BANJARNEGARA
Oleh
ANA OKTIYA
H24102024
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
UKM Keramik Klampok Banjarnegara. Di bawah bimbingan Heti Mulyati.
Sektor industri merupakan salah satu penyangga dalam perekonomian Indonesia. Salah satunya adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang mempunyai peranan strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Peranan dan kontribusi UKM yang cukup besar, memberikan tanda bahwa UKM harus dapat ditingkatkan sehingga memiliki daya saing. Agar perusahaan unggul dalam bersaing, harus memiliki konsep ataupun misi dan strategi yang tepat. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah Manajemen Rantai Pasokan (MRP). Konsep tersebut mampu mengatur aliran barang atau produk dalam suatu rantai pasokan sehingga memiliki keunggulan bersaing.
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Menganalisis model rantai pasokan UKM Keramik Klampok, 2) Menganalisis hubungan MRP terhadap produktivitas UKM keramik Klampok, 3) Memberikan solusi dengan pendekatan MRP pada UKM keramik Klampok.
Data yang diambil dalam penelitian adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan kuesioner. Penelitian dilakukan di UKM keramik Klampok Banjarnegara yang berjumlah 20 UKM. Pengambilan responden menggunakan teknik judgement sampling. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif, regresi
stepwise, forward selection, backward elimination dan regresi logistik. Alat analisis yang digunakan adalah Microsoft Excel for Windows, SPSS 11.0 dan
Minitab 14.
Model rantai pasokan di UKM keramik Klampok terdiri dari beberapa anggota antara lain: pemasok, persediaan, UKM/produksi, pengepul barang ekspor, retailer dan konsumen. Hasil analisis hubungan MRP (pemasok, persediaan, produksi, distributor, retailer, kerjasama dan tenaga kerja) dengan produktivitas menunjukkan bahwa hanya satu variabel yang memiliki hubungan signifikan yaitu variabel kerjasama (p-value sebesar 0,122 < taraf nyata 0,2).
BANJARNEGARA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ANA OKTIYA
H24102024
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS RANTAI PASOKAN TERHADAP
PRODUKTIVITAS DI UKM KERAMIK KLAMPOK
BANJARNEGARA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh ANA OKTIYA
H24102024
Menyetujui, Juni 2006
Heti Mulyati, S.TP, MT Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono Munandar, M.Sc Ketua Departemen
adalah anak kedua dari dua bersaudara, putri pasangan Bapak Bhudi Hartanto dan
Ibu Turinah.
Penulis mulai mengenyam pendidikan pada tahun 1988 di bangku Taman
Kanak-Kanak PGRI Medayu. Pada tahun 1990 penulis melanjutkan pendidikan ke
SDN I Medayu dan lulus pada tahun 1996. Selanjutnya, penulis diterima sebagai
siswa SLTPN I Wanadadi hingga lulus pada tahun 1999. Setelah itu, penulis
melanjutkan pendidikan di SMUN I Banjarnegara selama tiga tahun dan lulus
pada tahun 2002. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur USMI pada Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. Selama menjalani perkuliahan, penulis pernah
mengikuti organisasi himpunan profesi Manajemen, Centre of Management
(COM@) sebagai staf Direktorat Keuangan pada tahun 2003-2004. Penulis juga
aktif dalam organisasi Forum Mahasiswa Studi Islam (Formasi) FEM sebagai
anggota Departemen Syiar pada tahun 2004-2005, serta terlibat dalam beberapa
memberikan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul
“Analisis Rantai Pasokan Terhadap Produktivitas di UKM Keramik Klampok
Banjarnegara” ini sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi..
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah salah satu sektor industri yang
cukup berkembang serta memiliki kontribusi yang signifikan dalam perekonomian
Indonesia. Namun dalam perkembangannya banyak kendala yang dihadapi UKM,
sehingga perlu adanya konsep atau strategi yang tepat agar unggul dalam
bersaing. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah Manajemen Rantai
Pasokan (MRP). Konsep tersebut merupakan kunci proses bisnis dalam
melakukan integrasi dari pemasok sampai ke pelanggan akhir. Penerapan MRP di
UKM diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan memiliki daya saing.
Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara
moril maupun materiil. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak, Ibu dan kakakku yang telah memberikan dukungan, kasih sayang,
nasehat, doa dan pengorbanan demi tercapai kesuksesan.
2. Heti Mulyati, S.TP, MT. sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu dan banyak memberikan arahan, bimbingan, motivasi, serta saran pada
penulisan skripsi.
3. Ir. Pramono D Fewidarto, MS dan Dr.Ir. M. Syamsun, M.Sc sebagai penguji
atas masukan dan saran yang diberikan.
4. Bapak Budi Purnama dan seluruh pengusaha keramik yang telah membantu
dalam melakukan penelitian di Klampok.
5. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM
IPB
6. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Banjarnegara yang
telah membantu dalam penelitian ini
7. Sahabatku (Ajeng, Sri.S, Bima. R, Ari.P, Widi, Retno), yang telah banyak
8. Rekan-rekan di Departemen Manajemen angkatan 39 yang memberikan
warna baru dalam kehidupanku.
Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang memerlukannya.
Bogor, Juni 2006
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ...iii
KATA PENGANTAR...iv
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR TABEL ...viii
DAFTAR GAMBAR...ix
DAFTAR LAMPIRAN ...x
I. PENDAHULUAN ...1
1.1.Latar Belakang ...1
1.2.Rumusan Masalah ...4
1.3.Tujuan Penelitian ...4
1.4.Manfaat Penelitian ...4
II. TINJAUAN PUSTAKA...5
2.1.Manajemen Rantai Pasokan ...5
2.1.1. Definisi Manajemen Rantai Pasokan ...5
2.1.2. Identifikasi Anggota Rantai pasokan ...7
2.1.3. Strategi Manajemen Rantai Pasokan ...8
2.1.4. Perencanaan Manajemen Rantai Pasokan...11
2.1.5. Mengelola Rantai Pasokan...13
2.1.6. Permasalahan dalam Rantai Pasokan yang Terintegrasi...14
2.2.Produktivitas ...14
2.3.Faktor-Faktor Produktivitas ...15
2.4.Usaha Kecil dan Menengah ...17
2.5.Penelitian Terdahulu. III. METODOLOGI PENELITIAN ...21
3.1.Kerangka Pemikiran...22
3.2.Tahapan Penelitian...23
3.3.Pengumpulan Data ...24
3.4.Populasi dan Contoh ...27
3.5.Pengolahan Data ...28
3.5.1. Uji Kuesioner ...28
3.5.2. Regresi Stepwise...29
3.5.2. Regresi Logistik ...29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...30
4.1.Gambaran Umum UKM Keramik Klampok...30
4.2.Rantai pasokan ...33
4.2.1. Pemasok ...34
4.2.2. Produksi ...36
4.2.3. Retailer...49
4.3.Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas...53
4.4.Tanggapan Responden terhadap Pernyataan-Pernyataan dalam Kuesioner ...53
4.2.1. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai produktivitas ... 54
4.2.2. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai pemasok ... 55
4.2.3. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai persediaan ... 56
4.2.4. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai produksi ... 57
4.2.5. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai distributor ... 58
4.2.6. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai konsumen... 60
4.2.7. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai kerjasama ... 61
4.2.8. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai tenaga kerja... 62
4.3. Analisis Hubungan MRP terhadap Produktivitas ...63
4.4. Solusi yang Dapat Diterapkan dengan Pendekatan MRP ...66
KESIMPULAN DAN SARAN ...68
1. Kesimpulan ...68
2. Saran ...68
No Halaman
1. Kebutuhan, jenis, metode, sumber data ... 25
2. Indikator dari setiap variabel dalam kuesioner... 27
3. Nama perusahaan, jumlah tenaga kerja, dan omzet per bulan dari inti sentra kerajinan keramik Klampok... 32
4. Diagram proses pembuatan keramik terracota... 40
5. Diagram proses pembuatan keramik cat... 44
6. Diagram proses pembuatan keramik glazuur... 46
7. Hasil nilai alpha... 53
8. Faktor-faktor penentu produktivitas ... 54
9. Pentingnya pemasok dalam peningkatan produktivitas... 55
10. Pentingnya persediaan dalam peningkatan produktivitas... 56
11. Pentingnya kegiatan produksi dalam peningkatan produktivitas ... 58
12. Pentingnya distributor dalam peningkatan produktivitas ... 59
13. Pentingnya konsumen dalam peningkatan produktivitas ... 60
14. Pentingnya kerjasama dalam peningkatan produktivitas... 61
BANJARNEGARA
Oleh
ANA OKTIYA
H24102024
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
UKM Keramik Klampok Banjarnegara. Di bawah bimbingan Heti Mulyati.
