• Tidak ada hasil yang ditemukan

PASANG SURUT STASION MARANGTALE-AMPIBABO

C. Parameter biologi Fitoplankton

4.3. Sosial Ekonomi Budaya dan Kelembagaan 1 Kependudukan

Penduduk Kecamatan Ampibabo umumnya merupakan suku asli setempat, hanya dibeberapa tempat terdapat suku-suku pendatang seperti Bugis, Kaili dan juga para trasnmigrasi dari Jawa dan Bali. Jumlah penduduk Kecamatan Ampibabo hingga tahun 2005 sebanyak 39.825 jiwa dengan jumlah keluarga sebanyak 10.476 KK. Terjadi pertambahan penduduk sebanyak 764 jiwa dari jumlah penduduk tahun 2004 sebanyak 39.061 jiwa.

Salah satu aspek penting untuk melihat konsentrasi penduduk pada suatu wilayah adalah dengan melihat kepadatan penduduk per kilometer persegi. Kepadatan di Kecamatan Ampibabo sebesar 68 jiwa /km2. Kepadatan penduduk tertinggi berada di Desa Paranggi sebesar 368 jiwa /km2, diikuti Desa Toga sebesar 220 jiwa /km2 dan Desa Ampibabo sebagai ibu kota Kecamatan sebesar 107 jiwa/km2. Ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup lengkap menjadikan

Desa Paranggi dan Ampibabo sebagai ibu kota Kecamatan mempunyai konsentrasi penduduk yang lebih padat. Secara rinci Jumlah keluarga, penduduk dan kepadatannya dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini :

Tabel 10 . Jumlah Keluarga, Penduduk dan Kepadatannya di Kecamatan Ampibabo Desa Jumlah Penduduk Keluarga Kepadatan Penduduk/Km2 1 Marantale 2.328 611 51 2 Silanga 2.401 647 56 3 Siniu 1.730 464 50 4 Towera 1.373 403 51 5 Tolole 1.961 516 83 6 Toga 1.219 327 220 7 Sidole 3.186 851 71 8 Paranggi 2.546 757 368 9 Ampibabo 4.883 1.219 107 10 Lemo 2.625 628 51 11 Buranga 2.392 561 58 12 Tomoli 4.055 1.079 45 13 Toribulu 4.897 1.351 88 14 Sienjo 2.417 629 61 15 Pinotu 1.812 433 50 Ampibabo 2005 2004 39.825 39.061 10.476 10.398 68 62 Sumber : BPS Parigi Moutong 2005

Umumnya masyarakat Kecamatan Ampibabo menggantungkan sumber pendapatan dari hasil perkebunan dan pertanian. Di wilayah ini, hanya sebagain kecil masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Lebih lanjut diketahui bahwa terdapat 2 kategori nelayan yang berada di Kecamatan Ampibabo yaitu nelayan tetap dan nelayan musiman. Nelayan tetap adalah nelayan yang pekerjaannya hanya mencari ikan, dan tidak mempunyai pekerjaan lain, sedangkan nelayan musiman adalah nelayan yang mencari ikan hanya sebagai sampingan. Nelayan musiman biasanya melaut hanya pada musim-musim tertentu dan waktu lainnya mereka gunakan untuk berkebun atau bertani.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa nelayan yang pernah membudidayakan rumput laut, bahwa pekerjaan membudidayakan rumput laut hanya dijadikan sebagai sumber penghasilan tambahan. Masyarakat

59

umumnya masih mengandalkan sektor perkebunan dan pertanian sebagai sumber penghasilan utama. Komoditi perkebunan seperti kakao dan cengkeh masih merupakan sektor andalan di wilayah ini.

Apabila dilihat dari pendidikan formal yang dijalani oleh masyarakat pesisir pantai Kecamatan Ampibabo, diketahui bahwa sebagian besar responden hanya berpendidikan setingkat Sekolah Dasar (SD). Dari 60 responden anggota kelompok nelayan rumput laut yang diwawancarai sebanyak 55 orang atau 61.1% mempunyai pendidikan SD, berpendidikan SMP sebanyak 14 atau 20%, SMU masing-masing sebanyak 18 orang atau 15.6% dan yang berpendidikan sarjana hanya sebanyak 3 orang atau 3.3%. Bukan hanya pendidikan formal saja yang rendah, pendidikan non formal dan ketrampilan juga sangat terbatas. Kegiatan- kegiatan pelatihan mengenai teknologi perikanan jarang diikuti oleh masyarakat, kalaupun ada hanya menyentuh sebagian kecil masyarakat. Apabila dilihat dari ketersediaan sarana pendidikan formal, sekarang ini dapat ditemukan sebanyak 46 buah SD, 8 buah SMP, dan sebanyak 2 buah SMU. Adapun lokasi Sekolah Dasar hampir dijumpai di setiap desa, sedangkan untuk SLTP dan SMU hanya di jumpai di ibukota Kecamatan. Selain bangunan fisik penunjang pendidikan, yang perlu menjadi perhatian utama yaitu kualitas atau mutu pendidikan. Dengan tersdianya sarana pendidikan diharapkan dapat menciptakan sumberdaya manusia yang mampu akses terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dapat mengubah kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Dalam sektor perikanan budidaya laut, untuk menunjang keberlangsungan kegiatan usaha budidaya diperlukan pengetahuan mengenai teknologi khususnya yang menunjang bagi kegiatan budidaya laut, agar meningkatkan hasil yang diperoleh. Kemampuan tersebut dapat di peroleh melalui pendidikan formal dan non-formal baik dari pemerintah maupun swasta.

