• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA SUBSPESIES BURUNG DARA LAUT (Laridae)

TINJAUAN PUSTAKA Suku Laridae

Suku Laridae memiliki karakteristik kaki pendek, sayap panjang, dan runcing, ekor menggarpu, dan paruh yang halus serta runcing (MacKinnon, 1996). Storer (1960) menjelaskan bahwa suku Laridae memiliki karakteristik ukuran tubuh yang kecil hingga sedang dengan sayap yang panjang, dan jari kaki berselaput. MacKinnon (1996) memisahkan suku Laridae ke dalam anak suku Sterninae. Suku

Laridae terdiri atas beberapa marga, diantaranya marga Anous, Chlidonias, dan

Sterna. Marga Anous terdiri atas Anous stolidus pileatus dan Anous minutus worcesteri serta Anous tenuirostris. Marga Chlidonias terdiri atas Chlidonias hybrida javanica, Chlidonias niger, Chlidonias leucopterus dan Chlidonias albostriatus; dan marga Sterna terdiri atas 20 spesies, diantaranya Sterna albifrons sinensis, Sterna anaethetus anaethetus, Sterna bergii cristatus, Sterna fuscata nubilosa dan Sterna sumatrana sumatrana (Bridge et al., 2005).

Baskoro (2009) menyatakan bahwa spesies burung dalam marga Anous, Chlidonias dan Sterna memiliki jumlah telur 1-2 atau 2-3 butir setiap periode dan berbiak pada bulan Mei sampai Juni.

Paruh

Paruh merupakan salah ciri morfologi yang dapat mengidentifikasi jenis burung berdasarkan pakan dan cara burung mengambil pakan (Pough et al., 2006). Paruh pada burung memiliki fungsi yang hampir sama dengan tangan, dan mulut; serta mengindikasikan kebiasaan makan burung (Storer et al., 1968). Ukuran paruh yang ditunjukkan pada panjang, lebar dan dalam paruh; dapat menyumbang informasi pada skor ukuran berdasarkan Analisis Komponen Utama, tetapi informasi ekologi lebih dapat memberikan variasi pada ukuran dan bentuk paruh sebagai akibat dari jenis pakan yang dikonsumsi (Sutherland et al., 2008).

Tengkorak Kepala

Tengkorak kepala merupakan informasi penting untuk mengidentifikasi perkembangan dan mengetahui hubungan genetik antara jenis yang berbeda. Bangsa berpengaruh terhadap ukuran tengkorak kepala (Saparto, 2004). Pengukuran kepala dilakukan dari pangkal paruh hingga tengkorak kepala belakang (Sutherland et al.,

4 2008). Tengkorak kepala terdiri atas ruang otak (cranium) serta rahang atas dan bawah (maxilla dan mandibula). Pada umumnya, tulang pada cranium akan menjadi bentuk yang sempurna pada saat burung dewasa (Tyne dan Berger, 1976). Warwick

et al. (1995) menyatakan bahwa ukuran-ukuran tubuh termasuk ukuran-ukuran kepala berguna untuk menelusuri asal-usul dan hubungan filogenetik antar hewan yang diamati.

Sexual Dimorphism

Sexual dimorphism adalah perbedaan morfologi antara jenis kelamin jantan dan betina dalam satu spesies yang sama. Perbedaan tersebut dapat ditunjukkan pada ukuran tubuh, warna dan struktur tubuh antara jenis kelamin (Owen dan Hartley, 1998). Sexual dimorphism dalam beberapa spesies berbeda-beda secara geografis. Pada beberapa spesies burung, jantan memiliki warna yang lebih cerah dibandingkan betina. Sexual dimorphism pada burung juga dapat ditemukan pada ukuran tubuh keseluruhan, ukuran paruh dan panjang ekor (Tyne dan Berger, 1976; dan Owen dan Hartley, 1998).

