• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.2. Spesifikasi kompetensi

Menurut Fletcher yang dikutip dari Bourke et.al, (1975), spesifikasi kompetensi antara lain :

1. Kompetensi didasarkan pada analisis peran profesional dan / atau formulasi tanggung jawab profesional

2. Pernyataan kompetensi menjelaskan hasil yang diharapkan dari kinerja dari fungsi yang terkait secara profesional, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sangat penting untuk kinerja fungsi tersebut.

3. Pernyataan kompetensi memfasilitasi penilaian berpatokan kepada kriteria 4. Kompetensi diperlakukan sebagai alat prediksi (predictor) tentatif atas

efektivitas profesional.

Menurut Fletcher yang dikutip dari Bourke at.all (1975), Elemen esensial dari kompetensi adalah

1. Peran yang diturunkan, ditetapkan dalam bentuk perilaku yang dapat diamati 2. Penilaian mensyaratkan kinerja sebagai bukti utama, tetapi tetap

mempertimbangkan aspek pengetahuan

3. Nilai kemajuan bergantung pada kemampuannya mendemonstrasikan kompetensi

Menurut Spencer and Spencer, Mitrani et.al, dalam Usmara (2002) ada 5 karakteristik kompetensi :

1. Motivasi adalah sesuatu di mana seseorang secara konsisten berpikir sehingga ia melakukan tindakan .

2. Traits watak / sifat yang membuat orang untuk berperilaku, atau bagaimana seseorang merespons sesuatu dengan cara tertentu.

Misalnya : Percaya diri (Self – Confidence) Kontrol diri (Self – Control)

Stress resistance (ketabahan) Hardiness (daya tahan)

3. Self – Concept adalah sikap dan nilai yang dimiliki seseorang, sikap dan nilai diukur melalui test kepada responden untuk mengetahui bagaimana value (nilai) yang dimiliki seseorang, apa yang menarik bagi seseorang melakukan sesuatu.

4. Knowledge adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang tertentu. Pengetahuan (knowledge) merupakan kompetensi yang kompleks. Test pengetahuan mengukur kemampuan peserta, tes dengan cara memilih jawaban yang paling benar, tetapi tidak bisa melihat apakah seseorang dapat melakukan pekerjaan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.

5. Skill adalah kemampuan untuk melaksanakan sesuatu tugas tertentu baik secara physik maupun mental

Kompetensi pengetahuan (knowledge competencies) dan keahlian (skill competencies) cenderung lebih nyata (visible) dan relatif berada di permukaan sebagai salah satu karakteristik yang dimiliki manusia.

Sedangkan motif, self concept (konsep diri), trait (watak/sifat) lebih tersembunyi, dalam, dan berada pada titik central kepribadian seseorang.

Kompetensi pengetahuan dan keahlian relatif mudah untuk dikembangkan sehingga program pelatihan merupakan cara yang baik menjamin tingkat kemampuan SDM. Sedangkan motif kompetensi, trait cukup sulit untuk dinilai dan dikembangkan karena berada pada personality iceberg sehingga salah satu

cara yang paling efektif adalah memilih karakteristik tersebut dalam proses seleksi. Konsep diri / sikap / nilai serta percaya diri dapat diubah melalui pelatihan psikotrapi, tetapi memerlukan waktu yang lebih lama dan sulit.

Perkembangan kognitif seseorang dimulai sejak lahir sampai usia dewasa, ini sejalan dengan peningkatan kemampuan dan keterampilan. Terdapat bukti yang mendukung pendapat bahwa pengalaman-pengalaman yang amat banyak berhubungan dengan usia kematangan seseorang.

