i
STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(TUNANETRA) DALAM PEMBELAJARAN BACA
TULIS AL QURAN PADA ANAK TUNANETRA DI
SLB WANTUWIRAWAN SALATIGA
TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
MILKHATUNNIKMAH NIM: 111-12-068
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
vi
MOTTO
“
Orang yang tidak mengetahui dan mensyukuri nikmat
Allah berupa indera adalah orang yang tidak
mengetahui sumber kehidupan yang amat besar
”
vii
PERSEMBAHAN
Segenap rasa syukur dari hati yang paling dalam terselesainya skripsi ini, saya persembahkan kepada:
Untuk kedua orang tuaku Ayahanda Joko Siswanto dan Ibunda Juwarni yang tak kenal lelah memberikan doa, semangat dan bimbingannya hingga saat ini. Sehingga aku mampu melangkah jauh kedepan dan menjadi pribadi yang jauh lebih baik.
Untuk kakak dan adikku , Mba Hesti Vita Sari, Mas’ud, Kakakku Saechudin, Mba Muntamah dan saudara-saudaraku keluarga besar Materojo yang selalu memberi doa dan dukungan dalam segala hal.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya
Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi
Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan
hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di
hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “STRATEGI GURU
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TUNANETRA) DALAM PEMBELAJARAN BACA TULIS AL QURAN PADA ANAK TUNANETRA DI SLB WANTUWIRAWAN SALATIGA TAHUN AJARAN 2015/2016”
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari
bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa
tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi
ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
ix
4. Ibu Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah
mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya
membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag. selaku Pembimbing Akademik.
6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepala sekolah, guru, dan siswa SLB WANTUWIRAWAN Salatiga yang
telah memberikan ijin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di
sekolah tersebut.
8. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan
memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat
diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 31 Agustus 2016
Penulis
x ABSTRAK
Milkhatunnikmah, 2016. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam (Tunanetra) dalam Pembelajaran Baca Tulis Al Quran pada Anak Tunanetra di SLB Wantuwirawan Salatiga. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.Pembiming Dr. Hj. Lilik Sriyanti M.Si.
Kata kunci : Strategi dan Tunanetra
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi yang digunakan guru PAI berkebutuhan khusus dalam pembelajaran BTA pada anak tunanetra sesuai dengan kompetensi siswa pada pendidikan menengah atas di SLB Wantuwirawan Salatiga.
Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah 1) Strategi yang digunakan oleh guru PAI (tunanetra)?, 2) Bagaimana pelaksanaan dalam pembelajaran baca tulis Al Quran, problematika yang dihadapi, dan Solusi yang pada anak tunanetra di SLB Wantuwirawan Salatiga ?.
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode observasi lapangan, wawancara dan dokumentasi dari sumber data. Subyek penelitian adalah Guru PAI, Kepala Sekolah, dan siswa tingkat menengah atas di SLB Wantuwirawan Salatiga.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Fokus Penelitian ... 5
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat Penelitian... 6
E. Penegasan Istilah ... 7
F. Metode Penelitian ... 9
G. Sistematika Penulisan ... 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16
A. Penelitian Terdahulu ... 18
xii
1. Strategi Mengajar.. ... 20
2. Guru Pendidikan Agama Islam... ... 25
3. Pembelajaran Baca Tulis Al Quran... ... 28
4. Tunanetra... 32
5. Pembelajaran bagi Anak Tunanetra. ... 35
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 39
A. Paparan Data SLB Wantuwirawan Salatiga ... 39
B. Temuan Penelitian ... 50
1. Strategi Guru PAI Berkebutuhan Khusus dalam Pembelajaran Baca Tulis Al Quran pada Anak Tunanetra di SLB Wantuwirawan Salatiga ... 50
2. Pelaksanaan, Problematika, dan Solusi dalam Pembelajaran Baca Tulis Al Quran pada Anak Tunanetra di SLB Wantuwirawan Salatiga ... 54
BAB IV ANALISIS DATA ... 63
A. Strategi Guru PAI Berkebutuhan Khusus di SLB Wantuwirawan Salatiga ... 63
B. Pelaksanaan, Problematika, dan Solusi dalam Pembelajaran Baca Tulis Al Quran pada Anak Tunanetra di SLB Wantuwirawan Salatiga ... 70
BAB V PENUTUP ... 76
A. Kesimpulan... 77
xiii
DAFTAR PUSTAKA ... 80
RIWAYAT HIDUP PENULIS ... 83
xiv
DAFTAR BAGAN / TABEL
Bagan 3.1 Struktur Organisasi SLB Wantuwirawan Salatiga ... 43
Tabel 3.2 Daftar Guru ... 46
Tabel 3.3 Daftar Barang/ Perkakas ... 49
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK
2. Nota Pembimbing Skripsi
3. Lembar Konsultasi
4. Hasil Wawancara
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Al Quran merupakan kitab suci yang dijadikan sebagai pegangan
hidup umat Islam sedunia yang diturunkan kepada Rasulullah SAW untuk
seluruah umat manusia. Al Quran mengajarkan kepada manusia tentang
akidah tauhid juga mengajarkan manusia tata cara beribadah kepada Allah
untuk membersihkan sekaligus menunjukkan kepada manusia kebaikan
dalam kehidupan pribadi dan kemasyarakatannya. Berbagai kemuliaan
yang ada di dalam Al Quran seluruh umat muslim diperintahkan untuk
mempelajari Al Quran yang dimulai dengan belajar membaca,
mengartikan, menafsirkan, menulis, dan mengamalkan Al Quran dalam
kehidupan. Seperti yang telah ditegaskan dalam firman Allah QS Al A’la :
1-5
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tdak diketahuinya.
Jelas dari ayat di atas bahwa Allah memerintahkan umatNya untuk
belajar salah satunya dengan cara membaca. Membaca adalah pintu
2
dapat diperoleh dengan indera kemudian dicerna oleh otak dan
memberikan respon untuk diaplikasikan. Apalagi mempelajari Al Quran
dengan berbagai kemuliaan yang dapat diamalkan sehingga mendapat
pahala dari Sang Maha Segalanya. Untuk dapat mempelajari Al Quran
yang pertama dilakukan umat muslim adalah dengan membaca bagi yang
mereka memiliki kemampuan melihat dengan indera penglihatan normal.
Lalu bagaimana dengan seseorang yang memiliki keterbatasan penglihatan
ketika akan mempelajari Al Quran. Padahal pendidikan membaca bukan
hanya diperuntukan untuk anak yang normal, lalu bagaimana untuk anak
yang berkebutuahan khusus, seperti anak yang tidak dapat melihat.
Mereka yang memiliki keterbatasan tentu membutuhkan bantuan orang
lain untuk dapat melakukan aktivitas yang dikehendaki. Dengan adanya
anak yang memiliki keterbatasan banyak dari mereka yang masuk
kesekolah – sekolah karena sadar akan pendidikan. Allah juga berjanji
akan meninggikan derajat – derajat orang yang berilmu seperti yang telah
dijelaskan dalam QS. Al Mujadilah : 11
3
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Islam menganggap pendidikan begitu penting, maka seluruh umat
Allah diwajibkan mencari ilmu sejak dari dalam kandungan sampai akhir
hayat, dan dalam keadaan apapun termasuk bagi anak yang memiliki
kekurangan dari segi fisik maupun psikis (anak berkebutuhan khusus).
Anak berkebutuhan khusus (ABK) menurut Heward adalah anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa
selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik
(Suharlina &Hidayat,2010 :5).
