• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : LANDASAN TEORI

C. Konsep Integrasi Pendidikan Nilai dalam Pembelaja ran

2. Strategi Integrasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran

Beberapa strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran nilai antara lain ; a) strategi tradisional, b) strategi bebas, c) strategi reflektif, dan d) strategi transinternal.73

Pertama, pembelajaran nilai dengan menggunakan strategi tradisional adalah dengan memberikan nasehat atau indroktrinasi. Dalam strategi ini memberikan secara langsung nilai-nilai mana yang baik dan mana yang buruk. Guru memiliki peran yang menentukan, karena kebaikan/kebenaran datang dari atas dan siswa tinggal menerima kebaikan/kebenaran itu tanpa harus mempersoalkan hakikinya.

Kelemahan dari strategi ini adalah menjadikan siswa hanya mengetahui atau menghafal jenis-jenis nilai tertentu yang baik dan yang kurang baik, dan belum tentu melaksanakannya. Penekanannya lebih bersifat kognitif, sementara segi afektifnya kurang dikembangkan. Kelemahan lainnya terletak pada aspek pengertian siswa terhadap nilai itu sendiri yang bersifat paksaan, dan paksaan akan efektif apabila

73

61

desertai dengan hukuman dan pujian yang bersifat material. Hal ini jelas tidak mendorong keberhasilan pembelajaran nilai yang seharus mengembangkan kesadaran internal pada diri peserta didik.

Kedua, Pembelajaran nilai dengan menggunakan strategi bebas merupakan kebalikan dari strategi tradisional. Guru tidak memberitahukan kepada siswa tentang nilai-nilai yang baik dan buruk, tetapi siswa justru diberi kebebasan sepenuhnya untuk memilih dan menentukan nilai mana yang akan diambilnya, karena nilai yang baik bagi orang lain belum tentu baik pula bagi diri siswa sendiri. Dengan demikian siswa memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk memilih dan menentukan nilai yang baik dan tidak baik, peran siswa dan guru sama-sama terlibat aktif.

Strategi yang kedua ini juga ada kelemahannya, antara lain siswa belum tentu mampu memilih nilai-nilai mana saja yang baik dan kurang baik bagi mereka, karena itu bimbingan dan arahan dari guru diperlukan. Strategi ini lebih cocok digunakan bagi orang-orang dewasa.

Ketiga, pembelajaran nilai dengan menggunakan strategi reflektif adalah dengan jalan memadukan antara penggunaan pendekatan teoritik dan pendekatan empirik, atau mengkombinasikan antara pendekatan deduktif dan induktif. Dalam penggunaan strategi ini dituntut adanya konsistensi dalam penerapan kriteria untuk mengadakan analisis terhadap kasus-kasus empirik yang kemudian dikembalikan kapada konsep teoritiknya, diperlukan juga konsistensi penggunaan aksioma-aksioma sebagai dasar deduksi untuk menjabarkan konsep teoritik ke dalam terapan pada kasus-kasus yang lebih khusus dan operasional.

62

Keempat, pembelajaran nilai dengan menggunakan strategi transinternal

merupakan cara untuk membelajarkan nilai dengan cara melakukan transformasi nilai dilanjutkan dengan transaksi dan transinternalisasi. Guru dan siswa sama-sama terlibat dalam proses komunikasi aktif, yang tidak hanya melibatkan komunikasi verbal dan fisik, tetapi juga melibatkan komunikasi batin (kepribadian) antar keduanya.

Pembelajaran dengan strategi tersebut, guru berperan sebagai penyaji informasi, pemberi contoh/teladan, serta sumber nilai yang melekat dalam pribadinya. Siswa menerima informasi dan merespons stimulus guru secara fisik, serta memindahkan dan mempolakan pribadinya untuk menerima nilai-nilai kebenaran sesuai dengan kepribadian guru tersebut. Strategi ini yang dianggap sesuai dengan pembelajaran nilai ketuhanan dan kemanusiaan.