Menurut Siagian (2000), Pendidikan juga dapat memengaruhi kompetensi seseorang. Makin tinggi pendidikan seseorang makin besar keinginannya untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam pelaksanaan tugasnya. Di samping itu petugas yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi diharapkan mampu memberikan masukan-masukan yang bermanfaat kepada pimpinan dalam upaya peningkatan pelaksanaan tugas. Penelitian Utami (2004) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna tingkat pendidikan dengan kinerja perawat lulusan pendidikan tinggi dan rendah, tetapi secara proporsional ada kecenderungan perawat berpendidikan tinggi mempunyai kinerja lebih baik. Hal ini disebabkan tidak adanya pembagian tugas atau kerja yang disesuaikan dengan kompetensi antara berpendidikan tinggi dan rendah.

Masa kerja menurut Siagian (2000), semakin lama seseorang bekerja maka semakin terampil dan makin berpengalaman pula dalam melaksanakan pekerjaan. Menurut Leida dalam Nurhaini (2001), terjadi penurunan kualitas pada pekerja yang mempunyai masa kerja lebih dari 5 tahun, secara proporsional perawat yang mempunyai masa kerja lebih sedikit berkinerja lebih baik. Adapun

pada pekerja yang mempunyai masa kerja lebih besar dari 5 tahun secara proporsional berkinerja lebih buruk. Hal ini dapat terjadi kemungkinan disebabkan oleh timbulnya rasa bosan, sikap pasif, motivasi menurun, kurangnya kreativitas dan kurangnya inisiatif dan merasa tidak adanya tantangan yang berarti.

Pelatihan menurut Usmara (2003) adalah setiap usaha untuk memperbaiki performance pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya. Faktor utama penyebab meningkatnya kinerja adalah pelatihan. Pelatihan pada dasarnya merupakan sebuah proses untuk meningkatkan kompetensi seseorang. Pelatihan juga adalah sarana yang dibutuhkan pada upaya untuk lebih mengaktifkan kerja pada anggota organisasi yang kurang aktif sebelumnya, mengurangi dampak-dampak negatif yang dikarenakan kurangnya pendidikan dan pengalaman, atau kurangnya kepercayaan diri dari anggota.

2.1.3. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi kompetensi seseorang yaitu sebagai berikut :

1. Kecerdasan

Menurut Kinichi (2005), kecerdasan merupakan suatu kapasitas individu dalam membangun cara berpikir, melakukan penalaran dan memecahkan persoalan. Secara historis diyakini bahwa kecerdasan merupakan suatu kapasitas yang diturunkan secara turun temurun dari suatu generasi ke generasi. Banyak para ahli psikologi yang telah berusaha mengukur kecerdasan (inteligensia) sehingga pengukuran inteligensia berkembang terus

dan pada masa sekarang ini tingkat kecerdasan (IQ) telah dapat diukur dan diklasifikasikan sebagai berikut :

• IQ antara 0 – 50 adalah golongan yang terendah sering disebut lemah pikiran atau idiot

• IQ antara 50 – 70 adalah golongan moron disebut keterbatasan mental

• IQ antara 70 – 90 adalah termasuk golongan orang lambat

• IQ antara (90 – 110) adalah golongan orang yang bisa belajar secara normal.

• IQ antara (110 – 130) adalah golongan orang superior, orang cerdas

• IQ antara > 130 adalah golongan orang yang genius atau orang yang sangat cerdas.

Bagi orang yang cerdas dan sangat cerdas akan dapat memengaruhi kompetensi secara positif karena orang genius tersebut mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut :

• Dapat belajar dengan cepat dan mudah

• Dapat menyiapkan / mempertahankan apa yang dipelajarinya

• Selalu ingin tahu

• Mampu berfikir logis, membuat generalisasi, melihat hubungan-hubungan

• Lebih mampu menyesuaikan diri

• Mampu menjalin jaringan yang diperlukannya

2. Kreativitas

Jika pendidikan berhasil dengan baik, maka sejumlah orang kreatif akan lahir karena tugas utama pendidikan adalah menciptakan orang-orang yang mampu melakukan sesuatu yang baru, tidak hanya mengulang apa yang telah dikerjakan oleh generasi lain. Menurut Jones dalam Mulyasa (2005), bahwa orang yang kreatif cenderung terbuka terhadap ide-ide baru. Orang-orang kreatif menemukan sesuatu yang baik yang belum pernah ada maupun yang sebenarnya sudah ada.

