• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOURCES OF ESTIMATION UNCERTAINTY (continued)

Dalam dokumen PT Set Sempurna Tbk 2016 (Halaman 55-59)

Estimasi dan Asumsi (lanjutan) Estimates and Assumptions (continued)

Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Piutang Usaha

Allowance for Impairment Losses of Trade Receivables

a. Evaluasi Individual a. Individual Assessment

Kelompok Usaha mengevaluasi akun tertentu jika terdapat informasi bahwa pelanggan yang bersangkutan tidak dapat memenuhi kewajiban keuangannya. Dalam hal tersebut, Kelompok Usaha mempertimbangkan, berdasarkan fakta dan situasi yang tersedia, termasuk namun tidak terbatas pada jangka waktu hubungan dengan pelanggan dan status kredit pelanggan berdasarkan catatan kredit dari pihak ketiga dan faktor pasar yang telah diketahui, untuk mencatat provisi spesifik atas jumlah piutang pelanggan guna mengurangi jumlah piutang yang diharapkan dapat diterima oleh Kelompok Usaha. Penyisihan spesifik ini dievaluasi kembali dan disesuaikan jika tambahan informasi yang diterima mempengaruhi jumlah cadangan kerugian penurunan nilai piutang usaha.

The Group evaluates specific accounts where they have information that certain customers are unable to meet their financial obligations. In these cases, the Group exercises its judgment, based on the best available facts and circumstances, including but not limited to the length of its relationship with the customer and the customer’s current credit status based on third party credit reports and known market factors, to record specific provisions against customers’ receivables in order to reduce the receivable amounts that are expected to be collected by the Group. These specific provisions are re-evaluated and adjusted as additional information received affects the amounts of allowance for impairment losses of trade receivables.

b. Evaluasi Kolektif b. Collective Assessment

Bila Kelompok Usaha memutuskan bahwa tidak terdapat bukti objektif atas penurunan nilai pada evaluasi individual atas piutang usaha, baik yang nilainya signifikan maupun tidak, Kelompok Usaha menyertakannya dalam kelompok piutang usaha dengan risiko kredit yang serupa karakteristiknya dan melakukan evaluasi kolektif atas penurunan nilai. Karakteristik yang dipilih mempengaruhi estimasi arus kas masa depan atas kelompok piutang usaha tersebut karena merupakan indikasi bagi kemampuan pelanggan untuk melunasi jumlah terutang.

If the Group determines that no objective evidence of impairment exists for an

individually assessed trade receivable,

whether significant or not, it includes the asset in a group of financial assets with similar credit risk characteristics and collectively assesses them for impairment. The characteristics chosen are relevant to the estimation of future cash flows for groups of such trade receivables by being indication of the customers’ ability to settle all amounts due.

Arus kas masa depan pada kelompok piutang usaha yang dievaluasi secara kolektif untuk penurunan nilai diestimasi berdasarkan pengalaman kerugian historis bagi piutang usaha dengan karakteristik risiko kredit yang serupa dengan piutang usaha pada kelompok tersebut.

Future cash flows in a group of trade receivables that are collectively evaluated for impairment are estimated on the basis of historical loss experience for the trade receivables with credit risk characteristics similar to those in the group.

51

3. SUMBER ESTIMASI KETIDAKPASTIAN

(lanjutan)

3. SOURCE OF ESTIMATION UNCERTAINTY

(continued)

Estimasi dan Asumsi (lanjutan) Estimates and Assumptions (continued)

Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Piutang Usaha (lanjutan)

Allowance for Impairment Losses of Trade Receivables (continued)

Nilai tercatat piutang usaha Kelompok Usaha sebelum cadangan kerugian penurunan nilai pada tanggal 31 Desember 2016 dan 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp729.851 dan Rp601.799. Penjelasan lebih lanjut diungkapkan dalam Catatan 6.

The carrying amounts of the Group’s trade receivables before allowance for impairment losses as of December 31, 2016 and December 31, 2015 were Rp729,851 and Rp601,799 respectively. Further details are disclosed In Note 6.

Imbalan Kerja dan Imbalan Kerja Jangka Panjang Post-employment Benefits and Long-term Employee Benefits

Penentuan kewajiban dan biaya liabilitas imbalan kerja Kelompok Usaha bergantung pada pemilihan asumsi yang digunakan oleh aktuaris independen dalam menghitung jumlah-jumlah tersebut. Asumsi tersebut mencakup tingkat diskonto, tingkat kenaikan gaji tahunan, tingkat pengunduran diri karyawan tahunan, tingkat kecacatan, umur pensiun dan tingkat kematian.