Sektor industri merupakan salah satu penyangga dalam perekonomian Indonesia. Salah satunya adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang mempunyai peranan strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Peranan dan kontribusi UKM yang cukup besar, memberikan tanda bahwa UKM harus dapat ditingkatkan sehingga memiliki daya saing. Agar perusahaan unggul dalam bersaing, harus memiliki konsep ataupun misi dan strategi yang tepat. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah Manajemen Rantai Pasokan (MRP). Konsep tersebut mampu mengatur aliran barang atau produk dalam suatu rantai pasokan sehingga memiliki keunggulan bersaing.
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Menganalisis model rantai pasokan UKM Keramik Klampok, 2) Menganalisis hubungan MRP terhadap produktivitas UKM keramik Klampok, 3) Memberikan solusi dengan pendekatan MRP pada UKM keramik Klampok.
Data yang diambil dalam penelitian adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan kuesioner. Penelitian dilakukan di UKM keramik Klampok Banjarnegara yang berjumlah 20 UKM. Pengambilan responden menggunakan teknik judgement sampling. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif, regresi
stepwise, forward selection, backward elimination dan regresi logistik. Alat analisis yang digunakan adalah Microsoft Excel for Windows, SPSS 11.0 dan
Minitab 14.
Model rantai pasokan di UKM keramik Klampok terdiri dari beberapa anggota antara lain: pemasok, persediaan, UKM/produksi, pengepul barang ekspor, retailer dan konsumen. Hasil analisis hubungan MRP (pemasok, persediaan, produksi, distributor, retailer, kerjasama dan tenaga kerja) dengan produktivitas menunjukkan bahwa hanya satu variabel yang memiliki hubungan signifikan yaitu variabel kerjasama (p-value sebesar 0,122 < taraf nyata 0,2).
BANJARNEGARA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ANA OKTIYA
H24102024
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS RANTAI PASOKAN TERHADAP
PRODUKTIVITAS DI UKM KERAMIK KLAMPOK
BANJARNEGARA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh ANA OKTIYA
H24102024
Menyetujui, Juni 2006
Heti Mulyati, S.TP, MT Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono Munandar, M.Sc Ketua Departemen
adalah anak kedua dari dua bersaudara, putri pasangan Bapak Bhudi Hartanto dan
Ibu Turinah.
Penulis mulai mengenyam pendidikan pada tahun 1988 di bangku Taman
Kanak-Kanak PGRI Medayu. Pada tahun 1990 penulis melanjutkan pendidikan ke
SDN I Medayu dan lulus pada tahun 1996. Selanjutnya, penulis diterima sebagai
siswa SLTPN I Wanadadi hingga lulus pada tahun 1999. Setelah itu, penulis
melanjutkan pendidikan di SMUN I Banjarnegara selama tiga tahun dan lulus
pada tahun 2002. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur USMI pada Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. Selama menjalani perkuliahan, penulis pernah
mengikuti organisasi himpunan profesi Manajemen, Centre of Management
(COM@) sebagai staf Direktorat Keuangan pada tahun 2003-2004. Penulis juga
aktif dalam organisasi Forum Mahasiswa Studi Islam (Formasi) FEM sebagai
anggota Departemen Syiar pada tahun 2004-2005, serta terlibat dalam beberapa
memberikan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul
“Analisis Rantai Pasokan Terhadap Produktivitas di UKM Keramik Klampok
Banjarnegara” ini sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi..
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah salah satu sektor industri yang
cukup berkembang serta memiliki kontribusi yang signifikan dalam perekonomian
Indonesia. Namun dalam perkembangannya banyak kendala yang dihadapi UKM,
sehingga perlu adanya konsep atau strategi yang tepat agar unggul dalam
bersaing. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah Manajemen Rantai
Pasokan (MRP). Konsep tersebut merupakan kunci proses bisnis dalam
melakukan integrasi dari pemasok sampai ke pelanggan akhir. Penerapan MRP di
UKM diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan memiliki daya saing.
Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara
moril maupun materiil. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak, Ibu dan kakakku yang telah memberikan dukungan, kasih sayang,
nasehat, doa dan pengorbanan demi tercapai kesuksesan.
2. Heti Mulyati, S.TP, MT. sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu dan banyak memberikan arahan, bimbingan, motivasi, serta saran pada
penulisan skripsi.
3. Ir. Pramono D Fewidarto, MS dan Dr.Ir. M. Syamsun, M.Sc sebagai penguji
atas masukan dan saran yang diberikan.
4. Bapak Budi Purnama dan seluruh pengusaha keramik yang telah membantu
dalam melakukan penelitian di Klampok.
5. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM
IPB
6. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Banjarnegara yang
telah membantu dalam penelitian ini
7. Sahabatku (Ajeng, Sri.S, Bima. R, Ari.P, Widi, Retno), yang telah banyak
8. Rekan-rekan di Departemen Manajemen angkatan 39 yang memberikan
warna baru dalam kehidupanku.
Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang memerlukannya.
Bogor, Juni 2006
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ...iii
KATA PENGANTAR...iv
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR TABEL ...viii
DAFTAR GAMBAR...ix
DAFTAR LAMPIRAN ...x
I. PENDAHULUAN ...1
1.1.Latar Belakang ...1
1.2.Rumusan Masalah ...4
1.3.Tujuan Penelitian ...4
1.4.Manfaat Penelitian ...4
II. TINJAUAN PUSTAKA...5
2.1.Manajemen Rantai Pasokan ...5
2.1.1. Definisi Manajemen Rantai Pasokan ...5
2.1.2. Identifikasi Anggota Rantai pasokan ...7
2.1.3. Strategi Manajemen Rantai Pasokan ...8
2.1.4. Perencanaan Manajemen Rantai Pasokan...11
2.1.5. Mengelola Rantai Pasokan...13
2.1.6. Permasalahan dalam Rantai Pasokan yang Terintegrasi...14
2.2.Produktivitas ...14
2.3.Faktor-Faktor Produktivitas ...15
2.4.Usaha Kecil dan Menengah ...17
2.5.Penelitian Terdahulu. III. METODOLOGI PENELITIAN ...21
3.1.Kerangka Pemikiran...22
3.2.Tahapan Penelitian...23
3.3.Pengumpulan Data ...24
3.4.Populasi dan Contoh ...27
3.5.Pengolahan Data ...28
3.5.1. Uji Kuesioner ...28
3.5.2. Regresi Stepwise...29
3.5.2. Regresi Logistik ...29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...30
4.1.Gambaran Umum UKM Keramik Klampok...30
4.2.Rantai pasokan ...33
4.2.1. Pemasok ...34
4.2.2. Produksi ...36
4.2.3. Retailer...49
4.3.Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas...53
4.4.Tanggapan Responden terhadap Pernyataan-Pernyataan dalam Kuesioner ...53
4.2.1. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai produktivitas ... 54
4.2.2. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai pemasok ... 55
4.2.3. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai persediaan ... 56
4.2.4. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai produksi ... 57
4.2.5. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai distributor ... 58
4.2.6. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai konsumen... 60
4.2.7. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai kerjasama ... 61
4.2.8. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai tenaga kerja... 62
4.3. Analisis Hubungan MRP terhadap Produktivitas ...63
4.4. Solusi yang Dapat Diterapkan dengan Pendekatan MRP ...66
KESIMPULAN DAN SARAN ...68
1. Kesimpulan ...68
2. Saran ...68
No Halaman
1. Kebutuhan, jenis, metode, sumber data ... 25
2. Indikator dari setiap variabel dalam kuesioner... 27
3. Nama perusahaan, jumlah tenaga kerja, dan omzet per bulan dari inti sentra kerajinan keramik Klampok... 32
4. Diagram proses pembuatan keramik terracota... 40
5. Diagram proses pembuatan keramik cat... 44
6. Diagram proses pembuatan keramik glazuur... 46
7. Hasil nilai alpha... 53
8. Faktor-faktor penentu produktivitas ... 54
9. Pentingnya pemasok dalam peningkatan produktivitas... 55
10. Pentingnya persediaan dalam peningkatan produktivitas... 56
11. Pentingnya kegiatan produksi dalam peningkatan produktivitas ... 58
12. Pentingnya distributor dalam peningkatan produktivitas ... 59
13. Pentingnya konsumen dalam peningkatan produktivitas ... 60
14. Pentingnya kerjasama dalam peningkatan produktivitas... 61
No Halaman
1 Rantai pasokan (Siagian, 2005) ... 8
2 Tahapan rantai Pasokan (Chopra dan Meindl, 2004) ... 8
3 Aliran produk dari pemasok ke tangan konsumen akhir (Siagian,2005) ... 10
4 Strategi drop ship (Siagian, 2005)... 10
5 Kerangka pemikiran ... 22
6 Tahapan penelitian... 23
No Halaman 1. Penelitian terdahulu...71
2. Peta potensi Produk Unggulan daerah Kabupaten Banjarnegara...73 3. Kuesioner untuk Identifikasi Rantai Pasokan ...74 4. Kuesioner untuk menilai hubungan manajemen rantai pasokan
1.1. Latar Belakang
Sektor industri merupakan salah satu penyangga dalam perekonomian
Indonesia. Perekonomian akan berkembang jika usaha-usaha yang dijalankan
oleh sektor industri tumbuh dan berkembang secara pesat, sehingga
menghasilkan keuntungan yang cukup besar. Salah satu sub sektor industri
yang memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi adalah Usaha
Kecil dan Menengah (UKM). UKM mempunyai peranan yang strategis baik
secara ekonomi, sosial maupun politik.
