• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status Pekerjaan

Dalam dokumen Statistik Pemuda Indonesia 2013 (Halaman 113-118)

Distribusi pemuda yang bekerja menurut status pekerjaan memberikan gambaran tentang kedudukan seseorang dalam pekerjaan. Status pekerjaan dalam pembahasan ini dibagi menjadi lima, yaitu berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh, buruh/karyawan, pekerja bebas, dan pekerja keluarga/tidak dibayar.

Sebagian besar pemuda saat ini, baik di perkotaan (72,44 persen) maupun di perdesaan (30,84 persen) bekerja sebagai buruh atau karyawan (Tabel 6.6). Selain sebagai buruh/karyawan, pemuda juga banyak yang bekerja sebagai pekerja keluarga/tidak dibayar dengan persentase sebesar 20,85 persen. Sedangkan yang berusaha sendiri sebesar 10,13 persen. Data ini menunjukkan bahwa masih banyak pemuda yang menggantungkan harapan masa depannya sebagai buruh atau karyawan (bekerja kepada orang lain/perusahaan/industri). Sedikitnya pemuda yang berusaha sendiri disebabkan kurangnya kemauan untuk berinovasi dan berkreasi serta ketidakberanian untuk mengambil risiko. Keadaan ini juga disebabkan oleh belum kondusifnya iklim untuk berinovasi dan berkreasi yang diciptakan oleh pemerintah.

Tabel 6.6

Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Tipe Daerah, 2013

Status Pekerjaan Perkotaan (K) Perdesaan (D) K+D

(1) (2) (3) (4)

Berusaha Sendiri 8,10 12,24 10,13

Berusaha Dibantu Buruh 5,16 11,31 8,17

Buruh/Karyawan 72,44 30,84 52,07

Pekerja Bebas 5,84 11,85 8,78

Pekerja Keluarga/Tidak Dibayar 8,47 33,76 20,85

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2013

Pola status pekerjaan pemuda di perkotaan berbeda dengan di perdesaan. Pemuda yang bekerja di perkotaan mayoritas bekerja sebagai buruh/karyawan

90 Statistik Pemuda Indonesia 2013

(72,44 persen), pekerja keluarga/tidak dibayar (8,47 persen), dan berusaha sendiri (8,10 persen). Sementara itu pemuda yang bekerja di perdesaan lebih banyak yang berstatus pekerja keluarga/tidak dibayar dengan persentase sebesar 33,76 persen. Selain sebagai pekerja keluarga/tidak dibayar, pemuda di perdesaan juga banyak yang bekerja dengan status buruh/karyawan dan berusaha sendiri dengan persentase masing-masing sebesar 30,84 persen dan 12,24 persen.

Tabel 6.7

Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin, 2013

Status Pekerjaan Laki-laki (L) Perempuan (P) L+P

(1) (2) (3) (4)

Berusaha Sendiri 11,13 8,48 10,13

Berusaha Dibantu Buruh 9,67 5,68 8,17

Buruh/Karyawan 50,91 54,00 52,07

Pekerja Bebas 11,69 3,99 8,78

Pekerja Keluarga/Tidak Dibayar 16,60 27,85 20,85

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2013

Gambaran mengenai status pekerjaan antara pemuda laki-laki dan perempuan disajikan dalam Tabel 6.7. Sebagian besar pemuda laki-laki maupun perempuan bekerja sebagai buruh/karyawan. Hasil Sakernas 2013 menunjukkan bahwa sebanyak 50,91 persen pemuda laki-laki bekerja sebagai buruh/karyawan, sedangkan pemuda perempuan yang bekerja dengan status buruh/karyawaan persentasenya sebesar 54,00 persen.

Selain sebagai buruh/karyawan, status pekerjaan lainnya yang juga mempunyai persentase cukup tinggi adalah sebagai pekerja keluarga/tidak dibayar. Pemuda laki-laki yang bekerja sebagai pekerja keluarga/tidak dibayar sebesar 16,60 persen, sedangkan pemuda perempuan persentasenya lebih tinggi lagi yaitu sebesar 27,85 persen.

Hal yang patut untuk dicermati adalah pemuda yang bekerja dengan status pekerja bebas. Terlihat adanya perbedaan yang cukup signifikan antara pemuda laki-laki dan perempuan. Pemuda laki-laki yang bekerja sebagai pekerja bebas

Statistik Pemuda Indonesia 2013 91

tercatat sebesar 11,69 persen, lebih tinggi dibanding pemuda perempuan (3,99 persen). Pilihan dalam menjalani pekerjaan dapat dipengaruhi oleh status sosial- ekonomi. Laki-laki tentu memiliki tanggung jawab lebih besar secara sosial untuk mencari nafkah, termasuk dengan bekerja sebagai pekerja bebas.

Tabel 6.8

Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2013 Status Pekerjaan Tidak/ Belum Pernah Sekolah Tidak/ Belum Tamat SD SD/ Sede- rajat SMP/ Sede- rajat SM/ Sede- rajat PT Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Berusaha Sendiri 1,04 8,54 28,74 29,94 28,99 2,75 100,00 Dibantu Buruh 2,65 8,39 26,99 31,29 26,30 4,38 100,00 Buruh/Karyawan 0,19 3,18 11,91 19,91 47,23 17,58 100,00 Pekerja Bebas 1,01 11,26 40,12 31,13 16,20 0,28 100,00 Pekerja Keluarga/ Tidak Dibayar 3,59 8,26 28,32 33,62 24,22 1,97 100,00

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2013

Salah satu faktor yang memengaruhi pilihan pemuda dalam memberikan peran bagi kegiatan perekonomian adalah pendidikan yang dimiliki. Pemuda dengan pendidikan yang lebih tinggi, secara umum mempunyai pilihan yang lebih luas dibandingkan dengan pekerja yang berpendidikan rendah. Pemuda dapat menentukan perannya dalam pekerjaan dengan kompetensi yang dimiliki. Tabel 6.8 menyajikan gambaran pemuda yang bekerja menurut status pekerjaan dan pendidikan yang ditamatkan.

