• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TUNANETRA) DALAM PEMBELAJARAN BACA TULIS AL QURAN PADA ANAK TUNANETRA DI SLB WANTUWIRAWAN SALATIGA TAHUN AJARAN 20152016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TUNANETRA) DALAM PEMBELAJARAN BACA TULIS AL QURAN PADA ANAK TUNANETRA DI SLB WANTUWIRAWAN SALATIGA TAHUN AJARAN 20152016"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

i

STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(TUNANETRA) DALAM PEMBELAJARAN BACA

TULIS AL QURAN PADA ANAK TUNANETRA DI

SLB WANTUWIRAWAN SALATIGA

TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

MILKHATUNNIKMAH NIM: 111-12-068

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

Orang yang tidak mengetahui dan mensyukuri nikmat

Allah berupa indera adalah orang yang tidak

mengetahui sumber kehidupan yang amat besar

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Segenap rasa syukur dari hati yang paling dalam terselesainya skripsi ini, saya persembahkan kepada:

Untuk kedua orang tuaku Ayahanda Joko Siswanto dan Ibunda Juwarni yang tak kenal lelah memberikan doa, semangat dan bimbingannya hingga saat ini. Sehingga aku mampu melangkah jauh kedepan dan menjadi pribadi yang jauh lebih baik.

Untuk kakak dan adikku , Mba Hesti Vita Sari, Mas’ud, Kakakku Saechudin, Mba Muntamah dan saudara-saudaraku keluarga besar Materojo yang selalu memberi doa dan dukungan dalam segala hal.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya

Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi

Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan

hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di

hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “STRATEGI GURU

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TUNANETRA) DALAM PEMBELAJARAN BACA TULIS AL QURAN PADA ANAK TUNANETRA DI SLB WANTUWIRAWAN SALATIGA TAHUN AJARAN 2015/2016”

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari

bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa

tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi

ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(9)

ix

4. Ibu Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah

mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya

membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag. selaku Pembimbing Akademik.

6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu

selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepala sekolah, guru, dan siswa SLB WANTUWIRAWAN Salatiga yang

telah memberikan ijin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di

sekolah tersebut.

8. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan

memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi

semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat

diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 31 Agustus 2016

Penulis

(10)

x ABSTRAK

Milkhatunnikmah, 2016. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam (Tunanetra) dalam Pembelajaran Baca Tulis Al Quran pada Anak Tunanetra di SLB Wantuwirawan Salatiga. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.Pembiming Dr. Hj. Lilik Sriyanti M.Si.

Kata kunci : Strategi dan Tunanetra

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi yang digunakan guru PAI berkebutuhan khusus dalam pembelajaran BTA pada anak tunanetra sesuai dengan kompetensi siswa pada pendidikan menengah atas di SLB Wantuwirawan Salatiga.

Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah 1) Strategi yang digunakan oleh guru PAI (tunanetra)?, 2) Bagaimana pelaksanaan dalam pembelajaran baca tulis Al Quran, problematika yang dihadapi, dan Solusi yang pada anak tunanetra di SLB Wantuwirawan Salatiga ?.

Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode observasi lapangan, wawancara dan dokumentasi dari sumber data. Subyek penelitian adalah Guru PAI, Kepala Sekolah, dan siswa tingkat menengah atas di SLB Wantuwirawan Salatiga.

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Penegasan Istilah ... 7

F. Metode Penelitian ... 9

G. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16

A. Penelitian Terdahulu ... 18

(12)

xii

1. Strategi Mengajar.. ... 20

2. Guru Pendidikan Agama Islam... ... 25

3. Pembelajaran Baca Tulis Al Quran... ... 28

4. Tunanetra... 32

5. Pembelajaran bagi Anak Tunanetra. ... 35

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 39

A. Paparan Data SLB Wantuwirawan Salatiga ... 39

B. Temuan Penelitian ... 50

1. Strategi Guru PAI Berkebutuhan Khusus dalam Pembelajaran Baca Tulis Al Quran pada Anak Tunanetra di SLB Wantuwirawan Salatiga ... 50

2. Pelaksanaan, Problematika, dan Solusi dalam Pembelajaran Baca Tulis Al Quran pada Anak Tunanetra di SLB Wantuwirawan Salatiga ... 54

BAB IV ANALISIS DATA ... 63

A. Strategi Guru PAI Berkebutuhan Khusus di SLB Wantuwirawan Salatiga ... 63

B. Pelaksanaan, Problematika, dan Solusi dalam Pembelajaran Baca Tulis Al Quran pada Anak Tunanetra di SLB Wantuwirawan Salatiga ... 70

BAB V PENUTUP ... 76

A. Kesimpulan... 77

(13)

xiii

DAFTAR PUSTAKA ... 80

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... 83

(14)

xiv

DAFTAR BAGAN / TABEL

Bagan 3.1 Struktur Organisasi SLB Wantuwirawan Salatiga ... 43

Tabel 3.2 Daftar Guru ... 46

Tabel 3.3 Daftar Barang/ Perkakas ... 49

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar SKK

2. Nota Pembimbing Skripsi

3. Lembar Konsultasi

4. Hasil Wawancara

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Al Quran merupakan kitab suci yang dijadikan sebagai pegangan

hidup umat Islam sedunia yang diturunkan kepada Rasulullah SAW untuk

seluruah umat manusia. Al Quran mengajarkan kepada manusia tentang

akidah tauhid juga mengajarkan manusia tata cara beribadah kepada Allah

untuk membersihkan sekaligus menunjukkan kepada manusia kebaikan

dalam kehidupan pribadi dan kemasyarakatannya. Berbagai kemuliaan

yang ada di dalam Al Quran seluruh umat muslim diperintahkan untuk

mempelajari Al Quran yang dimulai dengan belajar membaca,

mengartikan, menafsirkan, menulis, dan mengamalkan Al Quran dalam

kehidupan. Seperti yang telah ditegaskan dalam firman Allah QS Al A’la :

1-5

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tdak diketahuinya.

Jelas dari ayat di atas bahwa Allah memerintahkan umatNya untuk

belajar salah satunya dengan cara membaca. Membaca adalah pintu

(17)

2

dapat diperoleh dengan indera kemudian dicerna oleh otak dan

memberikan respon untuk diaplikasikan. Apalagi mempelajari Al Quran

dengan berbagai kemuliaan yang dapat diamalkan sehingga mendapat

pahala dari Sang Maha Segalanya. Untuk dapat mempelajari Al Quran

yang pertama dilakukan umat muslim adalah dengan membaca bagi yang

mereka memiliki kemampuan melihat dengan indera penglihatan normal.

Lalu bagaimana dengan seseorang yang memiliki keterbatasan penglihatan

ketika akan mempelajari Al Quran. Padahal pendidikan membaca bukan

hanya diperuntukan untuk anak yang normal, lalu bagaimana untuk anak

yang berkebutuahan khusus, seperti anak yang tidak dapat melihat.

Mereka yang memiliki keterbatasan tentu membutuhkan bantuan orang

lain untuk dapat melakukan aktivitas yang dikehendaki. Dengan adanya

anak yang memiliki keterbatasan banyak dari mereka yang masuk

kesekolah – sekolah karena sadar akan pendidikan. Allah juga berjanji

akan meninggikan derajat – derajat orang yang berilmu seperti yang telah

dijelaskan dalam QS. Al Mujadilah : 11



(18)

3

pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Islam menganggap pendidikan begitu penting, maka seluruh umat

Allah diwajibkan mencari ilmu sejak dari dalam kandungan sampai akhir

hayat, dan dalam keadaan apapun termasuk bagi anak yang memiliki

kekurangan dari segi fisik maupun psikis (anak berkebutuhan khusus).

Anak berkebutuhan khusus (ABK) menurut Heward adalah anak dengan

karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa

selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik

(Suharlina &Hidayat,2010 :5).

