• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sosial Ekonomi a. Pendapatan Masyarakat

Dalam dokumen Bab-3 RONA LINGKUNGAN HIDUP (Halaman 106-123)

Fluktuasi Arus Lalulintas Toili-Toili Barat

B. Biota Air Laut 1. Plankton

4. Terumbu Karang

3.3. KOMPONEN SOSIAL 1. Demografi

3.3.2 Sosial Ekonomi a. Pendapatan Masyarakat

Salah satu indikator kemakmuran atau kesejahteraan adalah besarnya pendapatan masyarakat. Tinggi rendahnya pendapatan seseorang umumnya dapat dilihat melalui jenis matapencaharian atau pekerjaannya. Dengan melihat tingkat pendapatan masyarakat akan dapat diukur tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara ekonomi ini akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan non ekonomi, yang antara lain dapat ditunjukkan melalui kondisi bangunan rumah, perabotan rumah tangga, kondisi pendidikan anggota keluarga dan lain sebagianya.

Gambaran mengenai pendapatan rumah tangga setiap bulan dapat dicirikan menjadi 2 kelompok sumber penghasilan, yaitu kelompok formal dan kelompok informal (petani dan lain sebagainya). Untuk menghitung pendapatan per tahun kelompok formal sangatlah mudah karena pendapatan diperoleh secara rutin/tetap setiap bulan. Tetapi pendekatan pendapatan rumah tangga bagi kelompok informal seperti petani, nelayan, jasa, pedagang dan lain-lain sangatlah sulit. Hal ini dikarenakan pendapatan setiap bulan untuk kelompok informal tidak tetap dan bersifat musiman. Hasil usaha mereka sering mengalami pasang surut, kadang-kadang berhasil, kadang-kadang mengalami kegagalan karena pengaruh berbagai faktor, seperti adanya serangan hama penyakit, harga hasil panen jatuh, sepinya para konsumen dan lain-lain. Bagi penduduk daerah penelitian pada umumnya para petani ataupun pengusaha lainnya enggan untuk memperhitungkan antara penghasilan yang diperoleh dengan biaya pengeluaran proses produksi ataupun untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya.

Berdasarkan data struktur responden menurut matapencaharian utama diketahui bahwa sebagian besar responden bekerja di bidang pertanian, yang meliputi petani dan buruh tani sebanyak 56,25%, nelayan dan buruh nelayan 2,50%. Penduduk yang bermatapencaharian sebagai nelayan umumnya bermukim di pinggir pantai dan rata-rata melaut hanya 4 – 5 hari per minggu. Pendapatan mereka berkisar antara Rp 20.000,00 – Rp 50.000,00. Jenis matapencaharian lain yang cukup dominan adalah sebagai pengusaha/wiraswasta (16,67%), aparat desa (5,42%), PNS 5,41% dan lain-lain sebanyak 5%. Dilihat dari tingkat pendapatannya, rata-rata pendapatan responden per bulan adalah Rp 1.383.204,00 dengan tingkat pendapatan terendah sebesar Rp 150.000,00 dan yang

tertinggi adalah Rp 5.000.000,00. Nilai modus pendapatan sebesar Rp 600.000,00 per keluarga per bulan. Tingkat pendapatan responden yang paling dominan adalah hingga Rp 500.000,00 dengan persentase sebesar 45,83%.

Tabel 3.61. Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Responden Setiap Bulan

Kisaran Pendapatan (Rp) Frekuensi Persentase

1 Sampai dengan 500.000,00 110 45,83 2 501.000,00 – 1.000.000,00 66 27,50 3 1.001.000,00 – 1.500,000,00 28 11,67 4 1.501.000,00 – 2.000.000,00 13 5,42 5 2.001.000,00 – 2.500.000,00 8 3,33 6 2.501.000,00 – 3.000.000,00 7 2,92 7 Lebih dari 3.000.000,00 8 3,33 J u m l a h 100 100,00

Sumber: Data Primer, 2007

Dengan rata-rata pendapatan responden per bulan adalah Rp 1.383.204,00 jika setiap keluarga responden rata-rata mempunyai 4 orang anggota keluarga, maka pendapatan perkapita per bulan adalah sekitar Rp 345.801,00 dan pendapatan perkapita per harinya adalah sekitar Rp 11.526,70. Jika batas kemiskinan adalah 1 $ Amerika per orang per hari yang nilai tukarnya adalah sebesar Rp. 9.600,00 maka rata-rata setiap anggota masyarakat di wilayah studi termasuk sedikit di atas kategori miskin. Berdasarkan baku kualitas lingkungan tingkat penghasilan responden di wilayah studi tergolong buruk (skala 2) sehingga kurang dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga secara optimal.

