• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

4. Standar Akuntansi Keuangan Entitas, Mikro, Kecil dan

a. Pengertian SAK-EMKM

Standar Akuntansi Keuangan merupakan acuan dan pedoman dalam penyusunan laporan keuangan sehingga laporan keuangan antar entitas menjadi lebih seragam. Manajemen lebih mudah menyusun laporan keuangan karena pedoman memberikan ketentuan cara penyusunan tersebut. Standar akuntansi berisikan pedoman penyusunan laporan keuangan. Standar akuntansi terdiri atas kerangka konseptual penyusunan laporan keuangan dan pernyataan standar akuntansi. Kerangka konseptual berisikan tujuan, komponen laporan, karakteristik kualitatif dan asumsi dalam penyusunan laporan keuangan. (Martani, 2016, hal. 15)

SAK-EMKM dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas mikro, kecil, dan menengah. Entitas mikro, kecil, dan menengah adalah entitas tanpa akuntabilitas publik yang signifikan, sebagaimana didefinisikan dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), yang memenuhi definisi dan kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, setidaknya selama dua tahun berturut-turut. (IAI, 2016, hal. 1). SAK EMKM, merupakan SAK yang paling sederhana yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan entitas mikro, kecil, dan menengah. (Rusastra, 2018, hal. 63)

Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) IAI telah mengesahkan Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (ED SAK EMKM) menjadi SAK EMKM dalam rapatnya tanggal 24 Oktober 2016. SAK

EMKM ini diluncurkan secara resmi pada saat peringatan HUT IAI ke-59 tanggal 8 Desember dan berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2018.

Penerbitan SAK EMKM ini diharapkan dapat menjadi salah satu pendorong literasi keuangan bagi UMKM di Indonesia sehingga memperoleh akses yang semakin luas untuk memperoleh pembiayaan dari industri perbankan yang selama ini merupakan masalah klasik bagi UMKM di Indonesia. Dimasa yang akan datang, SAK EMKM ini juga diharapkan dapat menjadi dasar penyusunan dan pengembangan pedoman atau panduan akuntansi bagi UMKM yang bergerak di berbagai bidang usaha. (Rusastra, 2018, hal. 65)

SAK EMKM ditujukan untuk entitas bisnis yang tidak atau belum mampu memenuhi persyaratan akuntansi yang diatur dalam SAK ETAP. Tujuan dari SAK EMKM untuk memenuhi kebutuhan pelaporan EMKM. Undang-Undang yang relevan sebagai acuan pengaturan tentang definisi, kriteria, dan rentang kuantitatif usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 dan UU Nomor 1 Tahun 2013 tentang LKM. Serta dapat memfasilitasi UMKM dalam transisi dari akuntansi cash basis kepada accrual

basis. Dari sisi teknikal, SAK EMKM murni menggunakan dasar

pengukuran biaya historis sehingga UMKM cukup mencatat aset dan liabilitasnya sebesar biaya perolehannya. Oleh karenanya proses penyusunan Laporan Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan Menengah diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dan efisien. (Rusastra, 2018, hal. 67)

b. Penyajian Laporan Keuangan

1) Penyajian Wajar

Penyajian wajar mensyaratkan penyajian jujur atas pengaruh transaksi, peristiwa, dan kondisi lain yang sesuai

dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, liabilitas, penghasilan, dan beban.

Penyajian wajar laporan keuangan mensyaratkan entitas untuk menyajikan informasi untuk mencapai tujuan: a) Relevan : informasi dapat digunakan oleh pengguna untuk

proses pengambilan keputusan.

b) Representasi Tepat : informasi disajikan secara tepat atau secara apa yang seharusnya disajikan dan bebas dari kesalahan material dan bias.

c) Keterbandingan : informasi dalam laporan keuangan

entitas dapat dibandingkan antar periode untuk

mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Informasi dalam laporan keuangan entitas juga dapat dibandingkan antar entitas untuk mengevaluasi posisi dan kinerja keuangan.

d) Keterpahaman : informasi yang disajikan dapat dengan mudah dipahami oleh pengguna. Pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai serta kemauan untuk mempelajari informasi tersebut dengan ketekunan yang wajar.

2) Kepatuhan Terhadap SAK EMKM

Entitas yang laporan keuangannya telah patuh terhadap SAK EMKM membuat pernyataan secara eksplisit dan tanpa kecuali tentang kepatuhan terhadap SAK EMKM dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas tidak dapat mendeskripsikan bahwa laporan keuangan telah patuh terhadap SAK EMKM, kecuali laporan keuangan tersebut telah patuh terhadap seluruh persyaratan dalam SAK EMKM.

3) Frekuensi Pelaporan

Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan pada akhir setiap periode pelaporan, termasuk informasi komparatifnya.

