• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Selaku penulis yang melakukan penelitian berkaitan dengan strategi dakwah

seorang da’i di kalangan masyarakat kota, ada beberapa catatan dalam kesimpulan

yang telah penulis ungkapkan sebelumnya. Tujuannya agar bisa menjadi catatan dan evaluasi bagi Ustadz Arifin Ilham. Meskipun tidak selalu menggunakan dua

dari tiga metode dakwah yang ada, sebaiknya di setiap kesempatan da’i

berceramah di depan umum tidak ada salahnya menggunakan metode al-Mujadalah atau cara berdiskusi yang baik karena dengan perdebatan-perdebatan yang dilakukan dengan berdasarkan dalil-dalil Qur’an hadits tentunya dapat membuat mad’u leih terbuka pikirannya, lebihyakin memahami tentang ajaran

Selanjutnya untuk penyelenggara zikir akbar yang tiap bulan rutin dilakukan di masjid Az-Zikra, sebaiknya lebih memperhatikan mad’u yang berada di area belakang dan lantai dasar masjid. Karena banyak mad’u yang merasa tidak melihat secara langsung da’inya berceramah banyak mad’u yang duduk di masjid sambil makan, tentu hal ini mengganggu mad’u lain serta membuat tidak kondusif

bahkan membuat area masjid menjadi kotor.

Saran berikutnya adalah kepada peneliti selanjutnya yang ingin menjadikan penelitian ini sebagai refrensi bahan penelitiannya, maka diharapkan untuk leih kritis terhadap permasalahan yang diteliti. Serta mengembangkan materi yang sudah ada dalam skripsi ini. Sebab penelitian ini masih jauh dari sempurna,

77 1994.

Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: AMZAH, 2009.

Amin, M. Mansyur. Dakwah Islam dan Pesan Moral. Yogyakarta: Al-Amin Press, 1997.

Aripudin, Acep dan Syuksiadi Sambas. Dakwah Damai; Pengantar Dakwah Antar Budaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.

Azis, Moh Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana, 2004.

Basrowi. Pengantar Sosiologi, Depok: Ghalia Indonesia, 2005, Cet. ke-1.

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010. David, Fred R.. Manajemen Strategi dan Konsep. Jakarta: Prenhalindo, 2002. Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:

Rosdakarya, 2002.

Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Can Hoeve, 1999.

Fadhlullah, Muhammad Husain. Metodologi Dakwah al-Qur’an. Jakarta: Lentera, 1997, Cet ke-1.

Faizah dan H. Lalu Muchsin Efendi. Psikologi Dakwah. Jakarta: Kencana, 2006. Fauzi, Nurul. Dakwah-Dakwah Yang Paling Mudah. Gresik: Putra Pelajar, 1999,

Cet ke-2.

Ghazali, M. Bahri. Dakwah Komunikasi. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997, Cet. ke-1.

Hidayat, Nurul. Metodologi Penelitian Dakwah Dengan Pendekatan Kualitatif. Jakarta: UIN Press, 2006.

Helmi, Masdar. Problem Dakwah Islamiyah dan Pedoman Mubaligh. Semarang: CV. Toba Putra, 1969.

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta, Aksara Baru, 1989. Krisyantono, Rachmat. Tehnik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana

Pranada Group, 2007, Cet. ke-2.

Mahfud, Ali. Hidayah Al-Mursyidin ila Thuruq al-Wa’ziwa al-Khitabah. Beirut:

Darul Ma’arif, tt.

Munsyi, Drs. Abdul Kadir. Metode Diskusi Dalam Dakwah. Surabaya, Al-Ikhlas, 1987.

Moelong, Lexy J.. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993, Cet ke-10.

Murtopo, Ali. Strategi Kebudayaan. Jakarta: Center for Strategic and International Studies CSIS, 1978, Cet ke-1.

Muhiddin, H. Asep. Metode Pengembangan Dakwah. Bandung: Pustaka Setia, 2002, Cet ke-1.

Muhtaram, Zaini. Dasar-Dasar Manajemen Dakwah. Yogyakarta: Al-Amin Press Dan IFKA, 1966.

Munir, M.. Metode Dakwah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998.

Munir, M. dan Wahyu Ilahi. Manajemen Dakwah. Jakarta: Rahmat Semesta, 2006.

