• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

B. Temuan Penelitian

1. Strategi Guru PAI Berkebutuhan Khusus dalam Pembelajaran

Strategi pada awalnya digunakan untuk kepentingan militer saja, tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang yang bebeda seperti strategi bisnis, olah raga, catur, ekonomi, pemasaran, perdagangan, manajemen strategi dan pendidikan. Sedangkan dalam kamus Psikologi, strategi adalah (Kartono, 2000: 488).

a. Prosedur yang diterima dan dipakai dalam suatu upaya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, seperti pemecahan suatu masalah. b.Satu metode umum untuk memecahkan permasalahan permasalahan.

2.Guru Pendidikan Agama Islam

Pendidik adalah sebutan lain dari seorang guru. Guru adalah suatu jabatan profesional yang memiliki peranan dan kompetensi profesional (Hamalik, 1991 :9). Menurut Asdiqoh (2013 :17) Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik, guru

8

adalah seorang arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik, guru bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap yangdapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan negara.

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al Quran, dan Al Hadist, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman (Majid, 2014 :11).

Dapat diambil kesimpulan guru Pendidikan Agama Islam adalah seseorang yang memiliki tanggung jawab mencerdaskan anak bangsa dengan menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam. Disini yang dimaksudkan guru pendidikan Agama Islam dalam penelitian ini adalah guru yang memiliki keterbatasan melihat (tunanetra) akan tetapi masih bisa melihat dengan samar – samar dengan kata lain low vision. Guru tersebut mengajar anak didik dari SD sampai SMA di SLB Wantuwirawan Salatiga.

3.Pembelajaran Baca Tulis Al Quran bagi Tunanetra

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan pelayanan khusus diperuntukan bagi siswa (peserta didik) (Tohirin, 2008:18) . menurut Gagne dan Brigga dalam (Majid, 2012 :269) pembelajaran adalah

9

rangkaian peristiwa (events) yang memengaruhi pembelajaran sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan mudah. Pembelajaran adalah suatu proses komunikasi dalam aktivitas pendidikan (Majid, 2012: 265). Membaca Al Quran adalah kegiatan melafalkan ayat – ayat Al Quran dengan tartil serta mengamalkan dalam kehidupan (Khaled, 2011 :274). Jadi pembelajaran baca tulis Al Quran adalah pelayanan mendidik kepada peserta didik dengan menulis dan melafalkan ayat Al Quran dengan tartil. Di SLB Wantuwirawan ini pembelajaran baca tulis Al Quran bagi anak tunanetra ini menggunakan Al Quran Braille dengan mengandalkan indera perabaan untuk dapat membaca Al Quran dengan menerapkan sistem “simakan” dan prinsip individual.

4. Anak tunanetra

Tunanetra adalah gangguan daya penglihatan berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, menurut Somantri tunanetra tidak hanya ditujukan kepada orang buta, tetapi juga mencakup mereka yang hanya mampu melihat secara terbatas sehingga cukup menghambat kegiatan sehari – hari terutama belajar (Putranto, 2015 :95). Anak tunanetra yang dijadikan objek penelitian adalah anak yang duduk di Sekolah Menengah Atas di SLB Wantuwirawan Salatiga.

F. Metode penelitian :

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Pendekatan penelitian ini jika ditinjau dari segi tempat penelitian, maka penelitian ini termasuk penelitian lapangan. Sebab

10

data – data yang dikumpulkan dari lapangan terhadap obyek yang bersangkutan yaitu guru yang mempunyai kebutuhan khusus di sekolah luar biasa Wantuwirawan jika dilihat dari pendekatan penelitian maka penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematis mengenai fakta – fakta yang ditemukan di lapangan yang bersifat verbal, kalimat, keadaan, dan tidak berupa angka yang terjadi di SLB Wantuwirawan.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, seacara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata – kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2009:6).