4) Penyajian yang Konsisten

Penyajian dan klasifikasi akun-akun dalam laporan keuangan antar periode entitas disusun secara konsisten, kecuali:

a) Telah terjadi perubahan yang signifikan atas sifat operasi entitas atau jika perubahan penyajian atau klasifikasi akun-akun dalam laporan keuangan menghasilkan penyajian yang lebih sesuai dengan mempertimbangkan kriteria pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi.

b) SAK EMKM mensyaratkan perubahan penyajian, jika penyajian atau klasifikasi akun-akun dalam laporan keuangan diubah karena penerapan diatas, maka entitas mereklasifikasikan jumlah komparatif, kecuali jika reklasifikasi tidak praktis.

5) Informasi Komparatif

Informasi komparatif yaitu informasi satu periode sebelumnya untuk seluruh jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan periode berjalan.

6) Laporan Keuangan Lengkap

Laporan keuangan minimum terdiri dari: a) Laporan posisi keuangan pada akhir periode b) Laporan laba rugi selama periode

c) Catatan atas laporan keuangan, yang berisi tambahan dan rincian akun-akun tertentu yang relevan.

7) Identifikasi Laporan Keuangan

Entitas mengidentifikasi secara jelas setiap laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan. Selain itu,

entitas menunjukkan informasi berikut dengan jelas dan diulangi bilamana perlu untuk pemahaman informasi yang disajikan:

a) Nama entitas yang menyusun dan menyajikan laporan keuangan

b) Tanggal akhir periode pelaporan dan periode laporan keuangan

c) Rupiah sebagai mata uang penyajian, dan

d) Pembulatan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan. (IAI, 2016, hal. 8-10)

c. Laporan Posisi Keuangan

Laporan posisi keuangan menyajikan informasi tentang aset, liabilitas, dan ekuitas pada akhir periode pelaporan.

1) Informasi yang disajikan

Laporan posisi keuangan entitas dapat mencakup akun-akun berikut:

a) Kas dan setara kas b) Piutang c) Persediaan d) Aset tetap e) Utang usaha f) Utang bank g) Ekuitas

Entitas menyajikan akun dan bagian dari akun dalam laporan posisi keuangan jika penyajian tersebut relevan untuk memahami posisi keuangan entitas.

SAK EMKM tidak menentukan format atau urutan terhadap akun-akun yang disajikan. Meskipun demikian, entitas dapat menyajikan akun-akun aset berdasarkan urutan likuiditas dan akun-akun liabilitas berdasarkan urutan jatuh tempo.

2) Klasifikasi Aset dan Liabilitas

Entitas dapat menyajikan aset lancar dan aset tidak lancar serta liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang secara terpisah di dalam laporan posisi keuangan. Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar jika:

a) Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan, dalam jangka waktu siklus operasi normal entitas b) Dimiliki untuk diperdagangkan

c) Diharapkan akan direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan

d) Berupa kas atau setara kas, kecuali jika dibatasi penggunaannya dari pertukaran atau digunakan untuk menyelesaikan liabilitas setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.

Entitas mengklasifikasikan semua aset lainnya sebagai tidak lancar. Jika siklus operasi normal entitas tidak dapat diidentifikasi dengan jelas, maka siklus operasi diasumsikan 12 bulan.

Entitas mengklasifikasikan liabilitas sebagai liabilitas jangka pendek jika:

a) Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi entitas

b) Dimiliki untuk diperdagangkan

c) Kewajiban akan diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan

d) Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.

Entitas mengklasifikasikan semua liabilitas lainnya sebagai liabilitas jangka panjang. (IAI, 2016, hal. 11-12)

Bentuk laporan posisi keuangan yang sering digunakan adalah bentuk akun (account form) karena bentuk tersebut mencerminkan bentuk dasar dari persamaan akuntansi dengan aset ditampilkan di sisi kiri dan liabilitas dan ekuitas pemilik disajikan di sisi kanan. Bagian aset dari laporan posisi keuangan biasanya menyajikan aset berdasarkan urutan pos yang paling mudah diubah menjadi tunai atau digunakan dalam operasional perusahaan. (Rahmi, 2018, hal. 24)

Agar neraca informatif, pos-pos laporan posisi keuangan disajikan berurutan dengan mempertimbangkan likuiditas dan fleksibilitas keuangan perusahaan. Standar akuntansi di Indonesia menghendaki pengelompokkan dalam laporan posisi keuangan sebagai berikut:

1) Aset

Aset biasanya dibagi ke dalam dua kelompok unit untuk disajikan di Laporan Posisi Keuangan. Kedua kelompok itu adalah:

a) Aset Lancar

Aset lancar yaitu kas dan aset lainnya yang diharapkan akan dapat diubah menjadi uang tunai atau dijual atau digunakan dalam waktu satu tahun atau kurang dalam kegiatan operasi normal perusahaan. Selain kas, aset lancar yang biasanya dimiliki oleh usaha jasa adalah wesel tagih, piutang usaha, bahan habis pakai, dan beban dibayar dimuka. (Warren, 2016, hal. 165). Komponen laporan posisi keuangan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Kas (cash), yaitu uang tunai, cek atau alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk kegiatan umum perusahaan.