Nurjaman, Kadar, S.E., M.M. dan Khaerul Umam, S.IP, Mag,.,M.Si., Komunikasi dan Public Relation. Bandung: Pustaka Setia. 2012.

Nasuhi, Hamid. Dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. CeQDA, 2007

Noor, Farid Ma’ruf. Dinamika dan Akhlak Dakwah. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1981.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta, Balai Pustaka, 2005.

Razak, Dr. Yusron. Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam. Ciputat: Lembaga Sosiologi Agama, 2008.

Ruslan. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004.

Sa’id bin Ali bin Wahif al-Qathani. Dakwah Islam Dakwah Bijak.

Shaleh, Abdul Rosyad. 1987.Manajemen Dakwah Islam. Jakarta: Bulan Bintang. Shihab, Quraish.1992.Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005, Cet ke-38.

Steiner, George A.. Kebijakan dan Strategi Manajemen, Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 1997, Cet ke-2.

Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1983. Wawancara Pribadi dengan Ustadz Muhammad Arifin Ilham, Bogor, 22 Oktober

2014.

Ya’kub, Ali Mustafa. Sejarah Dan Metode Dakwah Nabi. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997.

Zaidan, Karim. Asas al-Dakwah, diterjemahkan. M. Asywadie Syukur dengan judul Dasar-Dasar Ilmu. Jakarta: Media Dakwah, 1979

Tempat : Rumah Ustadz Muhammad Arifin Ilham

Komplek Perumahan Muslim Bukit Az-Zikra Sentul Desa Cipambuan, Babakan Madang, Sentul Selatan Tanggal dan Waktu : Rabu, 22 Oktober 2014, pukul 07.00 - 09.00 WIB

1. Bagaimana persiapan pak Ustad Arifin Ilham sebelum berdakwah? Apakah menyiapkan materi dakwah terlebih dahulu atau tidak?

Jawab:

Jelas materi disiapkan, sebelumnya dapat informasi dulu yang didakwahi siapa? Jadi

materi itu melihat siapa yang didakwahi. Mad’u, jadi ada mad’u, ada mada, ada dakwah

ada da’i. Itu penting itu. Jadi bahan, bahan itu ditentukan oleh siapa yang kita ceramahi.

Kemudian yang ketiga, penampilan. yang keempat hati yang bersih. Nah kalau di garis lurus cara mengajar lebih penting daripada bahan, biar bahan bagus kalau cara nyampeinnya ga bagus. Nah kemudian hati dan akhlak dari seorang guru lebih penting dari pada cara penampilannya. Jadi keikhlasan keistiqamahan tanNabiyal hikam minallisanihi minajliikhlasih waistiqamatihi. Keluarlah hikmah-hikmah dari lisannya karena keihklasan dan keistiqamahannya. Malah ulama-ulama dulu sebelum ceramah, istigfar dulu sebelum ceramah, sholawat dulu sekian puluh kalisebelum ceramahnya.Tidak seperti Kiyai anu afafafa(sambil bergaya merokok) kiyai anu fafafafafa (sambil gaya merokok) jadi ngamen itu. Dulu bener-bener dakwah itu

membawa kesadaran, membawa orang taubat, membawa orang

menangis.Sekarangbanyak ngecap, banyol jadi Quran Hadits itu dimuntahkan lagi karena guyonan-guyonan yang tidak perlu.

2. Apakah ada pendekatan-pendekatan khusus yang dilakukan pak Ustadz sebelum memberikan tausiyahnya? Kalau ada, bagaimana pendekatannya?

Jawab:

Ya, ya salah satunya mengenal dulu medan dakwah. Apa yang disampaikan itu...Jadi esensi dakwah itu kan...bagaimana juru dakwah itu mengolah orang yang di dakwahi-nyabukan hanya bertobat tapi menjadi juru dakwah lagi.Annajih Mamunannajih orang itu disebut sukses bila bisa membuatorang lain sukses karena Allah makanya tidak hanya

anfi dalam medan dakwah selesai itu masih berlanjut do’aaa karena itu pendekatan yang

luar biasa makanya tadi dengarkan selalu mendoakan jemaah zikir padahal kita bersama disitu. Dalam sholat malam mendoakan jemaah zikir, dalam makan keluarga doakan jemaah zikir mendoakan mujahidin subuh-subuh (liat kan tadi bagaimana) mana ada cari

tinggi maupun berpendidikan rendah? Jawab:

Jelas beda dong, sangat. Tapi intinya touch sentuhan harus selalu, abang tuh menggunakan dalil quran, dalil hadits, dalil aqli emapat dalil aml. Orang sering tidak membahas dalil aml ini, dalil aml ini fakta. Qur’an hadits aqli dalil aml, aml itu faktual.