Dilihat dari aspek ekonomi, UKM berfungsi sebagai penyedia barang
dan jasa bagi konsumen dan memberikan kontribusi besar terhadap devisa
negara. Produk-produk manufaktur maupun barang kerajinan UKM
memberikan kontribusi yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Sedangkan dari aspek sosial dan politis, sektor UKM memiliki
fungsi yang sangat penting dalam hal penyerapan tenaga kerja, upaya
pengentasan kemiskinan, dan sarana untuk membangkitkan ekonomi
kerakyatan.
Di Indonesia, UKM cukup berkembang dan memberikan kontribusi
yang sangat tinggi dalam pembangunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa
indikator, yaitu jumlah pelaku UKM yang semakin bertambah, penyerapan
tenaga kerja, sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), dan
peningkatan ekspor non migas. Pada tahun 2004 jumlah pelaku UKM sebesar
43.221.829, meningkat 1,61 persen dari tahun 2003 yang hanya sebesar
42.535.336 (BPS, 2005).
Pertambahan jumlah pelaku UKM ini memberikan pengaruh positif
terhadap angkatan kerja. Menurut BPS (2005), jumlah angkatan kerja pada
Oktober 2005 diperkirakan mencapai 106,9 juta orang bertambah 1,1 juta
orang dibanding Februari 2005 (105,8 juta orang) atau bertambah 2,9 juta
orang dibanding Agustus 2004 (93,7 juta orang). Selain itu, UKM juga
memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap penyerapan tenaga kerja.
2003 tercatat 79,0 juta pekerja atau meningkat 8,6 juta pekerja dibanding
tahun 2000 dengan 70,4 juta pekerja. Selama periode 2000-2003 meningkat
sebesar 12,2 persen atau rata-rata 4,1 persen per tahun (BPS, 2004).
Sumbangan yang diberikan UKM terhadap PDB menurut BPS (2005),
pada tahun 2004 sebesar Rp.1.135.864.343 naik 11,69 persen dari tahun
2003 yang baru mencapai Rp. 1.017.004.948. Selain itu UKM juga berperan
dalam ekspor non migas yang tercatat 19,9 persen di tahun 2003, sedikit lebih
tinggi dibandingkan dengan sumbangannya di tahun 2000 yaitu 19,4 persen
(BPS, 2004).
Peranan dan kontribusi UKM yang sangat besar tersebut, memberikan
tanda bahwa UKM harus dapat ditingkatkan lebih baik lagi. UKM akan
mampu bertahan dan bersaing apabila mampu menerapkan pengelolaan
manajemen secara baik. Pengelolaan manajemen secara umum mencakup
bidang pemasaran, pengendalian produksi, Sumber Daya Manusia (SDM),
dan keuangan.
Sebagian besar perusahaan melakukan kegiatan produksi dan
operasinya hanya sampai membuat produk saja, termasuk perusahaan
berskala kecil dan menengah. Padahal seharusnya kegiatan perusahaan
mencakup rangkaian proses yang terintegrasi dari hulu sampai hilir melalui
aspek keterkaitan. Hal tersebut dimulai dari perencanaan produk, peramalan
kebutuhan, pengadaan bahan baku, produksi, pengendalian persediaan,
penyimpanan, distribusi/transportasi ke pusat distributor, gudang, pedagang
kecil, retailer, pelayanan pada pelanggan proses pembayaran, dan sampai pada konsumen akhir.
Serangkaian proses tersebut lebih terkait dengan aktivitas pada satu
perusahaan. Namun demikian, dalam melakukan rangkaian proses tersebut,
dibutuhkan hubungan dengan perusahaan lain. Hubungan yang dilakukan
dengan perusahaan lain, seringkali menimbulkan suatu permasalahan.
Masalah yang muncul karena adanya penyekatan dalam rantai pasokan.
Selama ini, kegiatan perencanaan produksi, distribusi, transportasi dilihat
Pada saat konsumen menuntut penyediaan produk secara tepat waktu
dan mampu memuaskan kebutuhannya. Hal ini mendorong perusahaan untuk
lebih antisipasif terhadap kebutuhan konsumen. Salah satu solusi yang dapat
diterapkan oleh perusahaan adalah Manajemen Rantai pasokan (MRP).
Keunggulan MRP adalah mampu mengatur aliran barang atau produk
dalam suatu rantai pasokan. MRP mampu mengaplikasikan suatu jaringan
kegiatan produksi dan distribusi dari suatu perusahaan untuk memenuhi
tuntutan konsumen secara bersama. Tujuan utama dari MRP adalah
penyerahan pengiriman produk tepat waktu untuk memuaskan konsumen,
mengurangi biaya, meningkatkan hasil dari seluruh rantai pasokan,
mengurangi waktu, memusatkan kegiatan perencanaan dan distribusi.
UKM keramik di Kecamatan Purworejo-Klampok Banjarnegara adalah
salah satu UKM yang cukup berkembang dan menjadi salah satu produk
unggulan di Kabupaten Banjarnegara. Sebelum mengalami krisis ekonomi
yang melanda Indonesia pada Juli 1997, industri ini mampu melakukan
ekspor ke negara Australia (umumnya guci), Malaysia dan Singapura
(suvenir kecil), Timur Tengah (vas bunga kecil), Jepang, dan bahkan ke
negara-negara Eropa. Tapi akibat krisis tersebut industri keramik mengalami
kemerosotan, karena tidak mampu menanggung biaya produsi terutama bahan
baku produksi yang harganya mengalami kenaikan yang cukup tinggi.
Sehingga industri ini tidak sanggup memenuhi pesanan pembeli luar negeri.
Pemenuhan kebutuhan konsumen berhubungan dengan aliran rantai
pasokan barang di UKM. Pengaturan aliran rantai pasokan barang tidak
hanya dilakukan dalam satu UKM, tetapi diperlukan adanya hubungan
kerjasama dengan perusahaan lain. Untuk itu, pengaturan aliran rantai
pasokan yang baik akan mendorong peningkatan produktivitas di setiap
anggota rantai pasokan. Selama ini, para pelaku UKM hanya fokus kepada
aspek produksinya saja tanpa memperhatikan hubungan dalam rantai
pasokan. Oleh karena itu, penelitian mengenai MRP di UKM keramik
Klampok perlu dilakukan untuk melihat penerapan MRP di UKM dan
1.2. Rumusan Masalah
Hal-hal yang menjadi rumusan masalah berkaitan dengan rantai
pasokan yang dilakukan oleh UKM antara lain:
1. Bagaimana model rantai pasokan di UKM keramik Klampok
Banjarnegara ?
2. Bagaimana hubungan MRP terhadap produktivitas UKM keramik
Klampok ?
3. Bentuk solusi yang dapat diterapkan dengan pendekatan MRP di UKM
keramik Klampok?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah:
1. Menganalisis model rantai pasokan UKM Keramik Klampok.
2. Menganalisis hubungan MRP terhadap produktivitas UKM keramik
Klampok.
3. Memberikan solusi dengan pendekatan MRP pada UKM keramik
Klampok.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Usaha Kecil dan Menengah
Mengetahui solusi dalam menerapkan MRP sehingga mencapai efisiensi
biaya agar mampu bertahan dan bersaing di pasar.
2. Pemerintah Daerah
Meningkatkan kinerja UKM sehingga mampu menambah pendapatan
daerah dan membangun citra daerah melalui UKM ini.
3. Penelitian Penulis
Peneliti mengetahui model rantai pasokan di UKM dan menemukan
2.1. Manajemen Rantai Pasokan
2.1.1. Definisi Manajemen Rantai Pasokan
Heizer dan Render (2004) mendefinisikan MRP sebagai
pengintegrasian aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan
menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke
pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencakup aktivitas pembelian dan
outsourcing, ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan antara pemasok dan distributor. Russel dan Taylor (2004) menambahkan
bahwa MRP mengatur aliran informasi yang diteruskan ke rantai
pasokan di dalam pemesanan untuk mencapai tingkat sinkronisasi
dalam memenuhi kebutuhan konsumen dengan menurunkan biaya.
