• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA DATA

5.3. Sosial Ekonomi

Tabel 5.16

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga yang Diserap dari Berusaha di Bidang Wisata

No. Jumlah Pekerja Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. Tidak Ada 1 - 5 orang > 5 orang 9 9 4 40,91 40,91 18,18 Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa usaha yang dijalani responden sebagian besar membutuhkan tenaga kerja yang dapat membantu usaha tersebut, tetapi ada juga yang tidak membutuhkan tenaga kerja seperti ada 9 orang (40,91 %) mengatakan tidak ada tenaga kerja, sedangkan yang lainnya ada 9 orang (40,91 %) mengatakan mempunyai 1 sampai 5 tenaga kerja, dan 4 orang (18,18 %) mengatakan mempunyai lebih dari 5 orang tenaga kerja. Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap usaha pasti membutuhkan tenaga kerja untuk membantu mengelola usaha tersebut. Begitu juga usaha yang terdapat di objek wisata Bukit Lawang ini juga membutuhkan beberapa tenaga kerja untuk dipekerjakan, namun tidak banyak diperlukan karena kebanyakan

usaha yang dijalani merupakan usaha rumah tangga seperti usaha warung makan atau menjual souvenir, jadi cukup anggota keluarga saja yang ikut membantu.

Tabel 5.17

Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan (omset) Setiap Bulan

No. Jumlah Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. < 1 juta 1 - 2 juta > 2 juta 7 9 6 31,82 40,91 27,27 Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

Usaha yang dijalani oleh responden tentunya memiliki penghasilan (omset) setiap bulannya, seperti yang dihitung oleh 7 orang (31,82 %) mengatakan omset yang dimiliki kurang dari 1 juta, 9 orang lainnya (40,91 %) mengatakan 1 sampai 2 juta, serta ada 6 orang (27,27 %) mengatakan lebih dari 2 juta. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden hanya memiliki omset sebesar 1 sampai 2 juta setiap bulannya. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa besarnya omset yang diperoleh tergantung dari besar kecilnya usaha yang dijalani, artinya kalau usahanya kecil otomatis omset yang diperoleh juga kecil, begitu juga sebaliknya. Serta dipengaruhi juga oleh jumlah pengunjung yang datang, kalau pengunjung tidak ramai datang, omset akan kecil tetapi jika pengunjung ramai biasanya omset juga akan banyak diperoleh. Contohnya usaha warung makan kecil-kecilan, tentunya jika usaha warung makan yang dimiliki masih tergolong ke dalam usaha kecil-kecilan, maka pendapatan yang mereka hasilkan setiap bulannya juga terhitung masih sedikit. Tetapi jika usahanya sudah

besar seperti usaha penginapan, maka pendapatan mereka tiap bulannya juga akan lebih besar

Tabel 5.18

Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan (laba bersih) Setiap Bulan No. Jumlah Frekuensi Persentase (%)

1. 2. 3. < 1 juta 1 - 2 juta > 2 juta 10 11 1 45,45 50,00 4,55 Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

Berdasarkan tabel di atas juga yang memperlihatkan penghasilan (laba bersih) yang diperoleh responden setiap bulannya, yaitu ada 10 orang (45,45 %) mengatakan kurang dari 1 juta, dan ada 11 orang (50,00 %) yang mengatakan 1 sampai 2 juta, serta ada 1 orang (4,55 %) mengatakan lebih dari 2 juta. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden hanya menerima laba bersih sebesar 1 sampai 2 juta setiap bulannya. Sama seperti kesimpulan pada tabel 5.17, dalam hal perolehan keuntungan ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya modal usaha yang dijalani dan jumlah pengunjung yang datang. Dengan modal yang kecil tentu keuntungan yang diperoleh masih dalam proporsi yang kecil, demikian pula sebaliknya dengan modal yang lebih besar akan memberikan keuntungan yang lebih besar pula. Seperti menjual buah-buahan dengan modal yang kecil, tentunya keuntungan yang didapat juga terhitung sedikit. Tetapi dibandingkan dengan usaha souvenir dengan modal yang besar maka keuntungan yang diperoleh juga akan jadi lebih besar.