Jadi setiap membahsas ceramah itu dalemnya selalu isinya menyentuh,touch. Coba antum tiap ceramah abang pasti ujungnya menyentuh karena Allugho Azzauqoh bahasa itu rasa nah itu yang bisa menggait orang itu untuk bertaubat, gimana orang mau bertobat kalo engga disentuh.

4. Apa yang menjadi tolak ukur pak Ustadz bahwa tausiyah yang diberikan dapat diterima

dengan baik oleh mad’u?

Jawab:

Gampang, selesai itu udah hijrah. Beliau mendengar dakwah berubah (menunjuk ke orang yang disebelahnya), beliau mendengar dakwah berubah (menunjuk ke orang yang disebelahnya) keliatan besoknya. Makanya abang senang kalau acara malam besoknya ada acara lagi subuh di masjid. Controling langsung kan, tadinya masjid hanya 2 saf begitu subuh sudah ramai di daerah-daerah itu kan. Kaya kemarin di Aceh malamnya Tabligh Akbar di Masjid Raya nya besok subuuuuh kita sholat di lapangan anu, udah besok subuhnya lapangan isinya 50ribu jamaah, liatkan di fb.

5. Apakah ada evaluasi terhadap isi materi dakwah setelah memberikan tausiyah kepada

mad’u?

Jawab:

Ya evaluasi itu setiap saat karena itu program tugas hidup, lima; ibadah, amal shaleh, akhlak mulia,dakwah, muhasabah diri. Jadi semua hal harus masuk dalam lima point ini. Apapun rumah tangga ibadah, amal shaleh kemudian jadi akhlak. Rumah tangga jadi dakwah. Bayangkan abang terang terangan loh nikah itu, yakan? Poligami terang terangan. Masuk televisi, facebook, nih bini dua, begitu. Abang ga sependapat dengan nikah sirih tuh, nikah sembunyi-sembunyi, melawan hadits Nabi. Nikah itu syiar. Jadi orang nikah sembunyi-sembunyi itu ga benar. Yang benar bahasanya doang, nikah dibawah tangan, jangan disebut nikah siri.

6. Adakah kesulitan-keslitan yang ditemukan selama memberikan tausiyah? Kalau ada, bagaimana pak Ustadz menyikapinya?

Jawab:

Kesulitan itu biasanya teknis. Misalnya suatu daerah itu sambutannya 10 orang gitu di kampung, namanya RT sambutan, RW sambutan, lurah sambutan, camat sambutan jadi acara sambutannya banyak banget. Pegel itu nungguin gitu itu. Kemudian MC yang kadang-kadang kaya penceramah. Mc itu ya mc dia hanya membuka jalan tapi dia yang

banyak, judul ceramah udah seribu lebih, liat aja di facebook tuh jadi kalo sekarang udah ga menyiapkan lagi. Sudah ngeliat mukanya udah tau nih oooh ini kematian giiitu orang

tua semua jama’ah nya judulnya alam kubur. Kalo ngeliat kaya antum itu lain lagi judulnya yaaa generasi Qur’anniyah. Abang selesai dulu sih baru nikah, mestinya abang semester 3 udah nikah Cuma orang tua ga setuju dengan calon yang bukan karena kuliahnya. Sudah 3kali mau nikah tapi orang tua ga setuju akhirnyaselesai kuliahbaru nikah, tapi abang nikah sudah ada rumah, ada mobil, udah haji, udah mapan, baru nikah. Jadi orang dilamar juga ga nolak ibaratnya sudah ada sangkarnya, burungnya juga udah ada temennya, yang ga ada...(membahas anak pembantunya yang masuk Islam)...jadi bagaimana omongan kita itu jadi tajam, sekali ngomong orang langsung plok begitu jadi bukan karenakita pintar tetapi karena kita di Ridhai oleh Allah menjadi wasilahnya, makanya kuncinya mendekatkan diri kepada Allah sungguh-sungguh Waqadfaazal Muttaqun Hattadakwah menanglah orang bertaqwa, dalam semua urusan. Kenapa kiyai-kiyai ga bikin orang sadar? Nah kiyainya aja ga sadar, ngajar kalo ga ada amplopnya ga ngajar. Kenapa kiyai ko ga ngisi isroq di kampung masing-masing? Kaga ada yang perhatiin gue beegiitu jawabannya. Padahal masjid, masjid beliau mestinya beliau dengan ikkhlas mengajar di kampung itu, ceramah ada yang diterima, ada yang di tolak...amplopnya..terima manfaatkan kan banyak anak yatim banyak pesantren. 7. Kenapa disetiap kesempatan pak Ustadz lebih sering tampil menggunakan atasan dan

