• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permasalahan yang terjadi di PT. Andira Agro adalah pada penentuan kapasitas produksi pada masa yang akan datang, untuk itu terlebih dahulu dilakukan analisa mengenai faktor-faktor yang mempengaruhinya. Apabila faktor-faktor produksi telah diketahui maka proses selanjutnya adalah memformulasikan masalah tersebut dalam persamaan matematik untuk diolah menggunakan metode program sasaran linier.

Penyelesaian permasalahan yang telah diformulasikan dalam bentuk model matematik dilakukan dengan bantuan program Linear Interactive Diskret Optimizer (LINDO). Formulasi masalah dalam bentuk persamaan matematik sesuai dengan aturan-aturan program sasaran linier dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil pengolahan persamaan matematiknya dengan menggunakan LINDO dapat dilihat pada Lampiran 8.

Hasil dari program komputer LINDO memberikan dua bagian informasi penting. Bagian pertama memberikan dua bagian informasi mengenai penyelesaian optimal (nilai fungsi tujuan, nilai variabel keputusan, nilai variabel deviasional, nilai reduced cost,) dan nilai-nilai slack, surplus serta dual price. Bagian kedua memberikan informasi mengenai analisis sensitivitas terhadap nilai ruas kanan model persamaan tersebut.

Optimasi yang dipergunakan dalam penelitian ini berdasarkan target yang ditetapkan oleh perusahaan agar pabrik berproduksi secara optimal. Persamaan kendala sesuai dengan keadaan yang terdapat di perusahaan.

Hasil kombinasi variabel keputusan dari hasil optimasi yang dilakukan dengan LINDO dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Nilai variabel keputusan yang optimal berdasarkan hasil pengolahan LINDO Variabel keputusan Jumlah produksi CPO (ton) Jumlah produksi TBS dari kebun Inti (ton TBS) Jumlah produksi TBS dari kebun plasma (ton TBS) Nilai hasil optimasi 48.000 40.335 190.522

Kebun plasma memiliki luas 7.500 hektar sedangkan kebun inti seluas 1800 hektar. Hal ini menyebabkan variabel keputusan untuk jumlah pembelian TBS tahunan dari kebun plasma cukup tinggi (Tabel 5) yaitu sebesar 190.522 ton, padahal potensi ketersediaan TBS di kebun plasma adalah sebesar 210.500 ton. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada 19.978 ton TBS yang belum dapat diolah. Kebun plasma ini bekerja sama dengan KUD Kumbang Jaya dan KUD Permata. Produksi TBS kebun inti yang akan diolah adalah sebesar 40.335 ton dari 43.300 ton yang tersedia, artinya masih terdapat 2.965 ton TBS dari kebun inti yang tidak diolah.

Tinggi rendahnya produksi CPO dipengaruhi oleh jumlah TBS yang dihasilkan di masing-masing kebun. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa TBS merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap optimasi produksi CPO. Mesin yang baik untuk dipakai dalam proses produksi pengolahan TBS menjadi CPO adalah mesin yang memiliki kapasitas 45 ton TBS/jam, karena berdasarkan hasil optimasi, TBS yang akan diolah adalah berjumlah 230857 ton dalam setahun atau 37 ton TBS/jam.

Nilai fungsi tujuan (Zmin) setelah pengolahan dengan program LINDO adalah sebesar 4231 dimana nilai fungsi tujuan di dalam program sasaran atau programgoal programming merupakan nilai minimal dari hasil penampungan

penyimpangan-penyimpangan (deviasi) terhadap sasaran yang tidak dikehendaki. Penyimpangan-penyimpangan tersebut dapat berupa penyimpangan di atas atau di bawah dari sasaran-sasaran yang ditetapkan.

Sasaran target produksi CPO dari perusahaan yaitu sebesar 56.100 ton tidak tercapai. Yang terpenuhi hanya sebesar 48.000 ton CPO. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat sisa target produksi yang tidak terpenuhi yaitu sebesar 8.100 ton CPO. Kondisi ini terjadi karena nilai deviasi bawah lebih besar dari nol. Sasaran akan tercapai apabila deviasi bawah bernilai nol (Tabel 6). Deviasi bawah dari sasaran target produksi merupakan deviasi yang tidak diharapkan bernilai lebih dari nol (positif).

Tabel 6.Keputusan optimal yang dihubungkan dengan sasaran target produksi CPO dan biaya dari perusahaan.