Hak pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus ditekankan dalam

UU Nomor 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat, meliputi jenjang,

jalur, satuan, bakat , minat, dan kemampuannya tanpa diskriminasi. UU

Nomor 4 tahun 1997 pasal 12 juga mewajibkan lembaga – lembaga

pendidikan umum menerima para ABK sebagai siswa (Santoso, 2010

:136). Dengan adanya undang – undang yang ada untuk ABK merupakan

bentuk perhatian pemerintah terhadap pendidikan ABK sama dengan anak

lain pada umunya.

Allah tidak mebeda – bedakan ketika melihat hambaNya dalam

belajar, semuanya sama. Allah menciptakan semua makhluk mempunyai

maksud dan tujuan serta adanya hikmah yang dapat diambil para

hambaNya. Sebagai umat muslim, wajib baginya untuk mempelajari Al

Quran karena Al Quran kitab suci sekaligus menjadi pedoman hidup umat

(19)

4

Belajar Al Quran dilakukan sejak dini, dengan segala usaha untuk

memperoleh pendidikan Al Quran diantaranya datang ke masjid belajar

dengan guru ngaji, adanya tempat pendidikan Al Quran yang begitu

banyak dijalankan di masjid – masjid saat ini. Tak kalah pentingnya di

sekolah sekarang memberikan pendidikan Al Quran kepada anak didik

supaya lebih memahami kandungan dalam Al Quran dan tentu menjadi

penghargaan tersendiri ketika anak mampu membaca dengan tartil,

menulis ayat suci Al Quran dengan indah bahkan menjadi juara dalam

lomba. Belajar membaca dan menulis Al Quran juga diperuntukkan bagi

anak yang memiliki hambatan, seperti anak yang mempunyai hambatan

penglihatan tetap belajar dengan keadaan dan kemampuan yang dimiliki.

Di Sekolah Luar Biasa Wantuwirawan Salatiga yang terletak di

Jalan Argoboga 282 Salatiga ini telah menerima berbagai anak yang

memiliki dengan keterbatasan seperti anak tunarungu, tunanetra,

tunadaksa, dan tunagrahita. Mereka semua diberikan pendidikan Agama

Islam bagi yang muslim bahkan peserta didik tunanetra sudah menjuarai

MTQ sekota Salatiga, terbukti sekolah luar biasa ini memiliki cara

tersendiri yang diperuntukkan untuk peserta didiknya, khususnya

diperoleh dari guru itu sendiri yang tak lepas bekerja sama dengan

lembaga dan wali murid. Menurut Depag RI Pendidikan Agama Islam

adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak

setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran –

(20)

5

(Majid,2012 :21). Agama Islam tak lepas dari kitab sucinya yaitu Al

Quran, maka sebagai guru Pendidikan Agama Islam dalam penyampaian

pembelajaran agama Islam tidak lepas dari pendidikan Al Quran dengan

berbagai cara dalam penyampaiannya, demi kesuksesan anak didiknya

dalam mempelajari Al Quran.

Adanya penghargaan tersendiri ketika guru agama Islam yang

mendidik juga memiliki keterbatasan dalam melihat bisa menyampaikan

materi agama Islam kepada anak didik di sekolah luar biasa termasuk

mengajar bagaimana membaca dan menulis Al Quran bagi anak yang

berkebutuhan khusus pasti memerlukan usaha keras untuk bisa

berinteraksi dan mendidik anak agar berhasil dengan hambatan yang

dimiliki anak. Maka disini penulis tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(TUNANETRA) DALAM PEMBELAJARAN BACA TULIS AL

QURAN (BTQ) PADA ANAK TUNANETRA (STUDI KASUS SLB

WANTU WIRAWAN SALATIGA )

B. Fokus Penelitian

Untuk membatasi pokok bahasan dalam penelitian ini, penulis

merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Strategi apa yang digunakan guru Pendidikan Agama Islam (Tunanetra)

dalam pembelajaran baca tulis Al Quran pada anak tunanetra di SLB

(21)

6

2. Bagaimana pelaksanaan, problematika dan solusi dalam pembelajaran

baca tulis Al Quran pada anak tunanetra di SLB Wantuwirawan

Salatiga?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui strategi guru Pendidikan Agama Islam (Tunanetra) dalam

pembelajaran baca tulis Al Quran pada anak tunanetra di SLB

Wantuwirawan.

2. Mengetahui pelaksanaan, problematika, dan solusi dalam pembelajaran

baca tulis Al Quran pada anak tunanetra di SLB Wantuwirawan

Salatiga.

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian diharapkan memberikan informasi yang jelas tentang

strategi guru Pendidikan Agama Islam berkebutuhan khusus dalam

pembelajaran baca tulis Al Quran pada anak tunanetra, sehingga dapat

memberikan manfaat :

1. Secara teoritis

a. Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu dalam

pembelajaran baca tulis Al Quran pada anak tunanetra.

b. Diharapkan penelitian ini memberikan pengetahuan tentang strategi

guru Pendidikan Agama Islam berkebutuhan khusus dalam

(22)

7 2. Secara praktis

a. Sebagai masukan pada orang tua untuk meningkatkan pengetahuan

baca tulis Al Quran pada anak tunanetra.

b. Sebagai masukan pada guru untuk memperbaiki proses pembelajaran

baca tulis Al Quran pada anak tunanetra.

E. Penegasan istilah :

Untuk menghindari salah pengertian dan salah penafsiran pada judul

diatas, perlu penulis jelaskan sesuai dengan interprestasi yang

dimaksudkan:

1.Strategi

Strategi pada awalnya digunakan untuk kepentingan militer

saja, tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang yang bebeda

seperti strategi bisnis, olah raga, catur, ekonomi, pemasaran,

perdagangan, manajemen strategi dan pendidikan. Sedangkan dalam

kamus Psikologi, strategi adalah (Kartono, 2000: 488).

a. Prosedur yang diterima dan dipakai dalam suatu upaya untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu, seperti pemecahan suatu masalah.

b.Satu metode umum untuk memecahkan permasalahan permasalahan.

2.Guru Pendidikan Agama Islam

Pendidik adalah sebutan lain dari seorang guru. Guru adalah suatu

jabatan profesional yang memiliki peranan dan kompetensi profesional

(Hamalik, 1991 :9). Menurut Asdiqoh (2013 :17) Guru adalah orang

(23)

8

adalah seorang arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak

didik, guru bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap

yangdapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan

negara.

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,

hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam

mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al

Quran, dan Al Hadist, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,

latihan, serta penggunaan pengalaman (Majid, 2014 :11).

Dapat diambil kesimpulan guru Pendidikan Agama Islam adalah

seseorang yang memiliki tanggung jawab mencerdaskan anak bangsa

dengan menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati dan mengamalkan ajaran Islam. Disini yang dimaksudkan

guru pendidikan Agama Islam dalam penelitian ini adalah guru yang

memiliki keterbatasan melihat (tunanetra) akan tetapi masih bisa

melihat dengan samar – samar dengan kata lain low vision. Guru

tersebut mengajar anak didik dari SD sampai SMA di SLB

Wantuwirawan Salatiga.

3.Pembelajaran Baca Tulis Al Quran bagi Tunanetra

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan pelayanan khusus

diperuntukan bagi siswa (peserta didik) (Tohirin, 2008:18) . menurut

(24)

9

rangkaian peristiwa (events) yang memengaruhi pembelajaran sehingga

proses belajar dapat berlangsung dengan mudah. Pembelajaran adalah

suatu proses komunikasi dalam aktivitas pendidikan (Majid, 2012:

265). Membaca Al Quran adalah kegiatan melafalkan ayat – ayat Al

Quran dengan tartil serta mengamalkan dalam kehidupan (Khaled, 2011

:274). Jadi pembelajaran baca tulis Al Quran adalah pelayanan

mendidik kepada peserta didik dengan menulis dan melafalkan ayat Al

Quran dengan tartil. Di SLB Wantuwirawan ini pembelajaran baca tulis

Al Quran bagi anak tunanetra ini menggunakan Al Quran Braille

dengan mengandalkan indera perabaan untuk dapat membaca Al Quran

dengan menerapkan sistem “simakan” dan prinsip individual.