Hak pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus ditekankan dalam
UU Nomor 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat, meliputi jenjang,
jalur, satuan, bakat , minat, dan kemampuannya tanpa diskriminasi. UU
Nomor 4 tahun 1997 pasal 12 juga mewajibkan lembaga – lembaga
pendidikan umum menerima para ABK sebagai siswa (Santoso, 2010
:136). Dengan adanya undang – undang yang ada untuk ABK merupakan
bentuk perhatian pemerintah terhadap pendidikan ABK sama dengan anak
lain pada umunya.
Allah tidak mebeda – bedakan ketika melihat hambaNya dalam
belajar, semuanya sama. Allah menciptakan semua makhluk mempunyai
maksud dan tujuan serta adanya hikmah yang dapat diambil para
hambaNya. Sebagai umat muslim, wajib baginya untuk mempelajari Al
Quran karena Al Quran kitab suci sekaligus menjadi pedoman hidup umat
4
Belajar Al Quran dilakukan sejak dini, dengan segala usaha untuk
memperoleh pendidikan Al Quran diantaranya datang ke masjid belajar
dengan guru ngaji, adanya tempat pendidikan Al Quran yang begitu
banyak dijalankan di masjid – masjid saat ini. Tak kalah pentingnya di
sekolah sekarang memberikan pendidikan Al Quran kepada anak didik
supaya lebih memahami kandungan dalam Al Quran dan tentu menjadi
penghargaan tersendiri ketika anak mampu membaca dengan tartil,
menulis ayat suci Al Quran dengan indah bahkan menjadi juara dalam
lomba. Belajar membaca dan menulis Al Quran juga diperuntukkan bagi
anak yang memiliki hambatan, seperti anak yang mempunyai hambatan
penglihatan tetap belajar dengan keadaan dan kemampuan yang dimiliki.
Di Sekolah Luar Biasa Wantuwirawan Salatiga yang terletak di
Jalan Argoboga 282 Salatiga ini telah menerima berbagai anak yang
memiliki dengan keterbatasan seperti anak tunarungu, tunanetra,
tunadaksa, dan tunagrahita. Mereka semua diberikan pendidikan Agama
Islam bagi yang muslim bahkan peserta didik tunanetra sudah menjuarai
MTQ sekota Salatiga, terbukti sekolah luar biasa ini memiliki cara
tersendiri yang diperuntukkan untuk peserta didiknya, khususnya
diperoleh dari guru itu sendiri yang tak lepas bekerja sama dengan
lembaga dan wali murid. Menurut Depag RI Pendidikan Agama Islam
adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak
setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran –
5
(Majid,2012 :21). Agama Islam tak lepas dari kitab sucinya yaitu Al
Quran, maka sebagai guru Pendidikan Agama Islam dalam penyampaian
pembelajaran agama Islam tidak lepas dari pendidikan Al Quran dengan
berbagai cara dalam penyampaiannya, demi kesuksesan anak didiknya
dalam mempelajari Al Quran.
Adanya penghargaan tersendiri ketika guru agama Islam yang
mendidik juga memiliki keterbatasan dalam melihat bisa menyampaikan
materi agama Islam kepada anak didik di sekolah luar biasa termasuk
mengajar bagaimana membaca dan menulis Al Quran bagi anak yang
berkebutuhan khusus pasti memerlukan usaha keras untuk bisa
berinteraksi dan mendidik anak agar berhasil dengan hambatan yang
dimiliki anak. Maka disini penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(TUNANETRA) DALAM PEMBELAJARAN BACA TULIS AL
QURAN (BTQ) PADA ANAK TUNANETRA (STUDI KASUS SLB
WANTU WIRAWAN SALATIGA )
B. Fokus Penelitian
Untuk membatasi pokok bahasan dalam penelitian ini, penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Strategi apa yang digunakan guru Pendidikan Agama Islam (Tunanetra)
dalam pembelajaran baca tulis Al Quran pada anak tunanetra di SLB
6
2. Bagaimana pelaksanaan, problematika dan solusi dalam pembelajaran
baca tulis Al Quran pada anak tunanetra di SLB Wantuwirawan
Salatiga?
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui strategi guru Pendidikan Agama Islam (Tunanetra) dalam
pembelajaran baca tulis Al Quran pada anak tunanetra di SLB
Wantuwirawan.
2. Mengetahui pelaksanaan, problematika, dan solusi dalam pembelajaran
baca tulis Al Quran pada anak tunanetra di SLB Wantuwirawan
Salatiga.
D. Manfaat penelitian
Hasil penelitian diharapkan memberikan informasi yang jelas tentang
strategi guru Pendidikan Agama Islam berkebutuhan khusus dalam
pembelajaran baca tulis Al Quran pada anak tunanetra, sehingga dapat
memberikan manfaat :
1. Secara teoritis
a. Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu dalam
pembelajaran baca tulis Al Quran pada anak tunanetra.
b. Diharapkan penelitian ini memberikan pengetahuan tentang strategi
guru Pendidikan Agama Islam berkebutuhan khusus dalam
7 2. Secara praktis
a. Sebagai masukan pada orang tua untuk meningkatkan pengetahuan
baca tulis Al Quran pada anak tunanetra.
b. Sebagai masukan pada guru untuk memperbaiki proses pembelajaran
baca tulis Al Quran pada anak tunanetra.
E. Penegasan istilah :
Untuk menghindari salah pengertian dan salah penafsiran pada judul
diatas, perlu penulis jelaskan sesuai dengan interprestasi yang
dimaksudkan:
1.Strategi
Strategi pada awalnya digunakan untuk kepentingan militer
saja, tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang yang bebeda
seperti strategi bisnis, olah raga, catur, ekonomi, pemasaran,
perdagangan, manajemen strategi dan pendidikan. Sedangkan dalam
kamus Psikologi, strategi adalah (Kartono, 2000: 488).
a. Prosedur yang diterima dan dipakai dalam suatu upaya untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu, seperti pemecahan suatu masalah.
b.Satu metode umum untuk memecahkan permasalahan permasalahan.
2.Guru Pendidikan Agama Islam
Pendidik adalah sebutan lain dari seorang guru. Guru adalah suatu
jabatan profesional yang memiliki peranan dan kompetensi profesional
(Hamalik, 1991 :9). Menurut Asdiqoh (2013 :17) Guru adalah orang
8
adalah seorang arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak
didik, guru bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap
yangdapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan
negara.
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam
mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al
Quran, dan Al Hadist, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
latihan, serta penggunaan pengalaman (Majid, 2014 :11).
Dapat diambil kesimpulan guru Pendidikan Agama Islam adalah
seseorang yang memiliki tanggung jawab mencerdaskan anak bangsa
dengan menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran Islam. Disini yang dimaksudkan
guru pendidikan Agama Islam dalam penelitian ini adalah guru yang
memiliki keterbatasan melihat (tunanetra) akan tetapi masih bisa
melihat dengan samar – samar dengan kata lain low vision. Guru
tersebut mengajar anak didik dari SD sampai SMA di SLB
Wantuwirawan Salatiga.
3.Pembelajaran Baca Tulis Al Quran bagi Tunanetra
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan pelayanan khusus
diperuntukan bagi siswa (peserta didik) (Tohirin, 2008:18) . menurut
9
rangkaian peristiwa (events) yang memengaruhi pembelajaran sehingga
proses belajar dapat berlangsung dengan mudah. Pembelajaran adalah
suatu proses komunikasi dalam aktivitas pendidikan (Majid, 2012:
265). Membaca Al Quran adalah kegiatan melafalkan ayat – ayat Al
Quran dengan tartil serta mengamalkan dalam kehidupan (Khaled, 2011
:274). Jadi pembelajaran baca tulis Al Quran adalah pelayanan
mendidik kepada peserta didik dengan menulis dan melafalkan ayat Al
Quran dengan tartil. Di SLB Wantuwirawan ini pembelajaran baca tulis
Al Quran bagi anak tunanetra ini menggunakan Al Quran Braille
dengan mengandalkan indera perabaan untuk dapat membaca Al Quran
dengan menerapkan sistem “simakan” dan prinsip individual.
