• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTEGRASI NILAI-NILAI AGAMA ISLAM DALAM PEMBELAJARAN IPS SEJARAH DI KELAS VIII MTs MA’ARIF WADAS KANDANGAN TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 20142015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "INTEGRASI NILAI-NILAI AGAMA ISLAM DALAM PEMBELAJARAN IPS SEJARAH DI KELAS VIII MTs MA’ARIF WADAS KANDANGAN TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 20142015"

Copied!
257
0
0

Teks penuh

(1)

i

INTEGRASI NILAI-NILAI AGAMA ISLAM

DALAM PEMBELAJARAN IPS SEJARAH

DI KELAS VIII MTs MA’ARIF WADAS

KANDANGAN TEMANGGUNG

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

MUH NASEKUN, S.Pd NIM. MI. 12.038

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)
(4)

iv MOTTO

َىاَك اَه ۗ ِباَثْلَ ْلِا ٍِلوُ ِلِ ٌجَسْثِع ْنِهِصَصَق ٍِف َىاَك ْدَقَل

ْيِكَٰلَو ٰيَسَتْفَُ اًثَِدَح

َىىُنِهْؤَُ ٍمْىَقِل ًحَوْحَزَو يًدُهَو ٍءٍَْش ِّلُك َلُِصْفَتَو ِهََْدََ َيَُْت ٌِرَّلا َقَِدْصَت

Artinya : “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”.

(QS. Yusuf : 111)1

ٍحَوِلْسُهَو ٍنِلْسُه ِّلُك ًَلَع ٌحَضَِْسَف ِنْلِعْلا ُةَلَط

Artinya : ”Mencari ilmu itu adalah keperluan bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)2

1

al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta : Departemen Agama Republik Indonesia, 1971, 366. 2

Ibnu Abbas. Hadist tentang Kewajiban Mencari Ilmu. Melalui https://www. facebook.com/

(5)

v

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya besarku kepada :

1. Ibunda Hj. Sri Rahayu atas doa restu dan bimbingannya.

2. Istri dan putra-putraku terkasih : Tri Astuti, Muhammad Abram Adriano,

Muhammad Reza Cakrawira, dan Muhammad Bisma Hibatullah yang senantiasa menjadi penyejuk hati dalam suka dukaku.

(6)

vi

ABSTRAK

Integrasi Nilai-Nilai Islam Dalam Pembelajaran IPS Sejarah di Kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung oleh Muh Nasekun, S.Pd.

Kata Kunci : Integrasi, Nilai-Nilai Islam, Pembelajaran IPS Sejarah. Latar belakang penelitian ini adalah adanya kontradiksi antara tujuan pengajaran sejarah dengan materi pembelajaran sejarah. Agama dijadikan tujuan, tapi sumber-sumber yang berasal dari agama seperti wahyu tidak dipercayai sebagai azas pengetahuan. Pelajaran sejarah terlanjur diapersepsi secara sekular, sehingga harus ada upaya untuk meluruskan kontradiksi tersebut dengan pengintegrasian nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah apalagi di madrasah yang nyata-nyata merupakan lembaga pendidikan Islam.

Tujuan penelitian : (1) Untuk mengetahui implementasi integrasi nilai agama Islam pada pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung; (2) Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan pembelajaran IPS Sejarah di Kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam; (3) Untuk mengetahui perangkat sistem pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam.

Penelitian ini termasuk dalam deskriptif eksploratif dengan menggunakan metode naturalistik karena penelitiaannya dilakukan pada kondisi yang alamiah

(natural setting). Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Subyek penelitian adalah semua fihak yang terkait dengan penanaman nilai agama Islam di MTs Ma‟arif Wadas. Obyek penelitian adalah proses pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam.

(7)

vii PRAKATA

ِميِحَّرلا ِهم ْحَّرلا ِالله ِمْسِب

Alhamdulillah, atas limpahan rahmat dan hidayah Allah SWT penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Integrasi nili-nilai Islam dalam pembelajaran IPS

Sejarah di kelas VIII MTs Ma’arif Wadas Kandangan Temanggung” yang menjadi

syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam.

Tesis ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagi fihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. selaku Direktur Pascasarjana IAIN Salatiga.

3. Bapak Dr. Phil. Widiyanto, M.A. selaku Ketua Program Study Pendidikan Agama Islam Pascasarjana IAIN Salatiga.

4. Bapak Dr. H. Sa‟adi, M.Ag. dan Bapak Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. atas bimbingannya

dalam penulisan tesis ini.

5. Bapak Drs. Yusuf Purwanto, M.Ag. selaku Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kementrian Agama Kabupaten Temanggung yang telah mengarahkan penulis untuk mengikuti studi lanjut Pascasarjana di IAIN Salatiga.