Tabel 5.19

Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Pengeluaran Selain Memenuhi Kebutuhan Rumah Tangga

No. Tanggapan responden Frekuensi Persentase (%) 1. 2. Ya Tidak 22 - 100,00 - Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua responden yaitu 22 orang (100,00 %) yang mengatakan ya, mereka membutuhkan pengeluaran selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga seperti membiayai sekolah anak-anak mereka. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa mayoritas responden sudah berkeluarga, sehingga pengeluaran mereka pun semakin banyak juga ditambah adanya anak-anak . Jadi disamping untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, mereka juga harus membiayai pendidikan anak-anaknya. Belum lagi jika ditambah dengan biaya-biaya yang tidak terduga atau untuk keperluan mendadak, misalnya jika ada keperluan untuk berobat, atau untuk membeli kebutuhan tersier seperti kenderaan roda dua, dan lain-lain.

Tabel 5.20

Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Usaha di biang Wisata Membantu dalam Pemenuhan Kebutuhan Rumah Tangga Sehari-hari No. Tanggapan responden Frekuensi Persentase (%)

1. 2. Mencukupi Tidak Mencukupi 16 6 72,73 27,27 Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 16 orang (72,73 %) mengatakan mencukupi, karena mereka menganggap bahwa pekerjaannya saat ini dapat mencukupi kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Namun sebagian kecil ada 6 orang (27,27 %) mengatakan tidak mencukupi, karena mereka merasa masih perlu untuk mencari pekerjaan tambahan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usaha yang bergerak dalam aktivitas wisata tersebut ternyata memberikan kontribusi dalam menambah penghasilan/pendapatan rumah tangga bagi masyarakat yang memiliki usaha di daerah objek wisata Bukit Lawang tersebut. Hal ini dapat terlihat dari jumlah penghasilan yang mereka dapat setiap bulannya yang lebih dari pada cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Tabel 5.21

Distribusi Responden Berdasarkan Butuh Tidaknya Sumber Penghasilan Lain

N0. Tanggapan responden Frekuensi Persentase (%) 1. 2. Ya Tidak 10 12 45,45 54,55 Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden yaitu 12 orang (54,55 %) mengatakan bahwa mereka tidak membutuhkan sumber penghasilan lain, sedangkan ada 10 orang (45,45 %) yang mengatakan bahwa mereka membutuhkan sumber penghasilan lain di samping pekerjaan yang dimiliki saat ini. Dari keterangan tersebut dapat dikatakan bahwa ternyata sebagian besar responden dapat mencukupi kebutuhan rumah tangga mereka hanya dengan adanya pekerjaan satu-satunya yang mereka miliki, sehingga mereka tidak terlalu membutuhkan sumber penghasilan lain lagi. Karena sebagian dari mereka berpikir bahwa punya satu pekerjaan saja sudah cukup banyak menyita waktu, sehingga tidak ada kesempatan untuk mencari sumber penghasilan lain.

Tabel 5.22

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan No. Jumlah Tanggungan Frekuensi Persentase (%)

1. 2. 3. 4. Tidak ada 1 orang 2 orang > 2 orang - 4 7 11 - 18,18 31,82 50,00 Total 22 100,00

Sumber : Hasil angket 2009

Dari tabel di atas dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu 11 orang (50,00 %) memiliki tanggungan lebih dari 2 orang, dan ada 7 orang (31,82 %) memiliki tanggungan 2 orang, serta ada 4 orang (18,18 %) mengatakan tanggungan mereka ada 1 orang. Maka dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah tanggungan sebagian besar responden ternyata tidak begitu banyak namun tidak sedikit juga. Tetapi dilihat dari penghasilan yang mereka miliki, sudah cukup mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga dan juga sudah mampu untuk mencukupi keperluan lain, seperti untuk membiayai pendidikan anak-anak mereka serta untuk kebutuhan lainnya.