Untuk menguji validitas jawaban responden tentang pendapatan mereka dipakai data besarnya pengeluaran. Rata-rata pengeluaran responden per bulan adalah Rp. 761.497,00 dengan modus pengeluaran sebesar Rp 500.000,00. Tingkat pengeluaran yang paling dominan adalah antara Rp 251.000,00 – Rp 500.000,00 dengan persentase sebesar 32,08%, diikuti pengeluaran dengan kisaran Rp 501.000,00 – Rp 750.000,00 sebanyak 19,17% dan pengeluaran hingga Rp 250.000,00 sebanyak 18,33%.

Tabel 3.62. Distribusi Pengeluaran Rumah Tangga Responden Setiap Bulan

Kisaran Pendapatan (Rp) Frekuensi Persentase

1 Sampai dengan 250.000,00 44 18,33 2 251.000,00 – 500.000,00 77 32,08 3 501.000,00 – 750.000,00 46 19,17 4 751.000,00 – 1.000,000,00 38 15,83 5 1.001.000,00 – 1.500.000,00 18 7,50 6 1.501.000,00 – 2.000.000,00 10 4,17 7 2.001.000,00 – 2.500.000,00 2 0,83 8 Lebih dari 2.500.000,00 5 2,09 J u m l a h 240 100,00

Sumber: Data Primer, 2007

Dilihat dari komposisi antara penghasilan dengan pengeluaran, dapat dikatakan bahwa rata-rata tingkat pendapatan responden relatif masih lebih besar dibandingkan dengan tingkat pengeluarannya. Hal tersebut antara lain ditunjukkan dengan adanya responden yang berpenghasilan hingga Rp 500.000,00 sebanyak 45,83% namun tingkat pengeluaran hingga Rp 500.000,00 dilakukan oleh sekitar 50,41% responden. Kondisi demikian terjadi pula pada responden yang berpenghasilan diatas Rp 1.000.000,00 sebanyak 26,67% namun tingkat pengeluaran di atas Rp 1.000.000,00 hanya dilakukan oleh 14,59% responden. Dengan demikian pada umumnya responden dapat menyeimbangkan antara tingkat pendapatan dengan pengeluaran keluarganya atau mereka mampu mengelola kondisi keuangannya dengan baik atau tidak berperilaku hidup boros. Untuk responden dengan tingkat penghasilan sekitar Rp 500.000,00 praktis hampir semuanya digunakan untuk pemenuhan konsumsi bahan makanan sehari-hari.

b. Pola Nafkah Ganda

Terdapat sekitar 59,17% responden yang memiliki lebih dari satu sumber pendapatan untuk dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya sehari-hari. Distribusi pekerjaan sampingan responden disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.63. Distribusi Pekerjaan Sampingan Para Responden

No. Jenis Pekerjaan Sampingan Frekuensi Persentase

1. Petani 58 40,84 2. Buruh tani 11 7,75 3. Nelayan 7 4,93 4. Buruh pabrik/bangunan 11 7,75 5. Guru 2 1,41 6. Pedagang 14 9,86 7. Pengusaha/wiraswasta 14 9,86 8. Pegawai honorer 2 1,41 9. Pegawai swasta 3 2,11 10. Tukang ojek 6 4,22 11. Lainnya 14 9,86 Jumlah 142 100,00

Sumber : Data Primer, 2007

Jenis pekerjaan sampingan yang banyak ditekuni responden tidak jauh berbeda dengan pekerjaan pokok responden yaitu pada bidang pertanian, khususnya sebagai petani dan buruh tani. Aktivitas ini umumnya ditekuni oleh para responden yang bekerja diluar bidang pertanian seperti PNS, wiraswastawan dan guru. Selain untuk menambah penghasilan, aktivitas ini diakui sebagai sarana untuk menyalurkan hobi, bersifat rekreatif dan melanjutkan usaha orang tua. Sementara itu usaha sampingan sebagai pedagang umumnya dilakukan oleh responden dengan membuka warung atau toko di rumahnya.