bawahan warna putih? Apakah ada filosofis tersendiri? Jawab:

Yaaa jelas dong, dulu kan pertama kesukaan Nabi kata Aisyah Nisfanjammal (separuh keindahan) orang kalo jelek pake putih tetep jelek sih hehe tapi lama-lama cakep. Kemudian energi putih itu kan energii ibadah, energi dakwah, energi taat, ihram ajakan putih, kenapa ga pakaian hitam gitu ihram, kenapa putih? Dan Nabi paling suka dengan pakaian-pakaian putih meskipun Nabi menggunakan pakaian yang lain. Dan abang tidak selalu putih sih kadang-kadang ganti-ganti dan putih itu nyaman eee jadi ga ketauan ganti-gantinya gitu padahal itu-itu aja gitu pakaiannya yaaa sederhana yakan? kemudian ga repot, coba pakaiannya warna-warni..Arifin Ilham juru dakwah yaangg aduuh kaya artis pakai ini pakai jubah ini nanti acara ini ganti lagi pakai make up lagii beeh cape itu. Udah begini aje sederhana sarung yang pentingkan bininya 2 ehehehe

8. Adakah himbauan bagi mad’u untuk mengenakan pakaian putih-putih? Atau mereka hanya spontanitas saja?

Jawab:

Ada himbauan tapi mereka lebih melihat kepada keteladanan. Kalo abang selalu putih konsisten, yaa ngikutt ini sekarang tanpa disuruh, ini ceramah di Pasar Rebo, Abang ga bilang pakaian putih tapi mereka berpakaian putih. Ke Aceh ga bilang heey masyarakat

9. Selama pak ustadz berdakwah, apakah pak Ustadz pernah mengunjungi salah satu

mad’unya untuk sekedar bersilaturahmi atau ngelayat kepada keluarga mad’u yang

sedang terkena musibah? Jawab:

Yaa banyak itu, malah ada salah satu yang masuk Islam gara-gara dikunjungi salah satunya Pak Fred, Joni AO (arsitektur rumah Ustadz Arifin) salah satunya karya beliau ini (menunjuk ke sekeliling rumahnya) Abang datengin lagi mabok itu. sekarang jadi hamba Allah, coba kalo yang datengin model radikal langsung di hajar kali itu, orang mabok ini gimana bertaubatnya dia. Makin benci dia dengan Islamlan fadlu min hauli fa’fuanhuKalau kau keras hati, keras kepala, keras tangan, liat mereka meladeni kamu, maafkan mereka, ajak dengan cara yang baik bil hikmah akhirnyaa jadi sahabat kita, taubat dia. Baaaanyak yang bertaubat melalui didatengi itu nah jangan malas jadi juru dakwah itu makanya sebaik-baiknya juru dakwah itu ...mendatangi dan didatangi. Ada juru dakwah centong itu mendatangiii jemaah tabligh tuh. Ada lagi juru dakwah gentong, orang mendatanginya karena minta air minta nasihat. Nah sebaik baik itu gentong dan centong, dia mendatangi dia juga di datangi. Tanda dakwahnya berhasil orang datang ke dia, kangen sama dia, karena itu sebaik baiknya juru dakwah.

Peneliti

Muhammad Yusra Nuryazmi

Narasumber

Foto Peneliti bersana Narasumber saat melakukan Wawancara di Kediaman Ustadz Arifin Ilham. Beliau ditemani oleh Istrinya.

=

Foto Suasana Dzikir Akbar 4 Januari 2015 di Masjid Az-Zikra Sentul, Bogor.

Foto Suasana Tempat Parkir di Masjid Az-Zikra Sentul, Bogor.

Foto Suasana di dalam Masjid Az-Zikra. Ustadz Arifin Ilham bersama Tokoh Agama lainnya.

Dokumen terkait