Persentase tertinggi pendidikan pemuda yang bekerja sebagai buruh/karyawan adalah tamat SM/sederajat (47,23 persen), diikuti pemuda yang tamat SMP/sederajat dan perguruan tinggi, masing-masing sebesar 19,91 persen dan 17,58 persen. Fenomena ini merupakan sebuah ironi dalam ketenagakerjaan Indonesia. Pemuda yang bekerja sebagai buruh/karyawan pada kenyataannya adalah tenaga kerja terdidik yang mempunyai pendidikan tinggi. Situasi perekonomian dan kebijakan pemerintah belum memberikan daya dukung bagi pemuda untuk berusaha sendiri.

92 Statistik Pemuda Indonesia 2013 6.4 Jam Kerja

Jam kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari dan/atau malam hari. Jam kerja bagi para pekerja di sektor swasta diatur dalam Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya Pasal 77 sampai dengan Pasal 85. Pasal 77 Ayat 1, UU No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah diatur dalam 2 sistem yaitu 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu; atau 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.

Distribusi pemuda yang bekerja menurut jumlah jam kerja dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 6.9. Dilihat berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 60,25 persen pemuda yang bekerja mempunyai jam kerja lebih dari 35 jam dalam seminggu. Persentase pemuda laki-laki yang bekerja lebih dari 35 jam dalam seminggu tercatat sebesar 62,32 persen, lebih tinggi dibandingkan pemuda perempuan yang sebesar 56,85 persen. Keadaan yang berkebalikan terlihat pada pemuda yang bekerja dengan jam kerja 35 jam atau kurang dalam seminggu. Dimana persentase pemuda perempuan pada setiap kelompok jam kerja lebih tinggi dibanding pemuda laki-laki.

Tabel 6.9

Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja selama Seminggu Terakhir dan Jenis Kelamin, 2013

Jumlah Jam Kerja Laki-laki Perempuan L+P

(1) (2) (3) (4) 7 7,26 8,45 7,71 4,99 6,91 5,72 7,56 9,20 8,18 8,60 8,86 8,70 9,27 9,74 9,44 >35 62,32 56,85 60,25 Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2013

Tingginya persentase pemuda yang bekerja dengan jumlah jam kerja lebih dari 35 jam seminggu terkait dengan status pekerjaan pemuda yang sebagian besar

Statistik Pemuda Indonesia 2013 93

adalah buruh/karyawan. Status pekerjaan ini tentunya telah mengikat pekerjanya untuk memenuhi minimal jam kerja dalam seminggu. Kondisi ini terlihat pada data Sakernas 2013, dimana sebesar 72,03 persen pemuda yang bekerja sebagai buruh/karyawan mempunyai jam kerja lebih dari 35 jam seminggu (Tabel 6.10). Di sisi lain, persentase terkecil untuk pemuda yang bekerja dengan jam kerja lebih dari 35 jam seminggu adalah pada status pekerja keluarga/tidak dibayar, yaitu sebesar 36,02 persen. Dimana pada status pekerjaan ini tidak ada ketentuan minimal jam kerja yang harus dipenuhi oleh pemuda.

Tabel 6.10

Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Jumlah Jam Kerja selama Seminggu Terakhir, 2013

Status Pekerjaan

Jumlah Jam Kerja (Jam)

Jumlah 8-14 15-21 22-28 29-35 >35 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Berusaha Sendiri 9,83 4,96 8,39 9,74 11,63 55,45 100,00 Berusaha Dibantu Buruh 9,26 4,13 7,22 9,67 11,42 58,31 100,00 Buruh/Karyawan 9,24 2,71 4,26 5,04 6,73 72,03 100,00 Pekerja Bebas 1,66 5,80 11,08 13,28 12,86 55,32 100,00 Pekerja Keluarga/ Tidak Dibayar 4,81 14,18 17,02 15,01 12,96 36,02 100,00

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2013

Pemuda yang bekerja dikelompokkan berdasarkan jumlah jam kerja, yaitu mereka yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu dan pemuda yang bekerja 35 jam atau lebih selama seminggu. Pemuda yang bekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari 35 jam selama seminggu, dikategorikan sebagai pemuda setengah pengangguran.

Berdasarkan Gambar 6.3, sebanyak 36,69 persen pemuda bekerja kurang dari 35 jam seminggu atau dikategorikan sebagai pemuda setengah pengangguran. Proporsi pemuda dengan kategori setengah pengangguran di perdesaan lebih tinggi dibandingkan dengan di perkotaan yaitu 48,81 persen berbanding 25,06 persen. Sementara itu apabila diperhatikan menurut jenis kelamin, terlihat bahwa pemuda perempuan setengah pengangguran (39,88 persen) proporsinya lebih besar dibandingkan dengan pemuda laki-laki (34,75 persen).

94 Statistik Pemuda Indonesia 2013

Gambar 6.3

Proporsi Pemuda Setengah Pengangguran menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2013

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2013

Dalam dokumen Statistik Pemuda Indonesia 2013 (Halaman 113-118)

Dokumen terkait