4. Anak tunanetra
Tunanetra adalah gangguan daya penglihatan berupa kebutaan
menyeluruh atau sebagian, menurut Somantri tunanetra tidak hanya
ditujukan kepada orang buta, tetapi juga mencakup mereka yang
hanya mampu melihat secara terbatas sehingga cukup menghambat
kegiatan sehari – hari terutama belajar (Putranto, 2015 :95). Anak
tunanetra yang dijadikan objek penelitian adalah anak yang duduk di
Sekolah Menengah Atas di SLB Wantuwirawan Salatiga.
F. Metode penelitian :
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Pendekatan penelitian ini jika ditinjau dari segi tempat
10
data – data yang dikumpulkan dari lapangan terhadap obyek yang
bersangkutan yaitu guru yang mempunyai kebutuhan khusus di
sekolah luar biasa Wantuwirawan jika dilihat dari pendekatan
penelitian maka penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif
yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematis
mengenai fakta – fakta yang ditemukan di lapangan yang bersifat
verbal, kalimat, keadaan, dan tidak berupa angka yang terjadi di SLB
Wantuwirawan.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, seacara holistik
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata – kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode ilmiah (Moleong, 2009:6).
2. Kehadiran peneliti
Peneliti kualitatif kedudukan peneliti sebagai instrumen utama.
Kehadiran peneliti dilapangan untuk melakukan pengamatan dan
wawancara mendalam untuk mendapatkan data dari informan yang
diperlukan peneliti guna untuk melengkapi data penelitian. Penelitian
ini peneliti terjun langsung ke lapangan tanpa mewakilkan
kehadirannya pada orang lain agar data dari informan didapat secara
11 3. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di SLB Wantuwirawan, tepatnya di
Jalan Argoboga 282 Salatiga, Jawa Tengah. Adapun strata
pendidikan mencakup : TKLB (Taman kanak Luar Biasa), SDLB
(Sekolah Dasar Luar Biasa), SMPLB (Sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa), SMALB (Sekolah Menengah Atas Luar Biasa). Objek
yang digunakan oleh peneliti adalah SMALB Wantuwirawan
Salatiga.
4. Sumber data a. Data primer
Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan
oleh peneliti dari sumber pertanyaan (Suryabrata, 2003 :39).
Sumber data langsung yang peneliti dapatkan berasal dari
lembaga SLB Wantu Wirawan, guru, serta informan yang bisa
membantu berlangsungnya dalam usaha pengumpulan data ini.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah tersusun dan
sudah dijadikan dalam bentuk dokumen – dokumen
(Suryabrata, 2003 :40). Peneliti menggunakan data sekunder
berupa dokumen – dokumen grafis untuk memperkuat dan
melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui arsip,
12
Salatiga. Data tersebut diambil supaya laporan yang diperoleh
benar – benar valid.
5. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah :
a. Observasi
Observasi sering diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan dari sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki,
(Sutrisno,2005:136). Metode observasi adalah cara menghimpun
bahan-bahan yang digunakan dengan mengadakan pengamatan
fenomene-fenomena yang dijadikan pengamatan.
Peneliti mengamati dan mencatat gejala yang tampak pada
objek pnelitian. Metode ini bertujuan untuk mendapatkan data
mengenai kondisi lembaga, proses belajar, guru, fasilitas, dan
letak geografis yang terdapat di SLB Wantu Wirawan.
b. Wawancara
Wawacara adalah percakapan dengan maksud tetentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwwancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
(Moleong, 2009 :186) . Teknik wawancara yang digunakan
13
peneliti dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang
tidak dibatasi jawabannya, artinya pertanyaan yang
mengundang jawaban terbuka (Emzir, 2011 :51). Peneliti
mewawancarai informan untuk menggali data mengenai
strategi guru berkebutuhan khusus dalam pembelajaran baca
tulis Al Quran pada anak tunanetra. Informan yang
diwawancarai diantaranya kepala sekolah, guru PAI, dan anak
tunanetra yang dijadikan informan adalah anak dengan jenjang
SMA yang duduk dikelas satu dan dua karena jumlah siswa
yang terbatas.
c. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya
barang – barang tertulis (Arikunto, 1993 :149) . Peneliti
mencari data mengenai hal – hal yang berkaitan dengan objek
penelitian untuk memberikan bukti gambaran adanya kegiatan
pembelajaran baca tulis Al Quran yang dilaksanakan di SLB
Wantuwirawan. Dokumentasi ini meliputi foto kegiatan
pembelajaran BTA, selain foto dokumentasi yang berupa data
arsip sekolah.
6. Analisis data
Menurut Bogdan & Biklen analisis data kualitatif adalah
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
14
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain
(Moleong, 2009 :248). Berdasarkan hasil pengumpulan data,
selanjutnya peneliti akan melakukan analisa dan pembahasan
secara deskriptif. Dengan demikian data yang diperoleh disusun
sedemikian rupa sehingga dikupas secara runtut.
7. Pengecekan keabsahan data
Untuk menjamin keabsahan data temuan yang diperoleh
peneliti melakukan beberapa upaya, disamping menanyakan
langsung pada subjek, peneliti juga beupaya mencari jawaban dari
sumber lain.
Keabsahan data merupakan konsep penting yang
diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan
(realibilitas). Dalam penelitian ini , peneliti mendasarkan pada
prinsip objektifitas, yang dinilai dari validitas dan reliabilitasnya.
Validitas dibuktikan dengan dimilikinya kredibilitas temuan
beserta penafsirannya, yaitu agar penemuan dan penafsirannya
sesuai yang sebenarnya dan temuan disetujui oleh subjek yang
diteliti. Reliabilitas diperoleh dari konsistensi temuan penelitian
yang diperoleh dari para subjek / informan.
Peneliti mengupayakan keabsahan data dengan cara
mendalami wawancara secara kontinyu, sambil mengenali subjek
15
analisis sementara selalu dikonfirmasikan dengan informasi baru
yang diperoleh dari sumber lain. Prosedur ini juga dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik yang berbeda, misalnya observasi,
wawancara, dan dokumentasi, yang masing – masing dibandingkan
sebagai upaya pengecekan temuan.
Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data
diantaranya
a. Keajegan pengamatan
Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten
interprestasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses
analisis yang konstan atau tentatif. Memungkinkan peneliti
terbuka terhadap pengaruh ganda, yaitu faktor – faktor
kontekstual dan pengaruh bersama pada peneliti dan subjek
yang akhirnya mempengaruhi fenomena yang diteliti (Moleong,
2009 :329).
b. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Dengan triangulasi peneliti
dapat me -recheck temuannya dengan jalan membandingkannya
dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Maka peneliti dapat
melakukan denagn jalan :
1) Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan.
16
3) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan
kepercayaan data dapat dilakukan (Moleong, 2009 :330).