Perbedaan ukuran tubuh berhubungan dengan variasi dalam sistem perkembangbiakan dan perbedaan jenis kelamin dalam perawatan anakan yang ditunjukkan dalam persaingan antar jenis kelamin (Owens dan Hartley, 1998). Sutherland et al. (2008) menjelaskan bahwa perbedaan jenis kelamin pada burung bisa dilihat dari warna dan ukuran tubuh. Biasanya ukuran tubuh jantan lebih besar dibandingkan betina, kecuali pada burung elang terjadi sebaliknya.

Anous minutus worcesteri

Anous minutus worcesteri atau burung camar angguk hitam, diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes;

suku Laridae dan marga Anous (ZipcodeZoo, 2010a). Anous minutus worcesteri

memiliki karakteristik yang hampir sama dengan Anous stolidus pileatus, tetapi ukuran jenis burung ini lebih kecil dibandingkan Anous stolidus pileatus. Burung ini memiliki karakteristik panjang tubuh 33 cm (MacKinnon, 1996). Karakterisik lain yang membedakan adalah bulu yang berwarna hitam, kecuali pada bagian tengkuk berwarna abu-abu tua dan dahi berwarna putih (del Hoyo et al.,1996).

Anous minutus worcesteri memiliki habitat yang serupa dengan burung air lain, seperti pantai berpasir, karang, bebatuan dan laut (del Hoyo et al., 1996).

5 Tempat tersebut merupakan tempat tinggal sekaligus tempat untuk mencari makan. Makanan utama yang didapat di daerah tersebut adalah ikan-ikan kecil, cumi-cumi, serangga dan krustasia (MacKinnon, 1996; dan del Hoyo et al., 1996). Gambar 1 menyajikan Anous minutus worcesteri yang sedang bertengger di ranting pohon.

Gambar 1. Anous minutus worcesteri

Sumber: Worldbirds (2010a)

Populasi Anous minutus worcesteri sampai tahun 2010 diperkirakan berjumlah antara 160 ribu-1,1 juta individu dewasa (BirdLife International, 2011a). Ukuran tersebut masih di luar ambang batas kepunahan, sehingga status konservasi (status keberadaan) bagi jenis burung ini adalah Least Concern atau tidak memerlukan perhatian khusus. Subspesies ini memiliki ancaman predator, yang terdiri atas kucing, ular Boiga irregularis dan manusia yang memanfaatkan telur, anakan dan individu dewasa untuk dikonsumsi (BirdLife International, 2011a). Jenis burung ini menyebar hampir di seluruh dunia, diantaranya Samudera Hindia, Karibea dan Samudera Atlantik (Guager, 1999). MacKinnon (1996) menjelaskan bahwa

Anous minutus worcesteri merupakan pengembara yang jarang dan kadang dapat ditemui di sepanjang tepi pantai utara di Jawa dan Bali.

Anous stolidus pileatus

Anous stolidus pileatus atau burung camar angguk coklat, diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia;filum Chordata;kelas Aves;bangsa Charadriiformes;suku

Laridae dan marga Anous (ZipcodeZoo, 2010b). Anous stolidus pileatus merupakan dara laut yang berukuran besar. Anous stolidus pileatus memiliki karakteristik yang hampir sama dengan Anous minutus worcesteri, baik dari ukuran maupun warna

6 bulu. Anous stolidus pileatus memiliki warna coklat gelap dan ukuran yang lebih besar dibandingkan Anous minutus worcesteri (del Hoyo et al., 1996). Burung ini memiliki karakteristik panjang tubuh 39 cm (MacKinnon, 1996)

del Hoyo et al. (1996) menjelaskan bahwa jenis burung ini dapat ditemukan di dekat pantai, pulau, batu karang, pasir kerikil dan lepas pantai. Anous stolidus pileatus sering mencari makan di sekitar pantai sampai sejauh 50 km. Makanan utama jenis burung ini adalah cumi-cumi, moluska, serangga dan ikan kecil (del Hoyo et al., 1996; dan MacKinnon, 1996). Gambar 2 menyajikan Anous stolidus pileatus yang sedang bertengger di ranting pohon.

