• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status kepemilikan Dalem Kepangeranan tidak terlepas dari peraturan keraton terhadap kepemilikan tanah. Dalam Rijksblad Surakarta tahun 1938 no. 9 dan 10, hak guna dan kepemilikan tanah dibagi menjadi lima kelompok. Wewenang anggaduh yaitu tanah yang diberikan kepada rakyat swapraja. Wewenang anggaduh run temurun yaitu kepemilikan tanah yang diberikan kepada rakyat swapraja secara turun temurun atau diwariskan. Tanah lungguh yaitu kepemilikan tanah yang diberikan sebagai gaji kepada lurah dan dan perangkat desa dibawahnya. Tanah pituwas yaitu kepemilikan tanah yang diberikan kepada perangkat desa yang sudah pensiun, bila orang tersebut sudah meninggal, maka tanah akan menjadi milik kas desa. Tanah kas desa, yaitu seluruh tanah sawah, tegalan, dan pekarangan yang tidak termasuk tanah lungguh dan tanah pituwas,

yang berfungsi untuk penghasilan desa.8889

Menurut G.P.H. Dipakusuma, kepemilikan tanah di Keraton Surakarta dibagi menjadi lima kelompok yaitu tanah nagara, tanah pamijen, Sunan Grond, tanah leluhur, dan tanah keraton yang disewakan. Tanah nagara atau Domein Recht Karaton Surakarta adalah tanah yang menjadi milik pemerintah Keraton Kasunanan Surakarta yang tersebar di wilayah kekuasaan Keraton Surakarta. Tanah nagara biasanya digunakan untuk kepentingan rakyat seperti hutan, pasar,

88

Rijksblad Surakarta no. 9 tahun 1938.

89

kuburan, tempat jagal, dan lain-lain Tanah pamijen atau Domein Karaton Surakarta adalah tanah yang menjadi milik pihak Keraton Kasunanan Surakarta. Tanah pamijen yang berada di dalam kuthanagara (kota) antara lain Alun-Alun Lor, Masjid Agung, Siti Hinggil, Baluwarti, dan Alun-Alun Kidul. Tanah pamijen yang berada di luar kuthanagara (kota) adalah kompleks pesanggrahan. Sunan Grond adalah tanah yang dimiliki secara pribadi oleh Sunan yang berkuasa dan keluarganya. Tanah leluhur adalah tanah yang dimiliki oleh Sunan yang berkuasa sebelumnya, seperti petilasan, dan makam-makam. Tanah dan bangunan milik Keraton Kasunanan Surakarta yang disewakan atau Recht van Gebruik (hak pakai) dan Recht van Eigendom (hak milik), contohnya tanah yang disewakan

kepada pengusaha Belanda untuk lahan perkebunan.90

Dalem Kepangeranan yang berada di dalam tembok Baluwarti berdiri di atas Tanah Pamijen, tanah milik pihak Keraton Kasunanan Surakarta, sehingga Sunan yang berkuasa berhak memberikan dan juga mengambil kembali Dalem

Kepangeranan di dalam tembok Baluwarti.91 Pada masa Sunan Paku Buwana X,

beliau memberikan Dalem Kepangeranan yang kosong kepada putra-putranya. Dalem Kepangeranan yang dahulu didiami K.G.P.A. Purbaya, putra Sunan Paku Buwana IV diberikan kepada G.P.H. Suryahamijaya, putra Sunan Paku Buwana X. Selain itu juga Dalem Ngabean yang dahulu didiami K.G.P.Ad. Hangabehi, putra Sunan Paku Buwana IV diberikan kepada K.G.P.H. Hangabehi, putra Sunan Paku Buwana X.

90

Wawancara dengan G.P.H. Dipakusuma, pada 25 Juni 2016.

91

Selain memberikan Dalem Kepangeranan, Sunan Paku Buwana X juga memgambil alih Dalem Kepangeranan. Sunan Paku Buwana X mengambil alih Dalem Wiryadiningratan milik Bupati Wiryadiningrat dan memberikannya kepada Bupati Jayaningrat, suami R.A. Kusiyah, putri Sunan Paku Buwana X

dengan R.Ay. Susilarukmi 92 Bupati Wiryadiningrat diberi ganti rugi bekas Dalem

Natapuran di selatan Kampung Gading. Pada masa Sunan Paku Buwana XI, Dalem Widhaningratan diambil alih dengan ganti rugi dan diberikan kepada K.G.P.Ad. Mangkubumi, putra Sunan Paku Buwana XI dengan G.K.R.

