• Tidak ada hasil yang ditemukan

Umur Perkawinan Pertama Pemuda Perempuan

Dalam dokumen Statistik Pemuda Indonesia 2013 (Halaman 100-106)

Pertumbuhan penduduk dalam hal ini fertilitas sangat dipengaruhi oleh perkawinan. Secara teori pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi merupakan beban dalam pembangunan nasional. Wirosuhardjo (1986:70) menyatakan bahwa pendidikan pada dasarnya mempengaruhi fertilitas melalui umur perkawinan dan peubah-peubah lainnya. Dalam bukunya yang lain, Wirosuhardjo (1981:82) mengemukakan bahwa makin muda seseorang melakukan perkawinan makin panjang masa reproduksinya sehingga makin muda seseorang melangsungkan perkawinannya makin banyak pula anak yang dilahirkan. Rendahnya tingkat usia kawin pertama merupakan permasalahan krusial yang sedang dihadapi di beberapa negara dengan pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi, termasuk di Indonesia.

Statistik Pemuda Indonesia 2013 77

Untuk mengatasi hal tersebut, BKKBN melalui program Generasi Berencana (Genre) berupaya untuk menyiapkan kehidupan berkeluarga bagi remaja. Salah satu upaya Genre tersebut adalah melalui Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP). Usia minimal pernikahan berdasarkan PUP adalah 20 tahun bagi pemuda perempuan dan 25 tahun bagi pemuda laki-laki. Pendewasaan usia perkawinan bagi remaja tersebut telah dicetuskan pada Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) 1994 di Kairo, Mesir. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut pemuda sudah memiliki pengetahuan dan kesadaran dalam pengelolaan kesehatan reproduksi.

Jika perempuan hamil pada usia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun, dapat menimbulkan risiko kesakitan dan kematian (BKKBN, 2013). Risiko tersebut meliputi risiko pada proses kehamilan dan pada proses persalinan. Risiko pada proses kehamilan antara lain keguguran, pre eklampsia, anemia, dan bayi meninggal dalam kandungan. Sedangkan risiko pada proses persalinan antara lain premature, berat bayi lahir rendah, kelainan bawaan, kematian bayi, bahkan hingga kematian ibu. Risiko-risiko tersebut dapat terjadi pada wanita usia di bawah 20 tahun karena masih belum matangnya rahim perempuan usia muda untuk bereproduksi. Masih belum siapnya mental dalam berumah tangga juga menjadi salah satu penyebab munculnya risiko tersebut.

Tabel 5.9 memperlihatkan bahwa sebagian besar pemuda perempuan menikah pada kelompok umur 19−24 tahun dengan persentase sebesar 54,50 persen. Sementara itu, sebesar 32,09 persen pemuda perempuan menikah pada kelompok umur 16−18 tahun dan sebesar 8,13 persen menikah pada kelompok umur 25−30 tahun. Apabila ditinjau menurut daerah tempat tinggal, baik di perkotaan maupun perdesaan sebagian besar pemuda perempuan menikah pada kelompok umur 19−24 tahun dan 16−18 tahun.

Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan bila wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas) tahun. Penundaan masa perkawinan dan kehamilan memiliki alasan yang objektif. Jika usia perkawinan perempuan pada usia di bawah 20 tahun, dengan kondisi rahim dan panggul yang belum optimal, maka terjadi kemungkinan resiko medik, dengan keguguran serta kemungkinan kesulitan dalam persalinan.

78 Statistik Pemuda Indonesia 2013

Tabel 5.9

Persentase Pemuda Perempuan yang Pernah Kawin menurut Tipe Daerah dan Kelompok Umur Perkawinan Pertama, 2013

Tipe Daerah

Umur Saat Perkawinan Pertama

Jumlah −15 16−18 19−24 25−30 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Perkotaan (K) 3,15 24,62 60,91 11,32 100,00 Perdesaan (D) 7,06 38,39 49,10 5,44 100,00 K+D 5,27 32,09 54,50 8,13 100,00

Sumber: BPS, Susenas Kor 2013

Susenas 2013 menunjukkan bahwa masih ada pemuda perempuan di Indonesia yang perkawinan pertamanya dilakukan ketika mereka berumur kurang dari 16 tahun dengan persentase sebesar 5,27 persen. Persentase pemuda perempuan di perdesaan yang usia perkawinannya kurang dari 16 tahun sebesar 7,06 persen, lebih tinggi dibandingkan pemuda perempuan di perkotaan yang sebesar 3,15 persen. Angka tersebut memberikan indikasi bahwa pernikahan di usia muda lebih banyak dilakukan oleh pemuda perempuan di perdesaan dibandingkan dengan pemuda di perkotaan.

Penundaan terhadap perkawinan pada usia muda dapat terjadi dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat dan semakin banyaknya anak-anak perempuan yang bersekolah. Hal tersebut juga disebabkan karena para orang tua menyadari bahwa diperlukan persiapan yang lebih lama untuk menjamin masa depan anak-anak mereka, sehingga menyekolahkan anak menjadi prioritas daripada mengawinkan anak-anak mereka. Kecenderungan ini terutama terjadi pada masyarakat di kota-kota besar atau di kalangan masyarakat dengan kelas sosial ekonomi menengah atas.

Statistik Pemuda Indonesia 2013 81

Ketenagakerjaan

Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, dan merata, baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal ini telah diungkapkan dalam Undang-undang nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan.

Pembangunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja penting dilakukan mengingat peran sertanya dalam pembangunan nasional. Informasi ketenagakerjaan diperlukan dalam proses penyusunan rencana ketenagakerjaan secara sistematis yang dijadikan dasar dan acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi dan pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan. Semakin lengkap dan akurat informasi ketenagakerjaan yang tersedia, maka perencanaan pembangunan akan semakin jelas dan tepat sasaran.

82 Statistik Pemuda Indonesia 2013

Pembangunan ketenagakerjaan tidak terlepas dari pembangunan kepemudaan. Pemuda memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan, termasuk diantaranya memasuki usia kerja. Pemuda memiliki potensi yang lebih besar dalam melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Beberapa kebijakan perlu dikeluarkan untuk tenaga kerja pemuda, diantaranya pemberian pelatihan kerja, perluasan kesempatan kerja, dan penempatan tenaga kerja pemuda pada sektor-sektor penting yang sesuai dengan kondisi pemuda.

Pembahasan kondisi ketenagakerjaan pemuda pada bab ini meliputi partisipasi pemuda dalam kegiatan ekonomi, lapangan usaha, status pekerjaan, jam kerja, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan pendapatan/upah/gaji bersih yang diterima oleh tenaga kerja pemuda. Pembahasan kondisi dan situasi ketenagakerjaan pemuda pada bagian ini memberikan gambaran secara makro mengenai peranan dan kontribusi pemuda dalam kegiatan pembangunan ekonomi.

Dalam dokumen Statistik Pemuda Indonesia 2013 (Halaman 100-106)

Dokumen terkait