2. Piutang wesel (notes receivable), yaitu tagihan kepada pihak kreditur yang disertai dengan surat kesanggupan untuk melunasinya.

3. Piutang usaha (account receivable), yaitu tagihan yang timbul karena adanya penjualan jasa atau barang dagangan.

4. Persekot atau beban dibayar di muka (prepaid

expenses), yaitu beban yang telah dibayar akan tetapi

belum digunakan atau dimanfaatkan sebagai beban pada aktivitas perusahaan di masa yang akan datang atau periode akuntansi berikutnya. Misalnya sewa dibayar di muka atau asuransi dibayar di muka.

5. Perlengkapan (supplies), yaitu perlengkapan yang habis dipakai dalam satu tahun. Misalnya alat-alat tulis seperti pensil, pena, stemper dan sebagainya. (Bahri, 2016, hal. 23)

b) Aset Tetap

Aset tetap (fixed assets atau plant assets) meliputi peralatan, mesin, gedung, dan tanah. Nilai aset tetap

menyusut seiring dengan berjalannya waktu, kecuali tanah. Harga perolehan, akumulasi penyusutan, dan nilai buku setiap jenis aset tetap biasanya dilaporkan di Laporan Posisi Keuangan atau diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. (Warren, 2016, hal. 166)

2) Liabilitas

Liabilitas adalah jumlah utang perusahaan kepada kreditor. Dua jenis utang yang umum adalah:

a) Liabilitas lancar

Liabilitas lancar (current liabilitas) yaitu liabilitas yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu pendek (biasanya satu tahun atau kurang) dan akan dibayar dengan

menggunakan aset lancar. Liabilitas yang umum dalam kategori ini adalah wesel bayar dan utang usaha. Liabilitas lancar lainnya yang biasanya terdapat dalam buku besar adalah utang gaji, utang bunga, utang pajak, dan pendapatan dibayar di muka. (Warren, 2016, hal. 166) 1. Utang usaha (account payable), yaitu kewajiban

perusahaan kepada kreditur yang timbul karena adanya transaksi pembelian barang dagangan secara kredit. 2. Utang wesel (notes payable), yaitu kewajiban

perusahaan kepada pihak kreditur yang disertai dengan janji tertulis untuk melunasinya.

3. Utang gaji (salaries payable), yaitu kewajiban yang timbul karena terdapat karyawan yang sudah bekerja

tetapi belum mendapat pembayaran gaji oleh

perusahaan.

4. Utang pajak (tax payable), yaitu utang yang timbul karena apabila perusahaan sudah saatnya membayar pajak penghasilan tetapi karena sesuatu hal lain sehingga pajak tersebut belum dibayarkan.

5. Pendapatan diterima di muka (revenue in advanced), yaitu pendapatan yang telah diterima pada periode sekarang tetapi belum memberikan jasa. Misalnya, sewa diterima di muka. (Bahri, 2016, hal. 24)

b) Liabilitas Jangka Panjang

Liabilitas jangka panjang yaitu liabilitas yang jatuh tempo dalam jangka waktu panjang (biasanya lebih dari satu tahun). (Warren, 2016, hal. 166). Liabilitas ini antara lain yaitu, utang obligasi (bond payable), yaitu kewajiban jangka panjang dari suatu perusahaan atau pemerintah yang disertai dengan sertifikat tanda terutang dan bentuk tertulis di atas materai. (Bahri, 2016, hal. 24)

c) Ekuitas

Yaitu hak pemilik terhadap aset perusahaan disajikan di laporan posisi keuangan di bawah bagian liabilitas. Ekuitas pemilik ditambahkan ke jumlah liabilitas dan jumlah ini harus sama dengan jumlah aset. (Warren, 2016, hal. 166)

d. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi menyajikan pendapatan dan beban untuk suatu periode waktu tertentu berdasarkan konsep penandingan (matching concept), yang disebut juga konsep pengaitan atau pemadanan, antara pendapatan dan beban yang terkait. Laporan laba rugi juga menyajikan selisih lebih pendapatan terhadap beban yang terjadi. Jika pendapatan lebih besar daripada beban yang terjadi maka akan disebut laba bersih (net income atau net profit). Jika beban lebih besar daripada pendapatan selisihnya disebut rugi bersih. (net loss). (Rahmi, 2018, hal. 22)