4. Anak tunanetra

Tunanetra adalah gangguan daya penglihatan berupa kebutaan

menyeluruh atau sebagian, menurut Somantri tunanetra tidak hanya

ditujukan kepada orang buta, tetapi juga mencakup mereka yang

hanya mampu melihat secara terbatas sehingga cukup menghambat

kegiatan sehari – hari terutama belajar (Putranto, 2015 :95). Anak

tunanetra yang dijadikan objek penelitian adalah anak yang duduk di

Sekolah Menengah Atas di SLB Wantuwirawan Salatiga.

F. Metode penelitian :

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Pendekatan penelitian ini jika ditinjau dari segi tempat

(25)

10

data – data yang dikumpulkan dari lapangan terhadap obyek yang

bersangkutan yaitu guru yang mempunyai kebutuhan khusus di

sekolah luar biasa Wantuwirawan jika dilihat dari pendekatan

penelitian maka penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif

yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematis

mengenai fakta – fakta yang ditemukan di lapangan yang bersifat

verbal, kalimat, keadaan, dan tidak berupa angka yang terjadi di SLB

Wantuwirawan.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, seacara holistik

dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata – kata dan bahasa, pada

suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode ilmiah (Moleong, 2009:6).

2. Kehadiran peneliti

Peneliti kualitatif kedudukan peneliti sebagai instrumen utama.

Kehadiran peneliti dilapangan untuk melakukan pengamatan dan

wawancara mendalam untuk mendapatkan data dari informan yang

diperlukan peneliti guna untuk melengkapi data penelitian. Penelitian

ini peneliti terjun langsung ke lapangan tanpa mewakilkan

kehadirannya pada orang lain agar data dari informan didapat secara

(26)

11 3. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di SLB Wantuwirawan, tepatnya di

Jalan Argoboga 282 Salatiga, Jawa Tengah. Adapun strata

pendidikan mencakup : TKLB (Taman kanak Luar Biasa), SDLB

(Sekolah Dasar Luar Biasa), SMPLB (Sekolah Menengah Pertama

Luar Biasa), SMALB (Sekolah Menengah Atas Luar Biasa). Objek

yang digunakan oleh peneliti adalah SMALB Wantuwirawan

Salatiga.

4. Sumber data a. Data primer

Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan

oleh peneliti dari sumber pertanyaan (Suryabrata, 2003 :39).

Sumber data langsung yang peneliti dapatkan berasal dari

lembaga SLB Wantu Wirawan, guru, serta informan yang bisa

membantu berlangsungnya dalam usaha pengumpulan data ini.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah tersusun dan

sudah dijadikan dalam bentuk dokumen – dokumen

(Suryabrata, 2003 :40). Peneliti menggunakan data sekunder

berupa dokumen – dokumen grafis untuk memperkuat dan

melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui arsip,

(27)

12

Salatiga. Data tersebut diambil supaya laporan yang diperoleh

benar – benar valid.

5. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah :

a. Observasi

Observasi sering diartikan sebagai pengamatan dan

pencatatan dari sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki,

(Sutrisno,2005:136). Metode observasi adalah cara menghimpun

bahan-bahan yang digunakan dengan mengadakan pengamatan

fenomene-fenomena yang dijadikan pengamatan.

Peneliti mengamati dan mencatat gejala yang tampak pada

objek pnelitian. Metode ini bertujuan untuk mendapatkan data

mengenai kondisi lembaga, proses belajar, guru, fasilitas, dan

letak geografis yang terdapat di SLB Wantu Wirawan.

b. Wawancara

Wawacara adalah percakapan dengan maksud tetentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwwancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu

(Moleong, 2009 :186) . Teknik wawancara yang digunakan

(28)

13

peneliti dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang

tidak dibatasi jawabannya, artinya pertanyaan yang

mengundang jawaban terbuka (Emzir, 2011 :51). Peneliti

mewawancarai informan untuk menggali data mengenai

strategi guru berkebutuhan khusus dalam pembelajaran baca

tulis Al Quran pada anak tunanetra. Informan yang

diwawancarai diantaranya kepala sekolah, guru PAI, dan anak

tunanetra yang dijadikan informan adalah anak dengan jenjang

SMA yang duduk dikelas satu dan dua karena jumlah siswa

yang terbatas.

c. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya

barang – barang tertulis (Arikunto, 1993 :149) . Peneliti

mencari data mengenai hal – hal yang berkaitan dengan objek

penelitian untuk memberikan bukti gambaran adanya kegiatan

pembelajaran baca tulis Al Quran yang dilaksanakan di SLB

Wantuwirawan. Dokumentasi ini meliputi foto kegiatan

pembelajaran BTA, selain foto dokumentasi yang berupa data

arsip sekolah.

6. Analisis data

Menurut Bogdan & Biklen analisis data kualitatif adalah

upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

(29)

14

dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain

(Moleong, 2009 :248). Berdasarkan hasil pengumpulan data,

selanjutnya peneliti akan melakukan analisa dan pembahasan

secara deskriptif. Dengan demikian data yang diperoleh disusun

sedemikian rupa sehingga dikupas secara runtut.

7. Pengecekan keabsahan data

Untuk menjamin keabsahan data temuan yang diperoleh

peneliti melakukan beberapa upaya, disamping menanyakan

langsung pada subjek, peneliti juga beupaya mencari jawaban dari

sumber lain.

Keabsahan data merupakan konsep penting yang

diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan

(realibilitas). Dalam penelitian ini , peneliti mendasarkan pada

prinsip objektifitas, yang dinilai dari validitas dan reliabilitasnya.

Validitas dibuktikan dengan dimilikinya kredibilitas temuan

beserta penafsirannya, yaitu agar penemuan dan penafsirannya

sesuai yang sebenarnya dan temuan disetujui oleh subjek yang

diteliti. Reliabilitas diperoleh dari konsistensi temuan penelitian

yang diperoleh dari para subjek / informan.

Peneliti mengupayakan keabsahan data dengan cara

mendalami wawancara secara kontinyu, sambil mengenali subjek

(30)

15

analisis sementara selalu dikonfirmasikan dengan informasi baru

yang diperoleh dari sumber lain. Prosedur ini juga dapat dilakukan

dengan menggunakan teknik yang berbeda, misalnya observasi,

wawancara, dan dokumentasi, yang masing – masing dibandingkan

sebagai upaya pengecekan temuan.

Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data

diantaranya

a. Keajegan pengamatan

Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten

interprestasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses

analisis yang konstan atau tentatif. Memungkinkan peneliti

terbuka terhadap pengaruh ganda, yaitu faktor – faktor

kontekstual dan pengaruh bersama pada peneliti dan subjek

yang akhirnya mempengaruhi fenomena yang diteliti (Moleong,

2009 :329).

b. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Dengan triangulasi peneliti

dapat me -recheck temuannya dengan jalan membandingkannya

dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Maka peneliti dapat

melakukan denagn jalan :

1) Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan.

(31)

16

3) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan

kepercayaan data dapat dilakukan (Moleong, 2009 :330).

8. Tahap – tahap penelitian

Tahap – tahap penelitian pada penelitian ini sebagai berikut :

a. Penelitian pendahuluan

Penelitian pendahuluan ini mengkaji buku – buku yang

berkaitan dengan strategi guru Pendidikan Agama Islam

(tunanetra) dalam pembelajaran baca tulis Al Quran pada anak

tunanetra.

b. Tahap penelitian di lapangan

Setelah mengetahui bagaimana pembelajaran baca tulis Al

Quran pada anak tunanetra maka peneliti melakukan wawancara

langsung kepada kepala sekolah dan guru.

c. Tahap analisis dan pelaporan

Peneliti mengkaji antara informasi yang terdapat dalam

buku mengenai pembelajara baca tulis Al Quran dengan data

yang diperoleh di lapangan. Setelah data terkumpul maka

dilakukan penilaian secara selektif dan disesuaikan dengan

(32)

17 G. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusun untuk

mempermudah jalan pikiran dalam memahami secara keseluruhan isi

skripsi.