Gambar 2. Anous stolidus pileatus

Sumber: Worldbirds (2010b)

Ukuran populasi Anous stolidus pileatus sampai dengan 2010 diperkirakan antara 180 ribu-1,1 juta individu dewasa (BirdLife International, 2011b). Jumlah tersebut belum mengkhawatirkan sehingga jenis burung ini dikatagorikan dalam status konservasi (status keberadaan) Least Concern atau tidak memerlukan perhatian khusus. Anous stolidus pileatus merupakan dara laut tropis yang menyebar di seluruh dunia. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah predator kucing, tikus, ular Boiga irregularis dan manusia (memanfaatkan telur, anakan serta individu dewasa untuk dikonsumsi) (BirdLife International, 2011b). Daerah sebaran spesies ini meliputi Hawai, Kepulauan Tuamuto, Australia, Samudera Hindia, Amerika, Laut Merah sampai dengan Asia Tenggara (del Hoyo et al., 1996). MacKinnon (1996) menjelaskan bahwa Anous stolidus pileatus banyak bersarang di kepulauan Karimun Jawa.

7

Chlidonias hybrida javanica

Chlidonias hybrida javanica atau burung dara laut kumis, diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes;

suku Laridae dan marga Chlidonias (ZipcodeZoo, 2010c). Spesies ini memiliki karakteristik yang cukup unik karena memiliki tutupan seperti kumis berwarna hitam pada bagian atas paruh. Paruh yang kuat dengan panjang 29-34 mm ditemukan pada jantan dan 25-27 mm pada betina. Burung dewasa pada musim panas memiliki paruh dan kaki yang berwarna kemerahan. Sisi bagian leher berwarna putih, bahkan putih sampai dengan ke bagian tengkuk. Bulu belakang sampai dengan bagian scapula

berwarna coklat gelap dan memiliki kerakteristik panjang tubuh 33 cm (MacKinnon, 1996).

Spesies ini memiliki berbagai habitat lahan basah, tetapi sering ditemukan pada tanah berawa air tawar dengan perairan yang luas, terutama daerah yang ditumbuhi tanaman pakan sapi atau kuda. Habitat lain dari spesies burung ini adalah sungai, pulau, empang dengan tumbuhan teratai, muara, daratan pantai, pinggiran pantai dan bakau (del Hoyo et al., 1996; dan Snow dan Perrins, 1998). Gambar 3 menyajikan Chlidonias hybrida javanica yang sedang bertengger pada batu.

Gambar 3. Chlidonias hybrida javanica

Sumber: Worldbirds (2010c)

Makanan utama spesies ini menurut del Hoyo et al. (1996) meliputi serangga darat dan serangga air (misalnya: Dytiscidae, Odonata baik larva maupun dewasa, Orthoptera, laba-laba, katak, kepiting kecil dan semut terbang). Makanan lain spesies ini adalah serangga terutama capung (MacKinnon, 1996). Populasi spesies ini sampai

8 dengan tahun 2010 diperkirakan berkisar antara 300 ribu-1,5 juta individu dewasa (BirdLife International, 2011c). Ukuran populasi tersebut belum mendekati ambang batas kepunahan, meskipun demikian masih tetap diperlukan konservasi untuk menjaga kelestarian spesies tersebut. Status konservasi (status keberadaan) spesies ini adalah Least Concern atau tidak memerlukan perhatian khusus. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah kerusakan sarang akibat gangguan binatang pengerat dan sejumlah telur diambil oleh penduduk lokal untuk dikonsumsi atau dijual (BirdLife International, 2011c). Chlidonias hybrida merupakan burung air migran, tetapi khusus pada Chlidonias hybrida javanica, menyebar hanya di sekitar pulau Jawa dan Australia (MacKinnon dan Phillips, 1993).

