• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Penerapan Sistem Just In Time di PT. Astra Daihatsu Motor

4.3.4 Standar Kerja

4.3.3 Sistem Tarik (Pull System)

Prinsip selanjutnya dalam penerapan Just in Time di PT. ADM adalah sistem tarik (pull system). Sistem ini merupakan revolusi dari sistem konvensional yang biasanya melakukan sistem dorong (push system) dalam melaksanakan proses produksi. Pada push system setiap proses akan menghasilkan unit sebanyak mungkin untuk diserahakan ke proses berikutnya tanpa mengetahui apakah proses berikutnya sudah membutuhkanya atau belum. Berbeda dengan penerapan sistem tarik, proses selanjutnya akan menarik part dari proses sebelumnya sesuai dengan jenis, jumlah, dan pada saat diperlukan saja. Sehingga produk dari proses sebelumnya merupakan bahan baku pada proses selanjutnya.

Penerapan sistem tarik ini sangat membantu kelancaran proses produksi. Setiap harinya kegiatan produksi akan dijalankan seefisien mungkin dengan tingkat pemborosan akibat over production dan inventory yang besar bisa diminimalisir. Selain itu penggunaan sistem tarik ini sangat fleksibel dalam menghadapi berbagai perubahan permintaan seperti perubahan jumlah atau model produk yang diminta konsumen. Penyesuaian terhadap perubahan hanya dilakukan pada lini akhir dari produksi, sedangkan proses sebelumnya akan secara otomatis mengikuti perubahan tersebut. Dengan demikian kemungkinan terjadinya out of product di antara proses dapat dihindari.

4.3.4 Standar Kerja

Melalui ketiga prinsip yang telah dijelaskan di atas, sebuah sistem sudah bisa dikatakan Just In Time atau tepat waktu. Dalam penerapannya di lapangan, sistem produksi Just In Time ternyata juga memerlukan dua tools utama guna mendukung ketiga prinsip yang sudah dijelaskan di atas yaitu standar kerja dan Kanban. Kedua tools ini merupakan instrumen yang digunakan untuk memperlancar proses operasi mulai dari hulu (upstream) hingga ke hilir (downstream).

Standar kerja diartikan sebagai cara berproduksi yang memfokuskan pada pergerakan orang dengan urutan proses yang efisien dan tanpa pemborosan (muda). Penerapan standar kerja dalam setiap proses sangatlah

45

penting guna menjamin keseragaman disetiap proses yang dilewati. Hampir setengah dari pekerjaan memproduksi kendaraan (mobil) masih dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan manusia, oleh karena itu keseragaman atau standar baku merupakan alat yang digunakan untuk mencegah berbagai penyimpangan dalam pelaksanaan operasi produksi. Tanpa adanya sebuah standar kerja, akan berakibat pada berbagai masalah seperti:

1. Berubah – ubahnya cycle time yang berakibat pada tidak berjalannya

Just In Time

2. Tidak tercapainya cara kerja yang ideal sehingga muda (pemborosan),

mura (ketidakteraturan) dan muri (keterpaksaan) tidak terdeteksi dan kaizen pun tidak dapat berjalan

3. Cara kerja yang berbeda akan menghasilkan produk yang berbeda dengan tingkat kualitas yang berbeda pula.

PT. ADM menganggap bahwa standar kerja merupakan sebuah titik awal dalam melaksanakan kaizen (perbaikan berkelanjutan) di perusahaan mereka. Dengan menerapkan standar kerja, proses pembuatan produk akan sesuai dengan takt time yang telah ditentukan. Hal terpenting dalam standar kerja yang diterapkan perusahaan tentunya adalah dapat menjamin keselamatan dan kelancaran kerja para karyawan. Standar kerja juga mengatur berbagai metode kerja yang aman dalam membuat barang yang baik dan murah. Sehingga standar kerja ini nantinya dapat digunakan sebagai manajemen gemba, yaitu manajemen terhadap keadaan abnormal, manajemen perawatan, serta manajemen harian di jalur proses produksi.

Terdapat tiga elemen dalam standar kerja yang terangkum menjadi satu kesatuan. Ketiga elemen tersebut adalah takt time, urutan kerja, dan standar stok dalam proses. Takt time seperti yang sudah dibahas sebelumnya merupakan lamanya waktu yang digunakan untuk membuat satu buah part atau produk. Urutan proses merupakan suatu urutan kerja dimana seorang pekerja (team member) melakukan tahapan–tahapan pergerakan yang paling efisien dalam proses produksi. Sedangkan standar stok dalam proses merupakan sejumlah minimum barang yang diperlukan dalam suatu proses,

46

sehingga pekerjaan tetap dapat dilakukan secara berulang–ulang mengikuti urutan proses yang telah ditentukan saat terjadi hambatan produksi.