c. Kepemilikan Benda Berharga oleh Responden 1) Rumah dan pekarangan

Benda berharga yang dimiliki responden dalam hal ini adalah berupa rumah, tanah atau lahan, ternak, tabungan, perabotan rumah tangga dan kendaraan. Rumah dan atau lahan umumnya dimiliki oleh reponden dari hasil menyisihkan sebagian pendapatannya atau dari peninggalan orang tua. Ternak, tabungan, perabot rumah tangga dan kendaraan bermotor hampir semuanya dimiliki responden dengan cara menyisihkan hasil jerih payahnya atau sisa dari upaya pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

Tabel 3.64. Kepemilikan Rumah oleh Responden

No Kisaran Luas (m2) Frekuensi Persentase

1 Sampai dengan 36 60 25,00 2 37 – 70 100 41,67 3 71 – 100 44 18,33 4 101 – 150 18 7,50 5 151 – 200 10 4,17 6 Lebih dari 200 8 3,33 Jumlah 240 100,00

Sumber : Data Primer, 2007

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa rumah responden rata-rata mempunyai luas antara 14 – 600 m2 dengan persentase terbesar (41,67%) adalah luasan 37 – 70 m2. Hampir semua responden (90,83%) di wilayah studi mempunyai halaman/pekarangan rumah. Luasan pekarangan berkisar antara 50 – 5000 m2 dengan persentase terbesar (30,83%) yaitu antara 251 – 500 m2, kemudian diikuti dengan luasan 1.001 – 2.500 m2dengan persentase sebesar 24,17% dan antara 501 – 750 m2 sebanyak 14,58%. Nampak di sini bahwa kepemilikan halaman dan atau pekarangan oleh responden relatif cukup luas.

Status kepemilikan rumah dan pekarangan oleh responden umumnya adalah hak milik (SHM) dengan persentase sebesar 50,42%, sewa/kontrak (5%), hak pakai (3,33%), warisan atau milik keluarga (1,25%) dan yang tidak bersertifikat sebanyak 40%. Sementara itu kondisi bangunan tempat tinggal responden disajikan pada Tabel 3.65. Bangunan rumah responden di calon lokasi kegiatan dan sekitarnya yang terbanyak (50,83%) adalah berdinding kayu atau papan, terdapat sekitar 36,67% berdinding tembok dan yang setengah tembok sebanyak 12,50%. Dilihat dari lantainya, umumnya berupa ubin atau lantai dari semen dengan persentase sebesar 65,83%, kemudian berlantai tegel (17,51%) dan masih berupa tanah sebanyak 12,08%. Atap rumah responden didominasi dari seng (70%), dari genting 12,50% dan dari rumbai atau daun kelapa dengan persentase 12,08% dan yang beratap genting sebanyak 12,50%. Berdasarkan kondisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa secara umum keadaan bangunan rumah penduduk (responden) tergolong dalam kualitas sedang (skala 3).

Tabel 3.65. Persentase Kondisi Bangunan Rumah Responden

No Kondisi Bangunan Frekuensi Persentase

1 Dinding rumah a. Kayu/papan 122 50,83 b. Setengah tembok 30 12,50 c. Tembok 88 36,67 Jumlah 240 100,00 2 Lantai rumah a. Tanah 29 12,08 b. Ubin/lantai semen 158 65,83 c. Tegel 42 17,51 d. Keramik 5 2,08 e. Papan 6 2,50 Jumlah 240 100,00 3 Atap rumah a. Genteng 30 12,50 b. Asbes 11 4,58 c. Seng 168 70,00 d. Rumbai/daun kelapa 29 12,08 e. Cor beton 2 0,84 Jumlah 240 100,00

Sumber : Data Primer, 2007

2) Sawah dan ladang

Sawah dimiliki oleh sekitar 39,17% responden dan ladang dimiliki oleh sekitar 73,75% responden dengan luas berkisar antara 0,08 – 40 Ha. Gambaran secara lebih rinci tentang hal tersebut disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.66. Kepemilikan Sawah dan Ladang oleh Responden