Tabel 5.23

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak yang Masih Sekolah No. Jumlah Anak Sekolah Frekuensi Persentase (%)

1. 2. 3. 4. Tidak ada 1 orang 2 orang > 2 orang 10 7 3 2 45,45 31,82 13,64 9,09 Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

Berdasarkan tabel di atas bahwa sebagian besar responden yaitu 10 orang (45,45 %) mengatakan tidak ada ada anak yang masih sekolah, sedangkan yang lainnya ada 7 orang (31,82 %) memiliki 1 anak sekolah, 3 orang (13,64 dan %) memiliki 2 anak sekolah, serta 2 orang (9,09 %) memiliki lebih dari 2 orang anak sekolah. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa ada sebagian kecil responden yang memiliki anak masih bersekolah. Tetapi mayoritas responden tidak memiliki anak yang bersekolah, karena mungkin ada yang memiliki anak masih kecil dan ada juga anak mereka yang sudah selesai sekolah atau tidak menyelesaikan sekolahnya. Jadi keperluan untuk biaya pendidikan anak-anak mereka belum begitu besar karena sekolah anak-anak mereka kebanyakan tidak sampai ke jenjang yang lebih tinggi, paling tinggi sebagian besar hanya sampai SMP atau SMA saja, selebihnya ada yang putus sekolah.

Tabel 5.24

Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Anak yang Sekolah di Swasta

No. Tanggapaan responden Frekuensi Persentase (%) 1. 2. Ada Tidak 3 19 13,64 86,36 Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu ada 19 orang (86,36 %) mengatakan bahwa mereka tidak memiliki anak yang bersekolah di swasta, karena tidak sanggup membiayai biaya pendidikannya. Sedangkan hanya ada 3 responden (13,64 %) memiliki anak yang bersekolah di swasta, karena anaknya memang tidak bisa bisa masuk di sekolah Negeri. Pada dasarnya juga sebagian besar orang tua lebih menyarankan agar anak-anaknya masuk ke sekolah negeri, karena menurut mereka lebih bagus dan biaya pendidikannya juga agak murah. Sedangkan bagi sekolah swasta biasanya karena anak-anak mereka yang tidak diterima di sekolah negeri, maka mereka terpaksa masuk ke sekolah swasta walaupun biayanya jauh lebih besar dari pada sekolah negeri.

Tabel 5.25

Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Rumah yang Di tempati Saat Ini

No. Status Kepemilikan Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. 4. Milik Sendiri Menyewa Menumpang Lain-lain 12 2 6 2 54,55 9,09 27,27 9,09 Total 22 100,00

Sumber : Hasil angket 2009

Berdasarkan status kepemilikan rumah yang ditempati oleh responden saat ini, dilihat dari tabel di atas bahwa sebagian besar yaitu 12 orang (54,55 %) mengatakan rumah yang mereka tempati adalah milik sendiri. Sedangkan ada 2 orang (9,09 %) mengatakan mereka menyewa, dan ada 6 orang (27,27 %) mengatakan menumpang, serta 2 orang (9,09 %) mengatakan sebagian dari mereka tinggal di rumah orang tua. Jadi, secara umum dapat dikatakan bahwa mayoritas responden telah dapat memiliki rumah tempat tinggal sendiri sebagai kebutuhan pokok akan tempat tinggal (papan). Dan ini artinya bahwa masyarakat Desa Timbang Jaya sudah cukup maju dalam perekonomian mereka, karena dari penghasilan yang didapatkan melalui usaha yang telah mereka jalani dalam bidang pariwisata tersebut telah mampu memenuhi kebutuhan mereka bahkan untuk mempunyai tempat tinggal sendiri pun sudah terpenuhi.

Tabel 5.26

Distribusi Responden Berdasarkan J enis Bangunan Rumah yang Ditempati Saat Ini

No. Jenis Bangunan Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. Permanen Semi Permanen Tidak Permanen 7 9 6 31,82 40,91 27,27 Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

Berdasarkan jenis bangunan rumah yang ditempati saat ini, sebagian besar responden yaitu 9 orang (40,90 %) mengatakan bahwa bangunan rumah mereka tidak terbuat dari bahan semi permanen seperti papan. Sedangkan yang lainnya ada 7 orang (31,82 %) mengatakan rumahnya terbuat dari bahan permanen yaitu beton, dan ada 6 orang (27,27 %) mengatakan tidak permanen seperti bambu/tepas. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa umumnya responden telah memiliki atau menghuni rumah sebagai tempat tinggal yang sudah termasuk layak untuk ditempati. Artinya, mayoritas mereka telah dapat memenuhi kebutuhan pokok akan tempat tinggal (papan).