The determination of the Group’s obligations and costs for employee benefit liabilities depends on the selection of certain assumptions used by

independent actuaries in calculating such

amounts. Those assumptions include discount rates, annual salary increase, annual employee turnover rate, disability rate, retirement age and mortality rate.

Hasil aktual yang berbeda dengan asumsi yang ditetapkan Kelompok Usaha diakui dalam laba atau rugi. Walaupun Kelompok Usaha berkeyakinan bahwa asumsi tersebut adalah wajar dan sesuai, perbedaan signifikan pada hasil aktual atau perubahan signifikan dalam asumsi yang ditetapkan Kelompok Usaha dapat mempengaruhi secara material liabilitas diestimasi atas imbalan kerja dan beban imbalan kerja neto.

Actual results that differ from the Group’s assumptions are recognized in profit or loss occur. While the Group believes that its assumptions are reasonable and appropriate, significant differences in the Group’s actual results or significant changes in the Group’s assumptions may materially affect its estimated liabilities for employee benefits and net employee benefit expenses.

Nilai tercatat atas liabilitas imbalan kerja jangka panjang Kelompok Usaha pada tanggal 31 Desember 2016 dan 31 Desember 2015 masing-masing sebesar Rp124.507 dan Rp105.847. Penjelasan lebih rinci diungkapkan dalam Catatan 19.

The carrying amounts of the Group’s long-term employee benefit liabilities as of December 31, 2016 and December 31, 2015 were Rp124,507 and Rp105,847, respectively. Further details are disclosed in Note 19.

3. SUMBER ESTIMASI KETIDAKPASTIAN (lanjutan)

3. SOURCE OF ESTIMATION UNCERTAINTY

(continued)

Penyusutan Aset Tetap Depreciation of Fixed Assets

Biaya perolehan aset tetap disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus (bangunan dan prasarana) dan metode saldo menurun ganda (aset tetap lainnya) berdasarkan estimasi masa manfaat ekonomisnya. Manajemen mengestimasi masa manfaat ekonomis aset tetap antara 2 sampai dengan 20 tahun. Masa manfaat ekonomis tersebut merupakan masa manfaat ekonomis yang secara umum diharapkan dalam industri dimana Kelompok Usaha menjalankan bisnisnya. Perubahan tingkat pemakaian dan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi masa manfaat ekonomis dan nilai sisa aset, dan karenanya biaya penyusutan masa depan mungkin direvisi. Nilai tercatat neto atas aset tetap Kelompok Usaha pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 masing- masing sebesar Rp658.258 dan Rp714.935. Penjelasan lebih rinci diungkapkan dalam Catatan 12.

The costs of fixed assets are depreciated on straight-line method (buildings and improvements) and double declining balance method (other fixed assets) over their estimated useful lives. Management estimates the useful lives of this fixed assets to be between 2 and 20 years. These are common life expectancies applied in the industries where the Group conducts its businesses. Changes in the expected level of usage and technological development could impact the economic useful lives and the residual values of these assets, and therefore future depreciation charges could be revised. The net carrying amounts of the Group’s fixed assets as of December 31, 2016 and 2015 were Rp658,258 and Rp714,935, respectively. Further details are disclosed in Note 12.

Pajak Penghasilan Income Tax

Pertimbangan signifikan dilakukan dalam menentukan provisi atas pajak penghasilan badan. Terdapat transaksi dan perhitungan tertentu yang penentuan pajak akhirnya adalah tidak pasti dalam kegiatan usaha normal. Kelompok Usaha mengakui liabilitas atas pajak penghasilan badan berdasarkan estimasi apakah akan terdapat tambahan pajak penghasilan badan.

Significant judgment is involved in determining the provision for corporate income tax. There are certain transactions and computations for which the ultimate tax determination is uncertain in the ordinary course of business. The Group recognizes liabilities for corporate income tax based on estimates as to whether additional corporate income tax will be due.