8. Tahap – tahap penelitian
Tahap – tahap penelitian pada penelitian ini sebagai berikut :
a. Penelitian pendahuluan
Penelitian pendahuluan ini mengkaji buku – buku yang
berkaitan dengan strategi guru Pendidikan Agama Islam
(tunanetra) dalam pembelajaran baca tulis Al Quran pada anak
tunanetra.
b. Tahap penelitian di lapangan
Setelah mengetahui bagaimana pembelajaran baca tulis Al
Quran pada anak tunanetra maka peneliti melakukan wawancara
langsung kepada kepala sekolah dan guru.
c. Tahap analisis dan pelaporan
Peneliti mengkaji antara informasi yang terdapat dalam
buku mengenai pembelajara baca tulis Al Quran dengan data
yang diperoleh di lapangan. Setelah data terkumpul maka
dilakukan penilaian secara selektif dan disesuaikan dengan
17 G. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusun untuk
mempermudah jalan pikiran dalam memahami secara keseluruhan isi
skripsi.
Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan
istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan
Bab II strategi guru Pendidikan Agama Islam, pembelajaran baca
tulis Alquran , anak tunanetra.
Bab III merupakan paparan data dan temuan penelitian meliputi :
deskripsi letak geografis SLB Wantu Wirawan, dan hasil penelitian.
Bab IV merupakan analisis data yang meliputi strategi guru
pendidikan Agama Islam berkebuthan khusus dalam pembelajaran baca
tulis Al Quran pada SLB Wantu Wirawan Salatiga beserta pelaksanaan,
hambatan yang dihadapi dan solusi.
18 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Pada penelitian sebelumnya ditemukan beberapa hasil penelitian yang
hampir sama dengan penelitian ini yang berkaitan dengan anak
berkebutuhan khusus diantaranya terdapat judul penelitian Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada siswa penyandang autis di SMPLB N
Salatiga tahun pelajaran 2013/2014 yang ditulis oleh Fitriyah tahun 2014
yang menjelaskan bahwa sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam
pada siswa autis di SMPLB Negeri Salatiga berpedoman pada kurikulum
KTSP dengan modifikasi guru dengan materi yang disampaikan bersifat
praktis dengan beberapa metode seperti ceramah, quantum teaching, tanya
jawab, praktek, dan keteladanan yang menunjukkan siswa autis sudah
menjalankan ritual keagamaan dalam keseharian dan berperilaku seperti
tuntunan agama.
Selanjutnya terdapat judul Metode Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam pada siswa Tuna Rungu di SLBN Kec. Kowangan Kab. Temanggung
tahun 2014 yang ditulis oleh Fatmawati tahun 2014. Skripsi ini
menjelaskan metode artikulasi dan metode latihan yang digunakan dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dimana metode tersebut sama
dengan sekolah umum tetapi berbeda dalam pengaplikasiannya.
Kemudian terdapat lagi judul Implementasi Pendidikan Agama Islam
19
Boyolali tahun pelajaran 20123/2014 yang ditulis oleh Widiastuti tahun
2014. Dalam tulisan ini menjelaskan bagaimana pelaksanaan pembelajaran
pendidikan agama Islam anak berkebutuhan khusus yaitu anak yang
mempunyai kesultan belajar di sekolah inklusi dimana anak berkebutuhan
khusus berbaur jadi satu dengan anak normal lainnya. Penelitian ini
membahas pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang
diawali dari penyususunan perencanaan, pengukuran, dan penyusunan
program yang sesuai bagi anak yang bersangkutan. Pembelajaran ABK
yang dilaksanakan disekolah inklusi sendiri melalui pelayanan individual
yaitu sering didekati dan diberi pertanyaan agar tidak tertinggal dengan
anak lainnya.
Dari beberapa judul yang sudah ada penulis mencoba menyudutkan
dengan fokus penelitian yang berbeda yaitu Strategi Guru Pendidikan
Agama Islam Berkebutuhan Khusus dalam Pembelajaran Baca Tulis Al
Quran pada Anak Tunanetra di SLB Wantuwirawan Salatiga. Penelitian
ini hampir sama dengan penelitian – penelitian sebelumnya yang
membahas pembelajaran PAI pada anak autis dengan kurikulum KTSP,
metode pembelajaran PAI pada anak tunarungu dengan metode artikulasi
dan latihan, dan implementasi PAI anak berkebutuhan khusus yaitu anak
dengan kesulitan belajar dalam sekolah inklusi melalui pelayanan
individual. Bahwa yang membedakan dalam penelitian ini membahas cara
atau langkah – langkah yang ditempuh seorang guru yang memiliki
20
Quran pada anak tunanetra bukan pembelajaran Agama Islam secara
mengglobal jika sebelumnya pada anak autis,tunarungu, anak kesulitan
belajar, maka penelitian ini khususnya kepada anak tunanetra.
B. Landasan Teori 1. Strategi Mengajar
Strategi sebenarnya berasal dari bahasa Inggris “ Strategy” yang
oleh As Hornby dalam Oxford Advance Learners Dictionary (Oxford
University Press,1997 p 870) disebutkan sebagai “the art of planning
operations in war, expecially of the movements of armies and navies
into favourable positions for fighting” yang artinya “ seni dalam
gerakan – gerakan pasukan darat dan laut untuk menempati posisi –
posisi yang menguntungkan alam pertempuran”. Strategi juga berasal
dari bahasa Yunani “strategia” yang artinya “the art of the general”
seninya seorang jenderal / panglima (Darwis dkk, 1998 :195)
Beberapa pengertian strategi menurut para ahli, antara lain :
a. Menurut Pearce dan Robinson
Strategi menurut mereka adalah rencana main dari suatu
perusahaan, yang mencerminkan kesadaran suatu perusahaan
mengenai kapan, dimana dan bagaimana ia harus bersaing dalam
menghadapi lawan dengan maksud dan tujuan tertentu.
b. Menurut Johnson dan Scholes
Strategi ialah arah dan ruang lingkup dari sebuah organisasi
21
melalui konfigurasi dari sumber daya dalam lingkungan yang
menantang, demi memenuhi kebutuhan pasar dan suatu
kepentingan.
c. A.Halim
Strategi merupakan suatu cara dimana sebuah lembaga atau
organisasi akan mencapai tujuannya sesuai peluang dan ancaman
lingkungan eksternal yang dihadapi serta kemampuan internal dan
sumber daya.
Strategi adalah (Kartono, 2000: 488) :
1. Prosedur yang diterima dan dipakai dalam suatu upaya untuk
mencapai tujuan - tujuan tertentu, seperti pemecahan suatu
masalah.
2. Satu metode umum untuk memecahkan permasalahan -
permasalahan.
Strategi ini jika dimasukkan dalam dunia pendidikan secara makro
dalam skala global, strategi merupakan kebijakan – kebijakan, yang
mendasar dalam pengembangan pendidikan sehingga tercapai tujuan
pendidikan secara lebih terarah, lebih efektif dan efisien. Jika dilihat
secara mikro dalam strata operasional khususnya dalam proses belajar
mengajar maka pengertiannya adalah langkah – langkah tindakan
yang mendasar dan berperan besar dalam proses belajar mengajar
22
Menurut Newman dan Logan dalam proses belajar mengajar
terdapat empat strategi dasar (Darwis dkk, 1998 :196) :
1. Pengindentifikasian dan penetapan spesifikasi dari kualifikasi
tujuan yang akan dicapai dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang memerlukannya.
2. Pertimbangan dan pemilihan cara pendekatan utama yang dianggap
ampuh untuk mencapai sasaran.
3. Pertimbangan dan penetapan langkah – langkah yang ditempuh
sejak titik awal pelaksanaan sampai titik akhir pencapaian sasaran.
4. Pertimbangan dan penetapan tolak ukur untuk mengukur taraf
keberhasilan sesuai dengan tujuan yang dijadikan sasaran.