Tabel 5.27

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Kamar yang Terdapat di Rumah

No. Jumlah Kamar Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. 4. Tidak Ada 1 buah 2 buah > 2 buah - 6 9 7 - 27,27 40,91 31,82 Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

Dilihat dari tabel di atas, bahwa semua responden telah memiliki kamar yang terdapat di rumah mereka. Sebagian besar yaitu ada 7 orang responden (31,82 %) menyatakan lebih dari 2 buah kamar, 9 orang (40,91 %) menyatakan bahwa mereka memiliki 2 buah kamar, serta ada 6 orang (27,27 %) yang menyatakan bahwa mereka memiliki 1 buah kamar. Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat desa Timbang Jaya pada umumnya telah memiliki rumah/tempat tinggal yang sudah termasuk luas, karena dalam rumah mereka sudah terdapat 2 kamar bahkan lebih. Artinya, mereka tidak termasuk lagi ke dalam masyarakat pra sejahtera. Tetapi lebih tepatnya dapat dikatakan bahwa masyarakat Desa Timbang Jaya sudah termasuk ke dalam golongan masyarakat kelas menengah.

Tabel 5.28

Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya MCK (Mandi, Cuci, Kakus) di Rumah

No. Tanggapan responden Frekuensi Persentase (%) 1. 2. Ya Tidak 19 3 86,36 13,64 Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

Dilihat dari tabel di atas, bahwa sebagian responden sudah memiliki MCK (Mandi, Cuci, Kakus) di rumah sendiri. Hal ini dapat terlihat dari ada 19 orang (86,36 %) yang menyatakan ya, mereka memiliki MCK di rumah, sedangkan sebagian kecil yaitu ada 3 orang (13,64 %) yang tidak memiliki MCK di rumah. Hal ini juga dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden sudah memiliki rumah yang sehat karena sudah mempunyai MCK (Mandi, Cuci, Kakus) di dalam rumah mereka. Sehingga mereka tidak perlu susah payah untuk pergi ke kali atau sungai untuk buang hajat. Walaupun sebagian kecil dari masyarakat masih ada yang seperti itu, karena di dalam rumah mereka belum ada MCK (Mandi, Cuci, Kakus).

Tabel 5.29

Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Air Bersih yang Diperoleh No. Sumber Air Frekuensi Persentase (%)

1. 2. 3. 4. PAM Sumur Sungai Lain-lain 4 15 2 1 18,18 68,18 9,09 4,55 Total 22 100,00

Sumber : Hasil angket 2009

Bila dilihat dari sumber air bersih yang diperoleh setiap responden, bahwa sebagian besar dari mereka yaitu 15 orang (68,18 %) yang menyatakan memperoleh air bersih dari sumur, sedangkan yang lainnya ada 4 orang (18,18 %) menyatakan memperoleh air bersih dari PAM, dan ada 2 orang (9,09 %) menyatakan sumber air yang diperoleh adalah dari sungai, serta ada 1 orang (4,55 %) menyatakan sumber air yang diperoleh bukan dari PAM, sumur, maupun sungai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sumber air yang mereka peroleh juga sudah cukup bersih yaitu sebagian besar air yang diperoleh berasal dari air sumur. Walau sebagian kecil dari masyarakat ada yang sudah mampu memperoleh air dari PAM (Perusahaan Air Minum), karena mereka sudah cukup sanggup untuk membayar biaya air perbulannya. Dan selebihnya juga masih ada masyarakat yang mengambil air dari sungai karena belum ada sumur atau PAM di rumahnya. Jadi masyarakat di Desa Timbang Jaya dapat dikatakan ternyata tidak sulit untuk mendapatkan sumber air bersih.

Tabel 5.30

Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Penerangan yang Digunakan di Rumah

No. Sumber Penerangan Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. Listrik Lampu Minyak Lilin 22 - - 100,00 - - Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

Dilihat dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa semua responden sudah memperoleh sumber penerangan di rumah mereka masing-masing. Hal ini dapat terlihat bahwa semua responden yaitu 22 orang (100,00 %) menyatakan alat penerangan yang mereka pakai adalah listrik. Jadi secara umum masyarakat desa Timbang Jaya sudah memiliki alat penerangan yang memadai yaitu listrik sehingga mereka juga dapat mempergunakan alat-alat rumah tangga yang memakai tenaga listrik. Dan memang di Desa Timbang Jaya ini sudah lama dimasukkan alat penerangan yaitu listrik sebagai salah satu fasilitas yang diberikan oleh Pemerintah kepada untuk masyarakat desa tersebut. Maka rata-rata di dalam rumah tempat tinggal mereka sudah memakai listrik sebagai alat penerangannya. Hanya sebagian kecil saja yang masih menggunakan lampu minyak atau lilin sebagai penerangan di rumahnya.