Dalam bidang kesehatan, masyarakat Kecamatan Ampibabo umumnya sudah terjangkau oleh fasilitas pelayanan kesehatan. Di wilayah ini terdapat 1 buah Puskesmas dan 5 buah Puskesmas pembantu. Adapun jumlah dokter dan perawat yang ada sudah mencukupi kebutuhan masyarakat yaitu 2 dokter umum, 18 perawat dan 3 bidan. Pelayanan kesehatan juga dilengkapi dengan fasilitas

yang cukup, kondisi ini ditunjang dengan akses jalan yang sangat baik untuk mencapai daerah lain termaksud ibukota Kabupaten.

4.3.2. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan A. Perikanan tangkap

Wilayah perairan pantai Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi Moutong memiliki berbagai potensi sumberdaya perikanan. Jenis-jenis potensi sumberdaya tersebut terdiri dari berbagai jenis ikan seperti kerapu, cumi-cumi, udang, layang, lemuru dan teripang. Alat tangkap yang digunakan seperti pancing, bubu, pukat dan ada juga yang menggunakan sianida untuk menangkap beberapa jenis ikan karang. Lebih lanjut, untuk wilayah Kabupaten Parigi moutong, Kecamatan Ampibabo merupakan salah satu dengan produksi hasil tangkapan ikan terbesar (Tabel 11)

Kecamatan Ampibabo dengan produksi terbesar yaitu sejumlah 3942 ton, kemudian kecamatan Sausu sebanyak 2471 ton dan kecamatan Parigi sebesar 1972.2 ton. Untuk Kec. Ampibabo Jenis ikan tangkapan terbesar adalah ikan campuran yang mencapai 1019.3 ton dan produksi terkecil adalah jenis teripang dengan total produksi sebesar 0.6 ton. Produksi perikanan tersebut dihasilkan oleh rumah tangga perikanan (RTP) dari perahu tanpa motor, motor tempel dan kapal motor (Tabel 11).

Tabel 11. Produksi ikan di Kecamatan Ampibabo, Parigi dan Sausu Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2003

No. Produksi Ikan Kecamatan Jumlah

(Ton) Ampibabo Sausu Parigi

1 Selar 704.9 457 328 1489.9 2 Layang 588.6 410 659 1657.6 3 Tuna 567.6 319 235 1121.6 4 Cakalang 625 198 153 976.0 5 Ikan dasar 273 168 137 578.0 6 Bandeng 124 140 110.9 374.9 7 Udang 39 48 38.4 125.4 8 Teripang 0.6 0.5 0.3 1.4 9 Campuran 1019.3 710.5 250 1979.8 10 Ikan Teri 20 60.6 Jumlah 3942 2471 1972.2 8385.2

61

Jumlah kapal yang terdapat di wilayah ini sebanyak 244 unit. Umumnya menggunakan motor tempel atau sebanyak 198 unit dan yang menggunakan kapal motor sebanyak 16 unit dan selebihnya merupakan perahu tanpa motor. Nelayan kecamatan Ampibabo dengan kapasitas kapal yang kecil hanya mencari ikan di perairan pantai, dan pertengahan teluk, sedangkan dengan kapal dengan kapal motor besar mencari ikan hingga perairan mulut Teluk Tomini.

Tabel 12 . Jenis alat tangkap dan jumlah kapal di Kecamatan Ampibabo, 2004 No Nama Desa Jumlah Jenis Perahu Jenis Alat Tangkap Kapal (Unit) Motor Tempel Kapal Motor

(PK) (GT)

1 Marantale 10 5.5 - Pancing

2 Silanga 33 5.5 - Pancing

3 Siniu 24 5.5 - Pancing

4 Towera 17 5.5 7

Purse seine dan pancing

5 Tolole 11 5.5 - Pancing

6 Toga 12 5.5 - Pancing dan pukat

7 Parangi 40 5 s/d 16 5 s/d 10 Purse seine dan pancing

8 Ampibabo 22 5 s/d 7 - Pancing

9 Lemo 13 5 s/d 5.5 - Pancing

10 Buranga 2 5 s/d 5.5 - Pancing

11 Tomoli 15 5 - Pancing dan pukat

12 Toribulu 10 3.5 s/d 5.5 - Pancing dan pukat

13 Sienjo 6 5.5 - Pancing

14 Pinotu 29 3 s/d 13 - Pancing

Sumber : Dinas perikanan dan Kelautan Kabupaten Parigi Moutong (Diolah)

Dokumen terkait