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang

masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan

istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan

Bab II strategi guru Pendidikan Agama Islam, pembelajaran baca

tulis Alquran , anak tunanetra.

Bab III merupakan paparan data dan temuan penelitian meliputi :

deskripsi letak geografis SLB Wantu Wirawan, dan hasil penelitian.

Bab IV merupakan analisis data yang meliputi strategi guru

pendidikan Agama Islam berkebuthan khusus dalam pembelajaran baca

tulis Al Quran pada SLB Wantu Wirawan Salatiga beserta pelaksanaan,

hambatan yang dihadapi dan solusi.

(33)

18 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Pada penelitian sebelumnya ditemukan beberapa hasil penelitian yang

hampir sama dengan penelitian ini yang berkaitan dengan anak

berkebutuhan khusus diantaranya terdapat judul penelitian Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam pada siswa penyandang autis di SMPLB N

Salatiga tahun pelajaran 2013/2014 yang ditulis oleh Fitriyah tahun 2014

yang menjelaskan bahwa sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam

pada siswa autis di SMPLB Negeri Salatiga berpedoman pada kurikulum

KTSP dengan modifikasi guru dengan materi yang disampaikan bersifat

praktis dengan beberapa metode seperti ceramah, quantum teaching, tanya

jawab, praktek, dan keteladanan yang menunjukkan siswa autis sudah

menjalankan ritual keagamaan dalam keseharian dan berperilaku seperti

tuntunan agama.

Selanjutnya terdapat judul Metode Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam pada siswa Tuna Rungu di SLBN Kec. Kowangan Kab. Temanggung

tahun 2014 yang ditulis oleh Fatmawati tahun 2014. Skripsi ini

menjelaskan metode artikulasi dan metode latihan yang digunakan dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam dimana metode tersebut sama

dengan sekolah umum tetapi berbeda dalam pengaplikasiannya.

Kemudian terdapat lagi judul Implementasi Pendidikan Agama Islam

(34)

19

Boyolali tahun pelajaran 20123/2014 yang ditulis oleh Widiastuti tahun

2014. Dalam tulisan ini menjelaskan bagaimana pelaksanaan pembelajaran

pendidikan agama Islam anak berkebutuhan khusus yaitu anak yang

mempunyai kesultan belajar di sekolah inklusi dimana anak berkebutuhan

khusus berbaur jadi satu dengan anak normal lainnya. Penelitian ini

membahas pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang

diawali dari penyususunan perencanaan, pengukuran, dan penyusunan

program yang sesuai bagi anak yang bersangkutan. Pembelajaran ABK

yang dilaksanakan disekolah inklusi sendiri melalui pelayanan individual

yaitu sering didekati dan diberi pertanyaan agar tidak tertinggal dengan

anak lainnya.

Dari beberapa judul yang sudah ada penulis mencoba menyudutkan

dengan fokus penelitian yang berbeda yaitu Strategi Guru Pendidikan

Agama Islam Berkebutuhan Khusus dalam Pembelajaran Baca Tulis Al

Quran pada Anak Tunanetra di SLB Wantuwirawan Salatiga. Penelitian

ini hampir sama dengan penelitian – penelitian sebelumnya yang

membahas pembelajaran PAI pada anak autis dengan kurikulum KTSP,

metode pembelajaran PAI pada anak tunarungu dengan metode artikulasi

dan latihan, dan implementasi PAI anak berkebutuhan khusus yaitu anak

dengan kesulitan belajar dalam sekolah inklusi melalui pelayanan

individual. Bahwa yang membedakan dalam penelitian ini membahas cara

atau langkah – langkah yang ditempuh seorang guru yang memiliki

(35)

20

Quran pada anak tunanetra bukan pembelajaran Agama Islam secara

mengglobal jika sebelumnya pada anak autis,tunarungu, anak kesulitan

belajar, maka penelitian ini khususnya kepada anak tunanetra.

B. Landasan Teori 1. Strategi Mengajar

Strategi sebenarnya berasal dari bahasa Inggris “ Strategy” yang

oleh As Hornby dalam Oxford Advance Learners Dictionary (Oxford

University Press,1997 p 870) disebutkan sebagai “the art of planning

operations in war, expecially of the movements of armies and navies

into favourable positions for fighting” yang artinya “ seni dalam

gerakan – gerakan pasukan darat dan laut untuk menempati posisi –

posisi yang menguntungkan alam pertempuran”. Strategi juga berasal

dari bahasa Yunani “strategia” yang artinya “the art of the general”

seninya seorang jenderal / panglima (Darwis dkk, 1998 :195)

Beberapa pengertian strategi menurut para ahli, antara lain :

a. Menurut Pearce dan Robinson

Strategi menurut mereka adalah rencana main dari suatu

perusahaan, yang mencerminkan kesadaran suatu perusahaan

mengenai kapan, dimana dan bagaimana ia harus bersaing dalam

menghadapi lawan dengan maksud dan tujuan tertentu.

b. Menurut Johnson dan Scholes

Strategi ialah arah dan ruang lingkup dari sebuah organisasi

(36)

21

melalui konfigurasi dari sumber daya dalam lingkungan yang

menantang, demi memenuhi kebutuhan pasar dan suatu

kepentingan.

c. A.Halim

Strategi merupakan suatu cara dimana sebuah lembaga atau

organisasi akan mencapai tujuannya sesuai peluang dan ancaman

lingkungan eksternal yang dihadapi serta kemampuan internal dan

sumber daya.

Strategi adalah (Kartono, 2000: 488) :

1. Prosedur yang diterima dan dipakai dalam suatu upaya untuk

mencapai tujuan - tujuan tertentu, seperti pemecahan suatu

masalah.

2. Satu metode umum untuk memecahkan permasalahan -

permasalahan.

Strategi ini jika dimasukkan dalam dunia pendidikan secara makro

dalam skala global, strategi merupakan kebijakan – kebijakan, yang

mendasar dalam pengembangan pendidikan sehingga tercapai tujuan

pendidikan secara lebih terarah, lebih efektif dan efisien. Jika dilihat

secara mikro dalam strata operasional khususnya dalam proses belajar

mengajar maka pengertiannya adalah langkah – langkah tindakan

yang mendasar dan berperan besar dalam proses belajar mengajar

(37)

22

Menurut Newman dan Logan dalam proses belajar mengajar

terdapat empat strategi dasar (Darwis dkk, 1998 :196) :

1. Pengindentifikasian dan penetapan spesifikasi dari kualifikasi

tujuan yang akan dicapai dengan memperhatikan dan

mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang memerlukannya.

2. Pertimbangan dan pemilihan cara pendekatan utama yang dianggap

ampuh untuk mencapai sasaran.

3. Pertimbangan dan penetapan langkah – langkah yang ditempuh

sejak titik awal pelaksanaan sampai titik akhir pencapaian sasaran.

4. Pertimbangan dan penetapan tolak ukur untuk mengukur taraf

keberhasilan sesuai dengan tujuan yang dijadikan sasaran.

Agar suatu susunan strategi dapat berfungsi maksimal diperlukan

tahapan atau rincian sebagai berikut :

1. Perumusan strategi

Perumusan strategi adalah proses memilih tindakan

utama (strategi) untuk mewujudkan misi organisasi. Proses

mengambil keputusan untuk menetapkan strategi seolah-olah

merupakan konsekuensi mulai dari penetapan visi-misi, sampai

(38)

23 2. Perencanaan Tindakan

Langkah pertama untuk mengimplementasikan strategi

yang telah ditetapkan adalah pembuat perencanaan strategi. Inti

dari apa yang ingin dilakukan pada tahapan ini adalah

bagaimana membuat rencana pencapaian (sasaran) dan rencana

kegiatan (program dan anggaran) yang benar-benar sesuai dengan

arahan (visi, misi, goal) dan strategi yang telah ditetapkan

organisasi.