Tabel 5.31

Distribusi Responden Berdasarkan Alat Kenderaan yang Dimiliki No. Alat Kenderaan Frekuensi Persentase (%)

1. 2. 3. Tidak ada Roda 2 Roda 4 3 19 - 13,64 86,36 - Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu ada 19 orang (86,36 %) yang menyatakan mereka sudah memiliki kenderaan beroda 2, sedangkan yang lainnya ada 3 orang (13,64 %) menyatakan bahwa mereka tidak memiliki kenderaan. Dari data di atas dapat dikatakan bahwa mayoritas masyarakat desa Timbang Jaya telah memiliki alat transportasi sendiri khususnya kenderaan roda dua, sehingga mereka tidak sulit untuk bepergian jarak jauh. Memang sebagian besar masyarakat Desa Timbang Jaya telah memiliki kenderaan khususnya kenderaan beroda dua. Hal ini dikarenakan jalan yang melintasi ke Desa tersebut sudah mulai bagus, dan kenderaan roda dua sekarang lebih banyak peminatnya karena rata-rata pembeliannya sudah banyak yang memakai sistem kredit. Jadi rata-rata masyarakat menjadi tertarik dan sudah mampu membelinya.

Tabel 5.32

Distribusi Responden Berdasarkan Keadaan Kesehatan

No. Tanggapan responden Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. Baik Kurang Baik Buruk 19 3 - 86,36 13,64 - Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu 19 orang (86,36 %) menyatakan keadaaan kesehatan sampai saat ini masih dalam keadaan baik, sedangkan ada 3 orang (13,64 %) yang mengatakan bahwa keadaan kesehatan mereka kurang baik. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas masyarakat desa Timbang Jaya memiliki kondisi kesehatan yang baik, karena mereka tidak sulit mendapat sumber air bersih dan keadaan rumah mereka juga sudah cukup layak untuk ditempati sehingga tidak mudah terserang penyakit. Dan hal ini juga dikarenakan lingkungan di desa Timbang Jaya tersebut masih tergolong alamiah karena masih banyak pepohonan dan juga perkebunan yang memperlihatkan kehijauan dan kelestarian alam. Maka kelestarian ini perlu tetap dijaga supaya tidak tercemar menjadi lingkungan yang tidak sehat.

Tabel 5.33

Distribusi Responden Berdasarkan Sarana yang Digunakan untuk Berobat jika Sakit

No. Sarana Kesehatan Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. 4. Rumah Sakit Puskesmas Klinik Lain-lain 1 9 9 3 4,55 40,90 40,90 13,64 Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

Dilihat dari tabel di atas bahwa sebagian besar responden yaitu ada 9 orang (40,90 %) yang mengatakan mereka berobat ke puskesmas jika sakit, dan ada juga 9 orang (40,90 %) mengatakan pergi ke klinik, sedangkan yang lainnya ada 3 orang (13, 64 %) mengatakan mereka tidak berobat ke puskesmas, klinik, atau rumah sakit, tetapi menggunakan obat tradisional, atau pergi ke dukun. Dan ada 1 orang (4,55 %) mengatakan pergi berobat ke rumah sakit. Maka dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sarana penunjang kesehatan yang telah disediakan di desa Timbang Jaya seperti Rumah Sakit, Puskesmas, dan Klinik sebagian besar dapat digunakan oleh masyarakat sekitar jika mereka sakit. Namun yang paling sering didatangi adalah klinik dan Puskesmas, karena biaya berobat masih standart sehingga masih terjangkau oleh masyarakat yang rata-rata berada pada kelas ekonomi menengah. Sedangkan untuk Rumah Sakit hanya didatangi oleh masyarakat yang tergolong pada kelas menengah ke atas, atau hanya didatangi jika keadaan pasien yang sudah parah penyakitnya. Namun sebagian kecil masih

ada yang percaya hanya dengan menggunakan pengobatan tradisional, sehingga tidak perlu ke Rumah Sakit.

