kami mohon skripsi mahasiswa tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan.

(6)

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telp. (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM MENGATASI KESULITAN MEMBACA AL QUR’AN Studi Kasus Di SMK Saraswati Salatiga

Tahun Pelajaran 2015/2016 Disusun Oleh

MUHAMMAD MUBIN NIM : 111-13-147

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga, pada tanggal 16 Agustus 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dr.Imam Sutomo, M.Ag __________________

Sekretaris Penguji : Imam Mas Arum, M.Pd __________________

Penguji I : Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd __________________

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Mubin

NIM : 111-13-147

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KESULITAN MEMBACA AL QUR‟AN ( Studi Kasus Di SMK Saraswati Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016 )

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan tidak keberatan apabila dipublikasikan oleh pihak IAIN Salatiga tanpa menuntut konsekuensi apapun.

(8)

MOTTO









Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu

Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat”

(QS. AL ANKABUUT AYAT: 06, DEPAG RI: 627 )



“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(9)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, karya skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayah dan Ibuku tercinta, Bp. Parman Dan Ibu Ngatirah serta kakakku Mas Ruri, Mbk Sri Darsini serta adikku Wiji Astutik, tak lupa keponakanku Izza, Bella, Sultan, yang selalu menghiburku, memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi dalam kehidupanku.

2. Dosen Pembimbing Skripsiku, Bp. Imam Mas Arum M.Pd yang selalu memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran selama proses skripsi ini.

3. yang telah memberikan dukungannya, ijinnya, motivasi, doa dan segala bantuannya baik material maupun non material sehingga proses skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar untuk penempuhan gelar sarjana ini. 4. Keluarga Besar Pemuda Karang Taruna Khubul Wathon dan teman- teman

seperjuangan dk klisat. Terima kasih terhadap PMII, HMJ PAI, Racana, REBONAN FC.Yang Telah Memberikan Pengalaman Yang Sangat Berharga Serta Kepada MI Al-Ma‟arif, Mts Negeri Klumpit Serta Man Karanggede, yang telah memberikan dukungannya, motivasi dan doannya sehingga proses penempuhan gelar sarjana ini bisa tercapai.

5. Keluarga Besar Tim KKN Posko 26 ,KKL dan PPL IAIN SALATIGA 2017, yang selalu menyemangati, menghibur dan memberikan doa serta motivasinya dalam menempuh gelar sarjana ini.

(10)

KATA PENGANTAR

ِهَمْحَّزلا ِالله ِمْسِت

ِمْيِحَّزلا

Alhamdulillahirobbil„alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya telah memberikan kekuatan, petunjuk, dan perlindungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Quran ( Studi Kasus di SMK Saraswati Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016 ). Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan para sahabatnya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan di dalamnya. Selain itu, penulis juga banyak memperoleh bantuan, bimbingan, pengarahan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga.

4. Bapak Imam Mas Arum M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Bapak Mufiq S,Ag., M.Phil. selaku Dosen Pembimbing Akademik.

6. Kedua orang tuaku dan adikku yang telah memberikan doa, motivasi, serta dukungan moril dan materil kepada penulis.

(11)

8. Staf Perpustakaan IAIN Salatiga memberikan ruang ilmu akademik sebagai sumber pengetahuan penulis.

9. Keluarga Besar HMJ PAI IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu dan pengalaman keorganisasian kepada penulis.

10. Keluarga besar SMK Sarawati Salatiga dan Guru Bp. Sandi, Bu Nurul Dan Ibu Wiwik yang telah memberikan dukungan dan doanya demi kelancaran terselesaikannya skripsi ini.

11. Keluarga Besar, PMII KOMSAT Salatiga, TPQ Al Muttaqin, , rekan-rekan Karang Taruna Khubul Wathon, PAI 2013 IAIN Salatiga, REBONAN Futsal Club yang telah melukis begitu banyak kenangan kepada penulis.

12. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2013 IAIN Salatiga Septa Adi Nugraha, Ahmad Abidin, Keluarga kelas D dan lainnya yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

13. Semua pihak yang terlibat dan dengan ikhlas memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Demikian ucapan terimakasih penulis sampaikan. Penulis hanya bisa berdoa kepada

Allah SWT, semoga amal kebaikan yang tercurahkan diridhoi oleh Allah SWT dengan

mendapatkan balasan yang berlipat ganda.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi

penulis dan bagi para pembaca. Dengan keterbatasan dan kemampuan, skripsi ini masih jauh

dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan

untuk kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 7 Juni 2017

Penulis

(12)

ABSTRAK

Mubin, Muhammad. 2017. “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al Qur‟an ( Studi Kasus di SMK Saraswati Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016) ”.Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum M.Pd

Kata Kunci: Upaya Guru, Problematika Dan Solusi Guru Pendidikan Agama Islam

Tujuan penelitian dalam skripsi ini ada dua hal, yaitu : 1) Mengetahui upaya guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan membaca Al Qur‟an studi kasus di SMK Saraswati Salatiga tahun pelajaran 2015/2016. 2) Mengetahui apa problematika dan solusi guru dalam mengatasi kesulitan membaca Al Qur‟an studi kasus di SMK Saraswati salatiga tahun pelajaran 2015/2016?

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) dan bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber primer dan sumber sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Keabsahan data diperoleh melalui pengabungan dari sumber data yang terkumpul dianalisis dengan cara reduksi data, penyajian data, dan verifikasi.

(13)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Berlogo ... ii

Persetujuan Pembimbing ... iii

Pengesahan Kelulusan ... iv

Pernyataan Keaslian Tulisan ... v

Motto ... vi

Persembahan. ... vii

Kata Pengantar ... ix

Abstrak ... xi

Daftar Isi... xii

Daftar Lampiran ... xvi

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Penegasan Istilah ... 9

F. Metode Penelitian... 11

(14)

BAB II Kajian Pustaka

A. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca

Al Qur‟an di SMK Saraswati Salatiga ... 21

1. Guru ... 21

a. Pengertian Guru ... 21

b. Upaya Guru ... 22

2. Pendidikan Agama Islam ... 27

3. Kesulitan Membaca Al Qur‟an ... 31

a. Faktor External Penghambat Peserta Didik ... 34

b. Faktor Internal Penghambat Peserta Didik ... 43

B. Problematika Dan Solusi Guru Pendidikan Agama Islam ... 50

1. Problematika Guru Mengajar ... 50

a. Kesalahpahaman Mengenai Pengajaran ... 50

b. Permasalahan Upaya Guru ... 52

2. Solusi Mengatasi Kesulitan Membaca Al Qur‟an ... 58

a. Metode Halaqah ... 59

b. Jadilah Pendidik Teladan ... 61

c. Pahami Kateristik Anak ... 62

d. Ciptakan Suasana Pembelajaran Yang Inovatif ... 62

e. Binalah Rumah Teladan ... 63

f. Raihlah Cinta Anak ... 63

g. Kembangkan Daya Hafalan Anak ... 64

h. Pilih Saat Yang Tepat... 64

i. Lejitan Potensi Anak ... 64

C. Penelitian Yang Relevan ... 65

(15)

1. Sejarah Dan Profil Sekolah ... 69

2. Identitas Sekolah ... 69

3. Visi, Misi Dan tujuan ... 70

A. Visi ... 70

B. Misi ... 70

C. Tujuan ... 71

4. Daftar Nama Guru Dan Mata Pelajaran SMK Saraswati ... 72

5. Kurikulum ... 78

6. Data Nama Informan... 78

BAB IV Pembahasan 1. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al Qur‟an Studi Kasus di SMK Saraswati Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016 ... 79