3. Implementasi

Untuk menjamin keberhasilan strategi yang telah

berhasil dirumuskan harus diwujudkan dalam tindakan

implementasi yang cermat. Strategi dan unsur - unsur organisasi

yang lain harus sesuai, strategi harus tercermati pada rancangan

struktur budaya organisasi, kepemimpinan dan sistem

pengelolaan sumber daya manusia. Karena strategi

diimplementasikan dalam suatu lingkungan yang terus berubah,

maka implementasi yang sukses menuntut pengendalian dan

evaluasi pelaksanaan.

Dalam proses pembelajaran, tidak lepas dari strategi yang

digunakan oleh guru demi terlaksananya proses kegiatan belajar mengajar

yang lebih efektif dan efisien. Beberapa strategi pembelajaran menurut

(39)

24

1. Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Pengajar

Pengajar harus berusaha mengalihkan pengetahuannya kepada

peserta didik dan menyampaikan keterangan atau informasi sebanyak –

banyaknya kepada peserta didik. Teknik pembelajaran ini adalah teknik

ceramah. Teknik team teaching, teknik sumbang saran, teknik

demonstransi, dan teknik antar disiplin.

2. Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Peserta Didik

Tujuan mengajar adalah membelajarkan peserta didik. Strategi

yang berpusat pada peserta didik adalah strategi pembelajaran yang

memberi kesempatan seluas – luasnya kepada peserta didik untuk aktif

dan berperan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini

pengajar sebagai fasilitator. Teknik yang digunakan diantaranya adalah

inkuiri, teknik satuan pengajaran, teknik advokasi, teknik eksperimen,

dan teknik penemuan.

3. Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Materi Pengajaran

Strategi yang berpusat pada materi ini disebut juga dengan material

center strategis bertitik tolak dari pendapat yang mengemukakan bahwa

belajar adalah usaha untuk memperoleh dan menguasai informasi.

Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi berkembang seiring

dengan pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang

(40)

25

satunya sumber informasi. Teknik yang digunakan diantaranya adalah

tutorial, modular, terpadu, dan demonstrasi.

Jadi strategi mengajar adalah cara atau metode yang dilaksanakan

guru dalam mencapai sebuah tujuan dengan melihat peluang yang

sesuai untuk memberikan informasi (mengajar) kepada peserta didik

dengan menggunakan teknik tertentu.

2. Guru Pendidikan Agama Islam

Guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar atau

memberikan pelajaran di sekolah atau di dalam kelas (Asdiqoh,

2013 :38). Dari pengertian tersebut berarti guru merupakan orang

yang berkecimpung didalam lingkungan pendidikan yang bertugas

menyampaikan ilmu kepada peserta didik guna membentuk pribadi

yang unggul. Menjadi guru tidaklah hanya sekedar memiliki ilmu

mata pelajaran saja tapi harus memenuhi berbagai syarat untuk

menjadi seorang guru. Menurur Zakiah Daradjat menjadi guru

harus memenuhi berbagai persyaratan, antara lain (Asdiqoh, 2013

:38) :

1). Takwa kepada Allah SWT

Menjadi seorang guru harus bertakwa kepada Allah

dengan melakukan segala apa yang di perintahkan dan

meninggalkan segala yang di larangNya sehingga bisa

memberikan arahan kepada peserta didik untuk bertakwa

(41)

26 2). Berilmu

Menjadi sosok yang berilmu adalah salah satu kunci yang

penting dimiliki guru supaya dapat menyampaikan materi

kepada peseta didik

3). Sehat jasmani

Kesehatan jasmani merupakan hal yang begitu penting bagi

seorang guru, ketika guru mengalami sakit maka tidak bisa

menyampaikan materi secara maksimal..

4). Berkelakuan baik

Guru yang memiliki perilaku yang baik bisa

menjadikan teladan tersendiri bagi peserta didik. Maka

memiliki perilaku baik menjadi salah satu syarat menjadi

seorang guru.

Menjadi seorang guru salah satu syaratnya adalah bertakwa

kepada Allah. Apalagi menjadi guru Pendidikan Agama Islam yang

tugasnya menyampaikan materi keagamaan Islam yang didalamnya

menyampaikan perihal ibadah kepada Allah sesuai dengan Al Quran

dan As Sunah. Pendidikan Agama Islam menurut kurikulum PAI (

Majid, 2012 :11) adalah:

(42)

27

kerukunan antar umat beragama dalam msyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

Menyampaikan materi pendidikan Agama Islam merupakan tugas

pokok seorang guru PAI. Tetapi tidak semua memiliki fisik yang

sempurna, ada yang memiliki keterbatasan dalam inderanya yang

sering disebut orang dengan kebutuhan khusus. Orang berkebutuhan

khsusus adalah yang mengalami gangguan fisik, mental, intelegensi,

dan emosi sehingga membutuhkan pembelajaran khusus (Kosasih,

2012 :1).

Maka guru Pendidikan Agama Islam adalah seseorang yang

bertugas mengajar dan mendidik peserta didik dengan keahlian khusus

berdasarkan kemampuan yang dimiliki dalam mengenalkan dan

memahami serta mengaplikasikan agama Islam sesuai dengan Al

Quran dan Al Hadist supaya bertakwa kepada Allah.

b. Tugas Guru

Menjadi seorang guru tentu memiliki tugas tertentu yang harus

di penuhi supaya hak seorang peserta didik terpenuhi dengan baik.

Berikut tugas guru menurut Koestiyah (Asdiqoh, 2013 :20)

diantaranya:

1) Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa

kepandaian, kecakapan dan pengalaman – pengalaman.

2) Membentuk kepribadian anak yang harmonis sesuai etika – etika

dan dasar negara kita Pancasila.

(43)

28

4) Sebagai perantara dalam belajar. Didalam proses belajar. guru

mnjadi perantara dan anak harus berusaha sendiri.

5) Guru adalah sebagai pembimbing untuk membawa anak didik

kearah kedewasaan.

6) Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.

7) Sebagai penegak disiplin.

8) Guru sebagai perencana kurikulum.

9) Guru sebagai pemimpin.

10) Guru sebagai sponsor anak, yaitu ikut dalam segala kegiatan

anak.

3. Pembelajaran Baca Tulis Al Quran

Menurut Nata pembelajaran secara sederhana dapat diartikan

sebagai sebuah usaha mempengaruhi emosi, intelektual, dan

spritual sorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri

(Fathurrohman dan Sulistyorini, 2012 :6). Sedangkan menurut

Gagne pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang

untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa sendiri

(Fathurrohman dan Sulistyorini, 2012 :9). Jadi pembelajaran adalah

usaha mempengaruhi seorang dengan serangkaian kegiatan yang

direncanakan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta

dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak

(44)

29

Menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke

dalam lambang - lambang tulisan.

Al Quran adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh

Allah SWT Tuhan Seru Sekalian Alam kepada junjungan kita Nabi

besar dan Rasul terakhir Muhammad saw melalui malaikat Jibril,

untuk diteruskan penyampaiaannya kepada seluruh umat manusia

di muka bumi ini sampai akhir zaman nanti (Wardhana, 2009 :46).

Al Quran adalah Kalam Allah yang bernilai mukjizat, yang

diturunkan kepada penutup para nabi dan rasul, dengan perantaraan

Malaikat Jibril diriwayatkan kepada umat dengan mutawatir.

Dari beberapa penjelasan tersebut penulis menyimpulkan bahwa

pembelajaran baca tulis Al Quran adalah usaha seseorang dalam

proses memahami kata – kata atau bahasa Al Quran (kitab suci

umat Islam) dengan tata cara baca yang baik dan mencoba

menuangkan kata – kata Al Quran ke dalam tempat (kertas) berupa

tulisan arab sesuai dengan kaidah – kaidah bahasa Al Quran yang

benar untuk memperoleh makna Al Quran dengan tujuan

memperoleh manfaat dalam mempelajari Al Quran.