Sterna albifrons sinensis

Sterna albifrons sinensis atau burung dara laut kecil, diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes;

suku Laridae dan marga Sterna (ZipcodeZoo, 2010d). Spesies ini merupakan burung dara laut yang berukuran kecil dengan warna kaki dan paruh berwarna kuning serta warna putih pada dahi. Pada musim dingin, warna putih pada dahi akan semakin luas, paruh berwarna hitam dan warna hitam pudar pada kaki (del Hoyo et al., 1996). Burung ini memiliki karakteristik panjang tubuh 25 cm (MacKinnon, 1996). Gambar 4 menyajikan Sterna albifrons sinensis yang sedang mencari makan di antara pasir.

Gambar 4. Sterna albifrons sinensis

Sumber: Viana (2010)

Habitat Sterna albifrons sinensis ditemukan pada daerah pantai tandus, pulau dan tepi pantai, kerikil, bukit karang lepas pantai, sungai, muara, bendungan serta sering ditemukan bersarang pada daerah rumput kering (del Hoyo et al., 1996).

9 Makanan spesies ini sebagian besar adalah ikan kecil (misalnya: Ammodytes spp.,

Rutilus rutilus, Scardinius erythrophthalmus, Cyprinus carpio dan Perca fluviatilis) dan binatang berkulit keras dengan ukuran 3-6 cm seperti serangga serta cacing, siput dan udang (del Hoyo et al., 1996 dan MacKinnon, 1996).

Ukuran populasi Sterna albifrons sinensis sampai dengan tahun 2010 dicatat sebanyak 190-410 ribu individu dewasa (BirdLife International, 2011d). Spesies ini dikategorikan ke dalam status konservasi (status keberadaan) Least Concern atau tidak memerlukan perhatian khusus, karena berjumlah cukup besar dan sedikit mengalami penurunan ukuran populasi. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah kerusakan habitat untuk pengembangan industri, polusi pestisida dan pengumpulan telur untuk konsumsi manusia (BirdLife International, 2011d). Kondisi ini tetap membutuhkan perhatian untuk keberlangsungan populasi burung air ini.

Penyebaran Sterna albifrons sinensis menetap di sepanjang pantai daerah sedang dan tropika. MacKinnon menjelaskan bahwa terdapat populasi kecil Sterna albifrons sinensis di Jawa dan Bali. del Hoyo et al. (1996) menambahkan bahwa spesies ini juga dapat ditemukan di Eropa, menyebar di sepanjang pantai di bagian Afrika serta Asia Timur, Asia Barat, Arab, New Zealand hingga sesekali dapat ditemukan di Hawai. Hampir semua jenis burung dara laut kecil menyebar luas di seluruh dunia.

Sterna anaethetus anaethetus

Sterna anaethetus anaethetus atau burung dara laut batu, diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes;

suku Laridae dan marga Sterna (ZipcodeZoo, 2010e). Jenis burung ini merupakan dara laut yang berukuran sedang. Karakteristik yang dimiliki adalah panjang tubuh 37 cm, sayap dan ekor berwarna abu-abu gelap pada bagian atas, sedangkan pada bagian bawah berwarna putih (MacKinnon, 1996). Karakteristik lain yang dimiliki adalah dahi dan alis berwarna putih, kaki serta paruh yang berwarna hitam (Bridge et al., 2005).

Jenis burung ini ditemukan pada daerah lepas pantai laut tropis dan subtropis, yang meliputi daerah tumbuhan pantai, karang, batuan pulau, daerah pelagis hingga sampah apung yang digunakan untuk menangkap ikan-ikan kecil (del Hoyo et al., 1996). Makanan utama jenis burung ini menurut del Hoyo et al. (1996) dan

10 MacKinnon (1996) adalah cumi-cumi dan ikan permukaan yang berukuran kurang dari enam cm, selain itu juga memakan krustasia, serangga air, semut terbang, kumbang, kutu busuk dan moluska. Gambar 5 menyajikan Sterna anaethetus anaethetus yang sedang bertengger.