2. Kehadiran peneliti

Peneliti kualitatif kedudukan peneliti sebagai instrumen utama. Kehadiran peneliti dilapangan untuk melakukan pengamatan dan wawancara mendalam untuk mendapatkan data dari informan yang diperlukan peneliti guna untuk melengkapi data penelitian. Penelitian ini peneliti terjun langsung ke lapangan tanpa mewakilkan kehadirannya pada orang lain agar data dari informan didapat secara akurat.

11 3. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di SLB Wantuwirawan, tepatnya di Jalan Argoboga 282 Salatiga, Jawa Tengah. Adapun strata pendidikan mencakup : TKLB (Taman kanak Luar Biasa), SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa), SMPLB (Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa), SMALB (Sekolah Menengah Atas Luar Biasa). Objek yang digunakan oleh peneliti adalah SMALB Wantuwirawan Salatiga.

4. Sumber data a. Data primer

Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertanyaan (Suryabrata, 2003 :39). Sumber data langsung yang peneliti dapatkan berasal dari lembaga SLB Wantu Wirawan, guru, serta informan yang bisa membantu berlangsungnya dalam usaha pengumpulan data ini.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah tersusun dan

sudah dijadikan dalam bentuk dokumen – dokumen

(Suryabrata, 2003 :40). Peneliti menggunakan data sekunder berupa dokumen – dokumen grafis untuk memperkuat dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui arsip, dokumen, dan catatan dari sekolah SLB Wantuwirawan

12

Salatiga. Data tersebut diambil supaya laporan yang diperoleh benar – benar valid.

5. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah :

a. Observasi

Observasi sering diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dari sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki, (Sutrisno,2005:136). Metode observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan yang digunakan dengan mengadakan pengamatan fenomene-fenomena yang dijadikan pengamatan.

Peneliti mengamati dan mencatat gejala yang tampak pada objek pnelitian. Metode ini bertujuan untuk mendapatkan data mengenai kondisi lembaga, proses belajar, guru, fasilitas, dan letak geografis yang terdapat di SLB Wantu Wirawan.

b. Wawancara

Wawacara adalah percakapan dengan maksud tetentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwwancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2009 :186) . Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka yaitu wawancara yang dilakukan

13

peneliti dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang

tidak dibatasi jawabannya, artinya pertanyaan yang

mengundang jawaban terbuka (Emzir, 2011 :51). Peneliti mewawancarai informan untuk menggali data mengenai strategi guru berkebutuhan khusus dalam pembelajaran baca tulis Al Quran pada anak tunanetra. Informan yang diwawancarai diantaranya kepala sekolah, guru PAI, dan anak tunanetra yang dijadikan informan adalah anak dengan jenjang SMA yang duduk dikelas satu dan dua karena jumlah siswa yang terbatas.

c. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang – barang tertulis (Arikunto, 1993 :149) . Peneliti mencari data mengenai hal – hal yang berkaitan dengan objek penelitian untuk memberikan bukti gambaran adanya kegiatan pembelajaran baca tulis Al Quran yang dilaksanakan di SLB Wantuwirawan. Dokumentasi ini meliputi foto kegiatan pembelajaran BTA, selain foto dokumentasi yang berupa data arsip sekolah.

6. Analisis data

Menurut Bogdan & Biklen analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang

14

dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2009 :248). Berdasarkan hasil pengumpulan data, selanjutnya peneliti akan melakukan analisa dan pembahasan secara deskriptif. Dengan demikian data yang diperoleh disusun sedemikian rupa sehingga dikupas secara runtut.

7. Pengecekan keabsahan data

Untuk menjamin keabsahan data temuan yang diperoleh peneliti melakukan beberapa upaya, disamping menanyakan langsung pada subjek, peneliti juga beupaya mencari jawaban dari sumber lain.