No Kisaran Luas (m2) Sawah (m2) Ladang (m2)

Frek. % Frek. % 1 Sampai dengan 1000 4 4,25 8 4,53 2 1.001 – 2.500 8 8,51 9 5,09 3 2.501 – 5.000 23 24,47 19 10,73 4 5.001 – 10.000 29 30,85 52 29,38 5 10.001 – 25.000 18 19,16 39 22,03 6 25.001 – 50.000 5 5,32 39 22,03 7 50.001 – 75.000 1 1,06 5 2,83 8 75.001 – 100.000 1 1,06 3 1,69 9 Lebih dari 100.000 5 5,32 3 1,69 Jumlah 94 100,00 177 100,00

Luasan lahan sawah dan atau ladang yang dominan dimiliki responden umumnya adalah 5.001 – 10.000 m2. Terdapat sekitar 12,76% responden yang termasuk dalam kriteria petani gurem karena luas lahannya hanya sekitar 2.500 m2 atau kurang. Dengan sempitnya lahan usaha dipastikan bahwa usaha pertanian yang mereka lakukan tidak akan mencapai hasil yang optimal dan hal ini berpengaruh secara nyata terhadap kondisi ekonomi keluarganya.

3) Tabungan

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa terdapat sekitar 26,67% responden yang memiliki tabungan keluarga.

Tabel 3.67. Jenis Tabungan yang Dimiliki Responden

No Jenis Tabungan Frekuensi Persentase

1 Uang di bank 52 81,25

2 Uang di rumah 7 10,94

3 Asuransi 2 3,12

4 Arisan 3 4,69

Jumlah 64 100,00

Sumber : Data Primer, 2007

Responden yang menyatakan mempunyai tabungan umumnya menyimpan atau menabung uang di bank. Sebagian responden lainnya memanfaatkan jasa asuransi sebagai bentuk tabungan, demikian halnya dengan arisan, karena disini responden dituntut untuk dapat menyisihkan sebagian pendapatannya secara rutin.

4) Benda berharga lainnya

Kepemilikan benda berharga lainnya berupa radio/tape, TV, kendaraan bermotor dan lain sebagainya secara lebih rinci disajikan pada Tabel 3.68.

Jenis benda berharga yang secara dominan dimiliki oleh responden adalah televisi (TV), kemudian diikuti kepemilikan ternak dan VCD. Jenis ternak yang umumnya diusahakan responden adalah sapi, kambing, babi dan unggas khususnya ayam dan itik. Menurut responden, ternak merupakan alternatif yang digunakan untuk mengatasi masalah keuangan atau kebutuhan lain yang mereka hadapi. TV, VCD dan radio/tape merupakan sarana hiburan yang dimiliki oleh sebagian responden, sementara itu kepemilikan benda berharga lainnya umumnya lebih berfungsi sebagai alat atau perlengkapan dalam mendukung pekerjaan sehari-hari yang mereka tekuni selama ini.

Tabel 3.68. Kepemilikan Benda Berharga oleh Responden

No Jenis Benda Frekuensi Persentase

1 TV 88 26,43 2 VCD 48 14,41 3 Radio/tape 35 10,51 4 Kulkas 2 0,60 5 Sepeda 42 12,61 6 Sepeda motor 44 13,21 7 Mobil 6 1,80 8 Truk 2 0,60 9 Colt 3 0,90 10 Perahu/kapal ikan 2 0,60 11 Kompresor 2 0,60

12 Alat pemotong padi 2 0,60

13 Alat pertukangan 1 0,30

14 Ternak 56 16,83

Jumlah 333 100,00

Sumber : Data Primer, 2007

d. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)

Hakekat pembangunan nasional secara keseluruhan adalah pembangunan manusia seutuhnya yang dicapai melalui pembangunan di bidang sosial, ekonomi dan budaya, serta hankamnas. Sasaran pembangunan jangka panjang diarahkan kepada kegiatan ekonomi secara menyeluruh dengan sasaran kepada sektor pertanian dan industri secara seimbang mengarah kepada kebutuhan pokok masyarakat. Pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk mengelola sumberdaya alam yang dimiliki. Kewenangan tersebut dalam rangka menggali atau mengelola sumberdaya alam yang ada di daerah. Kendala yang dihadapi pada umumnya adalah masalah skil dan sumberdaya manusia yang tersedia. Dilihat dari pertumbuhan kesembilan sektor usaha, nampak bahwa wilayah Kabupaten Banggai masih bersifat agraris. Tabel berikut ini menyajikan jumlah PDRB dan sumbangan setiap sektor di Kabupaten Banggai.