4.3.5 Sistem Kanban

Tools selanjutnya dari Just In Time adalah Kanban (sistem Kanban). Kanban merupakan alat komunikasi dalam sistem produksi Just In Time,

dalam bahasa Jepang Kanban ini berarti papan isyarat. Kanban digunakan sebagai alat kontrol produksi untuk mewujudkan sistem produksi secara Just

In Time (tepat waktu). Secara umum Kanban mempunyai dua fungsi utama,

yaitu sebagai perintah untuk melakukan kegiatan produksi maupun delivery dan sebagai alat kontrol visual seperti mencegah produksi berlebihan dan pendeteksi keterlambatan proses.

Penerbitan Kanban merupakan sebuah sinyal bagi pekerja untuk melakukan proses produksi. Saat Kanban dikirim ke proses sebelumnya, maka bagian yang menerima Kanban tersebut akan segera melakukan proses produksi untuk memenuhi permintaan dari proses selanjutnya sesuai dengan jumlah dan spesifikasi barang yang tertera pada Kanban tersebut.

Pelaksanaan proses produksi akan dimulai saat terjadi perputaran

Kanban. Terdapat beberapa rules praktis untuk Kanban yang diterapkan

pada pabrik PT ADM, yaitu:

1. Part atau komponen yang akan digunakan harus 100 persen dalam kondisi sempurna

2. Proses selanjutnya mengambil part dari proses sebelumnya

3. Proses sebelumnya membuat part sebanyak Kanban yang telah diambil sesuai dengan urutan pengambilan

4. Tidak melakukan produksi maupun delivery jika tidak ada arus Kanban 5. Pada proses pengiriman barang, Kanban harus selalu menyertai barang

tersebut

6. Jumlah barang aktual harus sama dengan jumah yang tertera pada

Kanban sheet.

Setiap satu lembar Kanban hanya dipergunakan untuk satu jenis part (komponen) saja, namun jumlah komponen yang dipesan untuk setiap lembar Kanban tersebut tergantung pada standar yang telah ditetapkan oleh

47

perusahaan. Berarti semua Kanban yang ada di PT ADM memiliki kapasitas pemesanan yang sama.

Kanban dibagi menjadi dua menurut fungsinya dalam proses

produksi, yaitu Kanban Internal dan Kanban Eksternal.

1. Kanban Internal, merupakan Kanban yang digunakan dan beredar di lingkungan PT ADM. Kanban ini berfungsi untuk memesan part dari jalur perakitan ke warehouse (gudang) yang berada di sekitar pabrik.

Gambar 13. Kanban Internal (Ariefiandi, 2010)

2. Kanban Eksternal, merupakan kanban yang digunakan dan beredar keluar dari lingkungan PT ADM. Kanban ini berfungsi untuk memesan komponen ke pemasok (supplier).

Gambar 14. Kanban Eksternal (Ariefiandi,2010)

Kanban yang digunakan dalam proses produksi tidak boleh tercecer

48

pekerja tidak bisa melakukan pemesanan part atau komponen produksi. Jika komponen yang diperlukan tidak bisa dipesan, maka akan terjadi kehabisan komponen pada pos produksi, sehingga mengakibatkan line stop. Pelemparan Kanban juga tidak boleh terlalu cepat dilakukan, sebab apabila

Kanban terlalu cepat di order akan mengakibatkan penumpukan persediaan

di gudang yang bisa berakibat pada pemborosan.

Kanban juga memiliki siklus (Kanban cycle) yang menggambarkan

perputaran pengiriman Kanban dan barang (material produksi) dalam satu hari. Penggunaan siklus ini dimaksudkan untuk memudahkan supplier maupun proses operasi sebelumnya dalam memasok komponen ke proses selanjutnya. Dengan demikian aliran barang yang datang akan mengalir secara teratur tanpa adanya gangguan seperti aliran barang yang terlalu cepat, sehingga menimbulkan penumpukan maupun keterlambatan yang akan menimbulkan kekurangan (shortage) bahkan line stop.