Laporan laba rugi entitas dapat mencakup akun-akun sebagai berikut:

1) Pendapatan 2) Beban keuangan 3) Beban pajak

Laporan laba rugi memasukkan semua penghasilan dan beban yang diakui dalam suatu periode, kecuali SAK EMKM mensyaratkan lain. SAK EMKM mengatur perlakuan atas dampak koreksi atas kesalahan dan perubahan kebijakan akuntansi yang disajikan sebagai penyesuaian retrospektif terhadap periode yang lalu dan bukan sebagai bagian dari laba atau rugi dalam periode terjadinya perubahan. (IAI, 2016, hal.13)

Laba rugi adalah suatu laporan yang disusun secara sistematis berdasarkan standar akuntansi yang memuat tentang

hasil operasi selama satu tahun atau periode akuntansi. Laporan ini menunjukkan sumber dari mana penghasilan diperoleh serta beban yang dikeluarkan sebagai beban perusahaan, secara sistematis merupakan laporan tentang penghasilan, beban-beban, dan laba atau rugi.

Komponen yang terdapat dalam suatu laporan laba rugi antara lain:

1) Pendapatan/penghasilan

Untuk kepentingan akuntansi pendapatan diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu:

a) Pendapatan usaha

Pendapatan usaha adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan. Pendapatan usaha terdiri dari pendapatan yang diperoleh dari penjualan barang dan jasa.

b) Pendapatan di luar usaha

Pendapatan di luar usaha adalah pendapatan yang diperoleh bukan dari hasil kegiatan pokok, perusahaan juga memperoleh pendapatan sampingan yang dapat berupa: pendapatan bunga, pendapatan deviden, pendapatan sewa dan sebagainya.

2) Beban

Beban biasanya dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu: a) Beban usaha

Beban usaha adalah semua beban yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan usaha. Umumnya pada perusahaan jasa, beban usaha dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu:

1. Beban pemasaran (marketing expense)

Beban pemasaran mencakup keseluruhan

pemasaran atau penjualan barang/jasa dan pengangkutan. Contoh beban pemasaran antara lain: gaji premuniaga, iklan/advertising, beban perjalanan, beban angkut penjualan, beban lembur dan sebagainya.

2. Beban administrasi (administration expense)

Beban administrasi mencakup beban-beban yang

terjadi dalam menyelenggarakan pengarahan,

pengawasan, dan pelaksanaan tugas-tugas perusahaan. Contoh jenis beban ini antara lain: gaji pegawai kantor, beban sewa kantor, beban listrik, air dan telepon, beban perlengkapan, beban asuransi, beban rapat, dan pertemuan.

b) Beban di luar usaha

Beban di luar usaha adalah mencakup beban-beban yang digunakan untuk kegiatan di luar kegiatan pokok atau utama perusahaan. Contoh: beban bunga dan beban lain-lain. (Bahri, 2016, hal. 136-138)

e. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan berisi tentang penjelasan dari setiap item atau pos di dalam setiap laporan keuangan untuk periode waktu tertentu, seperti satu bulan atau satu tahun. (Rahmi, 2018, hal. 21)

Catatan atas laporan keuangan memuat:

1) Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan SAK EMKM

2) Ikhtisar kebijakan akuntansi

3) Informasi tambahan dan rincian akun tertentu yang menjelaskan transaksi penting dan material sehingga bermanfaat bagi pengguna untuk memahami laporan keuangan.

Jenis informasi tambahan dan rincian yang disajikan bergantung pada jenis kegiatan usaha yang dilakukan oleh entitas.

Catatan atas laporan keuangan disajikan secara sistematis sepanjang hal tersebut praktis. (IAI, 2016, hal. 14)

f. Pengakuan Unsur-Unsur Laporan Keuangan

Pengakuan unsur laporan keuangan merupakan proses pembentukan suatu akun dalam laporan posisi keuangan atau laporan laba rugi yang memenuhi definisi suatu unsur dan memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut dapat dipastikan akan mengalir ke dalam atau keluar dari entitas. 2) Akun tersebut memiliki biaya yang dapat diukur dengan

andal. (IAI, 2016, hal. 4)

g. Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan

Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui aset, liabilitas, penghasilan, dan beban di dalam laporan keuangan. Dasar pengukuran unsur laporan keuangan dalam SAK EMKM adalah biaya historis. Biaya historis suatu aset adalah sebesar jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Biaya historis suatu liabilitas adalah sebesar jumlah kas atau setara kas yang diterima atau jumlah kas yang diperkirakan akan dibayarkan untuk memenuhi liabilitas dalam pelaksanaan usaha normal. (IAI, 2016, hal. 5)

Dokumen terkait