A. Menyediakan waktu bagi peserta didik untuk membaca Al Qur‟an ... 81

B. Memahamai karakter peserta didik ... 84

C. Memilih metode yang tepat untuk belajar membaca Al Qur‟an ... 86

D. Menciptakan tempat belajar yang relegius ... 88

E. Membangun hubungan dengan peserta didik ... 91

2. Problematika dan Solusi Guru dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al Qur‟an Studi Kasus di SMK Saraswati Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016 ... 92

A. Problematika yang dialami peserta didik ... 92

(16)

BAB V Penutup

A. Kesimpulan ... 104 B. Saran ... 106

Daftar Pustaka ... 108

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Nilai Skk 2. Riwayat Hidup Penulis 3. Nota Pembimbing Skripsi

4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 5. Lembar Konsultasi

6. Pedoman Wawancara 7. Verbatim Wawancara 8. Foto-Foto

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengertian pendidikan secara bahasa, maka kita akan melihat kepada kata Arab karena ajaran Islam itu diturunkan dalam bahasa tersebut. Kata “pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang, dalam bahasa Arabnya adalah “tarbiyah”, dengan kata kerja “rabba”. Kata pengajaran dalam bahasa Arabnya adalah “ta‟lim” dengan kata kerjanya “a‟lama” . pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya “ tarbiyah wa‟ ta‟lim”, sedangkan “Pendidikan Islam” dalam bahasa Arabnya adalah tarbiyah islamiyah”.

Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu yang berdasarkan Islam. Islam adalah nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Islam berisi tentang seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia, ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan bersumber pada Al Qur‟an dan hadits serta

akal. Jika demikian, maka ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Al Qur‟an, hadits, dan akal. Pengunaan dasar ini

haruslah berurutan : Al Qur‟an lebih dahulu, bila tidak ada atau tidak jelas di dalam Al Qur‟an maka harus dicari di dalam hadits, bila tidak ada atau

tidak jelas di dalam hadits, barulah mengunakan akal (pemikiran), tetapi temuan akal tidak boleh bertentangan dengan jiwa Al Qur‟an dan atau

(19)

dilengkapi dengan ayat-ayat Al Qur‟an dan atau hadits dan atau argument akal yang menjamin teori tersebut. (Ahmad Tafsir , 2014 : 12 )

Pendidikan Islam pada hakikatnya adalah proses perubahan menuju kearah yang lebih positif. Dalam konteks sejarah, perubahan yang positif ini adalah jalan Tuhan yang telah dilaksanakan sejak zaman Nabi Muhammad SAW. pendidikan Islam dalam konteks perubahan yang lebih positif ini identik dengan kegiatan dakwah yang biasanya dipahami sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. Sejak wahyu pertama diturunkan dengan program Iqro‟ (membaca), pendidikan Islam praktis telah lahir, berkembang, dan eksis dalam kehidupan umat Islam, yakni sebuah proses pendidikan yang melibatkan dan menghadirkan Tuhan. Membaca sebagai sebuah proses pendidikan di lakukan dengan menyebut nama Tuhan Yang Menciptakan. (Roqib, 2009: 18-23)

(20)

Upaya guru dalam pendidikan agama Islam yaitu mendidik, mendidik adalah tugas yang amat luas mendidik itu sebagian dilakukan dalam bentuk mengejar, sebagian dalam bentuk memberikan dorongan, mamuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan, dan lain-lain. (Ahmad Tafsir, 2014: 78) jadi sangatlah jelas tugas dan peran guru sangatlah komplek dalam hal ini, seperti upaya guru dalam mengatasi kesulitan membaca Al Qur‟an dalam studi kasus di SMK Saraswati

Salatiga. Upaya guru sangatlah dibutuhkan dalam hal mendidik dan megajarkan tentang baca tulis Al Qur‟an pada siswa. Upaya guru di sini yaitu membantu siswa untuk membaca Al Qur‟an dangan cara atau metode

yang ada dan sering digunakan dalam pembelajaran untuk siswa yaitu dengan mengunakan buku iqro‟ untuk media pembelajaran dan membentuk sistem lingkaran (halaqoh) untuk untuk para siswa, hal ini ini bertujuan agar siswa bisa merata untuk belajar dan saling terfokus pada satu titik yang ada di depan mereka.

Problematika yang ada pada saat pembelajaran sangatlah banyak seperti, waktu yang sangat sedikit, jumlah siswa yang banyak dan setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda sehingga outcome yang berbeda pula. Upaya guru diharapkan mampu untuk membantu mengatasi masalah kesulitan membaca Al Qur‟an dan menjadikan tujuan khusus

(21)

Dalam mendidik anak tidak hanya di lingkup sekolah saja, tetapi peran utama yang di dapat seorang anak adalah dari kedua orang tuanya, akan tetapi tidak semua orang tua ada waktu untuk anaknya sehingga anak terabaikan dalam pindidikan, hanya saja mereka mampu menyekolahkan anaknya sesuai dengan keinginan anaknya, sebagian besar orang tua tidak mengetahui sejauh mana ilmu agama yang diperoleh dan dikuasai anaknya. Studi kasus di SMK Saraswati sangat menarik untuk diteliti tentang bacaan Al Qur‟annya. Dalam pengamatan saya, selama ini

disekolah tersebut banyak anak didik khusus kelas satu masih kesulitan membaca Al Qur‟an, seharusnya pada usia mereka sudah lancar atau sudah mengerti akan huruf-huruf hijaiyah dalam Al Qur‟an.

Banyak latar belakang siswa yang menjadi kendala dalam membaca Al Qur‟an yang umum terjadi, faktor lingkungan yang

menyebabkan mereka malas untuk belajar membaca Al Qur‟an pada usia dini, faktor keluarga yang tidak mendorong anaknya untuk belajar membaca Al Qur‟an juga menjadi penyebab anak tidak bisa membaca Al Qur‟an. Dalam firman Allah telah jelas menjelaskan bahwasanya kita

harus membaca Al Qur‟an yaitu pada surah A l - A n k a b u t, ayat 45:

ىَهْىَت َجَلاَّصلا َّنِإ َجَلاَّصلا ِمِقَأَو ِباَتِكْلا َهِم َكْيَلِإ َيِحوُأآَم ُلْتا

{ َنىُعَىْصَتاَم ُمَلْعَي ُاللهَو ُزَثْكَأ ِالله ُزْكِذَلَو ِزَكىُمْلاَو ِءآَشْحَفْلا ِهَع

54

(22)

Artinya :

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (al-Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Depag-RI,2003: 635)

Pendidikan agama Islam itu merupakan pendidikan yang sangat penting sekali, sehingga orang tua harus mampu mengarahkan pendidikannya di bidang keagamaan. Orang tua berkewajiban memelihara anak-anaknya dengan cara mendidik, membersihkan pekerti dan mengajarinya akhlak-akhlak yang mulia, serta menghindarkannya dari teman-teman yang berpekerti buruk. Manakala seorang ayah melihat pada diri anaknya tanda-tanda menginjak usia tamyiz. Maka sang ayah harus meningkatkan pengawasan terhadapnya dengan baik (Rahman, 2000: 19).

(23)

hal-hal yang akan menyesatkannya, yang bisa berdampak negatif bagi kehidupan dan masa depannya.