Chopra dan Meindl (2004) menyatakan bahwa rantai pasokan
melibatkan seluruh bagian, baik secara langsung atau tidak langsung,
untuk memenuhi permintaan konsumen. Rantai pasokan tidak hanya
berkaitan dengan manufaktur dan pemasok, tetapi juga melibatkan
transportasi, gudang, retailer, dan pelanggan itu sendiri. Tujuan dari rantai pasokan adalah memaksimalkan keseluruhan nilai. Keseluruhan
nilai rantai pasokan merupakan perbedaan diantara nilai dari produk
akhir terhadap pelanggan dan upaya rantai pasokan di dalam memenuhi
permintaan pelanggan.
Mentzer (2004) menambahkan bahwa MRP adalah strategi
manajemen dari seluruh fungsi bisnis yang meliputi beberapa aliran,
hulu atau hilir, untuk beberapa aspek pada sistem rantai pasokan. MRP
meliputi seluruh fungsi bisnis yang dikoordinasikan di dalam
perusahaan dan perusahaan lain yang terdapat pada rantai pasokan.
Ballou (2004) menambahkan bahwa rantai pasokan adalah sekumpulan
aktivitas (transportasi, pengendalian persediaan, dan sebagainya) yang
membutuhkan waktu di sepanjang jaringan untuk mengubah bahan
baku menjadi produk akhir dan memiliki nilai tambah bagi konsumen.
dan pemasok didalam perusahaan, dan nilai untuk stakeholders di perusahaan.
Watanabe (2001) menyatakan bahwa MRP adalah konsep atau
mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam
rantai pasokan melalui optimalisasi waktu, lokasi dan aliran kuantitas
bahan. Zabidi (2001) menambahkan bahwa MRP adalah modifikasi
praktek tradisional dari manajemen logistik yang bersifat adversial ke
arah koordinasi dan kemitraan antar pihak-pihak yang terlibat dalam
pengelolaan aliran informasi dan produk tersebut. Ross dalam Miranda dan Tunggal (2005) menyebutkan bahwa MRP adalah filosofi
manajemen yang secara terus-menerus mencari sumber-sumber fungsi
bisnis yang kompeten untuk digabungkan baik dalam perusahaan
maupun luar perusahaan.
Simchi-Levi et al. dalam Miranda dan Tunggal (2005) mendefinisikan MRP sebagai serangkaian pendekatan yang diterapkan
untuk mengintegrasi pemasok, pengusaha, gudang (warehouse) dan
tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk dihasilkan
dan didistribusikan dengan kuantitas yang tepat, lokasi tepat dan waktu
tepat untuk memperkecil biaya dan memuaskan kebutuhan pelanggan.
Miranda dan Tunggal (2005) menyebutkan elemen-elemen dalam
MRP adalah:
1. Struktur jaringan rantai pasokan
Jaringan kerja anggota dan hubungan dengan rantai pasokan
lainnya.
2. Proses bisnis rantai pasokan
Aktivitas-aktivitas yang menghasilkan nilai keluaran tertentu bagi
pelanggan.
3. Komponen MRP
Variabel-variabel pembelian dimana proses bisnis disatukan dan
Siagian (2005) menyatakan ruang lingkup MRP meliputi:
1. Rantai pasokan mencakup seluruh kegiatan arus dan transformasi
barang mulai dari bahan mentah, sampai penyaluran ke tangan
konsumen termasuk aliran informasinya. Bahan baku dan aliran
informasi adalah rangkaian dari rantai pasokan.
2. Rantai pasokan sebagai suatu sistem tempat organisasi
menyalurkan barang produksi.
2.1.2. Identifikasi Anggota Rantai Pasokan
Menurut Miranda dan Tunggal (2005), anggota rantai pasokan
meliputi semua perusahaan dan organisasi yang berhubungan dengan
perusahaan inti baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
pemasok atau pelanggannya dari point of origin hingga point of consumption, yaitu terdiri dari :
a. Anggota primer adalah semua perusahaan/unit bisnis strategik
yang benar-benar menjalankan aktivitas operasional dan manajerial
dalam proses bisnis yang dirancang untuk menghasilkan keluaran
tertentu bagi pelanggan atau konsumen.
b. Anggota sekunder adalah perusahaan-perusahaan yang
menyediakan sumber daya, pengetahuan, utilitas atau aset-aset bagi
anggota primer di rantai pasokan.
Siagian (2005) menyatakan bahwa MRP berkaitan langsung
dengan siklus bahan baku dari pemasok ke produksi, gudang, dan
distribusi kemudian sampai ke konsumen. Perusahaan meningkatkan
kemampuan bersaing melalui penyesuaian produk, kualitas yang tinggi,
pengurangan biaya, dan kecepatan meraih pasar dengan penekanan
pada rantai pasokan. Rantai pasokan mencakup keseluruhan interaksi
antara pemasok, perusahaan manufaktur, distributor dan konsumen.
Interaksi ini juga berkaitan dengan transportasi, informasi,
penjadwalan, transfer kredit maupun tunai, serta transfer bahan baku
antara pihak-pihak yang terlibat. Rantai pasokan menurut Siagian
Gambar 1. Rantai pasokan (Siagian, 2005)
Menurut Chopra dan Meindl (2004), tahapan dalam rantai
pasokan ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Tahapan rantai pasokan (Chopra dan Meindl, 2004)
2.1.3. Strategi Manajemen Rantai Pasokan
Menurut Sisilian dan Satir dalam Siagian (2005), unsur-unsur pembuat strategi MRP terdiri dari: 1) Faktor Primer, yaitu keunggulan
bersaing, fleksibilitas permintaan dan 2) Faktor Sekunder, yaitu
kapabilitas proses, batas waktu proses, dan risiko strategi.
1. Faktor Primer
a. Keunggulan bersaing
Porter dalam Miranda (2005) menyatakan secara umum keunggulan bersaing dapat diperoleh melalui diferensiasi
produk, kepeloporan biaya (berusaha meminimalisasi biaya - Informasi penjadwalan
- Arus kas - Arus pesanan
Pemasok Persediaan Perusahaan Distribusi Konsumen
- Arus kredit - Arus bahan baku
Supplier
Customer
Manufakturer Distributor Retailer
Manufakturer Distributor Retailer Customer
Customer Retailer
Distributor Manufakturer
Supplier
tanpa mengurangi nilai dan kualitas produk), respon yang
cepat dimana ditandai dengan sifat fleksibel, reliabel, cepat
tanggap terhadap perubahan-perubahan.
b. Fleksibilitas permintaan
Menurut Slack dalam Miranda (2005), fleksibilitas permintaan dipengaruhi oleh produk itu sendiri, campuran produk,
volume, dan tipe pengantaran.
2. Faktor Sekunder
a. Kapabilitas proses
Berkaitan dengan sejauh mana perusahaan dapat menjalankan
aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan.
b. Kematangan proses
Berkaitan dengan tingkat kinerja proses, bagaimana proses ini
dapat tanggap dan memenuhi tawaran pasar.
c. Risiko strategi
Risiko strategi mencakup penyebaran risiko, yaitu risiko yang
diterima perusahaan akibat adanya kebocoran informasi
tentang produk dan layanannya, baik itu yang diterima atau
diberikan pemasok, sehingga pesaing dapat mengetahui
strategi-strategi perusahaan.
Proses strategi MRP memiliki tiga tujuan, yaitu :
1. Menurunkan biaya, strategi MRP yang diberikan harus dapat
meminimalkan biaya logistik yang terjadi.
2. Menurunkan modal, strategi yang ditujukan untuk meminimalisasi
tingkat investasi di dalam strategi logistik.
3. Meningkatkan pelayanan, pelayanan harus selalu diperbaiki.
Menurut Siagian (2005), beberapa strategi yang digunakan
dalam MRP:
a. Postponement yaitu strategi untuk menunda modifikasi atau penyesuaian terhadap produk selama mungkin. Bantuan rancangan
dan bantuan pemasok dapat mempertahankan karakteristik generic
Postponement dapat dilakukan berkaitan dengan teknologi dan karakteristik proses, karakteristik produk dan karakteristik pasar.
b. Drop ship merupakan strategi yang sering digunakan distributor. Pada awalnya tahapan produk dari pemasok untuk sampai ke
tangan konsumen cukup panjang, seperti yang digambarkan pada
Gambar 3. Akan tetapi pada strategi drop ship, pemasok akan langsung mengirimkan ke konsumen pemakai dan bukan kepada
penjual agar menghemat waktu dan biaya pengangkutan ulang
seperti yang terlihat di Gambar 4. Hal lain yang dapat menghemat
biaya mencakup penggunaan kemasan khusus, label khusus, dan
lokasi tertentu dari label atau kode barang (barcode).