Keabsahan data merupakan konsep penting yang

diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas). Dalam penelitian ini , peneliti mendasarkan pada prinsip objektifitas, yang dinilai dari validitas dan reliabilitasnya. Validitas dibuktikan dengan dimilikinya kredibilitas temuan beserta penafsirannya, yaitu agar penemuan dan penafsirannya sesuai yang sebenarnya dan temuan disetujui oleh subjek yang diteliti. Reliabilitas diperoleh dari konsistensi temuan penelitian yang diperoleh dari para subjek / informan.

Peneliti mengupayakan keabsahan data dengan cara mendalami wawancara secara kontinyu, sambil mengenali subjek dan memperhatikan suatu peristiwa secara lebih cermat. Hasil

15

analisis sementara selalu dikonfirmasikan dengan informasi baru yang diperoleh dari sumber lain. Prosedur ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda, misalnya observasi, wawancara, dan dokumentasi, yang masing – masing dibandingkan sebagai upaya pengecekan temuan.

Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data diantaranya

a. Keajegan pengamatan

Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interprestasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Memungkinkan peneliti terbuka terhadap pengaruh ganda, yaitu faktor – faktor kontekstual dan pengaruh bersama pada peneliti dan subjek yang akhirnya mempengaruhi fenomena yang diteliti (Moleong, 2009 :329).

b. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Dengan triangulasi peneliti dapat me -recheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Maka peneliti dapat melakukan denagn jalan :

1) Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan.

16

3) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan

kepercayaan data dapat dilakukan (Moleong, 2009 :330).

8. Tahap – tahap penelitian

Tahap – tahap penelitian pada penelitian ini sebagai berikut : a. Penelitian pendahuluan

Penelitian pendahuluan ini mengkaji buku – buku yang berkaitan dengan strategi guru Pendidikan Agama Islam (tunanetra) dalam pembelajaran baca tulis Al Quran pada anak tunanetra.

b. Tahap penelitian di lapangan

Setelah mengetahui bagaimana pembelajaran baca tulis Al Quran pada anak tunanetra maka peneliti melakukan wawancara langsung kepada kepala sekolah dan guru.

c. Tahap analisis dan pelaporan

Peneliti mengkaji antara informasi yang terdapat dalam buku mengenai pembelajara baca tulis Al Quran dengan data yang diperoleh di lapangan. Setelah data terkumpul maka dilakukan penilaian secara selektif dan disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian.

17 G. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusun untuk mempermudah jalan pikiran dalam memahami secara keseluruhan isi skripsi.

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan

Bab II strategi guru Pendidikan Agama Islam, pembelajaran baca tulis Alquran , anak tunanetra.

Bab III merupakan paparan data dan temuan penelitian meliputi : deskripsi letak geografis SLB Wantu Wirawan, dan hasil penelitian.

Bab IV merupakan analisis data yang meliputi strategi guru pendidikan Agama Islam berkebuthan khusus dalam pembelajaran baca tulis Al Quran pada SLB Wantu Wirawan Salatiga beserta pelaksanaan, hambatan yang dihadapi dan solusi.

18 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Pada penelitian sebelumnya ditemukan beberapa hasil penelitian yang hampir sama dengan penelitian ini yang berkaitan dengan anak berkebutuhan khusus diantaranya terdapat judul penelitian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa penyandang autis di SMPLB N

Salatiga tahun pelajaran 2013/2014 yang ditulis oleh Fitriyah tahun 2014

yang menjelaskan bahwa sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa autis di SMPLB Negeri Salatiga berpedoman pada kurikulum KTSP dengan modifikasi guru dengan materi yang disampaikan bersifat praktis dengan beberapa metode seperti ceramah, quantum teaching, tanya jawab, praktek, dan keteladanan yang menunjukkan siswa autis sudah menjalankan ritual keagamaan dalam keseharian dan berperilaku seperti tuntunan agama.

Selanjutnya terdapat judul Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa Tuna Rungu di SLBN Kec. Kowangan Kab. Temanggung

tahun 2014 yang ditulis oleh Fatmawati tahun 2014. Skripsi ini

menjelaskan metode artikulasi dan metode latihan yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dimana metode tersebut sama dengan sekolah umum tetapi berbeda dalam pengaplikasiannya.