Jika orang tua tak mampu untuk mendidik anaknya maka lebih baik memberikan kepada orang yang lebih ahli dalam mendidik yaitu guru. Karena mendidik anak sejak dini akan membentuk karakter anak yang lebih baik dan lebih fleksibel kedepannya, dalam mendidik anak sejak dini dengan mengunakan pendidikan agama Islam akan lebih baik karena penanaman tauhid kepada anak akan lebih mudah dibentuk. Upaya guru pendidikan agama Islam sangatlah penting dalam mendidik anak dan penanaman rasa cinta kepada Allah.

Jika kita ingin berkomunikasi dengan Allah, maka kita harus bisa membaca Al Qur‟an yang sudah dijelaskan ayat di atas, maka kita sebagai seorang muslim harus belajar untuk membaca Al Qur‟an sejak dini.

Banyak faktor yang mempengaruhi kenapa seseorang tidak bisa membaca Al Qur‟an, seperti halnya yang saya temui di SMK Saraswati, banyak

siswa yang belum bisa membaca Al Qur‟an di karnakan banyak dari mereka mempunyai latar belakang yang tidak mendukung untuk belajar membaca Al Qur‟an, dalam hal ini upaya guru SMK Saraswati sangat

diperlukan untuk mengajarkan tentang bahasa Allah yaitu Al Qur‟an.

Maka dengan adanya hal ini diperlukan penelitian yang lebih lanjut dan nantinya dapat dijadikan bahan refleksi diri dan dapat memberikan suatu manfaat. Dengan demikian penelitian ini mengambil judul “UPAYA

(24)

KESULITAN MEMBACA AL QUR‟AN ( Studi Kasus Di SMK Saraswati Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016) ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al Qur‟an Studi Kasus di SMK Saraswati

Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016?

2. Apa Problematika dan Solusi Guru dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al Qur‟an Studi Kasus di SMK Saraswati Salatiga Tahun

Pelajaran 2015/2016?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai dan Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al Qur‟an Studi Kasus di SMK Saraswati Salatiga

(25)

1. Untuk mengetahui Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al Qur‟an Studi Kasus di SMK Saraswati Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016.

2. Untuk mengetahui Problematika dan Solusi Guru dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al Qur‟an Studi Kasus di SMK Saraswati Salatiga

Tahun Pelajaran 2015/2016.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang jelas bagi pembaca. Terdapat 2 manfaat yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. menjadi salah satu sumbangan pemikiran tentang pandangan pendidikan agama Islam pada sekolah menengah kejuruan (SMK) Saraswati Salatiga.

b. Diharapkan juga dapat menjadi motivasi dalam mengembangkan metode pendidikan agama Islam dalam upaya guru untuk mengatasi kesulitan siswa membaca Al Qur‟an di (SMK) Saraswati

Salatiga. 2. Manfaat Praktis

(26)

Islam dengan menggunakan metode yang inovatif dan variatif agar mereka lebih memahami tentang Al Qur‟an.

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti lain di bidang terkait.

E. Penegasan Istilah

Penegasan istilah dari judul “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam

dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al Qur‟an (Studi Kasus di SMK

Saraswati Tahun Pelajaran 2015/2016)” ialah sebagai berikut: 1. Upaya

Upaya adalah usaha atau ihtiar yang dilakukan untuk mencari jalan keluar, memecahkan masalah. Dalam hal ini yang dimaksud yaitu mencari cara untuk mengatasi kesulitan membaca Al Qur‟an terhadap

peserta didik.( kbbi.web.id)

Dalam upaya guru untuk memecahkan sesuatu masalah yang ada tetap mengacu kepada peraturan yang sudah ada dan terhadap minat siswa, agar semau siswa tidak merasa terbebani oleh inovasi-inovasi yang disediakan oleh guru.

2. Pendidikan Agama Islam

(27)

diyakinkan secara seluruh serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak (Daradjat, 2011: 28).

Al Qur‟an telah menjadi saksi bagi nilai utama dari ilmu

pengetahuan. Ayat yang pertama di turunkan seperti yang telah dikutip di atas merupakan awal pembebasan buta huruf, peningkatan apresiasi terhadap ilmu pengetahuan, dan pengenalan tentang hakikat kebenaran dalam kehidupan umat manusia. Allah mengajarkan kepada umat manusia tentang sesuatu yang belum mereka ketahui, mengeluarkannya dari zaman kebodohan (jahiliyah) dan mengarahkan kepada cahaya ilmu pengetahuan –teknologi (IPTEK) dan membuat umat manusia sadar akan rahmat yang tak ternilai harganya, yaitu pengetahuan membaca dan menulis yng dari kedua dinamika tersebut ilmu berjalan kontinu dan menyentuh segala sisi kehidupan manusia. (Roqib, 2009-1)

3. Kesulitan membaca Al Qur‟an

Kesulitan membaca Al Qur‟an di SMK Saraswati Salatiga sangat

kompleks, sehingga perlu adanya langkah-langkah yang tepat untuk mengatasinya, ada berapa hal kenapa mereka tidak bisa membaca Al Qur‟an diantaranya yaitu, latar belakang siswa yang tidak mendukung untuk belajar membaca Al Qur‟an dan pengetahuan agama yang

(28)

halaqoh. Metode Halaqah adalah sebuah istilah yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan, khususnya pendidikan atau pengajaran Islam (tarbiyah Islamiyah). Istilah halaqah (lingkaran) biasanya digunakan untuk menggambarkan sekelompok kecil Muslim yang secara rutin mengkaji ajaran Islam. Jumlah peserta mereka dalam kelompok kecil tersebut berkisar antara 3-12 orang. ( Lubis, 2011:16 )

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian Kualitatif. Menurut Lexy metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. (Moleong, 2002: 3)

Selanjutnya, penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang mempunyai maksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, sikap, motivasi, dan lain-lain dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata .

2. Kehadiran Peneliti

(29)

Pada penelitian kualitatif ini, kehadiran peneliti mutlak diperlukan. Hal ini dikarenakan instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. (Moleong, 2008: 168) mengemukakan kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis penafsiran data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.

3. Subjek Penelitian

Subjek yang peneliti teliti adalah Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al Qur‟an Studi Kasus di

SMK Saraswati Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016. Sesuai dengan judul yang peneliti ajukan, maka peneliti mencari informasi dari Yayasan Pembina Rehabisasi Pembangunan Masyarakat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Saraswati Salatiga

(30)

siswa yang tidak memperoleh kesempatan belajar karena kesibukan orang tua, faktor teman dan lingkungan serta faktor individu itu sendiri.

Hal ini mengakibatkan banyak siswa dan siswi di SMK saraswati banyak yang masih belum bisa membaca Iqro„ apalagi Al Qur‟an, hal ini adalah peran aktif seorang guru pendidikan Islam untuk mengajari dan membimbing siswa agar supaya mereka mengerti dan bisa dalam membaca Al Qur‟an.

4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Pembina Rehabisasi Pembangunan Masyaraka Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Saraswati Salatiga. 5. Sumber dan Jenis Data

Jenis sumber data dalam penelitian kualitatif dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Narasumber

(31)

b. Peristiwa atau Informasi

Data atau informasi diperoleh melalui pengamatan terhadap peristiwa atau aktivitas yang berkaitan dengan permasalahan penelitian kelas satu pada Jurusan Multi Media (MM) Yang di ampu oleh Ibu Nurul Inayah S.Pd.I selaku pengajar Pendidikan Agam Islam di SMK Saraswati Salatiga.

c. Dokumen atau Arsip

Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah (Sukmadinata, 2012: 222).