Gambar 3. Aliran produk dari pemasok ke tangan konsumen akhir (Siagian,2005)
Gambar 4. Strategi drop ship (Siagian, 2005)
c. Pembentukan lini kredit bagi pemasok.
d. Penurunan float bank ketika uangnya sedang dalam transit.
e. Pengkoordinasian produksi dan jadwal pengiriman dengan
pemasok dan distributor.
f. Pemanfaatan yang optimal atas ruangan di gudang penyimpanan.
Kunci MRP yang efektif adalah penyeimbangan arus produksi
dengan permintaan konsumen yang selalu berubah-ubah. Strategi MRP
yang sudah dijalankan dapat dilihat kinerjanya melalui cash flow,
saving, dan Return On Investment (ROI)
Menurut Heizer dan Render (2004), perusahaan harus
memutuskan suatu strategi rantai pasokan dalam rangka memperoleh
barang dan jasa dari luar. Salah satu strategi adalah pendekatan
Pemasok Manufaktur Distributor Retailer konsumen
Manajamen Rantai Pasokan
bernegosiasi dengan banyak pemasok dan mengadu satu pemasok
terhadap pemasok yang lain. Strategi kedua adalah untuk
mengembangkan hubungan kemitraan jangka panjang, dengan sedikit
pemasok untuk memuaskan pelanggan. Strategi ketiga adalah integrasi
vertikal, dimana perusahaan dapat memutuskan untuk menggunakan
integrasi balik vertikal dengan benar-benar membeli pemasok tersebut.
Variasi keempat adalah kombinasi sedikit pemasok dengan integrasi
vertikal, yang dikenal sebagai keiretsu. Dalam keiretsu, pemasok menjadi bagian dalam kesatuan perusahaan. Strategi kelima adalah
mengembangkan perusahaan virtual yang menggunakan para pemasok
sesuai dengan kebutuhan.
2.1.4. Perencanaan Manajemen Rantai Pasokan
Siagian (2005), menyatakan bahwa perencanaan manajemen
rantai pasokan terdiri dari enam topik, yaitu tingkatan perencanaan,
luasnya daerah perencanaan, tujuan pelayanan konsumen, strategi
fasilitas lokasi, keputusan persediaan dan strategi transportasi.
a. Tingkatan Perencanaan
Perencanaan MRP bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang
what (apa), when (kapan), how (bagaimana). Hal tersebut berlangsung pada tiga tingkatan, yaitu strategis, taktikal, dan
operasional. Perbedaan utama antara tingkatan tersebut ditentukan
oleh waktu untuk perencanaan. Perencanaan strategis digolongkan sebagai rencana jangka panjang logistik, dimana waktu yang
dibutuhkan lebih dari satu tahun. Perencanaan ini biasanya
berhubungan dengan kebijakan-kebijakan perusahaan dalam
menjalankan perusahaan. Perencanaan taktis merupakan perencanaan logistik jangka menengah, biasanya berlaku pada
jangka menengah yang tidak terlalu lama, kurang dari satu tahun.
Perencanaan operasional berorientasi pada kegiatan operasional logistik sehari-hari, sehingga jangka waktunya sangat pendek
b. Luasnya Daerah Perencanaan
Kegiatan logistik menyangkut empat keputusan penting, meliputi:
1. Tingkat layanan kepada pelanggan;
2. Lokasi fasilitas logistik, yaitu menentukan strategi logistik
dapat berjalan lancar dan menjamin akan mendapatkan stock; 3. Keputusan persediaan, berkaitan dengan persediaan yang
dimiliki dan kecukupan stock barang;
4. Keputusan transportasi, yaitu memilih model transportasi yang
akan digunakan.
c. Tujuan Pelayanan Konsumen
Pada tingkat pelayanan jasa yang rendah, pemusatan persediaan
dapat dilakukan di beberapa tempat, akibatnya biaya menjadi
mahal. Tetapi, pada usaha dengan pelayanan jasa yang tinggi maka
akan terjadi sebaliknya.
d. Strategi Fasilitas Lokasi
Perencanaan logistik terhadap fasilitas lokasi, sangat tergantung
pada posisi geografis dari tempat penyimpanan dan tempat sumber
daya. Menetapkan jumlah, lokasi, besarnya fasilitas, dan
menentukan pasar yang dituju adalah cara penentuan produk yang
tepat untuk dipasarkan. Menentukan biaya rendah atau
mendapatkan keuntungan yang maksimal adalah tujuan dari
perencanaan strategi fasilitas lokasi.
e. Keputusan Persediaan
Keputusan persediaan menunjukkan tata cara bagaimana
persediaan diatur. Kebijakan yang diambil perusahaan biasanya
mempengaruhi keputusan fasilitas lokasi, untuk itu kebijakan ini
digolongkan sebagai strategi logistik.
f. Strategi Transportasi
Keputusan transportasi yang digunakan sangat bergantung pada
mode, seperti ukuran pengiriman, rute pengiriman, dan
Selain itu, masalah perencanan logistik dapat dilihat dari
jaringan kerjanya. Jaringan tersebut menggambarkan pergerakan barang
mulai dari toko pengecer – gudang – pabrik atau vendor. Jaringan kerja yang akan dibuat sangat bergantung pada hal-hal berikut:
1. Kapan direncanakan
2. Pola permintaannya
3. Pelayanan konsumen, mencakup kemampuan pengadaan
persediaan, kecepatan pengiriman barang, dan kecepatan serta
ketepatan memenuhi permintaan
4. Karakteristik produk, meliputi berat, volume, harga dan risiko
5. Biaya logistik
6. Kebijakan harga terhadap barang.
2.1.5. Mengelola Rantai Pasokan
Menurut Heizer dan Rander (2004), pengelolaan rantai pasokan
yang sukses adalah dimulai dengan kesepakatan tujuan bersama, diikuti
dengan kepercayaan bersama, dan dilanjutkan dengan budaya
organisasi yang sejalan.
1. Kesepakatan tujuan bersama
Sebuah rantai pasokan yang terintegrasi memerlukan kerjasama
yang baik dalam hubungan dengan anggotanya. Anggota rantai
pasokan harus menghargai bahwa satu-satunya pihak yang
menanamkan modal pada sebuah rantai pasokan adalah pelanggan
akhir. Oleh karena itu, perlu pemahaman timbal balik mengenai
misi, strategi, dan sasaran dari organisasi. Rantai pasokan yang
terintegrasi menambah nilai ekonomi dan memaksimalkan isi total
produk.
2. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan hal penting dalam rantai pasokan yang
efektif dan efisien. Anggota rantai pasokan harus masuk ke dalam
hubungan dan saling berbagi informasi. Hubungan yang dibangun
berdasar saling percaya. Hubungan antar pemasok cenderung akan
seperti penelitian konsumen, analisis penjualan, prediksi, dan
perencanaan produksi merupakan aktivitas bersama.
3. Budaya organisasi yang sejalan
Sebuah hubungan yang positif diantara organisasi pembeli dan
pemasok dengan budaya organisasi yang sesuai, dapat menjadi
keuntungan nyata dalam membuat rantai pasokan menjadi lebih
baik.
2.1.6. Permasalahan dalam Rantai Pasokan yang Terintegrasi
Heizer dan Render (2004) menyatakan ada tiga permasalahan
dalam mengembangkan rantai pasokan yang efisien dan terintegrasi :
1. Optimasi Lokal
Anggota rantai pasokan harus memusatkan perhatian untuk
memaksimalkan keuntungan lokal atau meminimalkan biaya
langsung berdasarkan pada pengetahuan mereka yang terbatas.
2. Insentif (Insentif Penjualan, Potongan karena Kuantitas, Kuota, dan
Promosi)
Insentif memasukkan barang dagangan ke rantai pasokan untuk
penjualan yang belum terjadi. Hal ini menimbulkan fluktuasi yang
mahal bagi semua anggota rantai pasokan.
3. Lot Besar
Sering terjadi penyimpangan pada lot besar sebab hal ini
cenderung mengurangi biaya per unit.
2.2. Produktivitas
Handoko (2000) mendefinisikan produktivitas sebagai hubungan
antara masukan-masukan dan keluaran keluaran suatu sistem produktif.
Produktivitas mengukur hubungan ini sebagai rasio keluaran dibagi
masukan. Bila lebih banyak keluaran diproduksi dengan jumlah masukan
sama, produktivitas naik. Begitu juga, bila lebih sedikit masukan digunakan
untuk sejumlah keluaran sama, produktivitas juga akan naik.