Berikut ini beberapa manfaat mempelajari, membaca, dan

mengamalkan Al Quran, diantaranya adalah :

1. Al Quran sebagai pedoman hidup manusia untuk menuntun

(45)

30

2. Al Quran sebagai penyejuk hati bagi siapa saja yang

membacanya.

3. Al Quran sebagai pelebur segala emosi dan amarah yang mampu

mendamaikan dan memberi ketenangan yang tidak dapat

dilukiskan atau digambarkan seperti halnya yang terjadi pada

Sayyid Quthb Rahimakumullah.

b. Adab Membaca Al Quran

Dalam pembelajaran baca tulis Al Quran terdapat beberapa adab

yang dipenuhi. Berikut adab membaca Al Quran (Ahsin, 1994 :32):

1. Membaca Al Quran sesudah berwudhu.

2. Membaca di tempat yang suci dan bersih.

3. Membaca dengan khusyu’, tenang dan hikmat.

4. Bersiwak, membersihkan mulut sebelum memulai membaca.

5. Membaca ta’awudz sebelum membaca ayat Al Quran.

6 Membaca basmalah pada setiap permulaan surah.

7. Membaca dengan tartil.

8. Tadabur / memikir terhadap ayat – ayat yang dibacanya.

9. Membacanya dengan jahr, yaitu dengan suara keras yang lebih

utama.

10. Membaguskan bacaannya dengan lagu yang merdu.

c. Tujuan Baca Tulis Al Quran

(46)

31

tanpa memandang bangsa, suku atau golongan manusia (Wardhana,

2009 :50). Tujuan belajar Al Quran diantaranya adalah :

1) Sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk

mencapai kebahagiaan hidup dunia akhirat.

2) Sumber motivasi, yaitu memberikan dorongan untuk

meningkatkan kualitas hidup beragama, bermasyarakat,

danbernegara.

3) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan

ketaqwaan peserta didik dalam meyakini kebenaran ajaran

agama Islam, melanjutkan upaya yang telah dilaksanakan

dalam lingkungan keluarga maupun jenjang pendidikan.

4) Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan – kesalahan dalam

keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam

kehidupan sehari – hari.

5) Pencegahan, yaitu mencegah hal – hal negatif dari

lingkungan atau budaya lain dan menuju manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

(

http://asrofudin.blogspot.co.id/2010/05/tujuan-dan-fungsi-mapel-quran-hadits.html diakses pada tanggal 21 Juli 2016

(47)

32 4. Tunanetra

a. Pengertian tunanetra

Tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya

(kedua - duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima

informasi dalam kegiatan sehari – hari seperti halnya orang awas

(Somantri, 2006 :65). Sedangkan menurut Putranto (2015 :95)

tunanetra merupakan gangguan daya penglihatan berupa kebutaan

menyeluruh atau sebagian. Jadi tunanetra adalah seseorang yang

mempunyai gangguan penglihatan yang bersifat sebagian atau

menyeluruh sehingga tidak memiliki fungsi dalam menerima

informasi setiap kegiatan.

Pada umumnya, yang digunakan sebagai ukuran seseorang

anak dikatakan tunanetra atau tidak ditentukan berdasarkan tingkat

ketajamannya penglihatannya. Seorang tunanetra apabila hanya

memiliki ketajaman penglihatan (visus) kurang dari 6/21 artinya

anak hanya mampu membaca huruf pada jarak 6 meter di mana

orang awas mampu membacanya pada jarak 21 meter.

Anak tunanetra dapat dikelompokkan menjadi dua macam,

yaitu buta dan low vision. Dikatakan buta jika anak sama sekali

tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar (visusnya = 0)

dan dikatakan low vision bila anak masih mampu menerima

(48)

33

jika anak hanya mampu membaca headline pada surat kabar

(Somantri, 2006 :66).

b. Penyebab tunanetra

1) Faktor internal

Hal – hal yang termasuk faktor internal berkaitan erat

dengan keadaan bayi selama masih berada di dalam

kandungan, seperti gen (sifat pembawa keturunan), kondisi

psikis ibu, kekurangan gizi, keracunan gizi, keracunan obat

,dan sebagainya (Putranto, 2015 :96). Jadi faktor internal

adalah keadaan yang terjadi sebelum dilahirkan dengan

berbagai macam gangguan yang dialami oleh kondisi ibu

selama mengandung.

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal terjadi pada saat atau sesudah bayi

dilahirkan, seperti contoh kecelakaan, terkena penyakit sifilis

yang mengenai mata bayi saat dilahirkan, pengaruh alat bantu

medis saat melahirkan,serta peradangan mata akibat serangan

racun, bakteri, atau virus (Putranto, 2015 :97).

c. Berbagai perkembangan anak tunanetra

(49)

34

Akibat dari ketunanetraan, maka pengenalan atau

pengertian terhadap dunia luar anak, tidak dapat diperoleh

secara lengkap dan utuh akibatnya perkembangan kognitif

anak tunanetra cenderung terhambat dibandingkan dengan

anak – anak normal umumnya (Somantri, 2006 :67). Indera

penglihatan adalah salah satu indera yang penting dalam

menerima informasi yang kemudian diteruskan ke otak dan

munculah persepsi dan pengertian berasal dari luar. Anak

tunanetra yang mengalami gangguan penglihatan akan

memiliki hambatan dalam menerima informasi dan menjadi

terhambatnya perkemabangan kognitif anak.

2) Perkembangan motorik anak tunanetra

Perkembangan motorik anak tunanetra cenderung lambat,

kelambatan ini terjadi karena dalam perkembangan perilaku

motorik diperlukan adanya koordinasi fungsional antara

neuromuscular system (sistem persyarafan dan otak) dan

fungsi psikis (kognitif, afektif, dan konatif) , serta kesempatan

yang diberikan oleh lingkungan. Pada anak tunanetra mungkin

fungsi neuromuscular system nya tidak bermasalah tapi fungsi

psikisnya kurang mendukung sehingga menjadi hambatan

tersendiri dalam perkembangan motoriknya (Somantri, 2006

:76). Untuk dapat berjalan saja seorang anak tunanetra harus

(50)

35

mendasarinya seperti berguling, terlentang, telungkup, duduk

dan berdiri dengan bebas baru kemudian berjalan.

3) Perkembangan emosi anak tunanetra

Anak tunanetra akan sedikit mengalami hambatan

dibandingkan dengan anak yang awas. Keterlamabatan ini

terutama disebabkan oleh keterbatasan kemampuan anak

tunanetra dalam proses belajar, pada awal masa kanak – kanak

anak tunanetra mungkin akan melakukan proses belajar

mencoba – coba untuk menyatakan emosinya namun hal ini

tetap dirasakan tidak efisien karena tidak dapat melakukan

pengamatan terhadap reaksi lingkungan secara tepat (Somantri

, 2006 :81).

5. Pembelajaran bagi Anak Tunanetra

Sebelum menerapkan pembelajaran pada anak tunanetra, guru

harus terlebih dahulu menguasai karakteristik atau strategi

pembelajaran yang biasa di berikan kepada siswa – siswa awas

meliputi tujuan, cara, materi, alat, lingkungan dan aspek lainnya.

Selanjutnya adalah menganalisis komponen – komponen yang perlu

diubah /dimodifikasi serta sejauh mana penyesuaian itu dilakukan.