Untuk mengintegrasikan pendidikan nilai dalam proses pembelajaran, Suwarna,74 menawarkan beberapa strategi sebagai berikut :

a. Strategi Penyajian Implisit

Pada umumnya buku-buku mata pelajaran tidak menyajikan pendidikan nilai secara lugas dan jelas tetapi tersamar dan tersirat (kecuali pendidikan agama dan PPKn). Pada kondisi yang demikian, pengajarlah yang harus memiliki daya peka analisis terhadap fenomena pendidikan nilai yang terimplisit di dalamnya. Setiap bacaan, contoh, jawaban, hendaknya memuat pendidikan nilai. Karena

74

Suwarna, Strategi Integrasi Pendidikan Budi Pekerti dalam Pembelajaran berbasis

Kompetensi, Jurnal Cakrawala Pendidikan vol 12, 33-37,

63

pendidikan nilai itu tidak disajikan secara tersurat. Pengajar bersama murid harus mencari nilai-nilai apa sajakah yang terdapat dalam bacaan, contoh, soal, jawaban dan sebagainya. Pengajar dan pembelajar harus mencari sendiri nilai-nilai yang terintegrasi dalam pembelajaran. Apabila tidak ditemukan, pengajar harus mampu mengembangkan dan menyisipkan nilai-nilai luhur pada materi pelajaran sesuai dengan kontek.

Pengintegrasian pendidikan nilai secara implisit cukup menarik karena beberapa hal. Pembelajaran dapat lebih hidup dan interaktif. Materi pembelajaran dapat digunakan sebagai stimulan pelaksanaan diskusi. Dengan diskusi daya analisis pembelajar semakin berkembang, melatih berbicara, mengolah argumen, dan menghormati pendapat orang lain. Strategi tersebut juga memberikan kesempatan pengajar untuk mengembangkan bahan ajar sesuai dengan tuntutan tempat, situasi, kondisi, dan kebutuhan.

b. Strategi Penyajian Eksplisit

Berbeda dengan strategi implisit, pada strategi eksplisit ini semua nilai disajikan secara jelas, tegas, dan tersurat. Cara eksplisit ini oleh Hurlock dalam Suwarna disebut metode pengajaran nilai atau budi pekerti luhur secara langsung.75 Hal ini dapat dilihat pada bacaan, contoh materi, soal yang secara langsung mengarah pada pendidikan nilai. Misalnya, bacaan itu langsung menyajikan tata karma orang bertamu, hak, tugas, dan kewajiban warga negara, cinta tanah air, dan sebagainya. Contoh materi langsung mengacu pada kewajiban

75

64

hamba kepada Tuhan, kewajiban pembelajar, berbakti kepada pengajar, kewajiban anak kepada orang tua, dan sebagainya.

Penyajian pendidikan nilai secara tersurat ini sangat memudahkan pengajar dan pembelajar dalam mempelajari nilai-nilai luhur. Namun begitu, pembelajaran menjadi monoton karena semua materi sudah tersedia di dalam buku pelajaran. Pengajar hanya menyampaikan, pembelajar mengapresiasi. Oleh karena itu, agar pembelajaran lebih dinamis, kreatif, dan efisien pengajar harus mampu mengembangkan bahan ajar dengan berbagai teknik antara lain tugas yang analog dengan materi pembelajaran (portofolio), mendiskusikan pendidikan nilai dengan tata karma kehidupan dewasa ini, mempraktikkan pendidikan nilai, mengamati fenomena budi pekerti yang terjadi di kalangan anak-anak remaja dan masyarakat.

