• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN ANALISIS, dalam bab ini diuraikan mengenai deskripsi objek penelitian serta analisis data dan interpretasi hasil

KAJIAN PUSTAKA

B. Kerangka Teori 1. Kinerja Karyawan 1.Kinerja Karyawan

3. Spiritualitas di Tempat Kerja

a. Pengertian Spiritualitas di Tempat Kerja

Istilah spiritual berasal dari bahasa latin spritus yang berarti seseuatu yang memberikan kehidupan atau pada sebuah sistem atau organisme. Spiritualitas bukanlah masalah agama atau kepercayaan. Spiritualitas menyangkut sesuatu yang universal, yaitu nilai, makna, tujuan, dalam hidup manusia yang tidak tergantung pada agama apapun yang dianut oleh seseorang (Amin, 2010:58). Spiritualitas tempat kerja adalah pengakuan bahwa karyawan memiliki kehidupan batin yang

29

memelihara dan dipelihara oleh pekerjaan yang berarti mengambil tempat dalam konteks masyarakat (Asmos and Duchon, 2000 dalam Azlimin, 2015:346). Gibbons (2001 dalam Azlimin 2015:346) mengungkapkan bahwa spiritualitas tempat kerja termasuk konsep intergritas dan soladaritas. Giacalone dan Jurkiewicz dalam Sarwan(2014:8) spiritualitas tempat kerja adalah sebuah framework niliai–nilai organisasional yang dibuktikan dengan penciptaan budaya memalaui proses kerja yang memfasilitasi individu untuk terhubung dengan SDM lain sehingga memunculkan perasaan sejahtera dan menyenangkan ketika bekerja. Spiritualitas tempat kerja yaitu upaya mencari dan menemukan makna tertinggi kehidupan untuk kehidupan kerja dan berkomunikasi antara individu dan rekan–rekan mereka serta orang–orang lain yang entah bagaimana berkontribusi terhadap pekerjaan, juga harmoni atau kesatuan antara individu percaya dengan nilai organisasi mereka (Mitroff and Denton,1999 dalam Azlimin 2015:346). Spiritualitas tempat kerja merupakan pemahaman diri individu sebagai makhluk spiritual yang jiwanya membutuhkan pemeliharaan di tempat kerja dengan segala nilai yang ada di dalam dirinya mengalami pengalaman akanrasa bertujuan dan bermakna dalam pekerjaanya, serta juga mengalami perasaan saling terhubung dengan orang laindan komunitas di tempat kerja (Widyarini dan Holomoan, 2014:4). Spiritualitas tempat kerjaakan membuat karyawan merasa utuh sebagai pribadi tapi juga memberikan keuntungan bagi perusahaan dalam hal laba, moral yang tinggi sserta penurunan tingkat absensi karyawan(Litzsey, 2003).

30

b. Dimensi Spiritualitas di Tempat Kerja

Menurut Asmos dan Duchon (2000) dalam Sarwan (2014:9) spiritualitas tempat kerja mengandung tiga dimensi, yaitu :

1. Kehidupan batin (inner life) yaitu menggangap diri sendiri sebagai pribadi yang spritual. Spiritualitas adalah kapasitas bawaan dari otak manusia, spiritualitas besrdasarkan struktur-struktur dari dalam otak yang memberi kemampuan dasar untuk membentuk makna, nilai, dan keyakinan. Spiritualitas adalah bagian dari sifat intrinstik manusia yang dapat di temukan di seluruh umat manusia. Dengan kata lain ada latar belakang spiritual dalam diri setiap orang atas dasar sifat internal mereka sendiri

2. Kerja yang bermakna (meaningful work) yaitu pekerjaan berkaitan dengan seseuatu hal yang di anggap penting dalam kehidupan. Hal ini adalah aspek fundamental dari workplace spirituality, terdiri dari memiliki kemampuan untuk merasakan makna terdalam dan tujan dari pekerjaan seseorang, dimensi ini mempresantisikan bagaimana pekerja beinteraksi dengan mereka dari hari ke hari di tingkat individu. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia memiliki motivasi terdalamnya sendiri, kebenaran dan hasrat untuk melaksankan aktivitas yang mendatangkan makna bagi kehidupanya dan kehidupan orang lain dan selalu bekerja panggilan hati nirani yang di tunjukkan semata-mata untuk mengarap ridho Tuhan.