Keterangan Nilai

Produksi CPO (ton) 48.000

Target produksi CPO dari perusahaan (ton) 56.100 Target produksi CPO yang terpenuhi (ton) 48.000 Sisa target produksi CPO yang tidak terpenuhi (ton) 8.100 Biaya produksi CPO

(min DB) Tercapai

Biaya produksi CPO tercapai karena nilai deviasi atasnya adalah 0 (nol), sehingga yang terjadi adalah biaya produksi tepat digunakan tanpa harus menambahkan biaya lagi untuk melakukan proses produksi. Deviasi atas merupakan deviasi yang tidak diharapkan bernilai positif atau lebih dari nol. Tetapi pada kenyataannya sangat disayangkan, karena masih ada potensi tandan buah segar yang bisa dimanfaatkan untuk diolah yaitu dengan menggunakan biaya produksi yang masih ada. Dana ini dapat digunakan untuk membeli bahan baku yang masih ada di kebun. Dengan demikian, TBS dapat diolah seluruhnya, sehingga dapat menghasilkan CPO dan meningkatkan keuntungan.

Berdasarkan target yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan (Tabel 7), dapat diketahui bahwa potensi produksi TBS yang tersedia di kebun inti adalah 43.300 ton. Tetapi, dari hasil perhitungan dengan menggunakan program LINDO, TBS dari kebun inti yang dapat diolah hanya sejumlah 40.335 ton. Dengan demikian masih terdapat 2.965 ton TBS dari kebun inti yang belum dapat diolah. Sasaran mengantisipasi over produksi TBS ditetapkan dengan tujuan bahwa TBS yang tersedia di kebun akan diolah seluruhnya menjadi CPO, tidak tercapai. Hal ini ditunjukkan oleh bahan baku (TBS) yang tersedia di kebun tidak seluruhnya dapat diolah.

Tabel 7. Hubungan keputusan optimal dengan potensi ketersediaan TBS di kebun inti dan plasma serta alat transportasi

Keterangan Nilai

Potensi produksi TBS kebun inti (ton) 43.300

TBS kebun inti yang dipakai (ton) 40.335

Sisa TBS kebun inti yang tidak diolah (ton) 2.965 Potensi produksi TBS kebun plasma (ton) 210.500

TBS kebun plasma yang dipakai (ton) 190.522

Sisa TBS kebun plasma yang tidak diolah (ton) 19.978

Alat transportasi (unit) 31

Berdasarkan hasil keluaran model yang dibuat juga didapat jumlah alat transportasi yang diperlukan untuk mengangkut TBS dari kebun ke pabrik sebanyak 31 unit dalam satu hari kerja. Sebaiknya pihak perusahaan memanajemen ulang mengenai proses pengangkutan bahan baku dari kebun menuju pabrik agar dapat menghemat penggunaan alat transportasi tersebut. Pihak perusahaan perlu mengatur jalur transportasi dan tempat pengumpulan TBS agar mudah dilalui truk angkut sehingga memperlancar proses produksi di pabrik. Menurut sasaran biaya produksi di kebun inti jumlah TBS yang akan diolah sudah sesuai dengan sasaran atau target yang dibuat (Tabel 8), tetapi tidak menutup kemungkinan bagi pihak perusahaan untuk segera memanfaatkan TBS yang masih tersisa dengan menaikkan biaya untuk produksi TBS di kebun inti.

Tabel 8. Hubungan keputusan optimal, potensi ketersediaan TBS, sasaran mengantisipasi over produksi serta biaya produksi di kebun inti.

Keterangan Nilai

Ketersediaan TBS kebun inti (ton) 43.300

TBS kebun inti yang dipakai (ton) 40.335

Sisa ketersediaan TBS di kebun inti (ton) 2.965 Sasaran mengantisipasi over produksi TBS inti

(min DI dan DJ) Tidak tercapai

Biaya produksi di kebun inti (min DD) Tercapai

Potensi produksi TBS yang tersedia di kebun plasma adalah 210.500 ton. Meskipun demikian, hasil perhitungan dengan menggunakan program LINDO menghasilkan angka TBS dari kebun plasma yang dapat diolah adalah 190.522 ton. Hal ini berarti masih terdapat 19.978 ton TBS dari kebun inti yang belum dapat diolah. Sasaran pemenuhan target pengolahan TBS sesuai dengan ketetapan persentase rendemen tidak tercapai. Dengan kata lain, TBS tidak dapat terolah seluruhnya menjadi CPO. Hal ini mungkin disebabkan oleh kinerja para pekerja pabrik yang kurang memperhatikan pekerjaannya, sehingga hasilnya tidak baik. Menurut sasaran biaya produksi di kebun inti jumlah TBS yang akan diolah sudah sesuai dengan sasaran atau target yang dibuat, tetapi tidak menutup kemungkinan bagi pihak perusahaan untuk segera memanfaatkan TBS yang masih tersisa dengan menggunakan biaya untuk membeli TBS yang masih ada (Tabel 9).