Tabel 3.69. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (Rp 000.000) di Wilayah Studi Tahun 2003-2004

Sektor Tahun 2003 Tahun 2004

Jumlah % Jumlah %

1. Pertanian 775.978 56,55 860.680 56,99

2. Penggalian 16.624 1,21 18.483 1,22

3. Industri Pengolahan 103.048 7,51 114.840 7,60

4. Listrik dan Air Bersih 7.997 0,58 8.955 0,59

5. Bangunan 96.807 7,05 106.118 7,03

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 121.615 8,86 133.283 8,83

7. Angkutan dan Komunikasi 71.723 5,23 77.729 5,15

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 41.671 3,04 44.245 2,93

9. Jasa-jasa 136.731 9,97 145.821 9,66

Jumlah 1.372.194 100,00 1.510.154 100,00

Sumber : Kabupaten Banggai Dalam Angka 2005

Nampak bahwa sektor pertanian mendominasi dalam perannya membentuk PDRB Kabupaten Banggai baik pada tahun 2003 maupun 2004. Kontribusi terbesar kedua diberikan oleh sektor Jasa-jasa, namun pada tahun 2004 mengalami penurunan sebesar 0,31% dibandingkan tahun 2003. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran memberikan andil terbesar ketiga dengan persentase sebesar 8,83%, yang mengalami penurunan sekitar 0,03% dibandingkan dengan tahun 2003. Sektor yang kontribusinya paling kecil adalah Listrik dan Air Bersih yang pada tahun 2004 mengalami peningkatan sekitar 0,01%. Bila dilihat laju pertumbuhannya, Sektor Listrik dan Air Bersih menempati posisi teratas dengan laju pertumbuhan sebesar 9,03%, diikuti sektor Pertanian sebesar 7,81% dan Penggalian sebesar 7,70%. Sektor dengan laju pertumbuhan yang relatif kecil adalah Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan laju sebesar 5,06%, kemudian sektor Jasa-jasa sebesar 5,46% serta Angkutan dan Komunikasi sebesar 5,94%. Perlu dilakukan upaya yang didukung semua pihak agar sektor-sektor ini dapat mengalami pertumbuhan yang lebih baik lagi pada tahun-tahun yang akan datang. Dari 9 sektor yang ada, hanya Pertanian yang mengalami penurunan laju pertumbuhan yakni sebesar 0,34% dibandingkan selama kurun waktu tahun 2003.

Dengan nilai PDRB sebesar Rp 1.372.194 juta pada tahun 2004 dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun sebanyak 289.979 jiwa, maka nilai PDRB per kapita adalah

Rp 5.207.804,00. Jika batas kemiskinan adalah setara dengan pendapatan perkapita sebesar Rp 9.600,00 per hari atau sebesar Rp 3.504.000,00 per tahun, maka PDRB perkapita di Kabupaten Banggai secara umum adalah sekitar 1,49 kali lebih besar daripada batas kemiskinan atau hal itu berarti berada di atas ambang kemiskinan. Diantara 4 kecamatan wilayah studi, Kecamatan Toili mempunyai tingkat kesejahteraan keluarga yang paling baik dengan jumlah keluarga yang telah termasuk dalam kategori sejahtera sekitar 64,23%, kemudian diikuti Toili Barat (57,80%), Batui (48,14%) dan yang terendah adalah Kintom dengan jumlah keluarga sejahtera sekitar 30,53% terhadap jumlah total keluarga di wilayah kecamatan tersebut.

e. Sarana/Prasarana Perekonomian 1) Perindustrian

Kegiatan industri yang terdapat di wilayah Kabupaten Banggai selama kurun waktu 2005 sebanyak 13 unit usaha dan umumnya didominasi oleh industri kayu dan barang dari kayu. Jenis dan banyaknya industri tersebut disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.70. Jumlah Usaha Industri dan Tenaga Kerja di Kabupaten Banggai Tahun 2005