31

3. Menjadi bagian dari komunitas (belonging in the community) yaitu merasa menjadi bagian dari suatu komunitas di tempat kerja. Pada level ini spiritualitas terdiri dari hubungan komunitas mental, emosional, dan spiritual pekerja dalam sebuah tim atau kelompok di sebuah organisasi. Inti dari komunitas ini adalah adanya hubungan yang dalam antarmanusia, termasuk dukungan, kebebasan untuk berekspresi, dan pengayongan. Pengalaman spiritualitas di tempat kerja menyebabkan keterhubungan antara individu. Mereka saling membutuhkan untuk bisa sama–sama berhasil. Mereka mempunyai tujuan yang sama yaitu membawa semangat solidaritas. Dimana orang bekerjasama atas nama solidaritas, keberadaan komunitas kerja menyediakan tempat yang cocok untuk pengembangan spiritualitas di tempat kerja.

c. Alasan Tumbuhnya ketertarikan pada Spiritualitas di Tempat Kerja

Menurut Marques, dkk (2005) dalam Nurtjahjanti (2010:28) mengungkapkan bahwa terdapat lima alasan tumbuhnya ketertarikan perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat dalam mengembangkan spiritualitas tempat kerja, yaitu:

1. Meningkatnya tekanan terhadap persaingan global mengharuskan pemimpin suatu organisasi menyadari akan pentingnya menumbuhkan kreativitas para karyawannya

32

2. Terjadi downsizing, regenerating, dan pemberhentian karyawan yang mengakibatkan karyawan menjadi kehilangan semangat di lingkungan kerja

3. Fakta bahwa tempat kerja berkembang menjadi komunitas utama bagi manusia

4. Meningkatnya akses dan keingintahuan filosofi timur

5. Pengembangan minat terhadap makna kehidupan kontemplatif 4. Pemberdayaan Karyawan

a. Pengertian Pemberdayaan Karyawan

Paul, et al. (2000 dalam Tielung, 2013:1799) menyatakan bahwa pemberdayaan karyawan adalah proses berlakunya kewenangan dan tanggung jawab individu pada level lebih rendah dalam hierarki organisasi. Clutterbuck, et al. (1995:12) dalam Kadarisman (2013:223) mengemukakan dalam teorinya bahwa “empowerment in terms of encouraging and allowing individuals to take personal responsibility for improving the way they do their jobs and contribute to the organization’s

goal”. Atas pendapat tersebut menunjukkan bahwa pemberdayaan dimaksutkan sebagai suatu pemberian semangat dengan mengizinkan individu untuk mengambil tanggung jawab dalam rangka memperbaiki cara yang mereka lakukan dalam pekerjaannya dan member kontribusi terhadap pencapaian tujuan organisasi. Menurut Conger dan Kanungo dalam Kambey (2013:17) mengemukakan bahwa pemberdayaan harus didefinisikan sebagai proses memotivasi dalam diri pekerja (intrinsic task motivation), mereka juga mengatakan bahwa pemberdayaan dimaksutkan

33

sebagai pengembangan pengharapan yang disetai usaha yang berasal dari dalam diri pekerja sebagai semangat untuk mencapai hasil yang diharapkan (self efficacy).

b. Penyebab Perlunya Pemberdayaan Karyawan

Smith (2000:5) memandang ada dua hal yang menyebabkan perlunya pemberdayaan yaitu karena:

1. Lingkungan eksternal, telah berubah sehingga mengalihkan cara bekerja dengan orang di dalam organisasi bisnis, dimana pada abad ke-21 organisasi bisnis bekerja dalam dunia yang penuh ketidakpastian, kompleksitas, dan perubahan yang tidak dapat diduga.

2. Karena individu itu sendiri, sejak lama manajer memandang manusia sebagai sumber daya yang paling berharga. Akhirnya keamanan dan akses kedepan suatu organisasi lebih tergantung pada bakat dan kecerdasan orangnya daripada factor tanah, bangunan, pabrik, dan mesin. Pekerja benar-benar menjadi

intellectual capital organisasi.

c. Langkah-Lngkah Pemberdayaan Kryawan

Rochman (2007:131) mengemukakan langkah-langkah pemberdayaan pegawai dengan istilah tahapan dalam pemberdayaan pegawai yaitu:

1. Mengembangkan pemahaman secara menyeluruh terhadap program empowerment

34

2. Membuat daftar kegiatan atau kesempatan yang dapat mendukung pemberdayaan

3. Menyeleksi berbagai macam kegiatan yang mempunyai kesempatan yang lebih signifikan untuk sukses dan mempunyai resiko yang minimal

4. Memberi pengertian kepada karyawan agar memahami job expection dan matrik

5. Menetapkan prosedur follow-up untuk sharing kemajuan kepada setiap pekerja secara individual dan kelompok

6. Menciptakan, menjaga, dan meningkatkan saling percaya 7. Menilai kemajuan yang diperoleh dari progam pemberdayaan C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan landasan teori dan penelitian terdahulu maka dapat disusun suatu model riset dalam penelitian ini, seperti yang disajikan dalam gambar berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Sumber : Konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini

35

Kerangka pemikiran yang disajikan diatas menjelaskan bahwa Spiritualitas di Tempat Kerja (X1) dan Pemberdayaan Karyawan (X2) berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan (Y) dengan Motivasi Kerja intrinsik (Z) sebagai variable Intervening.

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu pernyatan yang kedudukannya belum sekuat proposisi atau dalil (Umar, 2000 dalam Lucky, 2011).

1. Pengaruh spiritualitas di tempat kerja terhadap motivasi kerja

Dokumen terkait