Strategi implisit maupun eksplisit dapat memotivasi pembelajaran untuk belajar pendidikan nilai secara mandiri.76 Kemandirian ini ditujukan dengan kemampuan menganalisis berbagai fenomena pendidikan nilai yang kemudian disajikan, didiskusikan, disimpulkan, dan diinternalisasikan dalam diri pembelajar. c. Strategi Deduktif

Pada strategi ini, pengajar menyampaikan simpulan atau inti nilai-nilai terlebih dahulu, baru kemudian dicari dalam materi (bahan bacaan, contoh, soal, dan sebagai) atau pengajar menyampaikan pengertian secara umum, kemudian disampaikan berbagai rincian dan contoh dari pengertian nilai-nilai tersebut. Tehnik ini cocok untuk diterapkan kelas-kelas rendah. Semakin rendah kelas,

76

65

semakin rendah pula tuntutan untuk berfikir analitis. Taraf apresiasi atau pemahaman pembelajar lebih besar dari pada daya analitis.

Apabila pendidikan ini belum disajikan secara tersurat, pengajar tetap bisa menggunakan langkah-langkah pembelajaran deduktif seperti berikut ini. Namun langkah-langkah pembelajaran berikut memerlukan bimbingan yang lebih besar dari pada untuk pembelajaran yang lebih dewasa.

Pembelajaran secara deduktif dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pengajar mencari atau menentukan nilai-nilai yang ada dalam satu bacaan, kasus, cerita fiksi dan nonfiksi, berita di televise, CD, dan sebagainya. Ini semua dapat menjadi media dalam pembelajaran nilai.

2. Inti nilai-nilai tersebut disampaikan kepada pembelajar.

3. Pembelajar mencari nilai-nilai yang terintegrasi dengan cara melakukan analisis sederhana pada bacaan, materi, soal, dan sebagainya. Pembelajar menunjukkan bukti kutipan atau deskripsi yang menunjukkan nilai-nilai yang menjadi acuan.

4. Untuk lebih menginternalisasikan nilai-nilai yang dipelajari, pembelajar dapat bermain peran dengan menjadi tokoh yang memiliki nilai-nilai tersebut.

5. Membuat klasifikasi terhadap nilai-nilai yang disampaikan pengajar pada awal pembelajaran.

66

Dengan teknik ini pengajar dapat mengoptimalkan tehnik berdiskusi, kerja kelompok, tugas, bermain peran, Tanya jawab, demontrasi, dengan meminimalkan tehnik ceramah, tetapi memberdayakan dan membudayakan potensi pembelajar. d. Strategi Induktif

Strategi induktif ini adalah kebalikan dari strategi deduktif. Dalam strategi ini, pengajar langsung meminta kepada pembelajar untuk membaca, meneliti, mengkaji nilai-nilai yang terintregasi, kemudian mendiskripsikan dan menyimpulkan nilai-nilai tersebut. Pembelajar perlu melakukan coba-coba (trial and error). Coba-coba ini akan membawa anak pada ketajaman analitis dan akhirnya berhasil dalam mengidentifikasi nilai-nilai luhur (trial and error and sucses).

Strategi ini lebih cocok untuk kelas atas (dewasa) dari pada kelas bawah. Strategi induktif sesuai dengan prinsip pendidikan andragogi, yaitu pendidikan untuk orang dewasa. Meraka tidak suka lagi menghafal. Akan tetapi, memberdayakan kemampuan, daya peka,analitis, dan imajinasi untuk mengkaji suatu fenomena pendidikan nilai. Dengan strategi ini mereka juga merasa diakui dan diberi keleluasaan untuk berfikir dan berpendapat.

Langkah-langkah pembelajaran nilai dengan menggunakan strategi induktif adalah sebagai berikut :

1. Pengajar mencari dan memfasilitasi materi dengan materi yang mengandung nilai dari berbagai kasus, majalah, surat kabar, rekaman, dan sebagainya. Materi tersebut kemudian diberikan atau disajikan kepada pembelajar.

67

2. Pembelajar mencari dan mengidentifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam materi-materi yang disajikan tersebut.

3. Selanjutnya, pembelajar mendiskripsikan nilai-nilai yang telah teridentifikasi. 4. Nilai-nilai yang telah teridentifikasi kemudian didiskusikan bersama-sama. 5. Pembelajar bersama pengajar menyimpulkan nilai-nilai yang telah dipelajari

tersebut

Dokumen terkait