No Jenis Industri UsahaUnit TenagaKerja

1 Industri makanan, minuman dan tembakau 1 6

2 Industri tekstil pakaian jadi dan kulit 1 1

3 Industri kayu dan barang dari kayu 6 13

4 Industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan 1 1

5 Industri kimia dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan -

-6 Industri barang galian bukan logam kecuali minyak bumi dan batubara - 5

7 Industri barang dari logam kecuali minyak bumi dan batubara 1 1

8 Industri pengolahan lainnya 1 31

9 Industri jasa perorangan dan RT 2 3

J u m l a h 13 56

Sumber : Kabupaten Banggai Dalam Angka 2005

Dilihat dari jumlah tenaga kerja yang terlibat, nampak bahwa sangat sedikit warga masyarakat yang dapat terlibat dalam bidang industri. Hal ini terjadi disamping karena faktor kualitas sumberdaya manusia yang relatif masih terbatas juga karena memang jenis industri yang berkembang di wilayah ini masih sangat terbatas sehingga warga masyarakatnya pun akhirnya banyak yang terjun di sektor tradisional seperti pertanian.

Sementara itu banyaknya perusahaan menurut jenis perusahaan yang terdaftar di Kabupaten Banggai selama tahun 2005 rata-rata mengalami peningkatan sebesar 5,54% dibandingkan dengan tahun 2004.

Tabel 3.71. Banyaknya Perusahaan Menurut Jenis Perusahaan di Kabupaten Banggai No Jenis Perusahaan 2004 2005 1 Perusahaan Terbatas (PT) 151 158 2 Perusahaan Komanditer (CV) 754 800 3 Perorangan (PO) 1.614 1.703 4 Koperasi 81 83

5 Bentuk usaha lainnya -

-Jumlah 2.600 2.744

Sumber : Kabupaten Banggai Dalam Angka 2005

Jenis perusahaan yang paling dominan adalah Perusahaan Perorangan (PO) dengan persentase sebesar 62,06%. Kondisi ini menggambarkan bahwa cukup banyak warga masyarakat yang berupaya untuk dapat menghidupi diri dan keluarganya dengan membuka usaha secara mandiri atau berwiraswasta. Mengingat bahwa tahun 2005 terjadi peningkatan jumlah PO hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak pula warga masyarakat yang tertarik untuk berwiraswasta dan terdapat pangsa pasar terhadap berbagai produk yang diupayakan oleh warga masyarakat tersebut.

2) Perdagangan

Selama tahun 2005 volume perdagangan antar pulau di Kabupaten Banggai mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2004. Komoditas yang cukup menonjol diperdagangkan antara lain adalah bungkil kopra sebanyak 21.681 ton, minyak kelapa sebanyak 13.650 ton, dan rotan sebesar 2.177 ton.

Realisasi perdagangan bahan pokok/penting lainnya yang terbesar di Kabupaten Banggai adalah semen yang mencapai 46.235 ton, diikuti minyak sebesar 8.531 ton dan pupuk sebanyak 3.446 ton. Sementara itu realisasi ekspor yang paling menonjol adalah udang beku sebanyak 1.130.000 ton, kopra 20.806.542 ton dan ganggang laut kering sebanyak 250.310 ton.

Banyaknya perusahaan perdagangan yang telah mendapatkan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banggai disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.72. Banyaknya Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Menurut Status Perusahaan di Kabupaten Banggai

No Status Perusahaan 2004 2005

1 Perdagangan Besar 40 41

2 Perdagangan Menengah 403 415

3 Perdagangan Kecil 1.786 1.916

Jumlah 2.229 2.372

Sumber : Kabupaten Banggai Dalam Angka 2005

Jumlah perusahaan perdagangan selama tahun 2005 meningkat sekitar 6,42% dibandingkan tahun 2004. Kondisi ini menggambarkan bahwa aktivitas perdagangan cenderung semakin meningkat dari tahun ke tahun. Perusahaan perdagangan yang ada umumnya didominasi oleh perdagangan kecil (80,78%), kemudian perdagangan menengah (17,49%) dan yang paling sedikit adalah perdagangan besar dengan persentase sebesar 1,73%.