Agar suatu susunan strategi dapat berfungsi maksimal diperlukan
tahapan atau rincian sebagai berikut :
1. Perumusan strategi
Perumusan strategi adalah proses memilih tindakan
utama (strategi) untuk mewujudkan misi organisasi. Proses
mengambil keputusan untuk menetapkan strategi seolah-olah
merupakan konsekuensi mulai dari penetapan visi-misi, sampai
23 2. Perencanaan Tindakan
Langkah pertama untuk mengimplementasikan strategi
yang telah ditetapkan adalah pembuat perencanaan strategi. Inti
dari apa yang ingin dilakukan pada tahapan ini adalah
bagaimana membuat rencana pencapaian (sasaran) dan rencana
kegiatan (program dan anggaran) yang benar-benar sesuai dengan
arahan (visi, misi, goal) dan strategi yang telah ditetapkan
organisasi.
3. Implementasi
Untuk menjamin keberhasilan strategi yang telah
berhasil dirumuskan harus diwujudkan dalam tindakan
implementasi yang cermat. Strategi dan unsur - unsur organisasi
yang lain harus sesuai, strategi harus tercermati pada rancangan
struktur budaya organisasi, kepemimpinan dan sistem
pengelolaan sumber daya manusia. Karena strategi
diimplementasikan dalam suatu lingkungan yang terus berubah,
maka implementasi yang sukses menuntut pengendalian dan
evaluasi pelaksanaan.
Dalam proses pembelajaran, tidak lepas dari strategi yang
digunakan oleh guru demi terlaksananya proses kegiatan belajar mengajar
yang lebih efektif dan efisien. Beberapa strategi pembelajaran menurut
24
1. Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Pengajar
Pengajar harus berusaha mengalihkan pengetahuannya kepada
peserta didik dan menyampaikan keterangan atau informasi sebanyak –
banyaknya kepada peserta didik. Teknik pembelajaran ini adalah teknik
ceramah. Teknik team teaching, teknik sumbang saran, teknik
demonstransi, dan teknik antar disiplin.
2. Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Peserta Didik
Tujuan mengajar adalah membelajarkan peserta didik. Strategi
yang berpusat pada peserta didik adalah strategi pembelajaran yang
memberi kesempatan seluas – luasnya kepada peserta didik untuk aktif
dan berperan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini
pengajar sebagai fasilitator. Teknik yang digunakan diantaranya adalah
inkuiri, teknik satuan pengajaran, teknik advokasi, teknik eksperimen,
dan teknik penemuan.
3. Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Materi Pengajaran
Strategi yang berpusat pada materi ini disebut juga dengan material
center strategis bertitik tolak dari pendapat yang mengemukakan bahwa
belajar adalah usaha untuk memperoleh dan menguasai informasi.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi berkembang seiring
dengan pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang
25
satunya sumber informasi. Teknik yang digunakan diantaranya adalah
tutorial, modular, terpadu, dan demonstrasi.
Jadi strategi mengajar adalah cara atau metode yang dilaksanakan
guru dalam mencapai sebuah tujuan dengan melihat peluang yang
sesuai untuk memberikan informasi (mengajar) kepada peserta didik
dengan menggunakan teknik tertentu.
2. Guru Pendidikan Agama Islam
Guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar atau
memberikan pelajaran di sekolah atau di dalam kelas (Asdiqoh,
2013 :38). Dari pengertian tersebut berarti guru merupakan orang
yang berkecimpung didalam lingkungan pendidikan yang bertugas
menyampaikan ilmu kepada peserta didik guna membentuk pribadi
yang unggul. Menjadi guru tidaklah hanya sekedar memiliki ilmu
mata pelajaran saja tapi harus memenuhi berbagai syarat untuk
menjadi seorang guru. Menurur Zakiah Daradjat menjadi guru
harus memenuhi berbagai persyaratan, antara lain (Asdiqoh, 2013
:38) :
1). Takwa kepada Allah SWT
Menjadi seorang guru harus bertakwa kepada Allah
dengan melakukan segala apa yang di perintahkan dan
meninggalkan segala yang di larangNya sehingga bisa
memberikan arahan kepada peserta didik untuk bertakwa
26 2). Berilmu
Menjadi sosok yang berilmu adalah salah satu kunci yang
penting dimiliki guru supaya dapat menyampaikan materi
kepada peseta didik
3). Sehat jasmani
Kesehatan jasmani merupakan hal yang begitu penting bagi
seorang guru, ketika guru mengalami sakit maka tidak bisa
menyampaikan materi secara maksimal..
4). Berkelakuan baik
Guru yang memiliki perilaku yang baik bisa
menjadikan teladan tersendiri bagi peserta didik. Maka
memiliki perilaku baik menjadi salah satu syarat menjadi
seorang guru.
Menjadi seorang guru salah satu syaratnya adalah bertakwa
kepada Allah. Apalagi menjadi guru Pendidikan Agama Islam yang
tugasnya menyampaikan materi keagamaan Islam yang didalamnya
menyampaikan perihal ibadah kepada Allah sesuai dengan Al Quran
dan As Sunah. Pendidikan Agama Islam menurut kurikulum PAI (
Majid, 2012 :11) adalah:
27
kerukunan antar umat beragama dalam msyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Menyampaikan materi pendidikan Agama Islam merupakan tugas
pokok seorang guru PAI. Tetapi tidak semua memiliki fisik yang
sempurna, ada yang memiliki keterbatasan dalam inderanya yang
sering disebut orang dengan kebutuhan khusus. Orang berkebutuhan
khsusus adalah yang mengalami gangguan fisik, mental, intelegensi,
dan emosi sehingga membutuhkan pembelajaran khusus (Kosasih,
2012 :1).
Maka guru Pendidikan Agama Islam adalah seseorang yang
bertugas mengajar dan mendidik peserta didik dengan keahlian khusus
berdasarkan kemampuan yang dimiliki dalam mengenalkan dan
memahami serta mengaplikasikan agama Islam sesuai dengan Al
Quran dan Al Hadist supaya bertakwa kepada Allah.
b. Tugas Guru
Menjadi seorang guru tentu memiliki tugas tertentu yang harus
di penuhi supaya hak seorang peserta didik terpenuhi dengan baik.
Berikut tugas guru menurut Koestiyah (Asdiqoh, 2013 :20)
diantaranya:
1) Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa
kepandaian, kecakapan dan pengalaman – pengalaman.
2) Membentuk kepribadian anak yang harmonis sesuai etika – etika
dan dasar negara kita Pancasila.
28
4) Sebagai perantara dalam belajar. Didalam proses belajar. guru
mnjadi perantara dan anak harus berusaha sendiri.
5) Guru adalah sebagai pembimbing untuk membawa anak didik
kearah kedewasaan.
6) Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.
7) Sebagai penegak disiplin.
8) Guru sebagai perencana kurikulum.
9) Guru sebagai pemimpin.
10) Guru sebagai sponsor anak, yaitu ikut dalam segala kegiatan
anak.
3. Pembelajaran Baca Tulis Al Quran
Menurut Nata pembelajaran secara sederhana dapat diartikan
sebagai sebuah usaha mempengaruhi emosi, intelektual, dan
spritual sorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri
(Fathurrohman dan Sulistyorini, 2012 :6). Sedangkan menurut
Gagne pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang
untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa sendiri
(Fathurrohman dan Sulistyorini, 2012 :9). Jadi pembelajaran adalah
usaha mempengaruhi seorang dengan serangkaian kegiatan yang
direncanakan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak
29
Menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke
dalam lambang - lambang tulisan.