Siklus Kanban dikenal juga dengan sebutan cycle issue, memiliki tiga digit angka (X, Y, Z), yang masing–masing angka tersebut dipisahkan oleh tanda “bagi” (:). Digit pertama (X) menunjukkan jumlah hari kedatangan

part, digit kedua (Y) menunjukkan frekuensi kedatangan dalam satu hari,

dan digit ketiganya (Z) menunjukkan interval kedatangan barang yang telah dipesan. Misalkan pabrik perakitan PT ADM (assy plant) mengeluarkan

Kanban untuk memesan backdoor ke pabrik pengepresan baja (stamping

plant) dengan siklus 1 : 6 : 2, maka arti dari siklus ini adalah dalam 1 hari terdapat 6 kali pengiriman dengan interval pengiriman barang setiap 2 kali pengiriman setelah order diterbitkan. Pesanan terbaru akan dikirimkan setelah 2 siklus pengiriman dari ketentuan cycle issue yaitu pada siklus ke-3. Penggunaan sistem Kanban pada proses produksi di PT ADM dapat membantu pekerja untuk melakukan pekerjaan dengan efisien. Saat adanya penerbitan Kanban, proses produksi akan segera dimulai. Semua komponen atau bahan baku produksi yang diperlukan akan segera disediakan sesuai dengan jumlah dan spesifikasi yang diperlukan dan tertera pada Kanban tersebut. Dengan demikian, jumlah komponen yang diminta akan disesuaikan dengan jumlah barang yang akan diproduksi pada saat itu.

49

Pemesanan komponen produksi yang berlebihan dapat menimbulkan biaya penyimpanan, risiko kerusakan dari komponen, serta penyortiran untuk memisahkan barang yang rusak. Semua kegiatan ini tentunya akan menghambat proses produksi dan menimbulkan biaya. Pemesanan komponen menggunakan Kanban dengan jumlah lot yang kecil bertujuan untuk memperkecil tingkat inventory baik dalam bentuk bahan mentah ataupun barang setengah jadi yang dapat menumpuk di antara proses produksi. Selain itu, hal tersebut juga bertujuan untuk menjaga kualitas dari material sebab material yang tersedia akan segera digunakan dalam proses produksi. Pada akhirnya penggunaan Kanban akan memperlancar kegiatan produksi sebab semua kegiatan yang ada dapat terorganisir dengan baik. Segala jenis potensi pemborosan juga dapat segera dihindari, sehingga dapat menghemat biaya serta mereduksi biaya tambahan yang mungkin terjadi. 4.4. Efektivitas Penerapan Sistem Just In Time di PT Astra Daihatsu Motor

Sebelum menentukan apakah sebuah kesatuan sistem berjalan dengan efektif, perlu diperhatikan terlebih dahulu efisiensi yang dapat dilakukan dalam kegiatan produksi. Efisiensi ini dipandang sebagai kegiatan produksi yang mampu menekan seminimum mungkin pemborosan, sehingga biaya produksi dapat ditekan serendah mungkin dan keuntungan yang diperoleh dapat ditingkatkan tanpa menaikkan harga barang.

PT ADM mengenal tiga jenis pekerjaan yang berkaitan dengan peningkatan efisiensi. Pekerjaan jenis pertama merupakan pekerjaan yang perlu dan penting untuk dilakukan karena mengandung nilai tambah atas barang yang dikerjakan. Pekerjaan jenis pertama meliputi berbagai hal seperti welding, painting, dan

assembling. Sedangkan pekerjaan jenis kedua merupakan pekerjaan yang tidak

memberikan nilai tambah terhadap barang yang diproduksi, namun pekerjaan ini tidak dapat dianulir dan dianggap penting seperti supply, cleaning, dan inspection. Jenis pekerjaan ketiga adalah jenis pekerjaan yang harus dihilangkan karena merupakan suatu pemborosan (muda). Pekerjaan jenis ketiga ini meliputi stock,

repair, waiting serta kegiatan lain yang menimbulkan pemborosan sumber daya.

50

secara bertahap akan mampu untuk direduksi bahkan dihilangkan, sehingga efisiensi dari pelaksanaan sistem dapat ditingkatkan.

Penerapan sistem produksi Just In Time dimaksudkan untuk mencapai suatu proses produksi yang efisien dengan tingkat pemborosan yang minimum. Penerapan Just In Time yang berjalan secara efektif dapat terlihat dari pencapaian efisiensi dalam proses produksi. Semakin tinggi tingkat efisiensi proses yang dilakukan, berarti penerapan sistem produksi Just In Time yang dilakukan juga semakin efektif. Perbaikan yang dilakukan secara terus menerus memungkinkan sistem ini menjadi sistem yang fleksibel dan menyesuaikan dengan perkembangan teknologi yang ada guna mempertahankan dan meningkatkan efektivitasnya.

Efektivitas dari penerapan Just In Time di PT ADM dapat dilihat dari pencapaian tingkat efisiensi pada beberapa objek, diantaranya adalah sebagai berikut:

Dokumen terkait