Gambar 5. Sterna anaethetus anaethetus

Sumber: Worldbirds (2010d)

Ukuran populasi Sterna albifrons anaethetus sampai dengan 2010, menurut BirdLife International (2011e) berkisar antara 610 ribu-1,5 juta individu dewasa. Jumlah ini belum mendekati ambang batas bawah bagi populasi yang mendekati kepunahan, sehingga Sterna albifrons anaethetus dikatagorikan ke dalam status konservasi (status keberadaan) Least Concern yang berarti tidak memerlukan perhatian khusus. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah kucing, aktivitas manusia di sekitar habitat serta pemanfaatan telur dan anakan oleh manusia untuk dikonsumsi (BirdLife International, 2011e). Kondisi tersebut harus mendapat perhatian untuk menghindari kepunahan burung air. Wilayah sebaran spesies ini meliputi Samudera Pasifik dan Atlantik termasuk Karibia, Afrika timur hingga selatan, Arab, India, Asia Tenggara, New Zealand dan Australia (de Hoyo et al.,

1996). MacKinnon (1996) menjelaskan bahwa Sterna albifrons anaethetus

merupakan penghuni tetap di lepas pantai di Jawa dan Bali.

Sterna bergii cristatus

Sterna bergii cristatus atau burung dara laut jambul, diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes;

11 merupakan salah satu burung dara laut dengan ukuran yang cukup besar. Karakteristik yang dimiliki burung ini adalah panjang tubuh yang berkisar antara 46-49 cm (Cooper, 2006). Dahi dan bagian bawah tubuh berwarna putih, bagian belakang dan sayap bawah berwarna abu-abu kehitaman (Snow dan Perrins, 1998).

Sterna bergii cristatus mendiami daerah garis pantai tropis dan subtropis, mencari makan pada daerah perairan dangkal, danau dan pinggiran laut, batu karang, muara, teluk, daerah berpasir, berbatu hingga di perairan payau (del Hoyo et al., 1996). Habitat tersebut merupakan tempat burung ini tinggal dan mencari makan. Makanan utama meliputi ikan dengan panjang 10-50 cm, cumi-cumi, serangga, binatang berkulit keras seperti kepiting dan kerang (del Hoyo et al., 1996). Ukuran populasi Sterna bergii cristatus sampai dengan tahun 2010 diperkirakan sebanyak 150 ribu-1,1 juta individu dewasa. Populasi spesies ini cukup tinggi dibandingkan dengan penurunan populasi sehingga BirdLife International (2011f) mengkategorikan dalam status konservasi (status keberadaan) Least Corcern atau tidak memerlukan perhatian khusus. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah gangguan aktivitas manusia pada koloni yang sedang berkembang biak yang dapat menyebabkan kegagalan reproduksi; selain itu peningkatan pemangsa burung ibis terhadap telur dan kandang (BirdLife International, 2011f). Kondisi tersebut memerlukan upaya konservasi untuk menjamin keberlanjutan generasi. Gambar 6 menyajikan Sterna bergii cristatus yang sedang mencari makan di pinggiran pantai.

Gambar 6. Sterna bergii cristatus

12

Sterna bergii cristatus termasuk burung yang sering ditemukan bersarang di perairan dekat pantai dan pulau-pulau kecil di Jawa dan Bali (MacKinnon, 1996). Daerah penyebaran Sterna bergii cristatus, meliputi Atlantik, Afrika Selatan, Asia, Australia, sebelah barat samudera Hindia, samudera Pasifik dan dapat juga ditemukan di Madagaskar (del Hoyo et al., 1996). Pratt et al. (1987) menyatakan bahwa spesies ini juga ditemukan di Aldabra dan Etoile yang merupakan bagian dari samudera Hindia, Samudera Pasifik yang meliputi Kiribati, Fiji dan Tonga. Penyebaran yang luas menyebabkan spesies tersebut dapat ditemukan di berbagai bagian dunia.