Rivanto (1986) menyebutkan bahwa daya produksi (production force)
adalah kekuatan yang meningkat dari setiap elemen produksi. Produktivitas
oleh daya produksi. Produktivitas dapat diartikan sebagai campuran
(compound) dari produksi dan aktivitas, dimana daya produksi menjadi
penyebabnya dan produktivitas mengukur hasil dari daya produktivitas itu.
Menurut Mundel (1983), produktivitas merupakan rasio dari output
yang diproduksi untuk dimanfaatkan oleh pihak luar organisasi yang
meliputi semua jenis produk. Produktivitas ditentukan oleh sumber daya
yang digunakan dan ditentukan dengan rasio yang sama periode dasarnya.
Sedangkan efektivitas mengukur seberapa baik kinerja sumber daya yang
dipakai dalam mencapai tujuan produksi. Menurut Syamsu (1978),
produktivitas sebagai perbandingan diantara ouput yang dihasilkan suatu
organisasi dan input yang dimasukkan kedalamnya.
2.3. Faktor-Faktor Produktivitas
Siagian (2005) mengemukakan faktor-faktor produktivitas yang
dianggap sebagai kekuatan dan mempengaruhi dinamika produktivitas
secara langsung maupun tak langsung dengan pengubahan unsur-unsur
pemasukan dan hasil hubungan satu sama lain. Faktor-faktor produktivitas
ini terdiri dari delapan faktor produktivitas yang umum, antara lain: manusia,
modal, metode/proses, lingkungan organisasi (internal), produksi,
lingkungan negara, lingkungan internasional maupun regional dan umpan
balik. Semua faktor-faktor ini dipandang sebagai sub-sistem untuk
menunjukkan dimana potensi produktivitas dan cadangannya disimpan. Di
bawah ini dijelaskan menganai sub-sistem yang perlu dipertimbangkan:
1. Manusia
- Kuantitas
- Tingkat keahlian
- Latar belakang kebudayaan dan pendidikan
- Kemampuan dan sikap
- Minat
- Struktur pekerjaan, keahlian umur dan jenis kelamin dari angkatan
2. Modal
- Modal tetap (mesin, gedung, alat-alat, volume dan strukturnya)
- Teknologi penelitian dan pengembangan
- Bahan baku (volume dan standar)
3. Metode/Proses
- Tata ruang tugas
- Penanganan bahan baku penolong dan mesin
- Perencanaan dan pengawasan produksi
- Pemeliharaan melalui pencegahan
- Teknologi yang memakai cara alternatif
4. Lingkungan organisasi (internal)
- Organisasi dan perencanaan
- Sistem manajemen
- Kondisi kerja (fisik)
- Iklim kerja (sosial)
- Tujuan perusahaan dan hubungannya dengan tujuan lingkungan
- Sistem insentif
- Kebijaksanaan personalia
- Gaya kepemimpinan
- Ukuran perusahaan (ekonomi skala)
5. Produksi
- Kuantitas
- Kualitas
- Ruangan produksi
- Struktur campuran
- Spesialisasi produksi
6. Lingkungan negara
- Kondisi ekonomi dan perdagangan
- Struktur sosial dan politik
- Struktur industri
- Tujuan pengembangan jangka panjang
- Kebijakan ekonomi pemerintah (perpajakan dan lain-lain)
- Kebijakan tenaga kerja
- Kebijakan penelitian dan pengembangan
- Kebijakan energi
- Kebijakan pendidikan dan latihan
- Kondisi iklim dan geografis
- Kebijakan perlindungan lingkungan
7. Lingkungan internasional maupun regional
- Kondisi perdagangan dunia
- Masalah-masalah perdagangan internasional
- Investasi dan usaha bersama
- Spesialisasi internasional
- Kebijakan migrasi tenaga kerja
- Fasilitas latihan internasional
- Bantuan internasional
- Standar tenaga kerja dan teknik internasional
8. Umpan balik
Dalam pengertian umum, umpan balik adalah informasi yang ada
pada hubungan timbal balik masukan (input) dan hasil (output) dalam
perusahaan, antara perusahaan dengan ruang lingkup negara
(internasional). Umpan balik menunjukkan bagaimana masyarakat
menilai kuantitas dan kualitas produksi (hasil) berapa banyaknya uang
yang harus dibayarkan dari sudut lain berapa banyak yang mau
dibayarkan untuk masukan-masukan utamanya (tenaga kerja dan modal)
dimana masyarakat menawarkan pada perusahaan.
2.4. Usaha Kecil dan Menengah
Menurut UU No. 9 Tahun 1995, kriteria usaha kecil dilihat dari segi
keuangan dan modal yang dimilikinya ialah:
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta (tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha, atau
Untuk kriteria usaha menengah:
1. Untuk sektor industri, memiliki total aset paling banyak Rp. 5 milyar.
2. Untuk sektor non industri, memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp.600 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan
memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 3 milyar.
Menurut Departemen Keuangan yang tercantum dalam keputusan
Mentri Keuangan Republik Indonesia No 40/KMK.06/2003, menyebutkan
bahwa usaha mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan
Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak
Rp100.000.000 per tahun.
Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Deperindag (2002) memberikan batasan jumlah tenaga kerja dalam menentukan skala usaha terutama di
sektor industri, yaitu industri kerajinan rumah tangga (IKRT) dengan 1-4
pekerja, dan industri kecil (IK) dengan 5-19 pekerja dengan pemiliknya,
industri berskala sedang dengan jumlah pekerja 20-49 orang, dan industri
berskala besar dengan jumlah pekerja lebih dari 50 orang.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2002) memberikan
kriteria skala usaha berdasarkan jumlah pekerja dan jumlah penjualan per
tahun. Berdasarkan jumlah pekerja, skala usaha dibagai menjadi industri
dagang mikro (1-4 pekerja), industri dagang kecil (5-19 pekerja), dan industri
dagang menengah (20-99 pekerja). Sedangkan dari jumlah penjualan per
tahun, industri dan dagang kecil (termasuk mikro) adalah industri yang
memiliki jumlah penjualan per tahun kurang dari satu milyar.
Pengertian usaha mikro menurut lembaga-lembaga internasional
adalah usaha non pertanian dengan jumlah pekerja maksimal 10 orang
(termasuk wirausaha, pekerja magang, pekerja upahan dan pekerja yang tidak
dibayar, karena termasuk anggota keluarga), menggunakan teknologi
sederhana atau tradisional, memiliki keterbatasan akses dalam kredit,
mempunyai kemampuan manajerial rendah dan cenderung beroperasi di
sektor informal.
100.000 dan mempekerjakan kurang daripada 10 orang. Sementara itu, usaha
kecil didefinisikan sebagai usaha dengan total penjualan mulai dari USD
100.000 hingga USD 3 juta dan mempekerjakan 10-50 orang.
Partomo dan Soejoedono (2004) mendefinisikan UKM mencakup
sedikitnya dua aspek yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek
pengelompokkan perusahaan, ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap
dalam gugusan atau kelompok perusahaan tersebut (range of the member of
employes).
Kriteria umum UKM dilihat dari ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
1. Struktur organisasi yang sangat sederhana.
2. Tanpa staf yang berlebihan.
3. Pembagian kerja yang "kendur".
4. Memiliki hirarki manajerial yang pendek.
5. Aktifitas sedikit yang formal dan sedikit menggunakan proses
perencanaan.
6. Kurang membedakan aset pribadi dari aset perusahaan.
Partomo dan Soejoedono (2004), menyatakan bahwa strategi bisnis
yang perlu diambil untuk mempertahankan dan mengembangkan UKM,
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Untuk dapat mengembangkan UKM perlu dipelajari terlebih dulu tentang
ciri-ciri, definisi/pengertian, kelemahan-kelemahan, potensi-potensi yang
tersedia serta perundang-perundangan yang mengatur.
2. Diperlukan bantuan manjerial agar tumbuh inovasi-inovasi dalam
mengelola UKM secara berdampingan dengan usaha-usaha besar.
3. Secara vertikal dalam sistem gugus usaha, UKM bisa menjadikan diri
sebagai komplemen-komplemen usaha bagi industri perusahaan
produsen utama. Diperlukan suatu strategi UKM untuk menjalin kerja
komplementer dengan usaha-usaha besar.
4. Kerjasama bisa berbentuk koperasi dan secara bersama-sama beroperasi
masuk (entry) dalam usaha tertentu. Di Indonesia, kemitraan usaha yang
sehingga pemerintah menganggap perlu membentuk Departemen khusus
untuk menangani UKM dan koperasi.