Kios merupakan fasilitas perdagangan yang paling menonjol di 4 kecamatan wilayah studi. Di Kintom pasar umum tidak dijumpai sehingga masyarakat umumnya kemudian berbelanja di warung-warung dan kios sekitar tempat tinggal atau berbelanja melalui pedagang keliling.

Tabel 3.73. Jumlah dan Jenis Fasilitas Perdagangan di Wilayah Studi Tahun 2004

No Fasilitas Perdagangan Kintom Batui Toili Toili Barat

1 Pasar Umum - 4 6 1 2 Toko - 9 30 2 3 Warung 23 15 - -4 Kios 129 220 295 222 5 Warung makan/minum 2 6 52 22 J u m l a h 154 254 383 247

Secara umum di wilayah Kecamatan Toili terdapat paling paling banyak fasilitas perdagangan yakni sekitar 36,90% dari total fasilitas perdagangan di wilayah studi. Hal ini menggambarkan bahwa Kecamatan Toili paling potensial aktivitas perdagangannya yang secara tidak langsung juga menggambarkan kondisi perekonomian secara umum relatif paling baik dibandingkan kecamatan lainnya.

3) Fasilitas Keuangan

Fasilitas keuangan yang ada di wilayah studi meliputi koperasi dan bank yang secara rinci disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.74. Jumlah dan Jenis Fasilitas Keuangan di Wilayah Studi Tahun 2004

No Fasilitas Keuangan Kintom Batui Toili BaratToili

1 KUD 1 2 4 5

2 Koperasi Pegawai Negeri (KPN) - - 3 1

3 Koperasi lainnya - 3 1

-4 Bank Desa - - -

-5 Bank Pemerintah - - 3

-6 BPR - - 1

-J u m l a h 1 5 12 6

Sumber : Kecamatan Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat Dalam Angka 2005

Jenis koperasi yang dominan terdapat di wilayah studi adalah Koperasi Unit Desa (KUD). Kecamatan Toili mempunyai fasilitas keuangan yang jumlahnya relatif paling banyak dibandingkan dengan kecamatan lainnya, kondisi ini mengindikasikan bahwa peredaran uang juga cukup banyak terjadi di wilayah tersebut sebagai akibat cukup intensifnya berbagai aktivitas yang ikut mengembangkan perekonomian wilayah tersebut.

f. Ekonomi Sumberdaya Alam 1) Penggunaan lahan

Sumberdaya alam yang cukup potensial diusahakan masyarakat di wilayah studi saat ini adalah pertanian yang meliputi pertanian tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Sumberdaya alam berupa minyak dan gas bumi serta bahan galian lain belum banyak diusahakan, operator yang telah mencoba mengusahakan sumberdaya alam minyak dan gas bumi adalah PT. Medco E&P dan Pertamina EP.

Penggunaan lahan di wilayah studi sebagian besar adalah untuk pertanian, kemudian untuk bangunan, tegal/huma, hutan dan lainnya. Rincian lebih lengkap tentang penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.75. Penggunaan Lahan di Wilayah Studi

No Penggunaan Lahan Kintom(Ha) Batui(Ha) Toili(Ha) Toili Barat(Ha)

1 Sawah irigasi - 1.108 6.042,75 3.714

2 Sawah tadah hujan - 2.850 406,30 407

3 Ladang/huma 2.338 - - -4 Tegal/kebun 3.837 5.137 3.452,65 2.476,60 5 Kolam/empang 0,50 251 45 -6 Tambak - 251 70 57 7 Padang rumput 10 - - -8 Perkebunan 6.033 5.230 3.695,30 1.465,55 9 Bangunan/halaman 232 1.702 2.229,80 1.236,38 10 Kayu-kayuan 4.760 - 69 -11 Tidak diusahakan 34.491 120.170 82.285,20 3.011,50 12 Lainnya 170,50 2.334 - 87.098 Luas total 51.872 139.033 98.296 99.466 Sumber : Kecamatan Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat Dalam Angka 2005