Al Quran adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh
Allah SWT Tuhan Seru Sekalian Alam kepada junjungan kita Nabi
besar dan Rasul terakhir Muhammad saw melalui malaikat Jibril,
untuk diteruskan penyampaiaannya kepada seluruh umat manusia
di muka bumi ini sampai akhir zaman nanti (Wardhana, 2009 :46).
Al Quran adalah Kalam Allah yang bernilai mukjizat, yang
diturunkan kepada penutup para nabi dan rasul, dengan perantaraan
Malaikat Jibril diriwayatkan kepada umat dengan mutawatir.
Dari beberapa penjelasan tersebut penulis menyimpulkan bahwa
pembelajaran baca tulis Al Quran adalah usaha seseorang dalam
proses memahami kata – kata atau bahasa Al Quran (kitab suci
umat Islam) dengan tata cara baca yang baik dan mencoba
menuangkan kata – kata Al Quran ke dalam tempat (kertas) berupa
tulisan arab sesuai dengan kaidah – kaidah bahasa Al Quran yang
benar untuk memperoleh makna Al Quran dengan tujuan
memperoleh manfaat dalam mempelajari Al Quran.
Berikut ini beberapa manfaat mempelajari, membaca, dan
mengamalkan Al Quran, diantaranya adalah :
1. Al Quran sebagai pedoman hidup manusia untuk menuntun
30
2. Al Quran sebagai penyejuk hati bagi siapa saja yang
membacanya.
3. Al Quran sebagai pelebur segala emosi dan amarah yang mampu
mendamaikan dan memberi ketenangan yang tidak dapat
dilukiskan atau digambarkan seperti halnya yang terjadi pada
Sayyid Quthb Rahimakumullah.
b. Adab Membaca Al Quran
Dalam pembelajaran baca tulis Al Quran terdapat beberapa adab
yang dipenuhi. Berikut adab membaca Al Quran (Ahsin, 1994 :32):
1. Membaca Al Quran sesudah berwudhu.
2. Membaca di tempat yang suci dan bersih.
3. Membaca dengan khusyu’, tenang dan hikmat.
4. Bersiwak, membersihkan mulut sebelum memulai membaca.
5. Membaca ta’awudz sebelum membaca ayat Al Quran.
6 Membaca basmalah pada setiap permulaan surah.
7. Membaca dengan tartil.
8. Tadabur / memikir terhadap ayat – ayat yang dibacanya.
9. Membacanya dengan jahr, yaitu dengan suara keras yang lebih
utama.
10. Membaguskan bacaannya dengan lagu yang merdu.
c. Tujuan Baca Tulis Al Quran
31
tanpa memandang bangsa, suku atau golongan manusia (Wardhana,
2009 :50). Tujuan belajar Al Quran diantaranya adalah :
1) Sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk
mencapai kebahagiaan hidup dunia akhirat.
2) Sumber motivasi, yaitu memberikan dorongan untuk
meningkatkan kualitas hidup beragama, bermasyarakat,
danbernegara.
3) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan peserta didik dalam meyakini kebenaran ajaran
agama Islam, melanjutkan upaya yang telah dilaksanakan
dalam lingkungan keluarga maupun jenjang pendidikan.
4) Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan – kesalahan dalam
keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam
kehidupan sehari – hari.
5) Pencegahan, yaitu mencegah hal – hal negatif dari
lingkungan atau budaya lain dan menuju manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
(
http://asrofudin.blogspot.co.id/2010/05/tujuan-dan-fungsi-mapel-quran-hadits.html diakses pada tanggal 21 Juli 2016
32 4. Tunanetra
a. Pengertian tunanetra
Tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya
(kedua - duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima
informasi dalam kegiatan sehari – hari seperti halnya orang awas
(Somantri, 2006 :65). Sedangkan menurut Putranto (2015 :95)
tunanetra merupakan gangguan daya penglihatan berupa kebutaan
menyeluruh atau sebagian. Jadi tunanetra adalah seseorang yang
mempunyai gangguan penglihatan yang bersifat sebagian atau
menyeluruh sehingga tidak memiliki fungsi dalam menerima
informasi setiap kegiatan.
Pada umumnya, yang digunakan sebagai ukuran seseorang
anak dikatakan tunanetra atau tidak ditentukan berdasarkan tingkat
ketajamannya penglihatannya. Seorang tunanetra apabila hanya
memiliki ketajaman penglihatan (visus) kurang dari 6/21 artinya
anak hanya mampu membaca huruf pada jarak 6 meter di mana
orang awas mampu membacanya pada jarak 21 meter.
Anak tunanetra dapat dikelompokkan menjadi dua macam,
yaitu buta dan low vision. Dikatakan buta jika anak sama sekali
tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar (visusnya = 0)
dan dikatakan low vision bila anak masih mampu menerima
33
jika anak hanya mampu membaca headline pada surat kabar
(Somantri, 2006 :66).
b. Penyebab tunanetra
1) Faktor internal
Hal – hal yang termasuk faktor internal berkaitan erat
dengan keadaan bayi selama masih berada di dalam
kandungan, seperti gen (sifat pembawa keturunan), kondisi
psikis ibu, kekurangan gizi, keracunan gizi, keracunan obat
,dan sebagainya (Putranto, 2015 :96). Jadi faktor internal
adalah keadaan yang terjadi sebelum dilahirkan dengan
berbagai macam gangguan yang dialami oleh kondisi ibu
selama mengandung.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal terjadi pada saat atau sesudah bayi
dilahirkan, seperti contoh kecelakaan, terkena penyakit sifilis
yang mengenai mata bayi saat dilahirkan, pengaruh alat bantu
medis saat melahirkan,serta peradangan mata akibat serangan
racun, bakteri, atau virus (Putranto, 2015 :97).
c. Berbagai perkembangan anak tunanetra
34
Akibat dari ketunanetraan, maka pengenalan atau
pengertian terhadap dunia luar anak, tidak dapat diperoleh
secara lengkap dan utuh akibatnya perkembangan kognitif
anak tunanetra cenderung terhambat dibandingkan dengan
anak – anak normal umumnya (Somantri, 2006 :67). Indera
penglihatan adalah salah satu indera yang penting dalam
menerima informasi yang kemudian diteruskan ke otak dan
munculah persepsi dan pengertian berasal dari luar. Anak
tunanetra yang mengalami gangguan penglihatan akan
memiliki hambatan dalam menerima informasi dan menjadi
terhambatnya perkemabangan kognitif anak.
2) Perkembangan motorik anak tunanetra
Perkembangan motorik anak tunanetra cenderung lambat,
kelambatan ini terjadi karena dalam perkembangan perilaku
motorik diperlukan adanya koordinasi fungsional antara
neuromuscular system (sistem persyarafan dan otak) dan
fungsi psikis (kognitif, afektif, dan konatif) , serta kesempatan
yang diberikan oleh lingkungan. Pada anak tunanetra mungkin
fungsi neuromuscular system nya tidak bermasalah tapi fungsi
psikisnya kurang mendukung sehingga menjadi hambatan
tersendiri dalam perkembangan motoriknya (Somantri, 2006
:76). Untuk dapat berjalan saja seorang anak tunanetra harus
35
mendasarinya seperti berguling, terlentang, telungkup, duduk
dan berdiri dengan bebas baru kemudian berjalan.