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Metode Wawancara

(32)

Wawancara yang digunakan dengan model wawancara terbuka artinya seorang informan dapat mengungkapkan beberapa upaya, gagasan, strategi yang akan dilaksanakan serta hambatan yang diprediksikan.

b. Metode Observasi

Obserasi (Observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif atau non partisipatif. Dalam observasi partisipatif (participatory observation) pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Sedangkan dalam observasi non partisipatif (nonparticipatory observation) pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan. (Sukmadinata: 2012: 221)

c. Metode Dokumentasi

(33)

menyajikan akunting. Dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film, foto dan lain sebagainya.

7. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa lembar observasi, serta lembar daftar pertanyaan.

8. Analisis Data

Menurut Patton analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola kategori dan satuan uraian dasar (Moeleong, 2002: 103). Analisis data juga dapat diartikan sebagai proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Data yang terkumpul selanjutnya akan peneliti analisa dengan menggunakan teknik analisis data dengan cara:

a. Reduksi Data

Suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian untuk menyederhanakan data kasar yang diperoleh di lapangan. Kegiatan dilakukan secara berkesinambungan sejak awal kegiatan hingga akhir pengumulan data.

(34)

merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan kemudian dicari tema dan polanya.

b. Penyajian Data

Penyajian data penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

c. Menarik Kesimpulan

Kegiatan analisa terakhir adalah menarik kesimpulan yakni merumuskan kesimpulan setelah melakukan tahap reduksi dan penyajian data. Penarikan kesimpulan dilakukan secara induktif, dalam hal ini peneliti mengkaji sejumlah data spesifik mengenai masalah yang menjadi objek penelitian, kemudian membuat kesimpulan secara umum.

9. Keabsahan Data

(35)

Adapun tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah Trianggulasi Data yaitu dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, data hasil wawancara dengan dokumentasi dan data hasil pengamatan dengan dokumentasi. Hasil perbandingan ini diharapkan dapat menyatukan persepsi atas data yang diperoleh.

10.Tahap-tahap Penelitian

Desain penelitian kualitatif ini dibagi dalam empat tahap, yaitu: a. Perencanaan

Perencanaan meliputi perumusan dan pembatasan masalah serta merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diarahkan pada kegiatan pengumpulan data. Kemudian merumuskan situasi penelitian, satuan dan lokasi yang dipilih serta informan-informan sebagai sumber data.

b. Pelaksanaan

(36)

c. Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah peneliti melakukan wawancara mendalam dengan narasumber, melakukan pengamatan, serta mengumpulkan dokumen-dokumen penelitian. d. Evaluasi

Semua data yang terkumpul, baik data dari hasil wawancara, observasi, maupun pengumpulan dokumen-dokumen yang telah dianalisis kemudian dievaluasi sehingga diketahui Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al Qur‟an Studi Kasus di SMK Saraswati Tahun

Pelajaran 2015/2016.

G. Sistematika Penelitian

Untuk mempermudah pembahasan penelitian ini maka disusun sistematika penelitian sebagai berikut :

(37)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembahasan ini menguraikan tentang tinjauan umum upaya guru dalam pendidikan agama Islam terhadap kesulitan membaca Al Qur‟an dengan penelitian yang relevan

BAB III PAPARAN DATA pembahasan ini tentang gambaran umum dan letak geografis Yayasan Pembina Rehabisasi Pembangunan Masyarakat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Saraswati Salatiga.

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang analisis data yang terkumpul dalam klasifikasi data, menguraikan analisis deskriptif tentang Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al Qur‟an Studi Kasus di SMK Saraswati

Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016. Serta mengetahui problematika dan solusi guru dalam mengatasi kesulitan membaca Al Qur‟an. Dan

mengetahui temuan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

(38)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al Qur‟an.

1. Guru

a. Pengertian guru

Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. (Saifuul,2000:31) guru merupakan salah satu komponen yang terpenting dalam pendidikan. Di pundaknya terletak tangung jawab yang besar dalam uapaya meenghantarkan peserta didik kearah tujuan yang ingin dicapai.( Suharto,2006: 117-118)

Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat tertentu tidak mesti di tempat yang formal, tapi juga bisa di masjid, dan tempat yang lain-lainnya. masyarakat yakin bahwa gurulah yang mendidik anak didik hingga dia mempunyai kepribadian yang baik. Agama Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu (guru atau ulama), sehingga hanya mereka sajalah yang pantas mencapai taraf ketinggian dan keutuhan hidup. Allah berfirman dalam surat Al-Mujadilah ayat 11 yaitu:

(39)

{ ُُُزيِثَخ َنىُلَمْعَت

11

}

Artinya: Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Depag-RI, 2003: 910 )

Dengan kepercayaan masyarakat terhadap guru, maka tanggung jawab seorang guru sangatlah berat, tapi lebih berat lagi mengemban tanggung jawab sebab tangung jawab guru tidak hanya di lingkungan sokalah saja, pembinaan yang harus guru lakukan tidak hanya secara kelompok saja tetapi juga secara individual. Hal ini mau tidak mau seorang guru harus memperhatikan sikap, tingkah laku dan perbuatan anak didiknya, tidak hanya di sekolah saja. Jadi dapat di simpulkan bahwa upaya guru sangat dibutuhkan dalam setiap perkembangan pesert didik. b. Upaya Guru

Upaya adalah suatu usaha atau ihtiar yang dilakukan untuk mencari jalan keluar, memecahkan masalah. Dalam hal ini yang dimaksud yaitu mencari cara untuk mengatasi kesulitan membaca Al Qur‟an terhadap

peserta didik.( kbbi.web.id)

(40)

pendidikan membaca Al Qur‟an, adapun upaya guru yang peting

bisa disebutkan sebagai berikut : 1) Guru sebagai pembuat keputusan

Guru harus membuat keputusan-keputasan untuk bahan pengajaran dan bahan ajar, keputusan-keputasan ini berdasarkan banyak faktor seperti bahan ini yang harus diajarkan kemampuan murid, apa yang di perlukannya dan apa yang ingin dicapai.

2) Guru sebagai meneger

Waktu yang digunakan oleh para guru untuk berinteraksi secara verbal degan murid-muridnya hanya sekitar 20-30 persen setiap harinya. Selebihnya digunakan untuk kegiatan dan pengelolaan yang meliputi oraganisasi pelajaran. Mengisi formulir, menyampaikan ujian, memeriksa dan menilai pekerjaan murid, menghadiri rapat dan menyiapkan dokumen-dokumen.

(41)

3) Guru sebagai konselor

Sebagai konselor, guru harus jadi pengamat yang peka terhadap tingkah laku dan gerak gerik murid-muridnya. Guru harus berusaha memberikan tanggapan yang konstruktif apabila murid mengalami kelesuan dalam belajar. Dia harus tau apabila ada muridnya yang perlu di konsultasikan kepada ahli kesehatan mental misalnya. Setiap murid jarang mengadukan setiap permasalahnya terhadap guru. Di samping itu guru juga di harapkan dapat menangani tes minat dan dapat pula menafsirkan hasil tes tersebut untuk murid dan orang tuanya. Dalam kaitan ini guru harus waspada dengan perasaan orang tua, masyarakat sekitar, kepentingan guru-guru lain dan murid-murid lainnya harus di pertimbangkan, tidak boleh diabaikan.

4) Guru sebagai model

Guru juga berperan sebagai model atau contoh bagi murid-muridnya. Gairah murid terhadap suatu mata pelajaran timbul karena pelajaran itu diberikan oleh guru yang penuh gairah dengan metode yang digunakan sesuai dengan keinginan para siswa yang memamg cocok digunakan dalam pelajaran tersebut.