Sterna fuscata nubilosa

Sterna fuscata nubilosa atau burung dara laut sayap hitam diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes;

suku Laridae dan marga Sterna (ZipcodeZoo, 2010g). Spesies ini memiliki karakteristik ukuran tubuh yang cukup besar dengan panjang 43 cm (MacKinnon, 1996). Sterna fuscata nubilosa memiliki warna bulu abu-abu gelap pada bagian atas tubuh dan warna putih pada bagian bawah tubuh. Paruh dan kaki berwarna hitam, memiliki warna putih yang cukup besar pada dahi serta tidak memiliki garis pada leher (Tregear, 1981). Gambar 7 menyajikan Sterna fuscata nubilosa yang sedang berdiri di atas pasir.

Gambar 7. Sterna fuscata nubilosa

Sumber: Deng (2010)s

Sterna fuscata nubilosa memiliki habitat di sekitar dataran terbuka atau daerah dengan tumbuhan yang cukup jarang, dekat laut atau pulau berpasir, batu

13 karang serta perairan lepas pantai yang kaya akan plankton, ikan dan cumi-cumi sebagai makanannya (del Hoyo et al., 1996). Makanan utama dari burung ini adalah ikan yang berukuran 6-8 cm hingga dapat memangsa ikan berukuran 18 cm (del Hoyo et al., 1996). Makanan lainnya meliputi cumi-cumi, serangga dan makanan lain di atas permukaan air.

Ukuran populasi Sterna fuscata nubilosa yang dicatat BirdLife International (2011g) sekitar 21-22 juta ekor individu dewasa. Sterna fuscata nubilosa merupakan burung yang hidup berkoloni dengan jumlah yang cukup besar. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah predator kucing, tikus, semut invasif. Subspesies ini juga terancam punah akibat cemaran minyak dari kapal dan pemanfaatan telur untuk dikonsumsi manusia (BirdLife International, 2011g).Ukuran populasi yang cukup besar dan hingga sekarang belum mendekati ambang batas bawah populasi, sehingga burung ini berada pada status konservasi (status keberadaan) Least Concern (tidak memerlukan perhatian khusus) dan tetap diperlukan penangkaran untuk menjaga kelangsungan populasi burung air dunia.

Sterna fuscata nubilosa ditemukan pada kepulauan Krakatau di antara Jawa dan Sumatera (MacKinnon, 1996). Pada musim dingin, jenis burung ini lebih banyak ditemukan pada perairan tropis, hal ini merupakan kebiasaan dari burung laut. Collinson (2006) menerangkan bahwa Sterna fuscata nubilosa ditemukan di Laut Merah, Samudera Hindia hingga Samudera Pasifik.

Sterna sumatrana sumatrana

Sterna sumatrana sumatrana atau burung dara laut tengkuk hitam, diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa

Charadriiformes; suku Laridae dan marga Sterna (ZipcodeZoo, 2010h). Sterna sumatrana sumatrana memiliki karakteristik panjang tubuh 35 cm (MacKinnon, 1996). Paruh dan kaki berwarna hitam. Jenis burung ini memiliki warna putih pada bagian muka dan bagian dada dengan warna putih keabu-abuan (del Hoyo et al.,

1996).

Jenis burung air ini memiliki habitat yang tidak berbeda dengan burung air lain. Mereka dapat ditemukan pada pulau kecil, pulau lepas pantai, padang alang-alang, pinggiran pantai sampai laut. Makanan utama dari jenis burung ini adalah

14 ikan-ikan kecil dan binatang kecil lain seperti serangga (del Hoyo et al., 1996). Gambar 8 menyajikan Sterna sumatrana sumatrana yang sedang berdiri di atas batu.

Gambar 8. Sterna sumatrana sumatrana

Sumber: Tarrant (2010)

Jenis burung ini berdasarkan BirdLife International (2011h) dikatagorikan ke dalam status konservasi (status keberadaan) Least Concern atau tidak memerlukan perhatian khusus. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah predator kucing, perubahan iklim sekitar habitat dan pemanfaatan telur untuk dikonsumsi manusia (BirdLife International, 2011h). Kondisi ini menunjukkan bahwa jumlah spesies tersebut belum mendekati ambang kepunahan, tetapi masih diperlukan konservasi untuk menjaga kelestarian unggas air dunia. Jenis burung ini menyebar pada daerah tropis dan subtropis. Jangkauan sebaran dari Samudera Hindia hingga bagian timur Samudera Pasifik (del Hoyo et al., 1996). Sterna sumatrana sumatrana

termasuk burung dara laut yang paling umum ditemukan dan berbiak di pantai karang dan pulau-pulau kecil lepas pantai di Jawa dan Bali (MacKinnon, 1996).