Berikutnya pemanfaatan indra yang masih berfungsi secara optimal

dan terpadu dalam praktik / proses pembelajaran memegang peran

(51)

36

tunanetra juga sering memiliki kelebihan yang sifatnya positif seperti

kepekaan terhadap suara, perabaan, ingatan, keterampilan dalam

memainkan alat musik, serta ketertarikan yang tinggi terhadap nlai –

nilai moral dan agama (Somantri, 2006 :88). Untuk mengembangkan

kemampuan yang dimiliki maka diperlukan strategi pembelajaran

yang sesuai dengan prinsip pembelajaran anak tunanetra. Beberapa

prinsip pembelajaran bagi anak tunanetra yang dikemukaan oleh

Subagya yang dikutip oleh Putranto (2015 :100)

a. Individual

Prinsip ini individual merupakan kaidah pokok dalam

setiap jenis pembelajaran (baik pendidikan luar biasa maupun

umum). Guru dituntut untuk memerhatikan adanya perbedaan –

perbedaan individu. Selain adanya perbedaan – perbedaan

umum seperti usia, kemampuan mental, fisik, kesehatan, sosial,

dan budaya, anak tunanetra menunjukkan sejumlah perbedaan

khusus yang menunjukkan sejumlah perbedaan yang terkait

dengan kebutaan. Maka adanya perbedaan antara siswa low

vision dan buta total (Putranto, 2015 :101). Dengan prinsip

individual ini akan ada pelayanan pendidikan yang lebih optimal

bagi anak tunanetra apa lagi untuk pendidikan agama Islam yang

dimana pembelajaran terkait dengan nilai religi, akhlak, dan

hukum ibadah untuk anak tunanetra.

(52)

37

Strategi pembelajaran yang diterapkan guru harus

memungkinkan siswa tunanetra mendapatkan pengalaman

secara nyata yang dipelajari dari alat inderanya langsung. Siswa

tunanetra tidak dapat belajar melalui pengamatan visual. Siswa

tunanetra harus dibimbing untuk meraba, mendengar, mencium,

mengecap, mengalami situasi secara langsung serta melihat

semampunya (bagi anak low vision).

c. Totalitas

Strategi pembelajaran yang dilakukan guru harus

memungkinkan siswa memperoleh pengalaman objek serta

situasi secara utuh. Guru mendorong siswa untuk melibatkan

semua pengalaman penginderaanya secara terpadu dalam

memahami sebuah konsep. Siswa tunanetra tidak dapat

menggunakan penglihatannya maka siswa bisa menggunakan

indera lainnya untuk digunakan secara menyeluruh untuk

memahami sebuah konsep atau benda.

d. Aktivitas mandiri

Prinsip ini menekankan strategi pembelajaran harus

memungkinkan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan

sekadar mendengar dan mencatat. Keharusan ini berimplikasi

terhadap perlunya siswa mengetahui, menguasai, serta menjalani

proses dalam memperoleh fakta atau konsep. Guru

(53)

38

bertindak sebagai fasilitator yang membantu memudahkan siswa

didalam belajar serta sebagai motivator. Prinsip ini melatih

siswa untuk lebih mandiri dengan kemampuan yang dimiliki

(54)

39 BAB III

PAPARAN DATA dan TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah Luar Biasa Wantuwirawan di Kota Salatiga

1. Sejarah dan Profil Sekolah SLB Wantuwirawan a. Sejarah Sekolah

Berdirinya sekolah luar biasa Wantuwirawan melalui

perjalanan panjang dimulai sejak tahun 1982 tepatnya bulan Juni.

Pada awalnya sekolah ini baru menerima anak berkebutuhan

khusus tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita yang baru ditangani

oleh tiga orang guru. Berkembang lagi sampai tahun 1984 barulah

ada penambahan guru dan ada yang sudah menjadi Pegawai

Negeri Sipil (PNS), dengan bertambahnya guru maka bertambah

pula anak luar biasa yang diterima oleh sekolah luar biasa

Wantuwirawan ini.

Awalnya belum begitu banyak yang mengetahui hadirnya

sekolah ini, kemudian dari pihak yayasan dan sekolah melakukan

sosialisasi kepada masyarakat sekitar melalui radio, media, dan

jamaah ibu pengajian. Melalui perjuangan yang panjang sekolah

luar biasa akhirnya mempunyai gedung resmi yang berdiri dari

tahun 1986 sampai sekarang tepatnya di jalan Argoboga no 282 di

kota Salatiga. Saat ini sudah banyak guru yang menjadi PNS dan

(55)

40

SMALB ini sekitar 30 siswa. Berdirinya sekolah luar biasa

Wantuwirawan ini tidak lepas dari Dinas Pendidikan yang cukup

membantu akan berdirinya sekolah tersebut.

b. Profil sekolah

Nama Sekolah : SLB (A) (D) WANTUWIRAWAN

Alamat sekolah : Jl. Argoboga No .282 Argomulyo

Kota Salatiga

Nomor telp & fax sekolah : (0298) 311396,322635

Website : -

Email sekolah : slba_wantuwirawan@yahoo.co.id

Status sekolah : swasta

NSS : 862.036.201.001

NIS : 280010

Akreditasi sekolah : Jenjang SDLB A Wantuwirawan

(B)

Jenjang SMPLB A Wantuwirawan

(B)

Jenjang SMALB A Wantuwirawan

(B)

Tahun akreditasi : SLB – AD Wantuwirawan 2008 -

2009

Tahun berdiri / SK Pendirian: 1982/ No 42501/0004132.tgl 03

(56)

41

Nama penyelenggara : Yayasan Siwi Peni

Nama Ketua Yayasan : Retno Adiwati, SH

Tahun berdirinya yayasan : Akta Notaris Ny. El Mattu No . 09

Tgl, 24 – 12-1979

Ijin pembaharuan Yayasan : Akta Notaris Supriyadi, SH No 182

Tgl, 23 – 12 – 2015

SK Kemenkumham RI No. AHU –

(57)

42 c. Struktur Organisasi

Bagan 3.1

Struktur Organisasi SLB Wantuwirawan Salatiga

PENDIRI 1.Sigit Margono,M.Pd

2. H. Ir. Soebito

KETUA UMUM Retno Adiwati,SH

BENDAHARA H Ismawati Prabandari

SEKRETARIS Enik M Mawarni,S.Pd

KETUA III Bag. Kesehatan

BENDAHARA PENDIDIKAN Susilaningsih,S.Pd

KETUA II Bag. Rumah Tangga KETUA I

Bag. Pendidikan

(58)

43

Siswa yang belajar di sekolah SLB Wantuwirawan diantaranya

adalah:

1. Tunanetra

Tunanetra merupakan gangguan penglihatan kedua mata

atau sebagian. Anak tunanetra yang ada di SLB Wantuwirawan

terdapat keduanya yaitu anak dengan buta total dan anak buta

sebagian atau low vision. Dilihat dari jumlahnya antara buta total

dan low vision itu sama (fifty -fifty). Terdiri dari empat buta total

dan empat low vision.

2. Tunadaksa

Tunadaksa ialah seseorang yang memiliki kekurangan

secara fisik atau ketidakmampuan anggota tubuh untuk

melaksanakan fungsinya. di SLB Wantuwirawan terdapat anak

dengan tunadaksa berjumlah 11 anak yang terdiri laki – laki

maupun perempuan.

2. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah a. Visi

Visi dari sekolah SLB A-D Wantuwirawan adalah

terwujudnya pelayanan secara optimal bagi PK – LK agar

(59)

44 b. Misi

Misi yang diterapkan di SLB A-D Wantuwirawan adalah

1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan efektif

sehingga setiap siswa mengenali potensi dirinya dan dapat

berkembang secara optimal

2) Menumbuhkan rasa percaya diri untuk menjadikan

pengetahuan sebagai jendela menguak kegelapan dan

percaya diri serta menjadikan keterampilan sebagai sarat

untuk bekal hidup.

c. Tujuan

Tujuan dari sekolah SLB A-D Wantuwirawan adalah :

1) Dapat menggunakan ajaran agama hasil proses pembelajaran

serta meraih prestasi akademik maupun non akademik.

2) Membentuk anak hidup mandiri.