(42)

berperan sebagai model dalam mendemonstrasikan cara berfikir menyelesaikan masalah. Apabila guru melibatkan murid-muridnya melalaui berbagai macam alternatif pemecahan masalah. Besar kemungkinan muridnya menjadi sadar bahwa mereka mampu memecahkan masalah dalam berbagai macam situasi. (Mahmud,2010: 25-28)

5) Guru sebagai korektor

Sebagai korektor guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. kedua ini yang berbeda yang harus dipahami dalam kehidupan bermasyarakat. Latar belakang kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan sosio –kultural masyarakat di mana anak didik tinggal akan mewarnai kehidupannya. Semua nilai yang baik guru harus mempertahankan dan semu nilai yang buruk harus di tinggalkan dari jiwa dan watak anak didik. Bila guru membiarkannya, berarti guru tidak mengabaikan upayanya sebagai seorang korektor, yang menilai dan mengkoreksi semua sikap, tingkah laku, perbuatan anak didik.

(43)

Lepas dari pengawasan guru dan kurangnya pengertian anak didik terhadap perbedaan nilai kehidupan menyebabkan anak didik mudah larut di dalamnya.

6) Guru sebagai inspirator

Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama bagi anak didik. Guru harus dapat membirikan petunjuk (ilham) bagaimana belajar dengan cara yang baik. Petunjuk itu tidak mesti harus bertolak dari sejumplah teori-teori belajar, dan pengalamanpun bija dijadikan pentunjuk bagaimana belajar yang baik, yang penting bukan teorinya, tetapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapai anak didik.

7) Guru sebagai informatori

Sebagai informatori, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, selain jumplah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah di programkan dalam kurikulum informasi yang baik serta efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi. 8) Guru sebagai pembimbing

(44)

bimbingan anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya. Kekurangan kemampuan anak didik menyebabkan ketergantungan pada bantuan guru. Tetapi semakin dewasa ketergantungan anak didik semakin berkurang jadi, bagaimanapun bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat anak didik belum mampu berdiri sendiri. 9) Guru sebagai pengelola kelas

Guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat perhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif sebaliknya. Kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghabat kegiatan pembelajaran. Anak didik akan merasa bosan untuk tinggal lama di dalam kelas. Hal ini akan mengangu jalan nya intraksi edukatif. Kelas yang terlalu padan anak didik, pertukaran udara kurang, penuh kegaduhan.

2. Pendidikan Agama Islam

(45)

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negaranya ( Syukur,2004:2)

Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, mengkhayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakinkan secara seluruh serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak (Daradjat, 2011: 28).

Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia muslim sejati, bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti luhur dan berkepribadian untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupannya (Depag RI, TT: 9)

(46)

(membaca) , pendidikan Islam praktis telah lahir, berkembang, dan eksis dalam kehidupan umat Islam, yakni sebuah proses pendidikan yang melibatkan dan menghadirkan Tuhan. Membaca sebagi sebuah proses pendidikan dilakukan dengan menyebut nama Tuhan Yang Menciptakan. (Roqib, 2009-18-19)

Pendidikan agama merupakan salah satu pelajaran yang harus dimasukan kedalam kurikulum setiap lembaga formal di Indonesia. Karena pendidikan agama merupakan salah satu dimensi untuk mewujudkan kehidupan antar umat beragama serta membentuk sikap keagamaan peserta didik. Pendidikan agama Islam merupakan bagian dari pendidikan Islam dan pendidikan nasional, yang menjadi pelajaran wajib disetiap lembaga pendidikan Islam (Majid,2015:11)

Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu yang berdasarkan Islam. Islam adalah nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Islam berisi tentang seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia, ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan bersumber pada Al Qur‟an dan hadits

serta akal. (Ahmad Tafsir , 2014 : 12 )

(47)

Berdasarkan pengertian tersebut dapat di temukan beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu sebagai berikut:

a. Pendidikan agama sebagai usaha sadar yakni suatu kegiatan atau bimbingan, pengajaran, atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang ingin dicapai.

b. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan,dalam arti ada yang dibimbing,diajari dan dilatih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman terhadap ajaran Islam.

c. Pendidikan atau guru pendidikan agama Islam yang melakukan bimbingan, pegajaran atau pelatihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai pendidikan agama Islam

Kegiatan pembelajaran agama Islam di arahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman ajaran agama Islam dari peserta didik, yang di samping untuk membentuk kesahlehan pribadi, juga sekaligus membentuk kesahlehan sosial.( Muhaimin,TT : 76 )

(48)

keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman terhadap ajaran Islam sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

3. Kesulitan Membaca Al Qur‟an

Membaca hakikatnya adalaha proses komunikasi antara pembaca dengan peneliti melalui teks yang di tulisnya, maka secara langsung di dalamnya ada hubungan kognitif antara bahasa lisan dengan bahasa tulis. Kegiatan membaca melibatkan tiga unsur, yaitu makna sebagai unsur isi bacaan, kata sebagai unsur yang membawa makna, dan simbol tertulis sebagai unsur visual.

Dalam makna yang lebih luas, membaca tidak hanya terpakau kepada kegiatan melafalkan dan memahami makna bacaan dengan baik, yang hanya melibatkan unsur kognitif dan psikomotorik, namun lebih dari itu menyangkut penjiwaan atas isi bacaan. (Acep Hermawan,TT, 2011: 143)

Kemampuan peserta didik daam membaca Al Qur‟an adalah dasar untuk memahami apa yang terkandung dalam Al Qur‟an. kemampuan membaca Al Qur‟an pada peserta didik hendaknya di bentuk dan di latih pada massa belita. Jika pelatihan membaca Al Qur‟an di mulai ketika anak sudah beranjak dewasa atau remaja maka proses pembelajaran yang akan dilakukan cendrung lebih sulit dari pada yang dilakukan pada massa anak-anak.

(49)

dan ketajam penglihatan. Aktifitas mental mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu mengerkan mata secara lincah, mengingat secara simbol-simbol bahasa dengan tepat, dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan.

Meskipun tujuan akhir membaca adalah untuk memahami isi bacaan, tujuan semacam iu ternyata belum sepenuhnya dicapai oleh anak-anak, terutama pada saat awal pelajaran membaca. Banyak anak yang dapat membaca secara lancar tetapi tidak memahami isi apa yang mereka baca. Ini menunjukan bahwa kemampuan membaca bukan hanya terkait erat dengan kemampuan gerak motorik mata tetapi juga tahap perkembangan kognitif. Mempersiapkan anak untuk belajar membaca merupakan suatu proses yang panjang. Mengapa dalam Islam anak harus mulai di didik dari mulai kandungan. Seorang anak sulit membaca Al Qur‟an jika telinga mereka tidak biasa mendengar ayat-ayat suci Al Qur‟an. Islam selalu menganjurkan bagi ibu yang sedang mengandung agar mereka memperbanyak ibadah. Salah satu bentuk ibadah dan pendidikan prenatal yang dilakukan seorang ibu pada janin yang merekan kandung adalah memperbanyak membaca Al Qur‟an. (Mulyono Abdurahman, 2012: 158)

(50)

menangkap apa yang diajarkan pada mereka. Ini adalah sebuah langkah awal yang baik bagi seorang anak dalam belajar membaca Al Qur‟an. Hal ini terjadi karena, janin yang ada pada ibu dapat merespon

apa yang terjadi pada sekeliling mereka. Terdapat lima tahapan dalam perkembangan membaca, yaitu kesiapan membaca, membaca permulaan, keterampilan membaca cepat, membaca luas dan membaca yang sesunguhnya.

