• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Proses Produksi

4.6. Solusi yang Dapat Diterapkan dengan Pendekatan MRP

Menurut Mentzer (2004) penerapan MRP perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain: lingkungan MRP secara global, keluaran yang dihasilkan oleh MRP, pemasaran, penjualan, penelitihan dan pengembangan, peramalan, produksi, pembelian, logistik, sistem informasi, keuangan, pelayanan konsumen, koordinasi antar fungsi, koordinasi antar perusahaan, dan penilaian kinerja MRP.

Beberapa solusi yang dapat diberikan untuk menerapkan MRP di UKM antara lain:

1. Jalinan kerjasama dengan pemasok bahan kimia melalui Sentra.

Hal ini disebabkan terjadinya kesulitan dalam pemenuhan persediaan bahan-bahan kimia yang digunakan dalam produksi karena tidak memiliki pemasok menyebabkan terhambatnya pola rantai pasokan. Kerjasama bisa dilakukan antara Sentra keramik yang mewakili pengusaha keramik di

Klampok dengan pemasok bahan kimia. Dari Sentra, bahan tersebut dapat disalurkan ke setiap pengusaha sebagai persediaan.

2. Penggunaan Sentra sebagai pusat pengolahan tanah liat siap pakai dengan pemanfaatan teknologi.

Pengolahan tanah untuk menjadi tanah siap pakai membutuhkan waktu lama karena peralatan yang digunakan masih sangat tradisional. Hal tersebut berakibat pada proses produksi yang berjalan lama. Penggunaan teknologi sangat diperlukan untuk menunjang proses produksi. Penggunaan teknologi tersebut membutuhkan dana yang cukup besar, sehingga setiap pengusaha tidak dapat menggunakan teknologi tersebut. Untuk itu diperlukan kerjasama antara perusahaan dengan yang lain. Sentra sebagai organisasi pengusaha keramik dapat dijadikan pusat pengolahan tanah bagi seluruh perusahaan. Pemenuhan teknologi tersebut dapat dilakukan dengan kerjasama antara Sentra dan Dinas Indagkop terkait serta Balai Penelitian Keramik Bandung.

3. Peningkatan koordinasi antara pemasok dan perusahaan

Nilai tambah produk dapat ditingkatkan melalui kualitas produk, pelayanan konsumen yang diberikan, dan ketepatan pengiriman. Semua faktor tersebut dapat dipenuhi jika dalam suatu rantai pasokan diatur dengan baik, yaitu memiliki koordinasi dan kerjasama yang mantap diantara anggota rantai pasokan. Keterlambatan pengirimanan bahan baku dari pemasok akan mengakibatkan keterlambatan proses produksi dan distribusi barang jadi. Konsumen jadi tidak puas dan mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Keterlambatan dapat disebabkan kurangnya koordinasi antara pemasok dan perusahaan manufaktur. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan koordinasi antara pemasok dan perusahaan.

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Model rantai pasokan di UKM keramik Klampok terdiri dari beberapa anggota yaitu pemasok, UKM/produksi, pengepul barang ekspor, retailer

dan konsumen.

2. Hasil pengolahan dengan regresi logistik menunjukkan hanya terdapat satu variabel yang berhubungan signifikan dengan produktivitas, yaitu variabel kerjasama (p-value sebesar 0,122 < taraf nyata 0,2).

3. Solusi yang dapat diterapkan dalam MRP di UKM keramik Klampok adalah menjalin hubungan dengan pemasok bahan kimia melalui Sentra, menggunakan Sentra sebagai pusat pengolahan tanah liat untuk siap pakai dengan pemanfaatan teknologi dan meningkatkan koordinasi antara pemasok dan perusahaan manufaktur.

2. Saran

Mengacu pada kesimpulan yang diperoleh maka, maka dapat disarankan: 1. Pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk meningkatkan keahlian dan

keterampilan pekerja.

2. Koordinasi dan kerjasama diantara anggota rantai pasokan perlu ditingkatkan.

3. Kerjasama antara pengusaha, pemerintah daerah dan Balai Penelitian Keramik dalam menggunakan teknologi.

4. Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai manajemen rantai pasokan, terutama disetiap elemen/anggota rantai pasokan UKM keramik Klampok.

Adhi, F.W. 2005. Mempelajari Produktivitas Kerja pada Industri Kecil Penghasil Knalpot di Kabupaten Purbalingga. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Adriansyah. 2005. Manajemen Rantai Penyediaan Barang (Supply Chain Management) Bagian Hulu Produk Susu Pasteurisasi (Studi Kasus di Koperasi Peternakan Bandung Selatan, Jawa Barat). Skripsi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnegara. 2004. Banjarnegara Dalam Angka 2004.