3. Kebutuhan

Menurut Mulyasa (2005), dalam mengembangkan kompetensi, kebutuhan seseorang sebagai manusia sangat menentukan, misalnya kebutuhan dasar manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari bila belum dipenuhi, maka sulit kita mengharapkan peningkatan kompetensinya. Bila kebutuhan dasar telah terpenuhi, maka kebutuhan lainnya menjadi dominan termasuk kebutuhan untuk keperluan pelaksanaan tugas, kebutuhan berprestasi dan lain-lain. Apabila kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan seseorang telah terpenuhi, maka dapat dipastikan bahwa kompetensi orang tersebut akan mengalami kemajuan.

4. Pertumbuhan dan perkembangan kognitif

Menurut Mulyasa (2005), pertumbuhan dan perkembangan dapat diklasifikasikan atas kognitif, psikologis dan fisik. Pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi karakteristik manusia. Perubahan-perubahan tersebut terjadi dalam kemajuan

yang mantap, merupakan suatu proses kematangan. Perubahan ini tidak bersifat umum, melainkan merupakan hasil interaksi antara potensi bawaan dengan potensi lingkungan baik seseorang itu yang termasuk cepat maupun lambat, mempunyai kepribadian yang menyenangkan atau menggelisahkan, tinggi atau rendah, sebagian besar bergantung pada interaksi antara kecenderungan bawaan dan pengaruh lingkungan.

5. Nilai (Value) adalah sesuatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang, sehingga orang tersebut dapat memutuskan apa yang akan dilakukan (Usmara, 2002)

6. Minat (Interest) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan, misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan sesuatu (Gibson, 1997).

7. Pendidikan adalah keadaan dalam bidang kognitif misalnya bagaimana seseorang melakukan pembelajaran (mencari informasi) untuk dirinya sesuai dengan kebutuhannya, sehingga dapat meningkatkan kompetensinya (Gibson, 1997).

8. Sosioekonomi

Sosioekonomi keluarga dapat memengaruhi kompetensi seseorang di mana bagi orang yang golongan menengah ke atas mempunyai dana atau (dapat memanfaatkan kesempatan yang ada) untuk meningkatkan kompetensinya, sedangkan orang dengan golongan sosioekonomi rendah tidak cukup dana (tidak dapat) meningkatkan kompetensinya (Gibson, 1997).

9. Motivasi

Seseorang akan melakukan sesuatu kalau ia mengharapkan akan mendapatkan manfaat atau memiliki nilai. Motivasi merupakan keadaan internal seseorang yang mendorong orang tersebut untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat pula mendorong untuk tumbuh (berkembang). Menurut Gibson (2002), Motivasi berkaitan dengan keseimbangan atau equilibrium yaitu upaya untuk dapat mengatur dirinya sendiri (relatif bebas) dari golongan orang lain untuk menjadi kompeten.

Apabila motivasi sudah menjadi bagian dari perilaku maka akan terlihat dari sikap seseorang sebagai seorang yang termotivasi, hal ini dapat meningkatkan kompetensi individu dan pada saat yang sama dapat meningkatkan nilai organisasi (Amalia F. Khaira, 2005).

2.2. Motivasi

Motivasi adalah keadaan psikologis individu untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (Feldman dan Arnold, 1983) yang meliputi perasaan puas, optimis, suka bekerja keras, suka berkompetisi, tekun bekerja, memelihara standar dan berorientasi pada tujuan organisasi. (Keller, Kelly, dan Dodge ; 1978)

Menurut Gibson (1997), motivasi adalah konsep yang menguraikan tentang kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri seseorang yang memulai dan mengarahkan perilaku penggunaan. Motivasi menurut Indrawijaya, (1989) dalam Asrarudin, (2003) diawali dengan rangsangan (keingingan) kemudian keinginan

tersebut melalui proses persepsi diterima oleh seseorang. Proses persepsi ditentukan oleh sikap, pengalaman masa lampau dan harapan seseorang (faktor intrinsik yang membedakan motivasi seseorang dengan orang lain). Selanjutnya rangsangan dan persepsi ini diberi arti oleh individu yang bersangkutan menurut minat dan keinginannya. Minat ini kemudian mendorong untuk mencari informasi guna mengembangkan alternatif tindakan dan menentukan pilihan tindakan.