Kencana.93 Sejak saat itu Dalem Widhaningratan menjadi Dalem

Mangkubumen.94

Pada masa Sunan Paku Buwana XII, juga terjadi pengambilalihan Dalem Kepangeranan yaitu pengambilalihan Dalem Bratadiningratan dan Dalem Cakradiningratan. Dalem Bratadiningratan, yang didiami G.R.Aj. Kusdinah atau G.R.Ay. Bratadiningrat, putri Sunan Paku Buwana X dengan R.Ay. Pandamrukmi II, diambil alih oleh pihak Keraton Kasunanan Surakarta dengan diberi ganti rugi. Dalem Bratadiningratan kemudian diberikan kepada G.R.Aj. Koes Kristiyah atau G.R.Ay. Purwahamijaya, putri Sunan Paku Buwana XII dengan R.Ay. Pujaningrum. Saat ini Dalem Bratadiningratan beralih nama menjadi Dalem

Purwahamijayan. 95 96 Dalem Cakradiningratan, awalnya didiami G.R.Aj.

92

Padmasoesastra,op.cit., hlm. 91.

93

K.P.H. S. Puspaningrat, Putra Putri Dalem Karaton Surakarta (Sukoharjo: CV. Cendrawasih, 2006), hlm. 54.

94

Darsiti Soeratman, loc.cit.

95

Kusindinah atau G.R.Ay. Cakradiningrat, putri Sunan Paku Buwana X dengan

R.Ay. Renggarukmi dan suaminya B.P.H. Cakradiningrat.97 B.P.H.

Cakradiningrat tewas dalam Gerakan Anti Swapraja di Solo pada tahun 1946, sehingga Dalem Cakradiningratan dibiarkan kosong, hingga diambil alih oleh Keraton Kasunanan Surakarta. Dalem Cakradiningratan kemudian diberikan kepada G.R.Aj. Koes Indriyah atau G.R.Ay. Cahya Mataram, putri Sunan Paku Buwana XII dan R.Ay. Pradapaningrum. Dalem Cakradiningratan diubah

namanya menjadi Dalem Kekayon.98

Di dalam tembok Baluwarti, hak penggunaan tanah dibagi menjadi lima kelompok, yaitu tanah paringan dalem, tanah palilah anggadhuh, tanah palilah anggadhuh run temurun, tanah palilah magersari, dan tanah tenggan. Tanah paringan dalem, adalah tanah yang diberikan Sunan kepada para pangeran yang sudah dewasa. Tanah dapat diambil alih oleh Sunan, apabila pangeran sudah meninggal atau pangeran sudah tidak membutuhkan lagi. Tanah palilah anggadhuh, adalah tanah yang diberikan keraton kepada sentana dalem dan abdi dalem keraton yang tidak dapat diwariskan. Tanah palilah anggadhuh run temurun, adalah tanah yang diberikan keraton kepada sentana dalem dan abdi dalem keraton yang dapat diwariskan kepada keturunannya. Tanah palilah magersari, adalah tanah yang diberikan kepada abdi dalem keraton atau abdi dalem pangeran yang berada dalam pekarangan yang sama. Tanah tenggan,

96

Darsiti Soeratman, loc.cit.

97

Padmasoesastra, op.cit. hlm. 92.

98

adalah tanah yang diberikan kepada seseorang untuk menjaga tanah tersebut,

namun tidak dapat memilikinya.99

Sebagian besar dari Dalem Kepangeranan di dalam tembok Baluwarti berstatus tanah paringan dalem. Hak untuk menghuni Dalem Kepangeranan yang berada di dalam tembok Baluwarti adalah pemberian Sunan yang berkuasa. Dua Dalem Kepangeranan yang tidak berstatus tanah paringan dalem adalah Dalem

Purwadiningratan dan Dalem Mlayakusuman. Bukti bahwa Dalem

Purwadiningratan dan Dalem Mlayakusuman tidak berstatus tanah paringan dalem adalah bahwa dalem tersebut sudah diwariskan turun temurun sejak lama. Dalem Purwadiningratan pertama kali didiami oleh R.Ay. Sekar Kedhaton atau G.K.R. Pembayun, putri Sunan Paku Buwana IV dengan permaisuri G.K.R.

Kencana II, dengan suaminya K.G.P.H. Mangkubumi II.100 Dalam

perkembangannya, dalem tersebut diwariskan kepada keturunannya hingga saat

ini.101 Dalem Mlayakusuman didiami oleh K.P.H. Mlayakusuma, putra Sunan

Paku Buwana IX dengan selir R.Ay. Pujakusuma.102 Sesudah K.P.H.

Mlayakusuma meninggal, Dalem Mlayakusuman diwariskan kepada putranya, K.P.H. Mlayaluhur. Saat ini Dalem Mlayakusuman dihuni oleh cucu-cucu K.P.H.

