• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status Taiwan dalam Perspektif Hukum Internasional

HUBUNGAN DIPLOMATIK TAIWAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL

A. Status Taiwan dalam Perspektif Hukum Internasional

Dalam persefektif diplomatik, komunikasi internasional adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pemerintah atau negara dengan pemerintah atau negara lain melalui saluran diplomatik. Jalur diplomatik lebih kerap ditempuh melalui komunikasi langsung antar pejabat tinggi negara (menteri luar negeri, duta besar, konsul jenderal, atau staf diplomatik lainnya). Dalam perspektif diplomatik, komunikasi internasional lazimnya dilakukan secara interpersonal atau kelompok kecil. Diplomasi lazimnya dilakukan secara eksklusif dalam komunikasi kelompok kecil antar pejabat tinggi negara atau melalui perwakilan diplomatic dan konsuler masing-masing negara atau melalui mekanisme komunikasi PBB serta organisasi internasional seperti ASEAN, Uni Eropa, APEC, OIC, WTO, OECD, UNESCO, dan sebagainya.75

Komunikasi internasional dalam persefektif diplomatik merupakan kegiatan atau upaya untuk membina rasa saling percaya atau memperteguh keyakinan terhadap suatu gagasan. Dengan menggunakan saluran-saluran diplomatik, komunikasi internasional lebih banyak digunakan untuk memperluas pengaruh, meningkatkan komitmen dan solidaritas, menanggulangi perbedaan pendapat dan salah paham serta menghindari pertentangan dalam masalah tujuan dan kepentingan yang dikehendaki sebuah negara. Selain untuk menghindari konflik, komunikasi

75

internasional sering digunakan untuk mengembangkan kerja sama baik dalam hubungan bilateral maupun multilateral, memperkuat posisi tawar serta meningkatkan citra dan reputasi sebuah negara.

Komunikasi internasional dalam persefektif diplomatik lazim digolongkan ke dalam first track diplomacy (komunikasi ditujukan pada pemerintah negara) dan

seconde track diplomacy (komunikasi berhubungan langsung dengan penduduk atau

masyarakat setempat). Ditinjau dari dimensi komunikasi, untuk jangka waktu yang lama, komunikasi formal antar pemerintah dianggap lebih menentukan aktifitasnya.76

Faktor Taiwan Ingin Memisahkan Diri dari Republik Cina yakni77 1. Politik Pemerintahan Taiwan

:

Taiwan memiliki sistem politik yang berbeda dengan sitem politik di RRT, menggunakan asas demokrasi dan liberalisme yang umum digunakan negara -negara barat. Ketika pemerintahan nasionalis KMT berpindah dari Tiongkok karena kalah perang terhadap pasukan komunis, maka Chiang Kai Shek menerapkan sistem pemerintahan darurat dengan asas tunggal satu partai Kuomintang (KMT). Keadaan darurat ini guna mempersiapkan diri dalam merebut kembali daratan Tiongkok. Dalam situasi ini, terjadi pembatasan kegiatan pers politik dan pembungkaman kaum oposisi yang justru banyak berpengaruh di kalangan penduduk Taiwan asli. Keadaan ini berlaku sampai Chiang Kai Shek wafat. Pemerintahan kepresidenan digantikan oleh putranya Chiang Ching Kuo sampai beliau wafat pada tahun 1980-an akhir. Pada masa ini kran kebebasan pers, politik dan mengemukakan pendapat dibuka

76

Kuncahyono, Trias, Hubungan diplomatik Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal 12

taiwan, html, diakses 8 April 2012

secara perlahan-lahan. Meskipun masih terobsesi dengan upaya menguasai kembali Tiongkok daratan. Chiang Ching Kuo berusaha bersikap realistis dengan situasi yang ada. Dia tidak ingin mewarisi pemerintahan yang otoriter. Pada pemilu yang pertama, terpilihlah Lee Teng Hui yang juga dari kalangan partai KMT. Pada masa pemerintahan Lee Teng Hui hubungan dengan Tiongkok daratan mulai memanas karena mulai diwacanakannya kemerdekaan bagi Taiwan dengan nama Taiwan (Selama ini sebagian diplomat selalu tertukar dalam menggunakan nama Republik China dengan Republik Rakyat Tiongkok ). Selain itu, menggalang dukungan dari kalangan internasional, juga memantapkan dukungan dari negara-negara yang masih menjalin dukungan dengan Taiwan yang saat itu berjumlah 30 negara termasuk Afrika Selatan. Namun tamparan diplomatik diperoleh Taiwan ketika akhirnya Afrika Selatan akhirnya memindahkan hubungan diplomatiknya ke RRC pada tahun 1997. Presiden selanjutnya dijabat oleh Chen Shui-bian dari kalangan partai oposisi DPP yang juga putra asli Taiwan. RRT khawatir Taiwan benar-benar akan