Tabel 5.34

Distribusi Responden Berdasarkan Biaya yang Digunakan untuk Berobat

No. Sumber Biaya Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. 4. Biaya Sendiri Meminjam Uang MemakaiKartu (Askes,Askin) Lain-lain 15 - 2 5 68,18 - 9,09 22,73 Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu 15 orang (68,18 %) yang menyatakan mereka memakai biaya sendiri untuk berobat, sedangkan yang lainnya ada 2 orang (9,09 %) menyatakan mereka memakai kartu Askes atau Askin, serta ada 5 orang (22,73 %) menyatakan bahwa mereka sebagian dibiayai oleh perusahaan tempat dimana mereka bekerja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat desa Timbang Jaya mayoritas telah mampu membiayai perobatan dengan memakai biaya sendiri. Karena mereka tidak termasuk ke dalam masyarakat pra sejahtera tetapi masyarakat sejahtera. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penghasilan mereka tiap bulan dan kondisi rumah mereka yang layak ditempati. Walau ada sebagian kecil juga yang menggunakan kartu Askes dan Askin yang menurut mereka dengan memakai

kartu tersebut maka biaya untuk berobat ke Rumah Sakit menjadi lebih murah, sehingga rata-rata masyarakat yang kurang mampu dapat berobat ke Rumah Sakit.

Tabel 5.35

Distribusi Responden Berdasarkan Dapat Tidaknya Menabung dari Penghasilan Tiap Bulan

No. Tanggapan responden Frekuensi Persentase (%) 1. 2. Ya Tidak 12 10 54,55 45,45 Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden sudah dapat menabung dari penghasilan yang didapat dari usaha mereka. Hal ini dapat dilihat dari 12 orang (54,55 %) menyatakan ya karena dari usaha yang telah dijalani telah menghasilkan pendapatan yang cukup menguntungkan, sedangkan ada 10 orang (45,45 %) yang menyatakan mereka masih belum dapat menabung dengan penghasilan yang mereka dapat dari usaha yang dijalani, karena usaha yang dijalani belum ada perkembangan yang pesat. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ternyata dari pekerjaan yang mereka miliki telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi kehidupan sosial ekonomi rumah tangga mereka. Hal ini dapat dilihat dari selain mereka mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga juga telah dapat menabung. Sehingga dari tabungan yang mereka miliki maka akan dapat dipergunakan sewaktu-waktu jika diperlukan.

Tabel 5.36

Distribusi Responden Berdasarkan Dapat Tidaknya Aktivitas Wisata Memberikan Keuntungan bagi Masyarakat Setempat

No. Tanggapan responden Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. Ya Tidak Tidak Tahu 21 - 1 95,45 - 4,55 Total 22 100,00

Sumber: Hasil angket 2009

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya aktivitas wisata yang ada di daerah Bukit Lawang dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat setempat, khususnya bagi responden yaitu ada 21 orang (95,45 %), sedangkan hanya 1 orang (4,55 %) yang menyatakan tidak tahu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa adanya aktivitas wisata Bukit Lawang sangat berpengaruh positif terhadap kehidupan sosial ekonomi bagi masyarakat yang memiliki usaha atau bekerja dalam bidang aktivitas wisata, karena daerah tersebut yang selalu dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun wisatawan luar negeri. Dan di sini menunjukkan juga bahwa masyarakat dapat mengembangkan usahanya, di samping itu lalu lintas orang-orang juga membuat masyarakat lebih banyak berhubungan dengan berbagai orang dari luar daerah.

BAB VI

PENUTUP

4.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini sebagai bab penutup, penulis merumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Daerah wisata Bukit Lawang ternyata dapat membuka peluang usaha yang besar bagi masyarakat khususnya yang ada di sekitar objek wisata tersebut. Adapun berbagai usaha yang dikembangkan oleh masyarakat daerah wisata Bukit Lawang sebagian besar adalah berupa usaha penginapan, sebagian kecil lainnya seperti pemandu wisata, usaha makan minum, dan usaha souvenir shop.

2. Berbagai macam usaha yang telah dikembangkan oleh masyarakat di sekitar objek wisata Bukit Lawang tersebut juga dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap pendapatan mereka. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pendapatan yang mereka hasilkan dari usaha yang dijalankan

Dokumen terkait