Mlayakusuma.103

99

Wawancara dengan G.P.H. Dipakusuma, pada 25 Juni 2016.

100

Padmasoesastra, op.cit. hlm. 92.

101

Wawancara dengan K.R.Ay. Natakusuma, pada 1 Juni 2016.

102

Padmasoesastra, op.cit. hlm. 86.

103

Kepemilikan Dalem Purwadiningratan dan Dalem Mlayakusuman yang diwariskan kepada keturunannya menunjukkan bahwa tanah tersebut berstatus tanah palilah anggadhuh run temurun. Kedua Dalem Kepangeranan tersebut dapat memiliki status tanah tersebut karena kedua Dalem Kepangeranan tersebut merupakan petilasan yang cukup penting dalam perkembangan Keraton Kasunanan Surakarta. Dalem Purwadiningratan, yang dibangun pada masa Sunan Paku Buwana IV, sebelum diberikan kepada putrinya R.Ay. Sekar Kedhaton atau G.K.R. Pembayun, awalnya berfungsi sebagai pusat pemerintahan sementara,

karena keraton baru setengah jadi.104 Dalem Mlayakusuman terletak satu

kompleks dengan kompleks makam Kyai Gedhe Sala, penguasa Desa Sala yang

memberikan ijin pendirian Keraton Kasunanan Surakarta di Desa Sala.105

Dalem Kepangeranan yang berada di luar tembok Baluwarti sebagian

besar dengan harta kekayaan pribadi pangeran sendiri.106 Pada masa Sunan Paku

Buwana X banyak pangeran yang memilih untuk tinggal di luar tembok

Baluwarti. 107 Walaupun didirikan dengan dana dari harta kekayaan pribadi,

namun tidak berarti dalem tersebut mempunyai status wewenang anggaduh run temurun atau dapat diwariskan kepada keturunan. Dalem Kepangeranan juga sewaktu-waktu dapat diambil alih oleh pihak penguasa. Biasanya diambil alih bila pangeran yang menghuni sudah tidak membutuhkan atau sudah meninggal. Contoh pengambilalihan Dalem Kepangeranan di luar tembok Baluwarti adalah

104

Wawancara dengan K.R.Ay. Natakusuma, pada 1 Juni 2016.

105

R.M. Sajid, op.cit., hlm. 2.

106

Wawancara dengan K.P.H. Brotoadiningrat, pada 30 Agustus 2016.

107

pengambilalihan Dalem Jayakusuman. Dalem Jayakusuman dibangun pada tahun 1849. Terdapat tiga orang pangeran yang menghuni Dalem Jayakusuman, yaitu G.P.H. Surya Brata (putra Sunan Paku Buwana X), G.P.H. Jayaningrat (menantu Sunan Paku Buwana IX), dan K.G.P.H. Mr. Jayakusuma (putra Sunan Paku Buwana X). Sebelum diambil alih G.P.H. Jayaningrat, G.P.H. Surya Brata diberi ganti rugi berupa rumah baru bernama Dalem Suryabratan yang terletak di barat

daya Alun-Alun Kidul.108 109 Sepeninggal G.P.H Jayaningrat, dalem diberikan

kepada K.G.P.H. Mr. Jayakusuma.

Beberapa Dalem Kepangeranan di luar tembok Baluwarti juga merupakan pemberian dari penguasa, contohnya adalah Dalem Kusumayudan. Dalem Kusumayudan adalah Dalem Kepangeranan pemberian Sunan Paku Buwana X, kepada putranya K.G.P.H. Kusumayuda. Dalem Kepangeranan ini awalnya milik keluarga Kadipaten Mangkunegaran dan dibangun pada masa K.G.P.A.A. Mangkunegara IV. Dalem Kepangeranan ini kemudian dibeli oleh Sunan Paku Buwana X dan pada tahun 1909 dipugar oleh K.P.H. Hadiwijaya, putra K.G.P.A.A. Mangkunegara IV, yang juga kakak dari G.K.R. Paku Buwana,

permaisuri Sunan Paku Buwana X.110 Sunan Paku Buwana X memberikan Dalem

108

Marleen Heins (ed.), op.cit., hlm 240.

109

Dalem Suryabratan dibeli oleh PT Patra Jasa Pertamina dan sudah dirobohkan. Menurut G.P.H Dipakusuma, kayu-kayu dari Dalem Suryabratan dibangun ulang menjadi sebuah hotel di Panasan, dekat Bandara Internasional

Adisoemarmo.

110

Kepangeranan ini kepada K.G.P.H. Kusumayuda dan dinamai Dalem

Kusumayudan.111

111

http://www.suaramerdeka.com/harian/0306/18/slo6.htm, diakses pada 21 Juni 2016, pukul 22:38.

Dokumen terkait