Lahan Basah

Davies et al. (1995) menyatakan lahan basah memiliki dua pengertian yaitu secara sempit dan luas. Definisi sempit menerangkan bahwa lahan basah adalah sebuah ekoton (suatu daerah peralihan antara daratan dan perairan yang menyebabkan beberapa bagian daratan tergenang air), sedangkan definisi secara luas menerangkan bahwa lahan basah yaitu daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut, dan perairan. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (2007) menjelaskan bahwa lahan basah adalah daerah-daerah payau, tanah gambut atau

15 perairan yang bersifat alami maupun buatan, tetap ataupun sementara, dengan perairan tergenang atau mengalir, tawar, agak asin ataupun asin, termasuk daerah-daerah perairan laut yang dengan kedalaman tidak lebih dari enam meter pada waktu surut.

Analisis Komponen Utama (AKU)

Gaspersz (1992) menerangkan bahwa Analisis Komponen Utama (AKU) merupakan struktur varian-kovarian melalui kombinasi linear dari peubah-peubah tertentu. Penggunaan AKU ditujukan untuk mereduksi data dan bisa menginter-pretasikan dalam bentuk diagram kerumunan. Wiley (1981) menjelaskan bahwa AKU adalah suatu teknik multivariat yang digunakan untuk menemukan hubungan struktural antara dua peubah bebas yang disebut komponen utama. Komponen utama pertama terdiri atas peubah dengan keragaman total yang tertinggi, sedangkan komponen utama kedua meliputi peubah dengan keragaman total terbesar setelah komponen utama pertama (Hayashi et al., 1982).

Penggunaan metode AKU dalam analisis morfometrik menerangkan bahwa komponen utama pertama mengindikasikan ukuran (size) sebagai vektor ukuran dan komponen utama kedua mengindikasikan bentuk (shape) sebagai vektor bentuk dari hewan yang diteliti (Everitt dan Dunn, 1998). Komponen utama digunakan untuk membentuk diagram sebaran. Nishida et al. (1982) menjelaskan bahwa diagram kerumunan tersebut dibuat berdasarkan skor ukuran dan skor bentuk yang ditentukan oleh persamaan bentuk dan ukuran setelah dianalisis menggunakan metode AKU. Sumbu X menunjukkan ukuran dan sumbu Y menunjukkan bentuk dari data yang diamati (Hayashi et al., 1982).

Jarak Minimum Ketidakserupaan Morfometrik D2 Mahalanobis Jarak minimum ketidakserupaan morfometrik D2 Mahalanobis digunakan untuk membentuk diagram pohon (dendogram) berdasarkan pengamatan morfo-metrik terhadap spesies yang diamati. Jarak minimum D2 Mahalanobis disajikan dalam bentuk matriks yang dipergunakan untuk menghasilkan dendogram (Gaspersz, 1992). Pembuatan dendogram dilakukan dengan asumsi bahwa laju evolusi antara kelompok hewan yang diamati adalah sama (Nei, 1987).

METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ornitologi Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Cibinong. Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan yaitu dari bulan Mei 2010 sampai Oktober 2010.

Materi Burung Air

Penelitian ini menggunakan 168 spesimen burung dewasa dari suku Laridae. Subspesies yang diamati adalah Anous minutus worcesteri (camar angguk hitam) yang terdiri atas tujuh spesimen (lima ekor jantan dan dua ekor betina); Anous stolidus pileatus (camar angguk coklat) terdiri atas sembilan spesimen (lima ekor jantan dan empat ekor betina); Chlidonias hybrida javanica (dara laut kumis) terdiri

Dokumen terkait