2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang telah dilakukan berkaitan dengan UKM dan
MRP (Lampiran 1), antara lain:
1. Adhi (2005), mengenai produktivitas kerja pada industri kecil penghasil
knalpot di Kabupaten Purbalingga. Metode yanng digunakan adalah
diagram fishbone, rasio produktivitas dan rank spearman. Hasil yang diperoleh adalah mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
produktivitas, yaitu jenis bahan baku, produktivitas tenaga kerja dan
sumber modal.
2. Adriansyah (2005), mengenai manajemen rantai persediaan barang
(SCM) di bagian hulu produk pasteurisasi. Metode yang digunakan
adalah studi kasus case study.
3.Susiana (2005), mengenai analisis rantai persediaan (SC) komoditas jeruk
medan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, margin
3.1. Kerangka Pemikiran
Usaha Kecil dan Menengah dalam perekonomian Indonesia dituntut
supaya terus maju dan berkembang menghadapi persaingan global.
Perkembangan UKM di Indonesia memiliki fungsi yang cukup signifikan
baik dilihat dari aspek ekonomi, sosial dan politik. UKM berperan dalam
pertumbuhan ekonomi Indonesia, penyerapan sektor tenaga kerja, upaya
pengentasan kemiskinan, dan sarana untuk membangkitkan ekonomi
kerakyatan. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah pelaku UKM yang semakin
bertambah, penyerapan tenaga kerja, sumbangan terhadap PDB, dan
peningkatan ekspor non migas.
UKM dapat berkembang baik, jika mampu melakukan pengelolaan
perusahaan dengan baik. Pengelolaan perusahaan mencakup kegiatan dalam
rantai pasokan. Kegiatan rantai pasokan dapat berjalan secara efisien jika
dikelola dan dirancang dengan baik, sehingga dapat meningkatkan
produktivitas. Salah satu model yang dapat diterapkan adalah MRP. MRP
mampu mengatur aliran barang dari pemasok ke konsumen sehingga
memiliki keunggulan bersaing. Selain itu, MRP lebih memfokuskan pada
operasi lintas perusahaan dalam satu kesatuan rantai pasokan dari pada hanya
berusaha sendiri dalam organisasi tunggal. Oleh karena itu, penerapan MRP
dapat memperbaiki produktivitas di perusahaan-perusahaan sebagai anggota
rantai pasokan. Kerangka pemikiran penelitian digambarkan dalam Gambar
Gambar 5. Kerangka pemikiran
Produktivitas UKM Studi Kasus: UKM Keramik Klampok,
Banjarnegara
Manajemen Rantai Pasokan
3.2. Tahapan Penelitian
[image:45.612.131.522.112.668.2]Tahapan peneltian disajikan pada Gambar 6:
Gambar 6. Tahapan penelitian Rekomendasi solusi penerapan MRP
Kesimpulan dan Saran Identifikasi minat Penelitian
Gagasan-gagasan
Penentuan objek penelitian
Studi Pustaka dan Diskusi
Pemilihan topik penelitian:
Analisis Rantai Pasokan Di UKM Keramik Klampok Banjarnegara
Perumusan Masalah
1. Bagaimana model rantai pasokan di UKM keramik Klampok?
2. Bagaimana hubungan MRP terhadap produktivitas UKM keramik Klampok?
3. Bentuk solusi yang dapat diterapkan dengan pendekatan MRP diUKM keramikKlampok?
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis model rantai pasokan UKM keramik Klampok.
2. Menganalisis hubungan MRP terhadap produktivitas UKM keramik Klampok. 3. Memberikan solusi dengan pendekatan MRP pada UKM keramik Klampok
Rancangan Pengumpulan Data;
Identifikasi kebutuhan data, Metode pengumpulan data, Pemilihan teknik analisis
Studi Pendahuluan/initial assesment
Pengumpulan dan kompilasi data lapangan - Pengisian kuesioner
- Observasi dan wawancara Pengumpulan dan
pengolahan data
Analisis data
- Analisis rantai pasokanÆ Analisis deskriptif - Tanggapan respondenÆ Frekuensi - Analisis MRP terhadap produktivitas UKMÆ
Regresi Logistik
Pra penelitian
Penyusunan riset desain dan kuesioner Uji reliabilitas Uji validitas
3.3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari UKM Keramik
Banjarnegara. Lokasi penelitian berada di UKM keramik Klampok
Kabupaten Banjarnegara (Lampiran 2). Data sekunder adalah berupa
dokumen-dokumen atau literatur-literatur dari BPS, internet, surat kabar dan
jurnal.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Observasi, yang bertujuan untuk mengamati obyek penelitian, sehingga
memahami kondisi yang sebenarnya. Pengamatan bersifat non
partisipatif, yaitu peneliti berada di luar sistem yang diamati.
2. Wawancara, yang dilakukan kepada para pengusaha dan instansi-instasi
terkait sebagai responden.
3. Kuesioner berisi mengenai daftar-daftar pertanyaan dan pernyataan yang
ditujukan kepada pihak-pihak terkait. Kuesioner dibagi menjadi dua
jenis, yaitu kuesioner untuk mengidentifikasi rantai pasokan (Lampiran
3) dan kuesioner untuk menilai hubungan antara manajemen rantai
pasokan dengan produktivitas (Lampiran 4). Kuesioner pertama terdiri
dari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan rantai pasokan
seperti pemasok, persediaan, produksi, distributor, konsumen, kerjasama
dan SDM yang terkait dengan tenaga kerja. Kuesioner kedua berisi
pernyataan-pernyataan tertutup yang berarti setiap responden tidak dapat
memberikan jawaban dan tanggapan selain dari yang disediakan dalam
kuesioner. Skala pengukuran yang digunakan untuk menilai jawaban
responden adalah skala likert 5 tingkat, dengan keterangan pemberian
bobot sebagai berikut:
bobot 5 = sangat setuju
bobot 4 = setuju
bobot 3 = netral
bobot 2 = tidak setuju
Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data dibuat dalam Tabel 1
[image:47.612.152.509.128.344.2]berikut:
Tabel 1. Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data
Kebutuhan data Jenis Data Metode Sumber Data
Identifikasi rantai pasokan keramik
Primer Wawancara, kuesioner, observasi
Pengusaha keramik
- Perkembangan UKM Keramik di Banjarnegara
- Jumlah pelaku usaha
keramik
Primer, sekunder
Wawancara, - Pengusaha keramik
- BPS kabupaten
Banjarnegara - surat kabar - internet
- Jumlah tenaga kerja
- Jumlah bahan baku yang
digunakan
- Jumlah produk yang
dihasilkan
- Besarnya modal usaha - Omzet penjualan
Primer, sekunder
Wawancara, kuesioner,
- Pengusaha keramik - staf dan pekerja
- Kuesioner hubungan MRP
dengan produktivitas
Primer Kuesioner - Pengusaha keramik
Setelah identifikasi rantai pasokan kemudian penelitian dilanjutkan
dengan mengkaji hubungan variabel dalam MRP terhadap produktivitas.
1. Produktivitas (Y)
Beberapa faktor yang dimasukkan menjadi batasan dalam
pengukuran produktivitas antara lain berkaitan dengan keahlian tenaga
kerja, teknologi, perencanaan dan pengawasan produksi, ukuran
perusahaan, bentuk kerjasama yang dilakukan pihak perusahaan, kebijakan
pendidikan dan pelatihan oleh pemerintah daerah serta kualitas produk.
2. Manajemen Rantai Pasokan
Beberapa faktor yang terkait dengan manajemen rantai pasokan antara
lain:
a. Pemasok (X1)
Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan pemasok antara
lain: hubungan dengan pemasok, jumlah pemasok, sistem kerjasama
b. Persediaan (X2)
Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan persediaan antara
lain: jumlah persediaan, jangka waktu penyimpanan dan efektifitas
persediaan yang terkait dengan kelancaran hubungan dengan
pemasok.
c. Produksi (X3)
Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan produktivitas
antara lain: mutu produk, pengawasan mutu, jumlah produksi, desain
produk dan informasi untuk kegiatan produksi.
d. Distributor (X4)
Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan distributor antara
lain: pemilihan penggunaan distributor, sistem pengangkutan,
frekuensi pendistribusian dan ketepatan pendistribusian.
e. Konsumen (X5)
Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan konsumen antara
lain: peningkatan produktivitas, peningkatan pelayanan, promosi dan
peningkatan kualitas produk.
f. Kerjasama (X6)
Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan kerjasama adalah
kerjasama vertikal dan horisontal. Kerjasama vertikal terkait dengan
kerjasama antara perusahaan atau lembaga pendidikan dan informasi,
sedangkan kerjasama horisontal terkait dengan pemasok.
g. Sumber Daya Manusia (X7)
Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan tenaga kerja
antara lain : kualitas tenaga kerja, pendidikan dan pelatihan tenaga
kerja dan penggunaan tenaga ahli dalam proses produksi.
