• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian ASI Eksklusif

2. Status pekerjaan ibu menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak dan

hipotesis kerja diterima, makin ibu tidak bekerja maka makin

memberikan ASI eksklusif.

Hal ini terjadi karena ibu yang bekerja di luar rumah mempunyai keterbatasan kesempatan untuk menyusui bayinya secara langsung. Keterbatasan ini bisa berupa waktu atau tempat, terutama jika di tempat kerja tidak tersedia fasilitas tersebut. Jika ibu bekerja mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai manfaat, cara penyimpanan, termasuk juga pemberian ASI diharapkan dapat meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif. Pada ibu yang bekerja, singkatnya masa cuti hamil/melahirkan mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI eksklusif berakhir sudah harus kembali bekerja. Hal ini mengganggu upaya pemberian ASI eksklusif. Dari berbagai penelitian menunjukan banyak alasan untuk menghentikan ASI dengan jumlah yang bervariasi : 13% (1982), 18,2% (Satoto 1979), 48% (Suganda

commit to user

gencarnya promosi susu formula dan kebiasaan memberikan makanan/minuman secara dini pada sebagian masyarakat, menjadi pemicu kurang

Ibu yang tidak bekerja dapat dikatakan sebagai ibu yang hanya menjalankan fungsinya sebagai ibu rumah tangga dan banyak menghabiskan waktunya di rumah tanpa terikat pekerjaan di luar rumah, sehingga mempunyai kesempatan yang banyak untuk dapat memberikan perawatan, memberikan ASI secara optimal tanpa dibatasi oleh waktu dan kesibukan. Sedangkan pada ibu yang bekerja di luar rumah dan harus meninggalkan anaknya lebih dari 7 jam, sehingga kesempatan untuk dapat memberikan perawatan dan ASI kepada anak menjadi berkurang. Sebenarnya beberapa perlindungan untuk ibu menyusui telah diberikan antara lain memberi cuti melahirkan

selama 3 bulan dan boleh menyusui anaknya selama 2 x 1/2 jam dalam waktu kerja.

Sebenarnya ASI dapat disimpan dan diberikan selama ibu bekerja. Peyimpanan ASI dalam gelas tertutup pada suhu kamar dapat tahan 6 jam, sedang dalam lemari es dapat disimpan 24 jam dapat dipergunakan langsung tanpa pemanasan.

Hasil penelitian juga didapatkan bahwa meskipun ibu bekerja, masih tetap dapat memberikan ASI eksklusif, hal ini dapat disebabkan karena tingginya kesadaran ibu terhadap pentingnya ASI eksklusif khususnya pada ibu bekerja. Hal ini menyebabkan, meskipun ibu bekerja mempunyai kesibukan masih tetap menyempatkan dirinya untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya dengan cara memberikan ASI perasan yang dilakukan pada waktu sebelum bekerja, dan sebagian ibu juga sudah mempunyai anggarapan bahwa memberikan ASI tidak harus harus menyusui secara langsung. Fenomena yang terjadi di perkotaan saat ini antara lain banyak sekali ibu-ibu yang bekerja, apalagi pada saat krisis moneter lebih banyak

commit to user

ekslusif akan menurun. Sedangkan keadaan di pedesaan dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu: Pertama, kelompok ibu-ibu pedesaan yang mampu. Inilah yang sebetulnya dapat melakukan ASI ekslusif, tetapi banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain faktor sosial, kekerabatan, adat, religi, dan sebagainya.

Faktor kekerabatan sosial atau gotong royong antara lain terlihat di masyarakat di Jawa, Sumatra, dan sebagainya. Pada waktu seorang ibu melahirkan, para tetangga berdatangan untuk membantu merawat ibu dan bayinya tersebut. Ada yang memberi madu, kelapa muda, pisang, nasi, dan sebagainya. Pada saat itu ibu masih kesakitan dan belum begitu kuat, sehingga perawatan bayi dilakukan oleh nenek, keluarga suami, ataupun tetangga. Hal ini disebabkan masyarakat di pedesaan hidup dalam kelompok-kelompok. Sebagian besar masyarakat Indonesia menganut adat kultur patrilokal, dimana otonomi dalam keluarga di tangan suami dan ibu suami. Seorang gadis yang sudah berumah tangga, secara otomatis akan mengikuti suaminya. Otonomi keluarga di tangan suami, termasuk di sini adalah pemberian makanan dini pada bayi baru lahir. Kesemuanya akan menyebabkan rendahnya ASI ekslusif. Kedua, ibu-ibu yang tidak mampu di pedesaan yang biasanya terdiri dari buruh/buruh tani, sehingga 1-2 minggu setelah melahirkan mereka harus membantu suaminya mencari nafkah. Sementara, bayinya dititipkan kepada keluarga yang ada di rumah. Oleh keluarganya, bayi diberi makan pisang atau nasi pisang yang dihaluskan, yang relatif murah dan mudah diperoleh. Sedangkan pemberian susu bubuk