Badan Pusat Statistik. 2005. Perkembangan Jumlah Pelaku UKM Menurut Skala Usaha Tahun 2003-2004. http://www.depkop.go.id/index.php?option= com_content&task=view&id=25&Itemid=43. [22 November 2005].

Badan Pusat Statistik. 2005. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto Menurut Skala Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2003-2004.

www.bps.go.id. [22 November 2005].

Ballou, R. H. 2004. Business Logistic: Supply Chain Management. Fifth Edition. Pearson Prentice Hall, New Jersey.

Chopra, S. dan P. Meindl. 2004. Suppy Chain Management (Strategy, Planning, and Operating). Second Edition. 2004. Pearson Prentice Hall, New Jersey. Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 2002. Rencana Induk Pengembangan

Industri Kecil Menengah 2002-2004 buku 1 Kebijakan dan Strategi Umum Pengembangan Industri Kecil Menengah.

http://www.dprin.go.id/Ind/Publikasi/buku_brosur/RI-PIKM_BukuI.pdf. [20 Desember 2005]

Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi. Komoditas Andalan Kabupaten Banjarnegara. 2004. Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, Banjarnegara. Handoko, T.H. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Produksi Operasi.

BPFE-Jogjakarta, Jogjakarta.

Hasan, I. 2003. Pokok-Pokok Materi Statistika 2 (Statistik Inferensi). PT Bumi Aksara, Jakarta.

Heizer, J dan B. Rander. 2004. Manajemen Operasi, Edisi 7. Jakarta. Heryadi. 2004. Pengembangan Usaha Mikro.

Iriawan, N. dan S.P. Astuti. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Penerbit Andi, Jogjakarta.

Mentzer, J.T. 2004. Fundamentals of Supply Chain Management (Twelve Driver of Competitive Advantage). Response Books, New Delhi.

Miranda dan A.W. Tunggal. 2005. Manajemen Logistik dan Supply Chain Management. Harvarindo, Jakarta.

Mundel, M.E. 1983). Improve Productivity And Effectiveness. Prentice hall, United States of America.

Partomo, T.K. dan A.B. Soejoedono.. 2004. Ekonomi Skala Kecil/Menengah. Penerbit Galia Indonesia, Bogor Selatan.

Russel, R.S. dan B.W. Taylor. 2003. Operation Management. Prentice Hall, New Jersey.

Siagian, Y.M. 2005. Aplikasi Supply Chain Management dalam Dunia Usaha. Grasindo, Jakarta.

Sinungan, M. 2005. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Bumi Aksara, Jakarta. Susiana, A.O. 2005. Analisis Rantai Persediaan (SC) Komoditas Jeruk Medan

(Studi Kasus di Pasar Induk Keramat Jati dan Carefour Cempaka Mas, jakarta). Skripsi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Syamsu, T. 1978. Teknik dan Manajemen untuk Meningkatkan Produktivitas

Sistem Produksi. Di dalam Teknik dan Manajemen Industri Untuk Meningkatkan Produktivitas Sistem Produksi. Prosiding Pertemuan Tahunan Ketiga 18,19 dan 20 Juli 1978. Gresik: Yayasan Komunikasi Ilmu dan Praktek Teknik Serta Manajemen Industri. Hlm 19-24.

Watanabe, R. 2001. Supply Chain Management Konsep dan Teknologi. Usahawan, 02: hlm.8-11.

Zabidi, Y. 2001. Supply Chain Management: Teknik Terbaru Dalam Mengelola Aliran Material/Produk dan Informasi dalam Memenangkan Pesaing. Usahawan, 02: hlm.3-7.

1 Fauz Winahyu Adhi

Mempelajari

Produktivitas Kerja Pada Industri Kecil Penghasil Knalpot Di Kabupaten Purbalingga 1. Mengidentifikasi sumber-sumber ketidakefektifan dan ketidakefisienan dari Industri Kecil Knalpot (IKK) 2. Menghitung tingkat produktivitas 3. Rekomendasi teknis untuk peningkatan produktivitas Diagram Fishbone, Rasio Produktivitas, Rank Spearman

Permasalah yang dihadapi industri kecil knalpot (IKK) adalah tidak adanya standar harga yang berimplikasi terhadap pemasaran, kurangnya akses dan informasi terhadap sumber modal (bank), kesulitan dalam pengadaan bahan baku yang kontinyu dengan harga murah, masih menggunakan sistem pembukuan sederhanan, penggunaan teknologi produksi yang masih pada tingkat kurang maju/modern. Berdasarkan analisis deskriptif, faktor-faktor yang yang berpengaruh terhadap produktivitas seperti tingkat pendidikan, pengalaman usaha, serta intensitas masalah pemasaran tidak memiliki keterkaitan erat terhadap produktivitas. Sedangkan jenis bahan baku, produktivitas tenaga kerja serta sumber modal memiliki kecenderungan yang berbeda terhadap produktivitas.

