• Tidak ada hasil yang ditemukan

perkawinan dapat dilihat pada gambar diagram dibawah ini.

Gambar 6. Diagram pie proporsi penderita TB MDR berdasarkan status perkawinan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2016-2017

Berdasarkan gambar diatas diperoleh hasil bahwa penderita TB MDR yang datang berobat ke RSUP H. Adam Malik lebih tinggi pada status

kawin/duda/janda (80,7%)dibandingkan dengan penderita dengan status belum kawin (19,3%). Hal ini sejalan dengan penelitian Heri Mulyanto pada tahun 2014 di RSU Dr. Saiful Anwar Malang diperoleh kelompok kasus yang berstatus kawin/duda/janda sebanyak 20 orang (74,07%) dan sebanyak 7 orang (25,93%) belum kawin. Sebaliknya dalam penelitian yang dilakukan di Peru pada tahun 2011 didapatkan hasil bahwa penderita dengan status belum menikah memiliki resiko terkena TB MDR 3,77 kali dibandingkan dengan penderita yang sudah menikah. Hal ini menunjukkan tidak ada keteraturan bermakna antara pasien yang menikah dan tidak menikah. Perilaku manusia ditentukan oleh kepribadiannya dalam mengambil suatu keputusan. Dorongan dari orang terdekat hanya

80,7%

19,3%

STATUS PERKAWINAN

KAWIN/DUDA/JANDA BELUM KAWIN

58

sejalan dengan hasil penelitian Gusti pada tahun 2003 yang menunjukkan bahwa 71 % isteri yang masing- masing suaminya menderita dan 29% suami yang masing- masing isteri menderita TB MDR. Status perkawinan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kejadian TB Paru. Hal ini menyebabkan mudahnya penularan penyakit terutama pada pasangannya.

Pendidikan. Proporsi penderita TB MDR berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada gambar diagram pie dibawah ini.

Gambar 7.Diagram pie proporsi penderita TB MDR berdasarkan pendidikan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2016-2017

Berdasarkan gambar diagram diatas diperoleh hasil penderita yang datang berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan paling tinggi dengan tingkat pendidikan SMA (64%) dan tingkat pendidikan terendah yaitu SD (7,1%). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Martina pada tahun 2016 di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang yaitu tingkat pendidikan penderita TB MDR paling tinggi pada SMA sebanyak 14 orang (40%). Hasi penelitian Rifaah di Rumah Sakit Labuang Baji Makasar pada tahun 2013 juga menunjukkan tingkat pendidikan penderita TB MDR paling tinggi pada tingkat SMA yaitu sebanyak 7 orang (46,7%).

7,1%

SD SMP SMA SARJANA

PENDIDIKAN

59

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang bahaya TB MDR dan bagaimana cara penanggulangannya. Pendidikan

dikategorikan kedalam 2 kategori, rendah yaitu SD dan SMA serta kategori menengah keatas yaitu SMA dan perguruan tinggi (Arikunto,2006). Dalam hal ini, peneliti menemukan bahwa penderita TB MDR di RSUP. H. Adam Malik paling banyak berada dalam kategori pendidikan menengah keatas. Tidak selalu penderita yang berpendidikan rendah memiliki tingkat pengetahuan yang rendah mengenai TB MDR, begitu sebaliknya dengan penderita yang memiliki tingkat pendidikan menengah keatas. Media elektronik, cetak, poster dan leaflet di pelayanan kesehatan dapat menjadi informasi bagi penderita.

Faktor aktivitas pada penderita dengan pendidikan menengah keatas juga mempengaruhi penularan TB MDR ini. Penderita dengan pendidikan menengah keatas lebih banyak beraktivitas dan berinteraksi dengan banyak orang yang kemungkinan menderita TB MDR.

Pekerjaan. Proporsi penderita TB MDR berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada gambar diagram batang dibawah ini.

60

Gambar 8. Diagram batang proporsi penderita TB MDR berdasarkan pekerjaan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2016-2017

Berdasarkan diagram diatas diperoleh hasil pekerjaan tertinggi pada penderita TB MDR di RSUP H. Adam Malik yaitu wiraswasta 38,1% dan yang terendah yaitu pegawai BUMN hanya 0,5%. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Otto di Sudan tahun 2008 pada penderita TB MDRpaling tinggi bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebesar 33%. Namun, tidak sejalan dengan hasil

penelitian Rifaah di Rumah Sakit Labuang Baji Makasar pada tahun 2013 yang menunjukkan bahwa penderita TB MDR lebih banyak yang tidak bekerja yaitu sebanyak 8 orang (53,3%). Hal ini juga tidak sejalan dengan hasil penelitian Sinaga pada tahun 2013 menunjukkan pekerjaan penderita TB MDR lebih banyak sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 6 orang (42,8%).