Tabel 2. Indikator dari setiap variabel dalam kuesioner
No Variabel Indikator Nomor di
Kuesioner 1 Produktivitas - Keahlian tenaga kerja
- Teknologi
- Perencanaan dan pengawasan produksi - Ukuran perusahaan
- Bentuk kerjasama yang dilakukan pihak perusahaan
- Kebijakan pendidikan dan pelatihan oleh pemerintah daerah
- Kualitas produk
1 2 3 4 5 6 7
2 Pemasok - Hubungan dengan pemasok
- Jumlah pemasok
- Sistem kerjasama dengan pemasok
8 dan 11 9 10
3 Persediaan - Jumlah persediaan
- Jangka waktu penyimpanan
- Efektifitas persediaan yang terkait dengan kelancaran hubungan dengan pemasok.
13 dan 16 14 15
4 Produksi - Mutu produk
- Pengawasan mutu - Jumlah produksi - Desain produk
- Informasi untuk kegiatan produksi.
17 18 19 20 21 5 Distributor - Pemilihan penggunaan distributor
- Sistem pengangkutan - Frekuensi pendistribusian - Ketepatan pendistribusian
22 23 24 25
6 Konsumen - Peningkatan produktivitas
- Peningkatan pelayanan - Promosi
- Peningkatan kualitas produk
26 27 dan 29
28 30
7 Kerjasama - Kerjasama vertikal
- Kerjasama horisontal
31, 33, 34 32,
8 SDM - Kualitas tenaga kerja
- Pendidikan dan pelatihan tenaga kerja - Penggunaan tenaga ahli
35 dan 36 37 38
3.4. Populasi dan Sampel
Jumlah populasi UKM keramik Klampok adalah 20 UKM. Untuk
mengidentifikasi rantai pasokan, diambil 20 UKM. Responden yang
digunakan untuk menilai hubungan MRP terhadap produktivitas adalah
populasi dari pengusaha keramik sebesar 20 pengusaha keramik. Pengusaha
dijadikan sebagai responden karena dianggap mewakili dan mengetahui
keadaan usahanya, terutama mengenai rantai pasokan dan produktivitas
3.5. Pengolahan dan Analisis Data
Analisis deskriptif dilakukan untuk mengidentifikasi penerapan MRP.
Faktor-faktor yang digunakan dalam mengidentifikasi MRP adalah pemasok,
persediaan, produksi, distributor, konsumen, kerjasama dan SDM.
Faktor-faktor ini kemudian dikaji berdasarkan teori mengenai MRP.
3.5.1. Uji Kuesioner
Kuesioner dibuat untuk mengetahui tanggapan responden
mengenai produktivitas dan MRP. Sebelum menyebarkan kuesioner
dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Validitas menunjukkan sejauh
mana suatu alat pengukur (instrument) itu mengukur apa yang ingin
diukur. Langkah-langkah dalam mengukur validitas kuesioner antara
lain mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur,
melakukan uji coba tersebut kepada responden, mempersiapkan tabel
tabulasi jawaban, menghitung korelasi antara data pada masing-masing
pernyataan dengan skor total memakai rumus teknik korelasi product moment.
Rumus korelasi product moment, yaitu:
(
) (
)( )
(
)
[
2 2]
[
2( )
2]
Y Y n X X n Y X XY n rhitung ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑
= ... (1)
Keterangan :
hitung
r = nilai koefisien Pearson
n = jumlah reponden
X = skor pertanyaan
Y = skor total
Setelah kuesioner dinyatakan valid, selanjutnya dilakukan uji
reliabilitas. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan
konsisitensi suatu alat pengukuran di dalam mengukur gejala yang
Pengujian validitas dan reliabilitas menggunakan program
Microsoft Excel dan SPSS versi 11.
3.5.2. Regresi Stepwise
Menurut Iriawan dan Astuti (2006), regresi stepwise merupakan
salah satu solusi menyelesaikan masalah regresi yang variabel
prediktornya saling berkorelasi. Tipe-tipe regresi ada tiga, yaitu regresi
stepwise, forward selection dan backward elimination.
Pada forward selection, pembuatan model terbaik dilakukan dengan menambahkan variabel satu-persatu. Dalam backward elimination, pembuatan model regresi terbaik dilakukan dengan membuat terlebih dahulu model regresi untuk semua variabel prediktor.
Selanjutnya, mengurangi variabel satu-persatu sampai tinggal satu
variabel. Pengolahan dengan regresi stepwise menggunakan program
Minitab 14 for Window. 3.5.3. Regresi Logistik
Menurut Irawan dan Astuti (2006), regresi logistik digunakan
untuk menganalisis data dengan variabel respon bersifat kualitatif.
Dalam penelitian ini, regresi logistik digunakan untuk menganalisis
hubungan MRP (pemasok, persediaan, produksi, distributor, konsumen,
kerjasama, dan SDM) terhadap Produktivitas. Persamaan dalam regresi
logistik dinyatakan dalam bentuk berikut:
( )
[
]
( )
( )
xx x
x α β
π π π ⎟⎟= + ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − = 1 log it
log ... (3)
Dalam hal ini, π
( )
x adalah peluang sukses apabila variabel prediktor bernilai x. Bentuk lain dari logistik dapat dinyatakan dalam:( )
(
(
)
)
x x x β α β α π + + + = exp 1 exp ... (4)4.1. Gambaran Umum UKM Keramik Klampok
Sentra kerajinan keramik Klampok Kabupaten Banjarnegara terletak di
Desa Klampok Kecamatan Purworejo Klampok, yang jaraknya 30 km dari
Ibukota Banjarnegara ke arah Barat menuju Purbalingga, Banyumas dan
Purwokerto. Keramik Klampok merupakan salah satu produk unggulan
Kabupaten Banjarnegara, selain produk lain seperti kerajinan bambu, batik
tulis, border, kerajinan kulit kerang, meubel, VCO (Virgin Coconut Oil),
jamur, jenang salak, kering kentang, sirup salak, nata decoco, dan salak pondoh. Kerajinan keramik memiliki potensi tinggi terutama dengan nilai
investasi sebesar Rp.900 juta dan jumlah rata-rata produksi per tahun
mencapai 540.000 buah (Dinas Indagkop, 2004).
Keramik Klampok dikembangkan pertama kali oleh perusahaan yang
dimiliki bangsa Belanda, dengan mempekerjakan masyarakat Klampok
sebagai pegawainya. Salah satu pegawainya yang bernama Bapak Kandar
Atmowinoto mendirikan perusahaan keramik pada tahun 1957 dengan nama
keramik Meandallai yang berarti “Mendidik Anak dalam Lapangan Industri”.
Dalam mengajarkan kepada pegawainya, Bapak Kandar menggunakan sistem
pendidikan yang digunakan Belanda. Pendidikan yang diajarkan cukup keras
serta menuntut ketekunan dan disiplin yang cukup tinggi. Penerapan sistem ini
memberi pengaruh positif pada perkembangan usaha keramik. Hal ini
dibuktikan pada tahun berikutnya, yaitu tahun 1964, berdiri perusahaan
keramik Usaha Karya dan pada tahun 1967 berdiri perusahaan keramik
Mustika, yang kemudian disusul dengan berdirinya perusahaan-perusahaan
lain yang bergerak di bidang keramik.
Sentra kerajinan keramik Klampok merupakan tempat berkumpulnya
para pengrajin keramik Klampok. Sentra ini terdiri dari inti dan plasma.
Plasma adalah kegiatan usaha yang dilakukan seseorang dalam satu proses
produksi keramik dan hasil produksinya disetorkan ke inti yang bersangkutan
berdasarkan perjanjian kontrak yang disepakati antara inti dan plasma.
dahulu. Empat organisasi tersebut antara lain ASKRI (Asosiasi Keramik
Indonesia), TUNAS ASKRI, Alunik dan Al Barokah. Di dalam Sentra
terdapat Forum Rembug Klaster, dimana Forum Rembug Klaster ini bertujuan
untuk menjembatani, mengidentifikasi, merumuskan permasalahan yang ada
di Sentra. Dalam melakukan tugasnya, Forum Rembug Klaster didampingi
oleh BDS (Bussines Development Service) "Faizul Muna". Forum Rembug
Klaster bertugas menyampaikan program yang telah disepakati oleh Sentra ke
Fedep (Federasi Development Provider) di kabupaten, yang kemudian akan
dilanjutkan ke FPESD (Forum Pengembangan Ekonomi Sosial Daerah) di
tingkat propinsi.
Pada awal perkembangannya usaha keramik mengalami kemajuan
cukup pesat. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan
Koperasi (Dinas Indagkop) pada tahun 2002, jumlah UKM keramik