3) Perkembangan emosi anak tunanetra
Anak tunanetra akan sedikit mengalami hambatan
dibandingkan dengan anak yang awas. Keterlamabatan ini
terutama disebabkan oleh keterbatasan kemampuan anak
tunanetra dalam proses belajar, pada awal masa kanak – kanak
anak tunanetra mungkin akan melakukan proses belajar
mencoba – coba untuk menyatakan emosinya namun hal ini
tetap dirasakan tidak efisien karena tidak dapat melakukan
pengamatan terhadap reaksi lingkungan secara tepat (Somantri
, 2006 :81).
5. Pembelajaran bagi Anak Tunanetra
Sebelum menerapkan pembelajaran pada anak tunanetra, guru
harus terlebih dahulu menguasai karakteristik atau strategi
pembelajaran yang biasa di berikan kepada siswa – siswa awas
meliputi tujuan, cara, materi, alat, lingkungan dan aspek lainnya.
Selanjutnya adalah menganalisis komponen – komponen yang perlu
diubah /dimodifikasi serta sejauh mana penyesuaian itu dilakukan.
Berikutnya pemanfaatan indra yang masih berfungsi secara optimal
dan terpadu dalam praktik / proses pembelajaran memegang peran
36
tunanetra juga sering memiliki kelebihan yang sifatnya positif seperti
kepekaan terhadap suara, perabaan, ingatan, keterampilan dalam
memainkan alat musik, serta ketertarikan yang tinggi terhadap nlai –
nilai moral dan agama (Somantri, 2006 :88). Untuk mengembangkan
kemampuan yang dimiliki maka diperlukan strategi pembelajaran
yang sesuai dengan prinsip pembelajaran anak tunanetra. Beberapa
prinsip pembelajaran bagi anak tunanetra yang dikemukaan oleh
Subagya yang dikutip oleh Putranto (2015 :100)
a. Individual
Prinsip ini individual merupakan kaidah pokok dalam
setiap jenis pembelajaran (baik pendidikan luar biasa maupun
umum). Guru dituntut untuk memerhatikan adanya perbedaan –
perbedaan individu. Selain adanya perbedaan – perbedaan
umum seperti usia, kemampuan mental, fisik, kesehatan, sosial,
dan budaya, anak tunanetra menunjukkan sejumlah perbedaan
khusus yang menunjukkan sejumlah perbedaan yang terkait
dengan kebutaan. Maka adanya perbedaan antara siswa low
vision dan buta total (Putranto, 2015 :101). Dengan prinsip
individual ini akan ada pelayanan pendidikan yang lebih optimal
bagi anak tunanetra apa lagi untuk pendidikan agama Islam yang
dimana pembelajaran terkait dengan nilai religi, akhlak, dan
hukum ibadah untuk anak tunanetra.
37
Strategi pembelajaran yang diterapkan guru harus
memungkinkan siswa tunanetra mendapatkan pengalaman
secara nyata yang dipelajari dari alat inderanya langsung. Siswa
tunanetra tidak dapat belajar melalui pengamatan visual. Siswa
tunanetra harus dibimbing untuk meraba, mendengar, mencium,
mengecap, mengalami situasi secara langsung serta melihat
semampunya (bagi anak low vision).
c. Totalitas
Strategi pembelajaran yang dilakukan guru harus
memungkinkan siswa memperoleh pengalaman objek serta
situasi secara utuh. Guru mendorong siswa untuk melibatkan
semua pengalaman penginderaanya secara terpadu dalam
memahami sebuah konsep. Siswa tunanetra tidak dapat
menggunakan penglihatannya maka siswa bisa menggunakan
indera lainnya untuk digunakan secara menyeluruh untuk
memahami sebuah konsep atau benda.
d. Aktivitas mandiri
Prinsip ini menekankan strategi pembelajaran harus
memungkinkan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan
sekadar mendengar dan mencatat. Keharusan ini berimplikasi
terhadap perlunya siswa mengetahui, menguasai, serta menjalani
proses dalam memperoleh fakta atau konsep. Guru
38
bertindak sebagai fasilitator yang membantu memudahkan siswa
didalam belajar serta sebagai motivator. Prinsip ini melatih
siswa untuk lebih mandiri dengan kemampuan yang dimiliki
39 BAB III
PAPARAN DATA dan TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah Luar Biasa Wantuwirawan di Kota Salatiga
1. Sejarah dan Profil Sekolah SLB Wantuwirawan a. Sejarah Sekolah
Berdirinya sekolah luar biasa Wantuwirawan melalui
perjalanan panjang dimulai sejak tahun 1982 tepatnya bulan Juni.
Pada awalnya sekolah ini baru menerima anak berkebutuhan
khusus tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita yang baru ditangani
oleh tiga orang guru. Berkembang lagi sampai tahun 1984 barulah
ada penambahan guru dan ada yang sudah menjadi Pegawai
Negeri Sipil (PNS), dengan bertambahnya guru maka bertambah
pula anak luar biasa yang diterima oleh sekolah luar biasa
Wantuwirawan ini.
Awalnya belum begitu banyak yang mengetahui hadirnya
sekolah ini, kemudian dari pihak yayasan dan sekolah melakukan
sosialisasi kepada masyarakat sekitar melalui radio, media, dan
jamaah ibu pengajian. Melalui perjuangan yang panjang sekolah
luar biasa akhirnya mempunyai gedung resmi yang berdiri dari
tahun 1986 sampai sekarang tepatnya di jalan Argoboga no 282 di
kota Salatiga. Saat ini sudah banyak guru yang menjadi PNS dan
40
SMALB ini sekitar 30 siswa. Berdirinya sekolah luar biasa
Wantuwirawan ini tidak lepas dari Dinas Pendidikan yang cukup
membantu akan berdirinya sekolah tersebut.
b. Profil sekolah
Nama Sekolah : SLB (A) (D) WANTUWIRAWAN
Alamat sekolah : Jl. Argoboga No .282 Argomulyo
Kota Salatiga
Nomor telp & fax sekolah : (0298) 311396,322635
Website : -
Email sekolah : slba_wantuwirawan@yahoo.co.id
Status sekolah : swasta
NSS : 862.036.201.001
NIS : 280010
Akreditasi sekolah : Jenjang SDLB A Wantuwirawan
(B)
Jenjang SMPLB A Wantuwirawan
(B)
Jenjang SMALB A Wantuwirawan
(B)
Tahun akreditasi : SLB – AD Wantuwirawan 2008 -
2009
Tahun berdiri / SK Pendirian: 1982/ No 42501/0004132.tgl 03
41
Nama penyelenggara : Yayasan Siwi Peni
Nama Ketua Yayasan : Retno Adiwati, SH
Tahun berdirinya yayasan : Akta Notaris Ny. El Mattu No . 09
Tgl, 24 – 12-1979
Ijin pembaharuan Yayasan : Akta Notaris Supriyadi, SH No 182
Tgl, 23 – 12 – 2015
SK Kemenkumham RI No. AHU –
42 c. Struktur Organisasi
Bagan 3.1
Struktur Organisasi SLB Wantuwirawan Salatiga
PENDIRI 1.Sigit Margono,M.Pd
2. H. Ir. Soebito
KETUA UMUM Retno Adiwati,SH
BENDAHARA H Ismawati Prabandari
SEKRETARIS Enik M Mawarni,S.Pd
KETUA III Bag. Kesehatan
BENDAHARA PENDIDIKAN Susilaningsih,S.Pd
KETUA II Bag. Rumah Tangga KETUA I
Bag. Pendidikan
43
Siswa yang belajar di sekolah SLB Wantuwirawan diantaranya
adalah:
1. Tunanetra
Tunanetra merupakan gangguan penglihatan kedua mata
atau sebagian. Anak tunanetra yang ada di SLB Wantuwirawan
terdapat keduanya yaitu anak dengan buta total dan anak buta
sebagian atau low vision. Dilihat dari jumlahnya antara buta total
dan low vision itu sama (fifty -fifty). Terdiri dari empat buta total
dan empat low vision.