Pinder (1998), juga menyatakan bahwa motivasi adalah sebagai sebuah set kekuatan internal dan eksternal yang merangsang perilaku yang berhubungan dengan pekerjaan. Motivasi dapat menentukan bentuk perilaku yang berhubungan dengan pekerjaan, arah, intensitas dan jangka waktu. Definisi ini mengandung dua kekuatan, yaitu lingkungan (sistem penghargaan, sifat pekerjaan yang dilakukan) dan kekuatan yang melekat pada seseorang (kebutuhan, pribadi dan motif). Kunci untuk memahami motivasi adalah hubungan antara kebutuhan, penggerak dan insentif (needs – drives- insentives).

Hal ini sejalan yang dikatakan Hasibuan (2000), bahwa sub variabel dari motivasi adalah motif, harapan dan insentif. Adapun pengertiannya adalah : a. Motif adalah suatu perangsang keingingan (want) dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang, setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. b. Harapan (expectancy) adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena perilaku untuk tercapainya tujuan. c. Insentif (Incentive) yaitu merangsang untuk memberikan hadiah (imbalan) kepada mereka yang berprestasi.

Motif manusia sangat banyak dan belum ada pengklasifikasian yang disetujui oleh psikolog secara total, klasifikasi motif manusia antara lain sebagai berikut :

(1) Motif yang tidak dipelajari berdasarkan psikologis (motif primer) contohnya lapar, tidur, seks dan lain-lain. (2) Motif General, tidak dipelajari dan tidak berdasarkan psikologi disebut stimulus motives, contohnya rasa ingin tahu, manipulasi, aktivitas dan kasih sayang. Motif General disebut juga motif sekunder lebih relevan dengan perilaku organisasi daripada motif primer. Motif sekunder berkaitan erat dengan konsep pembelajaran.

Teori motivasi yang dikemukakan oleh Luthans (2001), adalah aplikasi pendekatan kognitif dalam perilaku organisasi. Ilmu kognitif lebih berfokus kepada struktur dan proses kompetensi manusia. Misalnya peran memori dan pemrosesan informasi. Motivasi mempengaruhi pemikiran melalui keyakinan pada set yang dibiaskan melalui proses kognitif Eagly dan Chaiken dalam Mahaeswara (2003), hal ini sejalan dengan pandangan yang lazim yang mengatakan bahwa motivasi mempunyai pengaruh melalui kognitif (Kruglanski dan Freund, 1983, Sorentiono dan Higgins, 1986). Motivasi dapat meningkatkan keyakinan dan strategi yang dapat memberi hasil yang diinginkan (kunda, 1990).

Motivasi, skill dan kwalitas seseorang merupakan perangkat strategis penting untuk merealisasikan tujuan-tujuan organisasi. Faktor-faktor yang mendasari motivasi seseorang disebut kompetensi individual. Kompetensi individual berhubungan dengan karakteristik kepribadian pokok yang tidak bisa dipisahkan dari tindakan seseorang dalam hubungannya dengan bermacam-macam tugas dan situasi (Raharso, 2004).