6. Keluarga besar MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung atas izin penelitian dan

(8)

viii

7. Semua fihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan tesis ini.

Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan. Semoga tesis ini barokah dan banyak manfaatnya.

Salatiga, 28 Februari 2015 Penulis,

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… i

PENGESAHAN ………... ii

HALAMAN PERNYATAAN ………...…….. iii

MOTTO………...iv

PERSEMBAHAN ……… v

ABSTRAK ………... vi

PRAKAT………..viii

DAFTAR ISI ……… ………. ix

DAFTAR TABEL ……… ….xiii

DAFTAR GAMBAR ………...………...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………...xv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….. 1

B. Rumusan Masalah ……… 12

C. Signifikansi Penelitian ……… 13

D. Kajian Pustaka ……… 15

E. Metode Penelitian……… 19

F. Sistematika Penulisan ……….. 26

BAB II : LANDASAN TEORI ……….29

(10)

x

1. Pengertian Pembelajaran Integrasi ………...……... 29

2. Landasan Teori Pembelajaran Integrasi ………...…… 32

3. Karakteristik Pembelajaran Integrasi ..………..……….. 34

4. Tujuan Pembelajaran Intregrasi ………. . 39

5. Manfaat Pembelajaran Integrasi ……….…...….. 40

6. Macam-macam Model Pembelajaran Integrasi ………... 41

7. Model Pembelajaran Integrasi di Madrasah Tsanawiyah ..…. 44

B. Pendidikan Nilai ………. 48

1. Pengertian Nilai ……….…… 48

2. Macam-Macam Nilai ……… 51

3. Sumber-Sumber Nilai ………..…... 53

4. Pendidikan Nilai ……… 55

5. Tujuan Pendidikan Nilai ………... 58

C. Konsep Integrasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran ..……. 59

1. Integrasi Pendidikan Nilai ……… 59

2. Strategi Integrasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran .…... 60

3. Evaluasi Integrasi Pendidikan Nilai dalam pembelajaran..….. 67

D. Pendidikan IPS Sejarah ………..……...… 69

1. Pengertian IPS Sejarah …….………. 69

2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran IPS Sejarah ………... 73

3. Karakteristik Mata Pelajaran IPS Sejarah ……….. 76

(11)

xi

BAB III : PRESENTASI DATA / LAPORAN HASIL PENELITIAN……….81

A.Profil Madrasah MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung...81

B.Letak Geografis MTs Ma‟arif Wadas ………... 87

C.Sejarah Perkembangan MTs Ma‟arif Wadas Kandangan ………...88

D.Struktur Organisasi MTs Ma‟arif Wadas Kandangan ……….91

E. Keadaan Peserta Didik dan Guru MTs Ma‟arif Wadas …………...98

F. Struktur Kurikulum MTs Ma‟arif Wadas Kandangan ………….. 100

E. Prospek Perkembangan MTs Ma‟arif Wadas Kandangan…… 101

BAB IV : ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN ………. 106

A. Implementasi Pembelajaran IPS Sejarah Di Kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam ……… 106

B. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran IPS Sejarah di Kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam ……… 137

C. Perangkat Sistem Pembelajaran IPS Sejarah di Kelas VIII MTS Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai ………. 143

BAB V : PENUTUP ……… 147

A. Kesimpulan ………...……… 147

(12)

xii

DAFTAR PUSTAKA ……… 152

LAMPIRAN ………. 157

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2014/2015………. 82

Tabel 3.2 Data Ruang MTs Ma‟arif Wadas ………. 83

Tabel 3.3 Data Mebelair ……….... 84

Tabel 3.4 Fasilitas Penunjang Pembelajaran ……….. 84

Tabel 3.5 Kamar Mandi/ Toilet ………...85

Tabel 3.6 Perkembangan Peserta Didik Tahun 2008/2009 s.d 2014/2015 …… 98

Tabel 3.7 Data Guru dan Karyawan ……… . 99

Tabel 3.8 Struktur Kurikulum 2006 MTs Ma‟arif Wadas ………100

Tabel 3.9 Struktur Kurikulum 2013 untuk kelas VII ………. … .101

Tabel 4.1 Point Pelanggaran Tata Tertib pada MTs Ma‟arif Wadas ..………. 126

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Silabus asli IPS Sejarah kelas VIII ... 157

Lampiran 2 : Silabus Asli Aqidah Ahklak kelas VIII………. 160

Lampiran 3 : Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang memiliki potensi untuk diintegrasikan ………. 168

Lampiran 4 : Penjabaran dalam indikator ……….. 170

Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )………. 174

Lampiran 6 : Daftar pertanyaan dalam wawancara ………219

Lampiran 7 : Surat Keterangan telah melakukan penelitian di MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung ………. 240

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Pembangunan bidang pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama-sama dengan masyarakat dalam rangka pengejawantahan salah satu cita-cita yang sangat mulia dan luhur, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tetapi keinginan itu belum sepenuhnya terwujud. Dalam upaya tersebut, masyarakat dan pemerintah seharusnya bahu-membahu dalam upaya

mencerdaskan seluruh komponen bangsa melalui pendidikan.