Pekerjaan berkaitan erat dengan tingkat pendapatan. Jenis pekerjaan seseorang akan berpengaruh terhadap pendapatan dan berdampak terhadap pola kehidupan sehari – hari antara konsumsi makanan bergizi dan pemeliharaan kesehatan.

14,2%

61

Seseorang dengan pendapatan rendah akan sulit untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarganya sehingga akan berdampak terhadap kesehatan dan mudahnya tertular TB MDR. Lingkungan tempat bekerja juga merupakan salah satu faktor penularan TB MDR.

Penderita TB MDR Berdasarkan Karakteristik Tipe Penderita

Gambar 9. Diagram batang proporsi penderita TB MDR berdasarkan tipe penderita di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2016-2017

Berdasarkan gambar diagram pie diatas, diperoleh informasi bahwa penderita TB MDR yang datang berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan palingtinggi berasal dari kasus kambuhyaitu 36% dan paling rendah berasal dari penderita dengan kasus baru yaitu 8,1%.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Vivin pada tahun 2014 di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau terdapat sebanyak 71 orang (36%) berasal dari kasus kambuh dan terendah berasal dari kasus gagal sebanyak 1 orang (5,6%).

Namun hal ini berbanding terbalik dengan penelitian Emma Novita tahun 2017 di Puskesmas Seberang Ulu 1 Palembang. Dalam penelitan Emma diperoleh hasil

8,1%

62

tipe penderita yang tertinggi yaitu pasien yang putus OAT sebanyak 17.5%, dan terendah pada pasien kambuh sebanyak 12.5%.

Penderita pada kasus kambuh pernah terkena TB sebelumnya dan

dinyatakan sembuh. Namun, karna faktor imunitas atau faktor lainnya penderita menjadi kambuh dan kemungkinan menjadi resisten terhadap OAT dan disebut kasus baru TB MDR. Pada penderita dengan kasus baru dapat tertular TB MDR dari penderita lain yang telah terlebih dahulu terkena TB MDR. Sama halnya dengan penderita pada kasus default/gagal kategori-1/gagal kategori-2, ketiga kasus ini terjadi karena penderita tidak teratur dalam mengkonsumsi obatnya.

Penderita TB MDR Berdasarkan Karakteristik Tempat Pengobatan Pertama Kali

Gambar 10. Diagram pie proporsi penderita TB MDR berdasarkan tempat pengobatan pertama kali di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2016-2017

Berdasarkan gambar diagram diatas diperoleh informasi bahwa penderita TB MDR yang datang berobat ke RSUP H. Adam Malik paling banyak berobat pertama kali di puskesmas yaitu sebanyak 182 orang (92,4%) dan hanya 1 orang

92,4%

RS. SWASTA KLINIK DOKTER

PRAKTEK SWASTA

63

(0,5%) yang berobat pertama kali dirumah sakit swasta. Hal ini sejalan dengan penelitian Vivin pada tahun 2014 di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau penderita yang mendapat pengobatan TB MDR pertama kali terbanyak di

puskesmas yaitu sebanyak 9 orang (50%) dan paling sedikit mendapat pengobatan TB MDR pertama kali di praktek dokter sebanyak 2 orang (11,1%). Sebaliknya, hal ini tidak sejalan dengan penelitian Lestari tahun 2014 di RSUP H. Adam Malik yaitu pasien TB MDR yang datang berobat paling banyak pada rumah sakit pemerintah yaitu sebanyak 45 orang (36,9%).

Penderita TB diwajibkan meminum obat anti TB secara teratur sampai tuntas. Obat Anti TB tersedia di pelayanan kesehatan puskesmas di masing – masing wilayah secara gratis. Penderita yang dicurigai menderita TB paru dapat memeriksakan diri ke puskesmas dan mendapatkan pengobatan apabila menderita TB paru.

Penderita TB MDR Berdasarkan Status Gizi

Gambar 11. Diagram pie proporsi penderita TB MDR berdasarkan status gizi di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2016-2017

56,9%

35,5%

7,6%

Dokumen terkait