4. KOMBINASI BISNIS 4. BUSINESS COMBINATIONS

Akuisisi atas Bradke Synergies Sdn. Bhd. (“Bradke”), Malaysia dan entitas anaknya

Acquisition of Bradke Synergies Sdn. Bhd. (“Bradke”), Malaysia and its subsidiaries

Berdasarkan Perjanjian Pembelian Saham pada tanggal 30 Juni 2015, Perusahaan mengakuisisi 100% saham Bradke dan entitas anaknya, dengan total kompensasi sebesar Rp220.000, dimana sebesar 20% dari total kompensasi dibayar pada saat penandatangan perjanjian dan 80% setelah kondisi tertentu terpenuhi seperti yang dinyatakan dalam perjanjian. Pada tanggal 31 Desember 2015, saldo utang atas akuisisi ini sebesar Rp44.000 dan disajikan pada akun “Utang Lain-lain” pada laporan posisi keuangan konsolidasian. Bradke dan entitas anaknya bergerak di bidang produksi dan perdagangan suku cadang dan saringan udara untuk kendaraan.

Based on the Share Purchase Agreement dated June 30, 2015, the Company acquired 100% shares of Bradke and its subsidiaries, with total compensation of Rp220,000, of which 20% of the compensation was paid on the signing date of the agreement and 80% after the fullfilment of certain conditions as specified in the agreement. As of December 31, 2015, the outstanding payable on this acquisition amounted to Rp44,000 and presented in “Other Payable” on the consolidated statement of financial position. Bradke and its subsidiaries are engaged in the manufacturing and trading of spareparts and air filter for vehicles.

53

4. KOMBINASI BISNIS 4. BUSINESS COMBINATIONS

Akuisisi atas Bradke Synergies Sdn. Bhd. (“Bradke”), Malaysia dan entitas anaknya

Acquisition of Bradke Synergies Sdn. Bhd. (“Bradke”), Malaysia and its subsidiaries

Nilai wajar aset dan liabilitas yang teridentifikasi dari Bradke dan entitas anaknya pada tanggal akuisisi (30 Juni 2015) adalah sebagai berikut:

The fair values of identifiable assets and liabilities of Bradke and its subsidiaries as of the date of acquisition (June 30, 2015) were as follows:

Aset Asset

Kas dan setara kas 20.597 Cash and cash equivalents

Aset lancar lainnya 181.222 Other current assets

Aset tetap 256.530 Fixed asets

Aset tidak lancar lainnya 3.729 Other non-current assets

Total aset 462.078 Total assets

Liabilitas Liabilities

Liabilitas jangka pendek (70.184) Current liabilities

Liabilitas jangka panjang (67.770) Non-current liabilities

Total liabilitas (137.954) Total liabilities

Total nilai wajar aset neto teridentifikasi 324.124 Total identifiable net assets at fair value

Kepentingan non-pengendali (82.952 ) Non-controlling interests

Laba atas pembelian dengan diskon (21.172) Gain on bargain purchase

Imbalan pembelian yang dialihkan 220.000 Purchase consideration transferred

Kas dari entitas anak yang diakuisisi (20.597 ) Cash of the acquired subsidiaries

Pembayaran masih terutang (44.000) Consideration still owed to sellers

Akuisisi entitas anak, setelah dikurangi Acquisition of subsidiaries,

kas yang diperoleh 155.403 net of cash acquired

Nilai tukar yang digunakan pada saat akuisisi sebesar IDR3.527/MYR (angka penuh).

The exchange rate used in acquisition was IDR3,527/MYR (full amount).

Penilaian saham dan perhitungan alokasi harga beli berdasarkan laporan penilaian dari KJPP Tonny Hardi & Rekan, penilai independen, berdasarkan laporannya masing-masing tertanggal 23 Juni 2015 dan 22 Maret 2016. Laba atas pembelian dengan diskon sebesar Rp21.172 terutama berasal dari selisih imbalan yang dialihkan dengan nilai wajar aset neto perusahaan yang diakuisisi. Laba atas pembelian dengan diskon bukan merupakan objek pajak untuk tujuan pajak penghasilan badan.

The shares valuation and the calculation of purchase price allocation were based on valuation by KJPP Tonny Hardi & Rekan, independent valuer, based on its report dated June 23, 2015 and March 22, 2016, respectively. The gain on bargain purchase of Rp21,172 mainly arised from the difference between consideration transferred and the fair value of the net assets of the acquired entities. Gain on bargain purchase is not taxable for corporate income tax purposes.

Dalam dokumen PT Set Sempurna Tbk 2016 (Halaman 55-59)