commit to user penyebab mengapa ASI ekslusif tidak dapat dilakukan.

Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Mardeyati pada tahun 2007 dengan judul “ Hubungan Status Pekerjaan Dengan Kepatuhan bu Memberikan ASI Eksklusif di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta”. Hasil kedua penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status bekerja dengan pemberian ASI eksklusif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Mardeyati yaitu metode penelitian observasional dengan rancangan historical cohort. Pengambilan sampel dilakukan secara non probability sampling dengan metode consecutive sampling (Mardeyati, 2007).

Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar dapat terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah dengan menyusui secara dini dengan posisi yang benar ,teratur dan eksklusif. Oleh karena itu salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif sampai 6 (enam) bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2(dua) tahun. Sehubungan dengan hal tersebut telah ditetapkan dengan Kepmenkes RI No.450/MENKES/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi Indonesia. Program Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI) khususnya ASI eksklusif mempunyai dampak yang luas terhadap status gizi ibu dan bayi.

commit to user

maka agar dapat terlaksananya pemberian ASI dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai manfaat dari ASI dan menyusui serta bagaimana melakukan manajemen laktasi. Selain itu diperlukan dukungan dari pihak manajemen, lingkungan kerja dan pemberdayaan pekerja wanita sendiri.

3. Inisiasi menyusu dini menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak dan

hipotesis kerja diterima, makin dilaksanakan inisiasi menyusu dini

makin tinggi pemberian ASI eksklusif.

Akan tetapi keberhasilan pelaksanaan IMD juga berkaitan dengan penolong persalinan. Dan penelitian ini pelaksanaan IMD masih rendah sehingga penting bagi penolong persalinan agar lebih termotivasi untuk membantu. IMD juga merupakan hal yang baru dalam kesehatan sehingga banyak responden yang belum mengetahuinya.

Hal ini sesuai dengan teori Utami Roesli yaitu dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada 1 jam pertama dapat meningkatkan potensi keberhasilan menyusui secara eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan dengan makanan pendamping ASI sampai bayi berumur 2 tahun. ASI saja sudah dapat mencukupi semua kebutuhan bayi.

Menurut penelitian Unicef yang menyebutkan bahwa inisiasi menyusui setelah satu jam pertama kelahiran dini dapat menyelamatkan 30.000 bayi di Indonesia yang biasanya meninggal pada bulan pertama setelah kelahirannya. Angka kematian bayi di Indonesia mencapai 35 per 1.000 kelahiran hidup atau sekitar 175.000 bayi meninggal setiap tahunnya sebelum mencapai usia satu tahun. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan

commit to user

dalam satu jam kelahirannya. Dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama bayi akan mendapatkan zat-zat gizi yang penting dan terhindar dari berbagai penyakit berbahaya pada masa yang paling rentan dalam kehidupannya. Dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama, bayi akan mendapat zat-zat gizi yang penting dan mereka terlindung dari berbagai penyakit berbahaya pada masa yang paling rentan. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) menjadi faktor yang penting dalam pemberian ASI Eksklusif (Yudhoyono, 2007).

Dalam rangka meningkatkan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif, maka diperlukan upaya peningkatan produksi ASI. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan persiapan menyusui saat ibu sedang hamil, segera menyusui bayi setalah bayi lahir, berupaya menyusui bayi sesering mungkin.

Semakin sering bayi menghisap puting susu, semakin banyak ASI yang keluar, menyusui bayi dari kedua payudara yang kiri dan kanan secara bergantian pada setiap kali menyusui dan tidak memberikan makanan dan minuman lain selain ASI sampai dengan usia bayi 6 bulan.

commit to user

81

Dokumen terkait