Kemudian terdapat lagi judul Implementasi Pendidikan Agama Islam bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi SMP N 4 Mojosongo

19

Boyolali tahun pelajaran 20123/2014 yang ditulis oleh Widiastuti tahun

2014. Dalam tulisan ini menjelaskan bagaimana pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam anak berkebutuhan khusus yaitu anak yang mempunyai kesultan belajar di sekolah inklusi dimana anak berkebutuhan khusus berbaur jadi satu dengan anak normal lainnya. Penelitian ini membahas pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diawali dari penyususunan perencanaan, pengukuran, dan penyusunan program yang sesuai bagi anak yang bersangkutan. Pembelajaran ABK yang dilaksanakan disekolah inklusi sendiri melalui pelayanan individual yaitu sering didekati dan diberi pertanyaan agar tidak tertinggal dengan anak lainnya.

Dari beberapa judul yang sudah ada penulis mencoba menyudutkan dengan fokus penelitian yang berbeda yaitu Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Berkebutuhan Khusus dalam Pembelajaran Baca Tulis Al

Quran pada Anak Tunanetra di SLB Wantuwirawan Salatiga. Penelitian

ini hampir sama dengan penelitian – penelitian sebelumnya yang membahas pembelajaran PAI pada anak autis dengan kurikulum KTSP, metode pembelajaran PAI pada anak tunarungu dengan metode artikulasi dan latihan, dan implementasi PAI anak berkebutuhan khusus yaitu anak dengan kesulitan belajar dalam sekolah inklusi melalui pelayanan individual. Bahwa yang membedakan dalam penelitian ini membahas cara atau langkah – langkah yang ditempuh seorang guru yang memiliki keterbatasan dalam melihat dalam proses pembelajaran baca tulis Al

20

Quran pada anak tunanetra bukan pembelajaran Agama Islam secara mengglobal jika sebelumnya pada anak autis,tunarungu, anak kesulitan belajar, maka penelitian ini khususnya kepada anak tunanetra.

B. Landasan Teori 1. Strategi Mengajar

Strategi sebenarnya berasal dari bahasa Inggris “ Strategy” yang

oleh As Hornby dalam Oxford Advance Learners Dictionary (Oxford

University Press,1997 p 870) disebutkan sebagai “the art of planning

operations in war, expecially of the movements of armies and navies

into favourable positions for fighting” yang artinya “ seni dalam

gerakan – gerakan pasukan darat dan laut untuk menempati posisi – posisi yang menguntungkan alam pertempuran”. Strategi juga berasal

dari bahasa Yunani “strategia” yang artinya “the art of the general”

seninya seorang jenderal / panglima (Darwis dkk, 1998 :195) Beberapa pengertian strategi menurut para ahli, antara lain :

a. Menurut Pearce dan Robinson

Strategi menurut mereka adalah rencana main dari suatu perusahaan, yang mencerminkan kesadaran suatu perusahaan mengenai kapan, dimana dan bagaimana ia harus bersaing dalam menghadapi lawan dengan maksud dan tujuan tertentu.

b. Menurut Johnson dan Scholes

Strategi ialah arah dan ruang lingkup dari sebuah organisasi atau lembaga dalam jangka panjang., yang mencapai keuntungan

21

melalui konfigurasi dari sumber daya dalam lingkungan yang menantang, demi memenuhi kebutuhan pasar dan suatu kepentingan.

c. A.Halim

Strategi merupakan suatu cara dimana sebuah lembaga atau organisasi akan mencapai tujuannya sesuai peluang dan ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi serta kemampuan internal dan sumber daya.

Strategi adalah (Kartono, 2000: 488) :

1. Prosedur yang diterima dan dipakai dalam suatu upaya untuk mencapai tujuan - tujuan tertentu, seperti pemecahan suatu masalah.