Penggunaan lahan di 4 kecamatan wilayah studi yang paling dominan adalah untuk perkebunan yakni seluas 16.423,85 Ha atau sekitar 4,23% dari total luas lahan yang ada. Penggunaan terluas kedua adalah untuk tegal atau kebun masyarakat yakni sekitar 3,83% dan yang ketiga adalah untuk sawah yaitu seluas 3,74% yang terdiri atas sawah beririgasi seluas 2,80% dan sawah tadah hujan seluas 0,94%. Penggunaan lahan untuk bangunan dan permukiman baru sekitar 1,39% dan lahan yang tidak atau belum diusahakan seluas 61,74% terhadap total luas lahan yang ada. Mengingat bahwa penggunaan lahan yang ada di wilayah studi umumnya untuk pengusahaan pertanian, perikanan dan perkebunan dengan luasan sekitar 12% yang relatif masih memperhatikan faktor konservasi lahan, maka berdasarkan baku kualitas lingkungan penggunaan lahan yang ada termasuk dalam kriteria baik atau mempunyai skala 4.

2) Produksi pertanian Tanaman pangan

Komoditas potensial yang dihasilkan wilayah studi adalah padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, dan ubi jalar. Toili merupakan wilayah yang paling potensial menghasilkan komoditas pangan tersebut dibandingkan dengan 3 kecamatan lainnya. Produksi padi sawah dari Toili adalah 56,77% dari total produksi padi sawah di wilayah studi. Gambaran lebih lengkap tentang produksi tanaman pangan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.76. Produksi Beberapa Jenis Tanaman Pangan Di Wilayah Studi Tahun 2005

No Jenis

Tanaman Pangan Kintom(Ton) (Ton)Batui (Ton)Toili Toili Barat(Ton) KabupatenTotal

1 Padi sawah - 12.717 40.555 18.165 120.263 2 Padi ladang 94 1.099 30 - 5.067 3 Jagung 292 198 122 51 7.573 4 Ubi kayu - 160 116 138 5.824 5 Ubi jalar - 57 100 131 3.849 6 Kedelai - 21 378 4 1.064 7 Kacang tanah 24 19 39 1 2.333

Sumber : Kecamatan Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat Dalam Angka 2005

Dilihat dari tingkat kabupaten, sumbangan wilayah studi terhadap cadangan padi sawah selama tahun 2005 adalah sebesar 59,40%. Toili yang merupakan wilayah pertanian hasil pengembangan program transmigrasi mampu menyumbang sekitar 33,72% dari total produksi padi sawah Kabupaten Banggai. Sementara itu sumbangan wilayah studi terhadap produksi padi ladang di tingkat kabupaten adalah sebesar 24,14%, untuk jagung sebesar 8,75%, ubi kayu 7,11%, ubi jalar 7,48%, kedelai 37,88% dan kacang tanah sebesar 3,56%.

Dilihat dari produktivitasnya, untuk padi sawah rata-rata adalah 2,57 ton/ha dan untuk padai ladang 0,15 ton/ha. Produktivitas komoditas yang diusahakan di tegal/ kebun adalah jagung (0,04 ton/ha), kedelai (0,029 ton/ha), ubi kayu (0,027 ton/ha) dan kacang tanah 0,007 ton/ha. Dengan demikian nampak bahwa secara umum produktivitas lahan di wilayah studi tergolong rendah.

Tanaman Sayuran

Secara umum produksi sayuran selama tahun 2005 meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2004. Jenis sayuran yang paling dominan dari wilayah studi adalah kangkung dengan produksi sekitar 60,48% terhadap total produksi kangkung di tingkat kabupaten.

Tabel 3.77. Produksi Beberapa Jenis Tanaman Sayuran Di Wilayah Studi Tahun 2005 No Jenis Tan. Sayuran Kintom (Ton) Batui (Ton) Toili (Ton) Toili Barat (Ton) Total Kabupaten 1 Kangkung - 24,50 6,50 6,50 62 2 Petsai - 7,20 19,20 19,20 170 3 Cabai 3,20 16,40 1 - 530 4 Tomat 4,24 18,60 0,6 - 602 5 Kacang panjang 2,14 14,40 2,40 2,40 175

Dalam dokumen Bab-3 RONA LINGKUNGAN HIDUP (Halaman 106-123)

Dokumen terkait