Menurut Gibson (1991) variabel yang mempengaruhi perilaku kerja terdiri dari 3 variabel yaitu : (1) variabel individu (terdiri dari sub variabel kemampuan,

keterampilan, latar belakang dan demografis). (2) Variabel psikologi (terdiri dari sub variabel motivasi, persepsi, sikap, kepribadian, belajar). (3) Variabel organisasi (terdiri dari sub variabel sumber daya, kepemimpinan, struktur dan desain pekerjaan). Dari variabel individu dan variabel psikologis yang paling utama memegang peranan dalam menentukan prestasi adalah sub variabel kemampuan, keterampilan dan motivasi sedangkan sub variabel demografis dinyatakan sebagai identitas dari individu. Motivasi yang tinggi perlu diarahkan dan dipelihara melalui pelatihan, mentoring, bimbingan karir dan sebagainya, sehingga membuat seseorang mampu bersikap profesional dan dapat diberdayakan.

Menurut Schelttler (2003), menuliskan bahwa sebuah pelatihan tidak disebut pelatihan bila tidak mengubah perilaku (merubah cara berpikir yang ada). Pada era informasi ini nilai seseorang / organisasi terletak pada kecerdasan, keahlian dan ide-ide seseorang atau karyawan yang disebut kompetensi seseorang atau kompetensi karyawan dan kompetensi ini bergantung pada motivasi. Aspek kognitif, motivasi dapat mengubah perilaku sehingga seseorang memiliki motivasi yang tinggi. Aspek afektif menunjukkan perilaku yang sudah terbentuk dan terus terpelihara sehingga ia mampu bersikap profesional. Pada aspek psikomotorik diharapkan seseorang mampu menerapkan motivasi. Motivasi, kreativitas, self-efficacy (keyakinan akan kemampuannya) sebagai landasan kompetensi untuk mencapai tujuan organisasi tanpa terabaikan kepuasan dirinya.

2.3. Minat

Minat atau ketertarikan (interest) menurut Gordon, (1988) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan sesuatu. Minat termasuk salah satu faktor intern yang membentuk perilaku seseorang selain dari kecerdasan, persepsi, motivasi, emosi dan sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar.

Menurut Notoatmojo (2003), Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas yang merupakan hasil akhir jalinan yang saling mempengaruhi antara beberapa macam gejala kejiwaan (perhatian, pengamatan, perkiraan dan fantasi).

Gejala-gejala jiwa yang saling mempengaruhi dalam bentuk perilaku manusia tersebut antara lain adalah pengamatan, perhatian, tanggapan dan fantasi.

Penelitian Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :

1. Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus terlebih dahulu

2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

3. Evaluation (menimbang-nimbang, baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap orang tersebut sudah mulai baik.

4. Trial, orang telah mencoba perilaku baru

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, keterampilan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Menurut penelitian

selanjutnya, Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap diatas.

Menurut Suparno (2001), dan Notoatmojo (2003), bahwa minat timbul karena dorongan (motivasi) baik itu motivasi yang bersifat intrinsik (yaitu yang memang tumbuh di dalam diri seseorang sejak awal) maupun motivasi yang bersifat ekstrinsik (yaitu yang berasal dari luar dirinya apakah itu orang tua, guru, pekerjaan dan lain-lain).

Contoh : Timbulnya minat seorang ahli yang berkecimpung dalam bidang eksak untuk mempelajari ilmu linguistik bermula dari kesan baik yang timbul terhadap guru yang mengajar Bahasa Inggeris, sehingga orang tersebut mendapat gelar Doktor dari Columbia University. Ini adalah salah satu contoh bahwa motivasi yang bersifat ekstrinsik dapat menimbulkan minat.

Sejalan dengan yang dijelaskan oleh Gibson (2005), bahwa minat timbul karena adanya motivasi seseorang sehingga orang tersebut melakukan yang diminatinya secara giat untuk meraih harapan (tujuannya). Ini dapat diartikan bila seseorang telah mempunyai pengetahuan, keterampilan tetapi orang tersebut belum tertarik, belum timbul minatnya untuk melakukan suatu perbuatan maka orang tersebut tidak akan melakukan/menerapkan pengetahuan dan keterampilannya yang pada gilirannya mempengaruhi kompetensi orang tersebut. Minat dapat menentukan pelaksanaan penerapan pengetahuan dan keterampilan, sikap, nilai seseorang dalam pelaksanaan tugasnya.

Dokumen terkait