Anak berkesulitan membaca sering memperlihatkan kebiasaan membaca yang tidak wajar. Mereka sering memperlihatkan adanya gerakan-gerakan yang penuh dengan ketengangan seperti, gelisah, irama suaru meninggi, atau mengigit bibir, mereka juga sering memperlihatkan adanya perasaan tidak aman yang ditandai dengan perilakau menolak membaca, menangis atau mencoba melawan guru.

Anak berkesulitan membaca sering keliru dalam mengenal kata. Kekeliruan jenis ini mencakup penghilangan, penyisipan, penggatian, salah ucap, perubahan tempat, tidak mengenal kata, dan tidak tersentak-sentak. Penghilangan huruf atau kata yang sering dilakukan oleh anak berkesulitan membaca karena adanya kekurangan dalam mengenal huruf, bunyi bahasa (fonik), dan bentuk kalimat.

(51)

A. Faktor external penghambat peserta didik

Dalam tanggung jawab pendidikan di selengarakan dengan kewajiban mendidik. Secara umum mendidik ialah membantu anak didik di dalam perkembangan dari daya-dayanya dan di dalam penetapan nilai-nilai. Bantuan atau bimbingan itu dilakukan dalam pergaulan antara pendidikdan anak didik dalam situasi pendidikan yang terdapat dalam lingkungan rumah tangga, sekolah maupun masyarakat.

Bimbingan itu adalah aktif dan pasif. Dikatakan “pasif”, artinya si pendidik tidak mendahului “masa peka” akan tetapi

menunggu dengan seksama dan sabar. (Abu Ahmad, Jakarta.TT : 78-80)

Bimbingan aktif terletak di dalam :

a. pengembangan daya-daya yang sedang mengalami masa pekanya.

b. pemberian pengetahuan dan kecakapan yang penting untuk massa depan anak.

c. membangkitkan motif-motif yang dapat mengerakan si anak untuk berbuat sesuai dengan tujuan hidupnya.

(52)

a) Orang Tua

Orang tua merupakan pendidikan utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.

Orang tua ibu dan ayah memegang upaya yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu di sampingnya . oleh karena itu ia meniru ibunya dan biasanya, anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik. Ibu merupakan orang yang mula dikenal anak. Yang mula-mula menjadi temannya dan yang mula-mula-mula-mula dipercayainya.

Pengaruh ayah terhadap anaknya besar pula. Di mata anaknya ia seorang yang tertinggi gengsinya dan terpandai di antara orang-orang yang di kenalnya. Cara ayah untuk melakukan pekerjaaan sehari-hari berpengaruh pada cara pekerjaan anaknya. Ayah merupakn penolong utama, lebih-lebih anak yang agak besar, bagi laki-laki maupun perempun, bila ia mau mendekati dan dapat memahami hati anaknya.

(53)

itu, yakni sebagai lembaga hidup manusia yang member peluang kepada para angotannya untuk hidup celaka atau bahagia dunia dan akhirat. Pertama-tama yang di printahkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW dalam mengembangkan agama Islam adalah untuk mengajarakan agama itu kepada keluarganya, baru kemudian ke masyarakat luas. Hal ini berarti di dalam terkandung makna bahwa kemaslahatan keluarga harus lebih dahulu mendapat perhatian yang harus di dahuluakn ketimbang kemaslahatan masyarakat. Karena kemashlatan masyarakat pada hakikatnya bertumpu kepada kemaslahatan keluarga. Seperti firman Allah pada surah At Tahriim ayat 06 yang berbunyi:

راَو ْمُكيِلْهَأَو ْمُكَسُفوَأ اىُق اىُىَماَء َهيِذَّلا اَهُّيَأاَي

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.(Depag-Ri, 2003:949 )

(54)

yang kerena satu dan lain tidak mungkin melaksanakan pendidikan anaknya secara sempurna.

Tangang jawab pendidikan Islam yang menjadi beban orang tua sekurang-kurangnya harus di laksanakan dalam rangka :

1. Memelihara dan membesarkan anak. 2. Melindungi dan menjamin kesamaan.

3. Memberi pengajaran dalam arti yang sangat luas. 4. Membahagiakan anak.

Melihat ruang lingkup pendidikan Islam yang meliputi dunia dan akhirat dalam arti yang sangat luas dapatlah dipekirakan orang tua tidak mampu untuk memikulnya sendiri oleh sebab itu diperlukan bantuan seorang yang lebih menguasi dan mengerti dalam jangkuan keilmuan yang luas.

b) Guru

(55)

sembarang guru/sekolah karena tidak sembarang orang dapat menjabat guru.

c) Masyarakat

Masyarakat turut serta memikul tangung jawab pendidikan secara sederhana masyarakat diartikan sebagai kumpulan individu dan kelompok yang di ikat oleh kesatuan Negara, kebudayaan dan agama. Setiap masyarakat mempunyai cita-cita, peraturan-peraturan dan system kekuasaan tertentu.

Masyarakat besar pengaruhnya dalam memberi arah terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada di dalamnya. Dengan demikian, di pundak mereka terpikul keikutsertaan membimbing pertumbuhan dan perkembagan anak. Ini berarti bahwa pemimpin atau penguasa dari masyarakat ikut bertanggung jawab terhadap penyelengaraan pendidikan. Sebab tanggung jawab pendidikan pada hakikatnya merupakan tanggung jawab moral dari setiap orang dewasa baik dari perseorangan maupun sebagai kelompok sosial. Tanggung jawab ini ditinjau dari segi ajaran Islam, secara implicit mengandung pula tanggung jawab pendidikan.

Prof.Dr.Oemar mohammad at-toumy al-syaibany mengemukakan sebagai berikut :

(56)

menggapa rasa tanggung jawab sebagai salah satu cirri pokok bagi manusia pada pengertian Al Qur‟an dan Islam, sehingga

dapat ditafsirkan sebagai : “mahluk yang bertangung jawab”. Allah berfirman: dalam surah A t h - T h u r yaitu :

هيِهَر َةَسَك اَمِت ٍئِزْما ُّلُك

Artinya : Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (Depag-RI, 2003:866)

Dengan demikian jelaslah bahwa bertangung jawab dalam Islam bersifat perseorangan dan sosial sekaligus. Selanjutnya siapa yang memiliki syarat-syarat bertanggung jawab ini tidak hanya bertanggung jawab terhadap perbuatannya dan perbaikan dirinya, tetapi juga bertanggung jawab terhadap perbuatan orang-orang yang berada dibawah perintah, pengawasan dan tanggung jawab.

d) Lingkungan

1. Pengertian Lingkungan.

(57)

pergaulan merupakan unsur lingkungan yang terut serta mendidik seseorang, pergaulan semacam itu dapat terjadi dalam :

a. Hidup bersama orangtua, nenek, kakek atau adik dan saudara-saudara lainnya dalam suatu keluarga.

b. Berkumpul dengan teman sebaya.

c. Bertempat tinggal dalam suatu lingkungan kebersamaan di kota, di desa atau di mana saja.

Dalam arti yang luas lingkungan mencakup iklim dan geografis, tempat tingal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan adalah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang. Ia adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia, atau alam yang bergerak atau tidak bergerak. Sejauh manakah seseorang berhubugan dengan lingkungan, sejauh ini pula terbuka peluang masuknya pengaruh pendidikan kepadanya. Tetapi keadaan-keadaan itu tidak selamanya bernilai pendidikan, artinya mempunyai nilai positif bagi perkembangan seseorang, karena bisa saja malah merusak perkembagannya.