2. Adriansyah Manajemen Rantai

Persediaan Barang (SCM) Bagian Hulu Produk Susu Pasteurisasi (Studi Kasus Di Koperasi Pertenakan bandung Selatan Jawa Barat)

1. Bagaimana mekanisme SCM di KPBS untuk menjamin

ketersediaan bahan baku dan bahan penolong dari para pemasoknya. 2. Apa manfaat dan

kendala dalam penerapan SCM

Studi Kasus Case Study

Manajemen persediaan barang bagian hulu produk susu meliputi siklus yang berjalan dalam jaringan sistem organisasi yang mencakup pihak KPBS, Industri Pengolahan Susu (IPS), serta para distributor dan agen-agen. Siklus produksi dipicu oleh permintaan konsumen yang sebagian besar bersumber dari

captive market dan dikembangkan dalam bentuk proses produksi. Pengolahan persediaan mencakup proses masuk dan keluar barang serta penyimpanan yang penilaiannya dilakukan dengan

First In First Out (FIFO). Siklus pengadaan barang meliputi pengadaan bahan baku susu dalam bentuk jual beli antara pihak KPBS dengan pemasoknya, dan pengadaan bahan penolong dengan strategi sedikit pemasok dengan mengembangkan kepercayaan antara pemasok dengan pihak KPBS. Pengadaan persediaan yang dilkukan oleh KPBS tidak dilakukan pada bahan baku utama, tetapi hanya terbatas pada bahan baku penolongnya. Pengendalian bahan baku utama tidak dilakukan karena bahan baku susu segar memiliki masa simpan yang sangat singkat yaitu

melakukan order bahan penolong yang dilakukan setiap bulan. Manfaat yang diperoleh perusahaan adalah memberikan kontinuitas dalam proses produksi susu pasteurisasi dan efisiensi produk pengolahan di KPBS 3. Anita Oktariani Susiana Analisis Rantai Persediaan (SC) Komoditas Jeruk Medan (Studi Kasus di Pasar Induk Keramat Jati dan Carefour Cempaka Mas, jakarta)

Menganalisis pola rantai pasokan (supply Chain) dan sebaran nilai (value chain) komoditas jeruk Medan dari tingkat petani hingga tingkat konsumen akhir melalui pasar modern atau pasar tradisional.

Analisis deskriptif, analisis margin pemasaran, dan analisis elastisitas transmisi harga

Penelitian rantai pasokan jeruk medan melalui pasar tradisional diwakili oleh dua pola rantai pasokan yang melalui Pasar Induk Kramat Jati dan pasar grosir Cililitan. Sedangkan rantai pasokan melalui pasar modern diwakili oleh hyper market Carrefour Cempaka Mas. Pada ketiga pola rantai pasokan yang dianalisis, penyebaran margin dan besar margin pemasaran memiliki kecenderungan yang sama. Berdasarkan distribusi margin dan bagian anggota rantai pasokan pada ketiga rantai diatas, diperoleh bahwa penyebaran margin belum merata diantara ketiga rantai pasokan. Penyebaran yang belum merata karena adanya perlakuan-perlakuan atau biaya-biaya dalam penanganan komoditas jeruk medan antar anggota rantai pasokan. Berdasarkan margin pemasaran, dapat dilihat bahwa rantai pasokan komoditas melalui pola rantai pasokan 1 paling efisien jika dibanding dengan pola rantai pasokan 2 dan 3, dilihat dari total biaya pemasaran paling rendah, total keuntungan yang diperoleh terendah, margin pemasaran yang rendah, tingkat rasio keuntungan dan biaya yang diterima paling tinggi, serta farmer’s share yang tinggi sehingga pola pemasaran 1 dapat memberikan nilai lebih bagi petani. Berdasarkan elastisitas transmisi harga dapat diketahui bahwa suatu pemasaran dari komoditi jeruk medan tidak efisien. Komoditas jeruk medan menghadapi pasar tidak bersaing sempurna dengan struktur pasar tidak terintegrasi dimana nilai elastisitas transmisi (Et) tidak sama dengan 1, baik di pasar tradisional maupun pasar modern. Perilaku pembelian konsumen pada ketiga rantai pemasok dipengaruhi oleh faktor budaya, faktor pribadi, dan faktor psikologi.

Lampiran 3. Kuesioner untuk Identifikasi Rantai Pasokan Profil Perusahaan Nama Perusahaan : ... Alamat : ... ... Telp./Fax/HP : ... Lamanya usaha : ... Produk utama dan produk sampingan : ... I. Pemasok

Dokumen terkait