• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif Data

2. Statistik Deskriptif

Environmental disclosure sebagai variabel dependen dalam penelitian ini diperoleh dari annual report masing-masing perusahaan sampel. Berdasarkan 90 perusahaan sampel tersebut, ternyata hanya ada 44 perusahaan yang mengungkap

environmental disclosure dalam laporan tahunannya atau sebesar 48.89% dari seluruh sampel yang digunakan. Tabel 4.3 akan menyajikan jumlah perusahaan

sampel yang mengungkap environmental disclosure. Tabel 4.3

Perusahaan dengan Environmental Disclosure

Perusahaan

No Klasifikasi Industri Jumlah Total Persentase (%) 1 Service Industries 7 7.78 2 Finance Industries 4 4.44 3 Manufacture dan lainnya 33 36.67 Total 44 48.89

Kemudian dari 44 perusahaan tersebut, environmental disclosure akan dibobot dengan menggunakan indeks IER sesuai dengan pengungkapan informasi

lingkungan yang ada di dalam annual report. Daftar perusahaan dan bobot pengungkapan informasi lingkungan dapat dilihat pada (lampiran 2). Dari ke-44

perusahaan dengan environmental disclosure, sektor keuangan merupakan sektor dengan pengungkapan informasi lingkungan hidup lebih kecil dibanding dengan 2

sektor lainnya. Namun demikian, Bank Permata dalam annual reportnya telah mengungkapkan kegiatan lingkungannya dengan baik,

Untuk mengundang partisipasi karyawan, setiap departemen saling bersaing memperebutkan Green and Clean Award yang didasarkan pada prinsip 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) dan penghargaan diberikan kepada yang terbaik dan terburuk di setiap lokasi utama Permata Bank. Selama tahun 2007, Permata Bank juga melaksanakan berbagai acara termasuk bekerjasama dengan WWF dalam seminar interaktif `Permata Bank peduli Global Warming`, `Tips Gaya Hidup Hijau Ala Permata Bankers`, Eco-Bussiness Tourism yaitu kegiatan benchmarking ke perusahaan yang ramah lingkungan, in-house training OHSAS 18001:2007 dan SO 14001:2004 (Integrated EHS Management System) untuk mensosialisasikan penerapan OHSAS 18001:2007 di Permata Bank tahun 2008 dan Awareness Vendor dengan tema Green Building (AR Bank Permata, 2007).

Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif pada tabel 4.4 dapat diketahui

bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia mengungkapkan informasi lingkungan rata-rata sebesar 5,40. Nilai rata-rata pengungkapan sebesar 5,40 berarti

environmental disclosure pada annual report perusahaan-perusahaan di Indonesia masih sangat rendah karena skor total untuk environmental disclosure pada penelitian ini adalah 35. Dari 44 perusahaan dengan nilai rata-rata pengungkapan

5,40 ada 25 perusahaan yang mempunyai bobot pengungkapan di bawah rata-rata,

sedangkan 19 perusahaan lainnya mempunyai bobot pengungkapan di atas

Nilai minimum environmental disclosure pada penelitian ini adalah 0,59 yaitu oleh PT Tira Austenite dan PT Adira Dinamika Muti Finance, yaitu

berkenaan dengan aspek keanekaragaman hayati. PT Tira Austenite yang

merupakan perusahaan dari sektor industri jasa menyatakan dalam annual reportnya mengenai pengungkapan program penghijauan seperti berikut ini,

Planting of trees in the areas arround in the company offices, to reflect the company`s concern for global warming and to conserve the environmental arround the company (AR PT Tira Austenite, 2007).

Item penghijauan ini juga merupakan item terbanyak kedua yang diungkap

setelah item programs for protections dalam annual report perusahaan-perusahan di Indonesia. Terbukti dengan adanya 32 perusahaan yang mengungkapkan pada

laporan tahunan. Hal ini disebabkan program penghijauan merupakan program

lingkungan yang mudah dilakukan dan menggunakan biaya yang lebih rendah

dibandingkan dengan item pengungkapan lainnya.

Nilai maksimum atau bobot tertinggi environmental disclosure sebesar 11,20 dilakukan oleh PT Inco dengan mengungkap 11 item dari 35 item pengungkapan dalam IER. Hal ini dikarenakan PT Inco merupakan perusahaan

pertambangan yang aktivitas operasi utamanya bersinggungan langsung dengan

alam, sehingga tanggung jawabnya terhadap lingkungan lebih tinggi.