mewujudkan kemerdekaannya. Referendum yang diadakan Chen masih

menghasilkan keadaan status quo. Tiongkok memprovokasinya dengan mengadakan latihan militer dan pengadaan persenjataan baik impor maupun swadaya. Pemilihan umum 2004 menghasilkan kemenangan tipis Chen Shui-bian terhadap lawannya Lien Chan dari partai oposisi sekarang, KMT yang menjadikannya menjabat presiden kedua kalinya. Namun partai Chen, DPP kalah dalam perolehan suara di Parlemen oleh KMT. Lien Chan juga kalangan oposisi lainnya James Soong justru melakukan pendekatan diplomatik dengan RRT. Pada masa pemerintahan Chen Shui-bian, juga diupayakan penggalangan internasional agar Taiwan menjadi anggota PBB dengan alasan kekuatan ekonomi dan keberadaannya secara de facto

yang juga diakui 29 negara di antaranya Kosta Rika. Namun kebanyakan negara-negara yang menjalin hubungan diplomatik dengan Taiwan umumnya adalah negara-negara - negara kecil atau negara dunia ketiga yang tidak memiliki potensi strategis di kalangan dunia internasional. Salah satu upayanya adalah program melirik ke selatan (Indonesia) dengan kunjungan tidak resmi Wakil Presiden Annete Lu ke Bali dan mengadakan pertemuan dengan pejabat tinggi setingkat menteri di Indonesia serta mengadakan konsesi konsesi terutama dibidang ekonomi di Indonesia yang masih terjerat krisis sejak krisis 1997. Akibat kunjungan ini, Indonesia menerima protes keras diplomatik oleh RRT karena Indonesia dianggap main mata dengan provinsi yang membangkang itu .

Taiwan menikmati hubungan khusus dengan Amerika Serikat sekalipun hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat dihentikan sejak kunjungan presiden Richard Nixon ke RRT pada tahun 1970-an. Namun hubungan diplomatik tidak resmi tetap berjalan melalui bidang ekonomi dan militer. Pada masa pemerintahan GeorgeW. Bush, Taiwan kembali dianggap penting oleh AS dalam usahanya membendung pengaruhTiongkok khususnya dalam bidang perdagangan. Hubungan diplomatik dengan negara-negara lain umumnya menggunakan jalur ekonomi dan perdagangan, sekaligus menjadi saluran hubungan diplomatik tidak resmi mengingat Taiwan secara riil merupakan kekuatan ekonomi Asia secara signifikan dan merupakan pintu gerbang para investor untuk melakukan investasi di kawasan ini selain Hong Kong dan Singapura. China berusaha melunakkan tawaran dengan memberikan kelonggaran kepada Taiwan dengan semboyan Satu Tiongkok dua Sistem (Republic-People Republic of China) dengan pilotproyek diterapkannya sistem itu di Hong Kong dan Makau ditambah dengan komunikasi politik dengan

tokoh oposisi Taiwan dan rekonsiliasi politik antara Partai Komunis Tiongkok dengan Partai Nasionalis (Kuomintang) yang pernah berseteru pada tahun 1930-1940-an itu. Namun perkembangan politik di Hong Kong, mundurnya ketua daerah otoritas khusus Hong kong Tung Chee-Hwa atas desakan RRT, naiknya Donald Tsang, tokoh moderat yang masih diikat secara politik oleh RRT dan sering terjadinya gejolak politik terutama dengan aktivis prodemokrasi membuat rakyat dan pemerintah Taiwan menolak tawaran halus RRT.

2. Ekonomi Pemerintahan Taiwan

Bagi China, ini adalah era baru menuju ke rekonsiliasi melalui jalur ekonomi, setelah lebih dari enam dekade tidak mampu bergerak mencapai tujuan unifikasi melalui jalan militer. Faktor paling penting Perjanjian Chongqing ini adalah dampaknya terhadap perekonomian regional, termasuk kerja sama ekonomi dan perdagangan keseluruhan Asia-Pasifik yang selama ini dimotori AS. Dan sekali lagi, sebuah model multilateralisme Asia Timur atas nama kesejahteraan dan kepentingan bersama, menihilkan eksistensi kepentingan ekonomi AS. Ini adalah sebuah kenyataan ekonomi baru di kawasan ini. Langkah menuju Perjanjian Chongqing sekali lagi membuktikan perlunya antisipasi lebih luas terhadap resesi yang melanda dunia, terutama negara maju. Antisipasi itu adalah lewat pembentukan kesepakatan perdagangan bebas yang selama ini dikejar AS, tetapi tidak mampu meratifikasi perjanjian perdagangan dengan negara-negara Asia, seperti perjanjian perdagangan bebas AS-Korea Selatan. Perjanjian Chongqing memberi akses mudah kepada Taiwan untuk membonceng China dalam membangun jejaring ekonomi lewat liberalisasi perdagangan dikawasan Asia, terutama ASEAN+3 yang menjadi pemain penting kawasan. Perjanjian ini menghasilkan ekosistem ekonomi, perdagangan, dan

politik ke dalam komunalitas baru, yang tidak lagi bersandar pada kepentingan AS yang semakin kehilangan pengaruh.