2. Tunadaksa
Tunadaksa ialah seseorang yang memiliki kekurangan
secara fisik atau ketidakmampuan anggota tubuh untuk
melaksanakan fungsinya. di SLB Wantuwirawan terdapat anak
dengan tunadaksa berjumlah 11 anak yang terdiri laki – laki
maupun perempuan.
2. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah a. Visi
Visi dari sekolah SLB A-D Wantuwirawan adalah
terwujudnya pelayanan secara optimal bagi PK – LK agar
44 b. Misi
Misi yang diterapkan di SLB A-D Wantuwirawan adalah
1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan efektif
sehingga setiap siswa mengenali potensi dirinya dan dapat
berkembang secara optimal
2) Menumbuhkan rasa percaya diri untuk menjadikan
pengetahuan sebagai jendela menguak kegelapan dan
percaya diri serta menjadikan keterampilan sebagai sarat
untuk bekal hidup.
c. Tujuan
Tujuan dari sekolah SLB A-D Wantuwirawan adalah :
1) Dapat menggunakan ajaran agama hasil proses pembelajaran
serta meraih prestasi akademik maupun non akademik.
2) Membentuk anak hidup mandiri.
3. Kurikulum
Kurikulum yang digunakan di SLB A-D Wantuwirawan ini masih
menggunakan kurikulum KTSP tapi juga sedikit demi sedikit
menggunakan kurikulum 2013. Sekolah luar biasa Wantuwirawan
mulai tahun 2017 keseluruhan sudah menggunakan kurikulum 2013
dan menyeseuaikan dengan kemampuan siswa sendiri karena
keterbatasan yang dimiliki. Dengan kurikulum tersebut bertujuan
45
4. Guru SLB AD Wantuwirawan Salatiga
Guru yang mengajar di SLB (A) (D) Wantuwirawan Salatiga
berjumlah 10 yang terdiri dari PNS, guru tetap, dan guru tidak tetap.
Tabel 3.2
Daftar Guru SLB Wantuwirawan Salatiga
46
Guru yang mengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di
SLB Wantuwirawan Salatiga adalah
Nama : Huru Tyastri, S.sos.I
NIP : 19800930 200604 2 004
47
Golongan : III/C
Alamat : Perumahan Argomas Timur no 253
b. Siswa
Siswa tunanetra yang diteliti oleh penulis adalah siswa dengan
jenjang SMA kelas X dan XI yaitu :
1) Nama : Aditya Pratama
Kelas : XI
TTL : Salatiga, 09 April 1999
Alamat :Surawangsan RT 02/02 , Kauman Kidul, Salatiga
2) Nama : MM Kurniawan
Kelas : X
TTL : Salatiga, 10 Oktober 1999
Alamat : Cebongan, Argomulyo, Salatiga
6. Sarana dan Prasarana Sekolah
SLB (A) (D) Wantuwirawan Salatiga yang menempati lahan 1090
dengan luas bangunan kurang lebih 900 dan halaman 17 x 11
. Sarana dan prasarana yang dimiliki SLB A-D Wantuwirawan
48 a. Gedung dan Ruang
Terdiri dari ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang ruang
tamu, ruang ibadah, ruang kelas,ruang perpustakaan, ruang
keterampilan, gudang, ruang terapi, kamar mandi, dan ruang
sirkulasi.
b. Barang / Perkakas
Barang / perkakas sebagai penunjang proses kegiatan belajar
mengajar
Tabel 3.3
Daftar Barang / Perkakas SLB Wantuwirawan Salatiga
No Nama Barang
1 Meja kursi kepala sekolah
2 Meja kursi guru
3 Meja kursi tamu
4 Meja kursi siswa
5 Almari
6 Komputer
7 Mesin ketik
8 Papan pajang
9 Rak hasil karya siswa
49
11 Alat peraga IPA
12 Alat peraga IPS
13 Alat peraga Bahasa
14 Alat peraga Berhitung
15 Alat peraga Terapi
16 Buku teks pelajaran
17 Buku penunjang
18 Buku referensi
19 Buku perpustakaan
Tabel 3.4
Sarana Ibadah
No Nama barang Jumlah
1 Mushola 1
2 Tempat wudhu
3 Tikar
4 Mukena 6
5 Pecis 6
6 Sajadah 10
7 Al Quran braille 2 set
50 B. Temuan Penelitian
1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembelajaran Baca Tulis Al Quran pada Anak Tunanetra
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penelitian yang
menunjukkan strategi guru pendidikan agama Islam berkebutuhan
khusus dengan keterbatasannya dalam melihat (low vision) di SLB
Wantuwirawan Salatiga.
Berdasarkan wawancara dengan guru PAI dan siswa, strategi yang
dilakukan ketika memberikan pembelajaran baca tulis Al Quran
menggunakan prinsip individual, seperti yang telah dijelaskan oleh
HT selaku guru pendidikan agama Islam :
Saya mengajarinya sendiri-sendiri mba, gantian gitu. Kalau awal mengajari Al Quran braille, biar siswa juga lebih ngerti
(W/G/HT/9-06-2016/09:10).
Hal serupa juga disampaikan salah satu siswa yang berinisial MK:
Kalau ibu Tyas itu, diajari satu-satu, gantian gitu. Apa lagi
kalau praktek baca sama nulis (W/S/MK/17-06-2016/10:00).
Alasan menggunakan prinsip individual karena HT selaku guru
PAI berkebutuhan khusus bisa lebih leluasa memberikan materi,
sesuai dengan paparan guru sebagai berikut:
Kalau mengajari sendiri-sendiri kan lebih enak mba, jadi lebih
fokus ke materi (W/G/HT/9-06-2016/09:15).
Selain dekat dengan siswa, dengan prinsip individual juga
51
Saya kan juga kurang menguasai kelas mba, jadi ya lebih memilih dekat dengan siswa, karena bisa membantu saya untuk
memantau siswa, memperhatikan atau tidak
(W/G/HT/9-06-2016/09:15).
Untuk metode yang digunakan dalam penyampaian materi, HT
lebih menggunakan metode ceramah, karena siswa tunanetra selain
mengandalkan indera peraba juga indera pendengaran, sesuai dengan
pemaparan guru PAI, sebagai berikut :
Biar materi bisa sampai ke siswa, ya dengan metode ceramah itu to mba, saya terangkan dulu materinya. Anak tunanetra kan selain indera peraba juga mengandalkan indera pendengaran
sebagai alat untuk memperoleh informasi
(W/G/HT/9-06-2016/09:15).
Hal serupa juga dipaparkan oleh MK selaku siswa, sebagai berikut:
Caranya bu Tyas ngajar ya menerangkan materi dulu
(W/S/MK/17-06-2016/10:00).
Selain menggunakan metode ceramah, juga menggunakan metode
praktek dan diskusi, seperti yang dipaparkan HT selaku guru PAI
sebagai berikut:
Selanjutnya, setelah menyampaikan materi saya suruh praktek dengan menggunakan Al Quran braille biar siswa langsung tahu. Saya juga mengadakan diskusi di tengah jam pembelajaran biar
siswa tidak jenuh (W/G/HT/9-06-2016/09:15).
Media yang digunakan guru PAI dalam pembelajaran BTA meliputi
Al Quran braille, buku braille, dan reglet sebagai alat menulis,
sebagaimana pemaparan HT selaku guru, sebagai berikut: