IV. METODE PENELITIAN
4.3. Spesifikasi Model
Model adalah sesuatu yang menggambarkan fenomena yang sebenarnya seperti suatu metode atau proses aktual (Intriligator, et al., 1996). Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ekonometrika. Menurut Koutsoyiannis (1977) dalam membangun model ekonometrika terdapat empat tahap utama yang harus dilalui yaitu spesifikasi model, estimasi model, validasi model, dan penerapan model.
Spesifikasi model merupakan langkah pertama dan paling penting, karena pada tahap ini peneliti harus menspesifikasi model yang didasarkan pada teori ekonomi dan informasi yang berhubungan dengan fenomena yang diteliti. Hal ini merupakan hipotesis penelitian yang digambarkan dalam bentuk persamaan struktural yang mencakup variabel eksogen dan endogen. Beberapa model yang dibangun dalam penelitian dampak kebijakan tarif impor bawang merah adalah:
4.3.1. Luas Areal Panen Bawang Merah
Usahatani bawang merah dalam peningkatan produktivitasnya memperhatikan pemupukan, penanggulangan hama, dan penggunaan bibit unggul. Pupuk untuk usahatani bawang merah dapat diberikan dengan dosis penggunaan sebesar 90 Kg/Ha pupuk urea, 125 Kg/Ha pupuk TSP, 115 Kg/Ha pupuk Za, 100 Kg/Ha pupuk KCL dan 10 Ton/Ha pupuk kandang (Dirjen Hortikultura, 2004). Penelitian ini hanya menggunakan pupuk urea karena data harga pupuk KCL, harga pupuk ZA, dan harga pupuk kandang tidak tersedia. Penggunaan input lain seperti pestisida dan bibit juga tidak dimasukkan dalam persamaan karena data tidak tersedia.
Luas areal panen bawang merah dipengaruhi oleh harga bawang merah di tingkat produsen tahun sebelumnya, harga cabe merah di tingkat produsen tahun sebelumnya, harga pupuk urea, pertumbuhan upah tenaga kerja sektor pertanian, serta luas areal panen tahun sebelumnya. Persamaan struktural dari luas areal panen bawang merah dapat dirumuskan sebagai berikut:
ABMt = a0 + a1 PPBMRt-1 + a2 PPCMRt-1 + a3 PPURt + a4 TUTKRt + a5 ABMt-1 + 1………...…………(4.1) dimana:
ABMt = Luas areal panen bawang merah pada tahun ke-t (Ha)
PPBMRt-1 = Harga riil bawang merah di tingkat produsen tahun sebelumnya (Rp/Kg)
PPCMRt-1 = Harga riil cabe merah di tingkat produsen tahun sebelumnya (Rp/Kg) PPURt = Harga riil pupuk urea pada tahun ke-t (Rp/Kg)
TUTKRt = Pertumbuhan upah riil tenaga kerja sektor pertanian (%) ABMt-1 = Luas areal panen bawang merah pada tahun sebelumnya (Ha) a0 = Intersep
ai = Parameter yang diduga (i= 1, 2, 3, 4, …, n) 1 = Variabel pengganggu
Nilai dugaan parameter yang diharapkan adalah: a1 > 0; a2, a3, a4 < 0; dan 0 < a5 < 1.
4.3.2. Produksi Bawang Merah
Produksi bawang merah secara struktural dipengaruhi oleh harga riil bawang merah di tingkat produsen, luas areal panen bawang merah, perubahan suku bunga kredit bank persero, curah hujan, trend waktu, dan produksi bawang
merah tahun sebelumnya. Persamaan produksi bawang merah dapat dirumuskan sebagai berikut:
QBMt = b0 + b1 PPBMRt + b2 ABMt + b3 DCIRt + b4 CHt + b5 T + b6 QBMt-1+ 2 ….………...…(4.β) dimana:
QBMt = Produksi bawang merah pada tahun ke-t (Ton)
PPBMRt = Harga riil bawang merah di tingkat produsen pada tahun ke-t (Rp/Kg)
ABMt = Luas areal panen bawang merah pada tahun ke-t (Ha)
DCIRt = Perubahan tingkat suku bunga kredit bank persero pada tahun ke-t (%)
CHt = Curah hujan pada tahun ke-t (mm/Thn) T = Tren waktu (Thn)
QBMt-1 = Produksi bawang merah pada tahun sebelumnya (Ton) b0 = Intersep
bi = Parameter yang diduga (i= 1, β, γ, 4, …, n) 2 = Variabel pengganggu
Nilai dugaan parameter yang diharapkan adalah: b1, b2, b5 > 0; b3,b4 < 0; dan 0 < b6 < 1.
4.3.3. Penawaran Bawang Merah
Penawaran bawang merah merupakan persamaan identitas dari produksi bawang merah ditambah dengan impor bawang merah dikurangi ekspor bawang merah, dengan asumsi bawang merah impor dan ekspor homogen. Persamaan penawaran bawang merah Indonesia tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
dimana:
QSBMt = Penawaran bawang merah pada tahun ke-t (Ton) QBMt = Produksi bawang merah pada tahun ke-t (Ton) MBMt = Impor bawang merah pada tahun ke-t (Ton)
XBMt = Volume ekspor bawang merah pada tahun ke-t (Ton)
4.3.4. Permintaan Bawang Merah
1. Permintaan Bawang Merah Rumahtangga
Permintaan bawang merah rumahtangga secara struktural dipengaruhi oleh harga riil bawang merah di tingkat konsumen, pertumbuhan harga riil bawang putih di tingkat konsumen, jumlah penduduk, dan pertumbuhan GDP per kapita. Persamaan struktural permintaan bawang merah rumahtangga dapat dinyatakan sebagai berikut:
QDRTt = c0 + c1 PKBMRt + c2 TPKBPRt + c3 POPt + c4 TGDPkapt
+ 3………..(4.4) dimana:
QDRTt = Permintaan bawang merah rumahtangga pada tahun ke-t (Ton) PKBMRt = Harga riil bawang merah di tingkat konsumen pada tahun ke-t
(Rp/Kg)
TPKBPRt = Pertumbuhan harga riil bawang putih di tingkat konsumen pada tahun ke-t (%)
POPt = Jumlah penduduk Indonesia pada tahun ke-t (Jiwa) TGDPkapt = Pertumbuhan GDP riil per kapita pada tahun ke-t (%) c0 = Intersep
ci = Parameter yang diduga (i= 1, β, γ, 4, …, n) 3 = Variabel pengganggu
Nilai dugaan parameter yang diharapkan adalah: c1, c2 < 0 dan c3, c4 > 0.
4.3.4.2.Permintaan Bawang Merah Non Rumahtangga
Permintaan bawang merah non rumahtangga secara struktural dipengaruhi oleh pertumbuhan harga riil bawang merah di tingkat konsumen, harga riil mie instan, pertumbuhan harga riil bawang putih di tingkat konsumen, dan GDP riil. Persamaan permintaan bawang merah non rumahtangga tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
QDNRTt = d0 + d1 TPKBMRt + d2 PKMIRt + d3 TPKBPRt + d4 GDPt
+ 4……….……….(4.5) dimana:
QDNRTt = Permintaan bawang merah non rumahtangga pada tahun ke-t (Ton) TPKBMRt = Pertumbuhan harga riil bawang merah di tingkat konsumen pada
tahun ke-t (%)
PKMIRt = Harga riil mie instan (Rp/Bungkus)
TPKBPRt = Pertumbuhan harga riil bawang putih di tingkat konsumen pada tahun ke-t (%)
GDP = GDP riil pada tahun ke-t (000 Rp) d0 = Intersep
di = Parameter yang diduga (i= 1, β, γ, 4, …, n) 4 = Variabel pengganggu
Nilai dugaan parameter yang diharapkan adalah: d1, d3 < 0 dan d2, d4 > 0.
4.3.4.3.Permintaan Bawang Merah Total
Permintaan bawang merah total merupakan persamaan identitas dari permintaan bawang merah rumahtangga ditambah dengan permintaan bawang
merah non rumahtangga. Persamaan permintaan bawang merah total tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
QDBMt = QDRTt + QDNRTt ……….…...(4.6) dimana:
QDBMt = Permintaan bawang merah total pada tahun ke-t (Ton)
QDRTt = Permintaan bawang merah rumahtangga pada tahun ke-t (Ton) QDNRTt = Permintaan bawang merah non rumahtangga pada tahun ke-t (Ton)
4.3.5. Impor Bawang Merah
Impor bawang merah Indonesia utamanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri diluar musim panen. Impor bawang merah terjadi karena adanya sinyal harga yang memberikan insentif ekonomi bagi aktivitas perdagangan. Persamaan impor bawang merah Indonesia dirumuskan sebagai berikut:
MBMt = e0 + e1 PMBMRt + e2 PKBMRt + e3 QBMt + e4 QDRTt + e5 MBMt-1+ 5………...(4.7) dimana:
MBMt = Impor bawang merah pada tahun ke-t (Ton)
PMBMRt = Harga riil bawang merah impor pada tahun ke-t (Rp/Kg) PKBMRt = Harga riil bawang merah di tingkat konsumen pada tahun ke-t
(Rp/Kg)
QBMt = Produksi bawang merah pada tahun ke-t (Ton)
QDRTt = Permintaan bawang merah rumahtangga pada tahun ke-t (Ton) MBMt-1 = Impor bawang merah pada tahun sebelumnya (Ton)
e0 = Intersep
5 = Variabel pengganggu
Nilai dugaan parameter yang diharapkan adalah: e1, e3 < 0; e2, e4 > 0; dan 0< e5< 1.
4.3.6. Harga Riil Bawang Merah Impor
Harga riil bawang merah impor dipengaruhi oleh harga riil bawang merah dunia dan tarif impor bawang merah. Persamaan harga bawang merah impor dapat dirumuskan sebagai berikut:
PMBMRt = f0 + f1 PWBMRt + f2 TRFt+ 6………..…...(4.8) dimana:
PMBMRt = Harga riil bawang merah impor pada tahun ke-t (Rp/Kg) PWBMRt = Harga riil bawang merah dunia pada tahun ke-t (Rp/Kg) TRFt = Tarif impor bawang merah tahun sebelumnya (%) f0 = Intersep
fi = Parameter yang diduga (i= 1, β, γ, 4, …, n) 6 = Variabel pengganggu
Nilai dugaan parameter yang diharapkan adalah: f1, f2 > 0.
4.3.7. Harga Riil Bawang Merah di Tingkat Konsumen
Harga riil bawang merah di tingkat konsumen dipengaruhi oleh beberapa variabel seperti rasio penawaran bawang merah dengan permintaan bawang merah rumahtangga dan harga bawang merah di tingkat konsumen tahun sebelumnya. Persamaan harga konsumen bawang merah dapat dirumuskan sebagai berikut:
dimana:
PKBMRt = Harga riil bawang merah di tingkat konsumen pada tahun ke-t (Rp/Kg)
QSBMt = Penawaran bawang merah pada tahun ke-t (Ton)
QDRTt = Permintaan bawang merah rumahtangga pada tahun ke-t (Ton) PKBMRt-1 = Harga riil bawang merah di tingkat konsumen pada tahun
sebelumnya (Rp/Kg) g0 = Intersep
gi = Parameter yang diduga (i= 1, β, γ, 4, …, n) 7 = Variabel pengganggu
Nilai dugaan parameter yang diharapkan adalah: g1 < 0 dan 0 < g2 < 1.
4.3.8. Harga Riil Bawang Merah di Tingkat Produsen
Harga riil bawang merah di tingkat produsen dipengaruhi oleh harga riil bawang merah di tingkat konsumen dan harga riil bawang merah di tingkat produsen tahun sebelumnya. Persamaan harga bawang merah di tingkat produsen dapat dirumuskan sebagai berikut:
PPBMRt = h0 + h1 PKBMRt + h2 PPBMRt-1+ 8………(4.10) dimana:
PPBMRt = Harga riil bawang merah di tingkat produsen pada tahun ke-t (Rp/Kg)
PKBMRt = Harga riil bawang merah di tingkat konsumen pada tahun ke-t (Rp/Kg)
PPBMRt-1 = Harga riil bawang merah di tingkat produsen pada tahun sebelumnya (Rp/Kg)
h0 = Intersep
hi = Parameter yang diduga (i= 1, 2, 3, 4, …, n) 8 = Variabel pengganggu
Nilai dugaan parameter yang diharapkan adalah: h1 > 0 dan 0 < h2 < 1.