2. Satu metode umum untuk memecahkan permasalahan - permasalahan.

Strategi ini jika dimasukkan dalam dunia pendidikan secara makro dalam skala global, strategi merupakan kebijakan – kebijakan, yang mendasar dalam pengembangan pendidikan sehingga tercapai tujuan pendidikan secara lebih terarah, lebih efektif dan efisien. Jika dilihat secara mikro dalam strata operasional khususnya dalam proses belajar mengajar maka pengertiannya adalah langkah – langkah tindakan yang mendasar dan berperan besar dalam proses belajar mengajar untuk mencapai sasaran pendidikan (Darwis dkk, 1998 :196).

22

Menurut Newman dan Logan dalam proses belajar mengajar terdapat empat strategi dasar (Darwis dkk, 1998 :196) :

1. Pengindentifikasian dan penetapan spesifikasi dari kualifikasi

tujuan yang akan dicapai dengan memperhatikan dan

mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang memerlukannya. 2. Pertimbangan dan pemilihan cara pendekatan utama yang dianggap

ampuh untuk mencapai sasaran.

3. Pertimbangan dan penetapan langkah – langkah yang ditempuh sejak titik awal pelaksanaan sampai titik akhir pencapaian sasaran. 4. Pertimbangan dan penetapan tolak ukur untuk mengukur taraf

keberhasilan sesuai dengan tujuan yang dijadikan sasaran.

Agar suatu susunan strategi dapat berfungsi maksimal diperlukan tahapan atau rincian sebagai berikut :

1. Perumusan strategi

Perumusan strategi adalah proses memilih tindakan utama (strategi) untuk mewujudkan misi organisasi. Proses mengambil keputusan untuk menetapkan strategi seolah-olah merupakan konsekuensi mulai dari penetapan visi-misi, sampai terealisasinya program.

23 2. Perencanaan Tindakan

Langkah pertama untuk mengimplementasikan strategi yang telah ditetapkan adalah pembuat perencanaan strategi. Inti dari apa yang ingin dilakukan pada tahapan ini adalah bagaimana membuat rencana pencapaian (sasaran) dan rencana kegiatan (program dan anggaran) yang benar-benar sesuai dengan arahan (visi, misi, goal) dan strategi yang telah ditetapkan organisasi.

3. Implementasi

Untuk menjamin keberhasilan strategi yang telah berhasil dirumuskan harus diwujudkan dalam tindakan implementasi yang cermat. Strategi dan unsur - unsur organisasi yang lain harus sesuai, strategi harus tercermati pada rancangan struktur budaya organisasi, kepemimpinan dan sistem

pengelolaan sumber daya manusia. Karena strategi

diimplementasikan dalam suatu lingkungan yang terus berubah, maka implementasi yang sukses menuntut pengendalian dan evaluasi pelaksanaan.

Dalam proses pembelajaran, tidak lepas dari strategi yang digunakan oleh guru demi terlaksananya proses kegiatan belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien. Beberapa strategi pembelajaran menurut (Iskandarwasit dan Sunendar, 2015 :26) :

24

1. Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Pengajar

Pengajar harus berusaha mengalihkan pengetahuannya kepada peserta didik dan menyampaikan keterangan atau informasi sebanyak –

banyaknya kepada peserta didik. Teknik pembelajaran ini adalah teknik ceramah. Teknik team teaching, teknik sumbang saran, teknik demonstransi, dan teknik antar disiplin.

2. Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Peserta Didik

Tujuan mengajar adalah membelajarkan peserta didik. Strategi yang berpusat pada peserta didik adalah strategi pembelajaran yang memberi kesempatan seluas – luasnya kepada peserta didik untuk aktif dan berperan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini pengajar sebagai fasilitator. Teknik yang digunakan diantaranya adalah inkuiri, teknik satuan pengajaran, teknik advokasi, teknik eksperimen, dan teknik penemuan.

3. Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Materi Pengajaran

Strategi yang berpusat pada materi ini disebut juga dengan material center strategis bertitik tolak dari pendapat yang mengemukakan bahwa belajar adalah usaha untuk memperoleh dan menguasai informasi. Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang disertai arus globalisasi yang berakibat pengajar tidak lagi menjadi satu-

25

satunya sumber informasi. Teknik yang digunakan diantaranya adalah tutorial, modular, terpadu, dan demonstrasi.

Jadi strategi mengajar adalah cara atau metode yang dilaksanakan guru dalam mencapai sebuah tujuan dengan melihat peluang yang sesuai untuk memberikan informasi (mengajar) kepada peserta didik dengan menggunakan teknik tertentu.

2. Guru Pendidikan Agama Islam

Guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau di dalam kelas (Asdiqoh, 2013 :38). Dari pengertian tersebut berarti guru merupakan orang yang berkecimpung didalam lingkungan pendidikan yang bertugas menyampaikan ilmu kepada peserta didik guna membentuk pribadi yang unggul. Menjadi guru tidaklah hanya sekedar memiliki ilmu mata pelajaran saja tapi harus memenuhi berbagai syarat untuk menjadi seorang guru. Menurur Zakiah Daradjat menjadi guru harus memenuhi berbagai persyaratan, antara lain (Asdiqoh, 2013 :38) :

1). Takwa kepada Allah SWT

Menjadi seorang guru harus bertakwa kepada Allah dengan melakukan segala apa yang di perintahkan dan meninggalkan segala yang di larangNya sehingga bisa memberikan arahan kepada peserta didik untuk bertakwa kepada Allah.

26 2). Berilmu

Menjadi sosok yang berilmu adalah salah satu kunci yang penting dimiliki guru supaya dapat menyampaikan materi kepada peseta didik

3). Sehat jasmani

Kesehatan jasmani merupakan hal yang begitu penting bagi seorang guru, ketika guru mengalami sakit maka tidak bisa menyampaikan materi secara maksimal..

4). Berkelakuan baik

Guru yang memiliki perilaku yang baik bisa menjadikan teladan tersendiri bagi peserta didik. Maka memiliki perilaku baik menjadi salah satu syarat menjadi seorang guru.

Menjadi seorang guru salah satu syaratnya adalah bertakwa kepada Allah. Apalagi menjadi guru Pendidikan Agama Islam yang tugasnya menyampaikan materi keagamaan Islam yang didalamnya menyampaikan perihal ibadah kepada Allah sesuai dengan Al Quran dan As Sunah. Pendidikan Agama Islam menurut kurikulum PAI ( Majid, 2012 :11) adalah:

Upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumbernya kitab suci Al Quran dan Al Hadist melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman disertai dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan

27

kerukunan antar umat beragama dalam msyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

Menyampaikan materi pendidikan Agama Islam merupakan tugas pokok seorang guru PAI. Tetapi tidak semua memiliki fisik yang sempurna, ada yang memiliki keterbatasan dalam inderanya yang sering disebut orang dengan kebutuhan khusus. Orang berkebutuhan khsusus adalah yang mengalami gangguan fisik, mental, intelegensi, dan emosi sehingga membutuhkan pembelajaran khusus (Kosasih, 2012 :1).

Maka guru Pendidikan Agama Islam adalah seseorang yang bertugas mengajar dan mendidik peserta didik dengan keahlian khusus berdasarkan kemampuan yang dimiliki dalam mengenalkan dan memahami serta mengaplikasikan agama Islam sesuai dengan Al Quran dan Al Hadist supaya bertakwa kepada Allah.

b. Tugas Guru

Menjadi seorang guru tentu memiliki tugas tertentu yang harus di penuhi supaya hak seorang peserta didik terpenuhi dengan baik. Berikut tugas guru menurut Koestiyah (Asdiqoh, 2013 :20) diantaranya:

1) Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa

kepandaian, kecakapan dan pengalaman – pengalaman.

2) Membentuk kepribadian anak yang harmonis sesuai etika – etika

Dokumen terkait