Berdasarkan hasil optimasi untuk sasaran pemenuhan target pengolahan TBS sesuai dengan ketetapan persentase rendemen tidak tercapai, karena penyimpangan bawah atau deviasi bawahnya bernilai 0 (nol) dan penyimpangan atasnya bernilai 2.788 ton CPO. Sasaran pengolahan TBS ini erat kaitannya dengan ketersediaan TBS dari tiap kebun. Pengolahan TBS juga bisa dihubungkan dengan faktor rendemen yang dihasilkan. Rendemen yang tinggi dipengaruhi oleh mutu bahan baku, kinerja tenaga kerja dan mesin pabrik. Berdasarkan hasil optimasi, rendemen yang di dapat hanya sebesar 48.000 ton CPO dibagi 230.857 ton TBS = 20,8 persen.

Tabel 9. Hubungan keputusan optimal, potensi ketersediaan TBS, sasaran mengantisipasi over produksi serta biaya produksi di kebun plasma.

Keterangan Nilai

Ketersediaan TBS kebun Plasma (ton) 210.500

TBS kebun plasma yang dipakai (ton) 190.522

Sisa ketersediaan TBS di kebun plasma (ton) 19.978 Sasaran mengantisipasi over produksi TBS plasma

(min DI dan DJ) Tidak tercapai

Biaya produksi di kebun plasma (min DD) Tercapai

Kendala fungsional yang dimasukkan pada model persamaan matematik yaitu kendala tenaga kerja pabrik, kendala tenaga kerja panen dan kendala waktu pengolahan. Untuk kendala tenaga kerja pabrik dapat dilihat bahwa nilai slack untuk kendala tenaga kerja sebesar 1.320 hari kerja. Dengan demikian berarti terjadi kelebihan tenaga kerja sebesar 1.320 hari kerja dari 42.120 hari kerja yang ditargetkan. Kelebihan tenaga kerja sebesar 1.320 hari kerja dapat disetarakan dengan 4 orang tenaga kerja per hari olah.

Dengan demikian untuk menghasilkan CPO sebanyak 48.000 ton, pabrik memiliki kelebihan tenaga kerja sebanyak 4 orang per hari olah, ini menandakan masih banyak sumber daya manusia yang belum termanfaatkan. Kelebihan tenaga kerja di pabrik dapat mengakibatkan peningkatan biaya operasional, hal ini berpengaruh pada penurunan efisiensi pabrik. Kelebihan tenaga kerja berarti terdapat waktu tenaga kerja yang menganggur dalam pabrik selama jam kerja.

Waktu pengolahan merupakan kendala yang dimasukkan dalam model kendala fungsional. Saat berproduksi berdasarkan target produksi dari perusahaan waktu pengolahan TBS menjadi CPO digunakan sepenuhnya sesuai banyaknya waktu olah yang ditargetkan yaitu 6.240 jam.

Pada model matematik yang terbentuk, persamaan yang memiliki nilai ruas kanan dan nilai ruas kiri bernilai sama tanpa ada deviasi adalah persamaan kendala waktu pengolahan. Hal ini berarti, waktu olah yang tersedia tepat digunakan seluruhnya dalam proses sehingga menghasilkan produknya. Persamaan ini merupakan persamaan utama yang mempengnaruhi

nilai dari persamaan lainnya. Sebaiknya pihak perusahaan memberikan waktu olah tambahan karena masih ada sumber daya bahan baku, tenaga kerja dan modal yang dapat dimanfaatkan.

Tenaga kerja panen dan pengangkutan dimasukkan ke dalam model kendala karena tenaga kerja panen dan pengangkutan sangat mempengaruhi terhadap jumlah TBS yang dipanen. Dari hasil pengolahan LINDO dapat diketahui bahwa terdapat nilai slack (sisa) sebesar 3.015 HK atau setara dengan 9 orang tenaga kerja. Sebaiknya pihak perusahaan dapat memanfaatkan sumber daya yang belum termanfaatkan ini agar jalannya produksi bisa lebih efisien lagi.

Dokumen terkait