3. Kurikulum

Kurikulum yang digunakan di SLB A-D Wantuwirawan ini masih

menggunakan kurikulum KTSP tapi juga sedikit demi sedikit

menggunakan kurikulum 2013. Sekolah luar biasa Wantuwirawan

mulai tahun 2017 keseluruhan sudah menggunakan kurikulum 2013

dan menyeseuaikan dengan kemampuan siswa sendiri karena

keterbatasan yang dimiliki. Dengan kurikulum tersebut bertujuan

(60)

45

4. Guru SLB AD Wantuwirawan Salatiga

Guru yang mengajar di SLB (A) (D) Wantuwirawan Salatiga

berjumlah 10 yang terdiri dari PNS, guru tetap, dan guru tidak tetap.

Tabel 3.2

Daftar Guru SLB Wantuwirawan Salatiga

(61)

46

Guru yang mengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di

SLB Wantuwirawan Salatiga adalah

Nama : Huru Tyastri, S.sos.I

NIP : 19800930 200604 2 004

(62)

47

Golongan : III/C

Alamat : Perumahan Argomas Timur no 253

b. Siswa

Siswa tunanetra yang diteliti oleh penulis adalah siswa dengan

jenjang SMA kelas X dan XI yaitu :

1) Nama : Aditya Pratama

Kelas : XI

TTL : Salatiga, 09 April 1999

Alamat :Surawangsan RT 02/02 , Kauman Kidul, Salatiga

2) Nama : MM Kurniawan

Kelas : X

TTL : Salatiga, 10 Oktober 1999

Alamat : Cebongan, Argomulyo, Salatiga

6. Sarana dan Prasarana Sekolah

SLB (A) (D) Wantuwirawan Salatiga yang menempati lahan 1090

dengan luas bangunan kurang lebih 900 dan halaman 17 x 11

. Sarana dan prasarana yang dimiliki SLB A-D Wantuwirawan

(63)

48 a. Gedung dan Ruang

Terdiri dari ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang ruang

tamu, ruang ibadah, ruang kelas,ruang perpustakaan, ruang

keterampilan, gudang, ruang terapi, kamar mandi, dan ruang

sirkulasi.

b. Barang / Perkakas

Barang / perkakas sebagai penunjang proses kegiatan belajar

mengajar

Tabel 3.3

Daftar Barang / Perkakas SLB Wantuwirawan Salatiga

No Nama Barang

1 Meja kursi kepala sekolah

2 Meja kursi guru

3 Meja kursi tamu

4 Meja kursi siswa

5 Almari

6 Komputer

7 Mesin ketik

8 Papan pajang

9 Rak hasil karya siswa

(64)

49

11 Alat peraga IPA

12 Alat peraga IPS

13 Alat peraga Bahasa

14 Alat peraga Berhitung

15 Alat peraga Terapi

16 Buku teks pelajaran

17 Buku penunjang

18 Buku referensi

19 Buku perpustakaan

Tabel 3.4

Sarana Ibadah

No Nama barang Jumlah

1 Mushola 1

2 Tempat wudhu

3 Tikar

4 Mukena 6

5 Pecis 6

6 Sajadah 10

7 Al Quran braille 2 set

(65)

50 B. Temuan Penelitian

1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembelajaran Baca Tulis Al Quran pada Anak Tunanetra

Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penelitian yang

menunjukkan strategi guru pendidikan agama Islam berkebutuhan

khusus dengan keterbatasannya dalam melihat (low vision) di SLB

Wantuwirawan Salatiga.

Berdasarkan wawancara dengan guru PAI dan siswa, strategi yang

dilakukan ketika memberikan pembelajaran baca tulis Al Quran

menggunakan prinsip individual, seperti yang telah dijelaskan oleh

HT selaku guru pendidikan agama Islam :

Saya mengajarinya sendiri-sendiri mba, gantian gitu. Kalau awal mengajari Al Quran braille, biar siswa juga lebih ngerti

(W/G/HT/9-06-2016/09:10).

Hal serupa juga disampaikan salah satu siswa yang berinisial MK:

Kalau ibu Tyas itu, diajari satu-satu, gantian gitu. Apa lagi

kalau praktek baca sama nulis (W/S/MK/17-06-2016/10:00).

Alasan menggunakan prinsip individual karena HT selaku guru

PAI berkebutuhan khusus bisa lebih leluasa memberikan materi,

sesuai dengan paparan guru sebagai berikut:

Kalau mengajari sendiri-sendiri kan lebih enak mba, jadi lebih

fokus ke materi (W/G/HT/9-06-2016/09:15).

Selain dekat dengan siswa, dengan prinsip individual juga

(66)

51

Saya kan juga kurang menguasai kelas mba, jadi ya lebih memilih dekat dengan siswa, karena bisa membantu saya untuk

memantau siswa, memperhatikan atau tidak

(W/G/HT/9-06-2016/09:15).

Untuk metode yang digunakan dalam penyampaian materi, HT

lebih menggunakan metode ceramah, karena siswa tunanetra selain

mengandalkan indera peraba juga indera pendengaran, sesuai dengan

pemaparan guru PAI, sebagai berikut :

Biar materi bisa sampai ke siswa, ya dengan metode ceramah itu to mba, saya terangkan dulu materinya. Anak tunanetra kan selain indera peraba juga mengandalkan indera pendengaran

sebagai alat untuk memperoleh informasi

(W/G/HT/9-06-2016/09:15).

Hal serupa juga dipaparkan oleh MK selaku siswa, sebagai berikut:

Caranya bu Tyas ngajar ya menerangkan materi dulu

(W/S/MK/17-06-2016/10:00).

Selain menggunakan metode ceramah, juga menggunakan metode

praktek dan diskusi, seperti yang dipaparkan HT selaku guru PAI

sebagai berikut:

Selanjutnya, setelah menyampaikan materi saya suruh praktek dengan menggunakan Al Quran braille biar siswa langsung tahu. Saya juga mengadakan diskusi di tengah jam pembelajaran biar

siswa tidak jenuh (W/G/HT/9-06-2016/09:15).

Media yang digunakan guru PAI dalam pembelajaran BTA meliputi

Al Quran braille, buku braille, dan reglet sebagai alat menulis,

sebagaimana pemaparan HT selaku guru, sebagai berikut:

Gambar

Tabel 3.2 Daftar Guru SLB  Wantuwirawan Salatiga
Tabel 3.3 Daftar Barang / Perkakas SLB  Wantuwirawan Salatiga
Tabel 3.4 Sarana Ibadah

Referensi

Dokumen terkait

Hasil wawancara menunjukkan salah satu kendala ling- kungan kerja adalah keterbatasan fasilitas untuk bekerja secara cepat dan rapi, terkait masalah kom- petensi

Jadi kemampuan berpikir kreatif mahasiswa program studi pendidikan ekonomi angkatan 2015 yang paling menonjol adalah suka berpikir lunak, suka humor dan santai dalam hal positif,

Untuk itu dimohon kehadiran saudara untuk pembuktian kualifikasi dimaksud dengan membawa seluruh dokumen kualifikasi asli / telah dilegalisir oleh pihak yang berwenang serta

Diduga komposisi filter dengan perlakuan komposisi 25% arang + 75% zeolit (B) dan komposisi 50% arang + 50% zeolit (C) dapat menjaga kualitas air pada media pemeliharaan

Pada tahun 1972, Pakistan yang di wakili oleh PM Zulfiqor Ali Bhutto dan India yang diwakili oleh PM Indhira Gandhi bertemu di Simla dan bersepakat untuk mengakhiri

Penyelesaian sengketa pembatasan wilayah Kashmir menurut hukum internasional adalah memutuskan PBB untuk mencoba pendekatan baru yaitu dengan mengirimkan perwakilan

Hal ini turut didukung penelitian Lumpkin dan Dess (dalam Freese, 2009) yang menerangkan bahwa karakter wirausahawan yang sukses yaitu: otonomi, inovasi,

Oleh karenanya, jika suatu larutan dengan konsentrasi C1 menghasilkan absorbansiA1 maka larutan unsur yang sama dengan konsentrasi C2 (diukur pada kondisi yang