Item terbanyak yang diungkap dalam annual report perusahaan-perusahaan di Indonesia adalah mengenai programs for protections. Program for Protections merupakan seluruh program yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dalam menjaga lingkungan akibat aktivitas perusahaan-perusahaan baik secara

tersebut, diantaranya adalah PT Semen Gresik Tbk. PT Semen Gresik Tbk dalam

annual reportnya menyatakan,

In performing its environmental management activities, the following strategy has been implemented by the Company, to include:

• Environment Monitoring Program • Environment Management Program • Resources Conservation Program

• Implementing management system related to environment • Clean Development Mechanism (CDM) Implementation (AR PT Semen Gresik Tbk, 2007)

Belum lama ini telah diselenggarakan Konferensi Global Warming and Climate Change di Nusa Dua Bali yang berlangsung mulai tanggal 1 November sampai dengan 15 November 2007 dan diikuti oleh sebagian besar negara-negara

di dunia untuk mengurangi efek pemanasan global yang terjadi. Ada beberapa

poin penting dalam konferensi ini berkenaan dengan lingkungan hidup,

diantaranya adalah kesediaan negara-negara peserta konferensi untuk mengurangi

emisi gas yang ada. Indonesia sebagai salah satu negara peserta konferensi yang

sangat concern dalam hal global warming tentu saja bersedia untuk mengurangi jumlah emisi gas yang dihasilkan dari aktivitas sehari-hari. Hal ini dapat

dibuktikan salah satunya dalam annual report PT Inco,

Suatu contoh yang signifikan adalah keberhasilan kami dalam proyek bernilai $62 juta yang telah selesai pada tahun 2007 di mana kami telah berhasil menekan tingkat emisi debu yang keluar dari seluruh tanur listrik sesuai dengan mandat dari pemerintah (AR PT Inco, 2007).

Aspek dalam GRI 2002 yang sama sekali tidak diungkap dalam annual report perusahaan-perusahaan di Indonesia adalah mengenai kegiatan transportasi.

Hal ini dimungkinkan karena aspek transportasi belum menjadi topik atau isu

menarik bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia.

Pada tabel di bawah ini akan dijelaskan statistik deskriptif dari variabel

independen penelitian. Informasi mengenai statistik deskriptif tersebut meliputi:

nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi dihitung menggunakan alat bantu perangkat statistik SPSS release 16. Hasil dari perhitungan tersebut ditampilkan pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4

Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Penelitian

Variabel Min Max Mean Std.deviasi

ED .59 11.20 5.40 2.62 Prop_DKI 25.00 100.00 42.93 15.06 Rapat_DK 2 77 9.23 12.06 Prop_KAI 25.00 100.00 55.61 22.92 Rapat_KA 1 104 10.26 13.27 Total_Asset 314 312,533,200 17,257,907 46,089,452

Ada sekitar 43% susunan dewan komisaris pada perusahaan-perusahaan di

Indonesia terdiri dari anggota komisaris independen. Proporsi ini sudah baik

karena berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam pada tanggal 1 Juli

tahun 2000, bahwa proporsi dewan komisaris independen adalah 30% dari total

anggota dewan komisaris. Komisaris independen mempunyai peranan penting

dalam pengungkapan informasi lingkungan pada laporan tahunan. Ada 7

perusahaan (7,77%) yang mempunyai proporsi dewan komisaris independen 25%

dan hanya ada 2 perusahaan yang seluruh anggota dewan komisarisnya terdiri dari komisaris independen yaitu PT Aneka Tambang, dan Millenium Pharmacom

Agar proses pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris berjalan

efektif, corporate governance guidelines (2007) menyatakan bahwa minimal dewan komisaris harus mengadakan rapat intern sebanyak 4 kali dalam 1 tahun.

Dari data statistik deskriptif di atas terdapat 15 perusahaan (16,67%) yang

menyelenggarakan rapat dibawah ketentuan yang ada. Hal ini menunjukkan

bahwa masih kurangnya kesadaran perusahaan-perusahaan di Indonesia akan

ketentuan yang telah ditetapkan.

Pada umumnya perusahaan-perusahaan di Indonesia sudah memenuhi

peraturan Bapepam terkait dengan proporsi komite audit independen minimal sebesar 33%. Hal ini terbukti dengan jumlah rata-rata proporsi komite audit

independen perusahaan-perusahaan di Indonesia, yaitu sebesar 56%. Sedangkan

hanya terdapat 3 perusahaan saja yang proporsi komite audit independennya tidak

sesuai dengan regulasi. Masih terkait dengan peraturan Bapepam, tersebut di

dalamnya bahwa komite audit independen harus menyelenggarakan rapat intern

minimal 4 kali dalam 1 tahun (corporate governance guidelines, 2007). Dari data statistik pada tabel 4.4 di atas masih terdapat perusahaan di Indonesia yang tidak

mematuhi ketentuan rapat intern komite audit yaitu 9 perusahaan atau sekitar 10%. Berdasarkan tabel di atas juga dapat diketahui bahwa nilai rata-rata ukuran

perusahaan sebesar Rp 17.257.907.027.079,53. Dari seluruh sampel dalam

penelitian ini, terdapat 47 perusahaan (52,22%) yang mempunyai ukuran

perusahaan di atas nilai rata-rata dan 47,78% sisanya mempunyai nilai di bawah rata-rata. Ini berarti mengindikasikan bahwa iklim perekonomian Indonesia mulai

Dokumen terkait