(58)

sekolah terdapat lingkungan keluarga sebagain lingkungan pendidkan pertama dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang ke tiga, sekolah sebagia lingkungan pendidikan akan dibicarakan dalam pasal sendiri

a) Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulannya di antara anggotannya bersifat khas. Dalam lingkungan ini terletak dasar-dasar pendidikan. Di sini pendidikan berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan tatanan pergaulan yang berlaku di dalamnya, artinya tanpa harus di umumkan atau di tuliskan terlebih dahulu agar di ketahui dan di ikuti oleh seluruh anggotanya.

Meletakkan dasar-dasar pengalaman melalui rasa kasih sayang dan penuh kecintaan kebutuhan akan kewibawaan dan nilai-nilai kepatuhan. Justru karena pergaulan yang demikian itu berlangsung dalam hubungan yang bersifat pribadi dan wajar, maka penghayatan terhadapnya mempunyai arti yang amat penting.

(59)

sebab keterlantaran anak dalam berbagai aspek : jasmaniah, sosial, mental, dan hidup keagamaan.

Suatu kehidupan keluarga yang baik, sesuai dan tetap menjalankan agama yang dianutnya merupakan persiapan yang baik untuk memasuki pendidikan sekolah, keserasian yang pokok harus terbina adalah keserasian antara ibu dan ayah, yang merupakan komponen pokok dalam setiap keluarga. Seorang ibu secara intunisi mengetahui alat-alat pendidikan apa yang baik dan dapat digunakan. Sifatnya yang lebh halus dan perasa itu merupakan kebalikan terhadap sifat seorang ayah. Keduanya merupakan unsur yang paling melengkapi dan isi mengisi yang membentuk keserasian dan keseimbagan daam kehidupan suatu keluarga.

b) Perkumpulan remaja

(60)

perubahan-perubahan dalam bentuk fisiknya dan menunjukan tanda-tanda keresahan dan kegelisahan dalam kehidupan mental dan batinya.

Pada massa ini gambaran tentang orang tua (ayah dan ibu), guru, ulama, atau pemimpin-pemimpin lainya amat besar artinya bagi mereka. Tokoh itu mungkin mungkin dapat dijadikan “idola”, tokoh bagi mereka.

B. Faktor Internal Penghambat Peserta Didik

Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat di golongkan menjadi dua dalam ranah internal ( faktor dari dalam diri manusia itu sendiri ) yang meliputi yaitu:

1. Faktor fisiologi. 2. Fakor psikologi.

Dalam kasus pendidikan, Smith menambahkan faktor metode mengajar dan belajar, masalah sosial dan emosional, intelek dan mental. (Abu Ahmad.TT.14-80 )

a. Sebab yang bersifat fisik

(61)

sehingga ia tidak dapat masuk sekolah untuk beberapa hari, yang mengakibatkan ia tertingal jauh dalam pembelajaran.

Seorang petugas diagnostik harus memeriksa kesehatan murid-muridnya, barangkali sakitnya yang menyebabkan prestasinya rendah.

b) Karena kurang sehat. Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang kurang semangat, pikiran tergangu, karena hal-hal ini maka penerimaan dan respon pelajaran berkurang, saraf tidak mampu berkerja secara optimal berproses, mengelola, menginterprestasi dan mengorganisasikan bahan pelajaran melalui indranya.

Perintah dari otak yang langsung kepada saraf motoris yang berupa ucapan, tulisan, hasil pemikiran/lukisan menjadi lemah juga. Kerena itu, maka seorang guru atau petugas diagnostic harus meneliti kadar gizi makanan dari anak.

c) Sebab karena cacat tubuh Cacat tubuh dibedakan atas :

(62)

2) Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu hilang tangannya dan kakinya. Bagi golongan yang harus, maka harus masuk pendidikan khusus seperti SLB, bisu tuli, TPAC-SROC. Bagi golongan yang ringan, masih banyak mengikuti pendidikan umum, asal guru memperhatikan dan menempuh placement yang tepat

b. Faktor Kesulitan Belajar Karena Rohani

Belajar memerlukan kesiapan rohani, ketenangan dengan baik. Jika hal-hal di atas ada pada diri anak maka belajar sulit masuk. Apabila di rinci faktor rohani itu meliputi antara lain :

a) Intelegensi : anak yang IQ yang tinggi bisa menyelesaikan persoaalan yang diberikan. Anak yang normal (90-110) dapat menamatkan SD tepat waktunya. Mereka yang memiliki IQ 110-140 dapat digolongkan cerdas, 140 keatas di golongkan genius. Golongan ini dapat menyelesaikan pada pendidikan perguruan tinggi. Jadi makin tiggi IQ seseirang juga semakin cerdas dan mampu menyelesaikan masalah yang diberikan. Dan seorang anak yang memiliki IQ di bawah 90 disebut dengan ( mentally defective) anak inilah yang banyak mengalami kesulitan

(63)

b) Bakat : Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat berbeda-beda. Seseorang yang berbakat music mungkin di bidang lain ketinggalan. Seorag yang berbakat dibidang teknik tetapi dibidang olah raga lemah.

Orang tua yang berkecimpung dalam bidang kesenian, anaknya akan mudah dalam mempelajari seni suara, tari dan lain-lain. Hal hal tersebut akan tampak pada anak suka menggangu kelas, berbuat gaduh, tidak mau pelajaran sehingga nilainya rendah.

Seorang petugas diagnosis harus meneliti bakat-bakat anak agar dapat menemapatkan mereka lebih sesuai, mungkin juga kesulitan belajarnya disebabkan tidak adanya bakat yang sesuai dengan pelajaran tersebut.

(64)

d) Motivasi : motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasi, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidak dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan besar semakin besar kesuksesanya dalam pembelajaran. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, menggangu kelas, sering meningalkan pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar.

e) Faktor kesehatan mental : dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Hubungan kesehatan mental dangan belajar adalah timbal balik. Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik, demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang bila harga diri tumbuh akan merupakan faktor adanya kesehatan mental. f) Tergangunya alat-alat indra : kita semua pasti tahu,

(65)

kesulitan dalam belajar saat berhubungan dengan seni music dan sebagainnya.

g) Usia anak : usia juga merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan gangguan belajar pada anak. Usia yang terlalu muda ataupun usia yang sudah terlalu tua dapat menyebabkan individu kesulitan untuk menerima materi belajar.

h) Jenis kelamin: jenis kelamin juga mempengaruhi hasil belajar anak. Anak perempuan juga biasanya lebih mudah belajar yang berhubungan dengan ilmu sosial dibandnig ilmu pasti. sedangkan, anak laki-laki lebih menyukai pelajaran yang berhubungan dengan praktik.

i) Kebiasaan belajar atau rutinitas: seorang anak yang terbiasa belajar dengan kata lain ada jadwal tertentu setiap harinya juga akan mengalami perbedaan prestasi dengan anak yang belajar tidak tertentu setiap harinya.

(66)

k) Sikap dan perilaku: dalam kondisi dan perilaku yang terganggu tentunya anak tidak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

l) Konsentrasi: anak konsentrasi tinggi untuk belajar akan tetap belajar meskipun banyak faktor yang mempengaruhinya.

m) Rasa percaya diri : seorang yang merasa dirinya mampu mempelajari sesuatu keyakinan itu yang akan menuntunya menuju keberhasilan.

n) Kematangan atau kesiapan: Dalam belajar, kematangan dan kesiapan itu sangat menentukan. Oleh karena itu, setiap usaha belajar akan lebih berhasil bila dilakukan bersamaan dengan tingkat kematangan seseorang.

o) Kelelahan: kelelahan yang di alami anak-anak dapat menyebabkan anak tidak bisa belajar secara optimal. Dalam hal ini , meskipun anak sebenarnya memiliki semangat tinggi untuk belajar , namun karena fisiknya lemah maka anak tidak bisa bekajar semestinya.

B. Apa Problematika dan Solusi Guru dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al Qur‟an.

(67)

Untuk mengembangkan kemampuan guru pemula yang menjadi praktis ahli yang terus menerus belajar , terdapat tiga permasalahan umum yang terkait dengan masalah belajar untuk mengajar perlu dibenahi, yaitu kesalahpahaman mengenai pengajaran, permasalah peran guru dan permasalahan mengenai kompleksitas.

a. Kesalahpahaman mengenai pengajaran

Belajar untuk mengajar mengharuskan para guru memiliki pemahaman tentang pengajaran yang berbeda dengan pemahaman mereka tentang hal tersebut ketika mereka bersetatus sebagai siswa. Pandangan tentang pengajaran dari sudut pandang sisawa memang lebih dahulu diperoleh dan pandanagn ini membentuk pemahaman yang megakar mengenai pengajaran dan pembelajran. Pemaham ini terbawa oleh para guru ketika menjalani profesinya.

(68)

dalam pembelajaran. Apabila anggapan yang demikian tidak di sikapi dengan benar. Calon guru bisa secara tidak sadar terus menerus melakukan pengajaran yang tidak afektif dan gagal mempelajari pendekatan-pendekatan yang lebih bermanfaat.

Program-program yang berhasil mengubah pemahan guru pemula mengenai pengajaran dan pembelajaran adalah program-program yang mengunakan anggapan awal mengenai pengajaran yang dimiliki para calon guru sebagia titik tolak untuk mengatasi kesalahpahaman. Program-program ini mengunakan diskusi tersektuktur dan observasi belajar mengajar yang terarah sebagai sarana bagi calon guru untuk saling bertukar pandangan tentang pemahaman lama mereka mengenai pengajaran sehingga kesahpahaman tersebut bisa disikapi dengan benar. Strategi-strategi yang bisa dijadikan pelajaran ini member kesempatan bagi calon guru untuk mengamati, menganalisis, dan mengembangkan visi mengajar yang terarah pada pencapain yang lebih baik bagi siswa yang beragam.(Wily Jhon, Jakarta.49-53)

b. Permasalahan upaya guru ( the problem of enactment )

Agar guru dapat belajara untuk mengajar secara afektif, mereka harus belajar “berfikir secara guru” dan mereka juga harus

mampu menerapakan apa yang mereka ketahui dalam praktik, hal itulah yang di maksud “permaslahan upaya guru”. Guru harus

(69)

hal-hal yang berbeda tersebut harus dilakuakn secara bersamaan. Untuk menghadapi tantangan semacam ini, diperlukan lebih dari sekedar memahami apa yang harus diajarkan atau mendiskusikan pemikiran-pemikiran yang mengenai pengajajaran.

Permasalahan yang dihadapi guru sebenarnya berupa dengan permasalahan yang di capai mereka-mereka yang menjalani profesi dibidang lain. Permasalahan yang dihadapi guru lebih menantang. Salah satu contoh misalnya, guru mengerjakan lebih banyak hal dalam waktu yang bersamaan dan guru lebih banyak memiliki “klien” yaitu siswa yang berkumpul pada waktu yang sama. Hal

tersebut tidak dihadapi oleh mereka yang berprofesi selain guru. Guru harus mengembangkan kegiatan belajar mengajar sebagaimana yang dilakukan oleh seorag ahli. Guru harus memiliki kemampuan meneliti yang handal agar guru dapat melihat apa yang dilakuakan siswa yang banyak jumplahnya dan dengan karakter yang berbeda-beda, dan agar dapat memahami perasaan para siswa setiap saat. Guru harus memiliki kemampuan untuk menjelaskan sesuatu, memberi pertayaan, berdiskusi, member tanggapan, menyusun tugas, menfasilitasi tugas, dan mengelola kelas, sering kali guru juga melakukan semua kegiatan tersebut secara bersamaan, sesuatu yang tidak mudah untuk di lakukan.

(70)

dengan baik. Maka para guru baru mendapat kesempatan untuk menerapkannya dan mereflesikan pada pengajaran yang di lakuakn pada masa persiapan maupun pada masa awal mereka menjadi guru. Sebuah penelitian menemukan bahwa jika praktik mengajar dilakuakan bersamaan dengan tugas-tugas dalam program pendidikan guru, maka cara guru akan memiliki kemampuan yang lebih baik untuk memadukan pembelajaran teoritis dan praktis. Mereka akan merasa lebih nyaman dan percaya diri dalam belajar dan mengajar dan lebih mampu menerapkan apa yang mereka pelajari sedemikain rupa sehingga efektif bagi siswa.

(71)

bersama-sama. Keterampilan guru terasah ketika mereka mejalani proses pembelajaran, bereksperimen, dan merenungkan praktek yang mereka jalani dengan tangapan dari rekan-rekan mereka serta dari guru yang lebih senior. Hal-hal tersebut pada akhirnya akan dapat meningkatkan kemampuan guru untuk menerapkan pendekatan-pendekatan baru dan untuk melakukan sedikit prubahan sebagai upaya untuk meningkatkan pencapain prestasi siswa. Hal-hal tersebut merupakan ciri-ciri program alternatif serta program-program berbasis perguruan tinggi dengan pengelolaan yang lebih teratur bermutu tinggi.

Dalam permasalah yang dihadapi oleh guru khusus dalam pendidikan agama Isalm yaitu :

1. Waktu yang kurang untuk penyampain materi 2. Tuntutan yang terlalu banyak dari orang tua

3. Kurikulum yang sudah tidak sesuai dengan peserta didik 4. Guru dituntut terlalu banyak oleh lembaga dan tekanan dari

luar

Gambar

Rewinding Gambar Teknik pekerjaan
Gambar Manufaktur

Referensi

Dokumen terkait

Komponen fasilitas keselamatan penerbangan (fasilitas elektronika dan listrik yang menunjang operasi fasilitas keselamatan penerbangan). Komponen status dan fungsi bandara

Suparini (2013) juga melakukan penelitian mengenai model pembelajaran Heuristik Vee dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Heuristik Vee berbantuan Media

Refleksi: Dari pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2 saat pembelajaran dilakukan dengan penggunaan model Cooperative Learning teknik Numbered

Sistem informasi dimanfaatkan untuk mempermudah pekerjaan, dalam hal ini untuk dunia pendidikan adalah dengan dimanfaatkan untuk penyampaian informasi secara

Karena sumber Gowa menyebutkan pula bahwa di Tallo, wilayah utara Kerajaan Gowa yang merupakan konfederasinya terdapat kuburan Dato' Ri Bandang, Khatib Abdul Makmur.10 Bilamana

Sehingga suatu struktur modal yang optimal akan dapat ditemukan dengan menyeimbangkan antara keuntungan dari penggunaan hutang dengan biaya kebangkrutan dan

Pada tabel di atas dapat dilihat dari 50 sampel bakteriuria bermakna, didapatkan bakteri penyebab ISK terbanyak adalah bakteri Gram negatif yaitu sebanyak 38 sampel (76%)...

・Siswa asing yang ingin masuk SMA program paruh waktu, setelah mendapat persetujuan dari kepala sekolah SMA yang bersangkutan, dapat mengikuti ujian gelombang