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sebagaimana yang telah disabdakan Rasulullah SAW

adalah suatu keharusan bagi setiap muslimin dan muslimah, sebab pendidikan sangat penting perannya bagi umat manusia untuk mempertahankan eksistensi

(17)

2

mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang tersusun dan terprogram. Kegagalan dunia pendidikan dalam menyiapkan masa depan

umat manusia, merupakan kegagalan bagi kelangsungan kehidupan bangsa. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang

pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Disadari atau tidak wajah pendidikan di Indonesia sendiri masih memprihatinkan. Menurut Education For All Global Monitoring Report 2012

yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahunnya, pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 untuk pendidikan di seluruh dunia dari 120 negara. Data Education Development Index (EDI) Indonesia, pada 2011 Indonesia

berada di peringkat ke-69 dari 127 negara.3 Kualitas pendidikan Indonesia hanya menempati posisi ke 64 dari 65 negara anggota Programme for

International Assessment (PISA). Hasil ini merupakan hasil studi yang

dilakukan lembaga PISA yang digelar setiap tiga tahun sekali. Dengan kata lain, kualitas pendidikan Indonesia terburuk kedua di dunia. Hasil penelitian

ini sempat dikabarkan di situs Organisation for Economic Co-operation and

Development,oecd.org.

Tingkat membaca pelajar Indonesia, berdasarkan studi tersebut, hanya

3

(18)

3

mendapatkan skor 396. Untuk kompetensi matematika, Indonesia memperoleh skor 375 dan skor 382 untuk ilmu pengetahuan. Bila

dibandingkan dengan sejumlah negara di kawasan ASEAN, kualitas pendidikan di Indonesia bahkan tertinggal jauh. Peringkat pendidikan

Indonesia juga tak kalah lebih baik dari Malaysia. Negara Jiran menempati posisi 52 dari seluruh negara anggota PISA dengan perolehan 421 untuk matematika, 398 membaca, dan 420 untuk ilmu pengetahuan.4

Sepanjang bulan April sampai Juni 2014 saja banyak kasus kenakalan pelajar Indonesia yang sangat memprihatinan. Mulai dari kasus transaksi jual

beli bocoran soal UN 2014 yang menyesatkan.5 Kasus perampasan motor yang dilakukan oleh Febri Gunawan pelajar kelas III sebuah SMK di Semarang yang juga anggota geng motor terhadap adik kelasnya.6

Meninggalnya Renggo Kadapi pelajar kelas V SD Negeri 09 Kampung Makasar Jakarta Timur karena dianiaya oleh kakak kelasnya hanya masalah

makanan kecil yang tersenggol dan terjatuh.7 Tewasnya Fajar Murdiyanto pelajar kelas V SD Klumprit 1 Sukoharjo karena sering dianiaya temannya gara-gara tidak mau membantu mengerjakan PR.8 Meninggalnya Galih

4

Ari Purwanto, Wajah Pendidikan Indonesia, https://www.google.ae/search? diakses pada

hari Jum‟at, 17 0ktober 2014; 21.09. 5

Tribun Jateng, Selasa 8 April 2014, 9. 6

Tribun Jateng, Sabtu,28 Juni 2014, 15. 7

Tribun Jateng, Senin, 5 Mei 2014, 9. 8

(19)

4

Masruhi, pelajar kelas X SUPM Negeri Tegal juga Karena dianiaya seniornya.9

Refleksi kehidupan sosial yang serba memprihatinkan di atas sudah seharusnya menjadi sebuah renungan dan evaluasi bagi kalangan pendidikan

kita. Karena secara umum pendidikan harus mampu menghasilkan manusia sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat yang sehat dan cerdas dengan (1) kepribadian yang kuat dan relegius serta mampu menjunjung

tinggi budaya luhur bangsa, (2) kesadaran demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, (3) kesadaran moral hukum yang

tinggi dan (4) kehidupan yang makmur dan sejahtera10.

Melihat kondisi tersebut, maka tanggungjawab untuk memajukan pendidikan merupakan tugas yang sangat berat untuk dilaksanakan.

Pendidikan tidak hanya menjadikan orang sekedar mengenal atau paham akan nilai-nilai kebaikan, melainkan sadar dan mengamalkan nilai-nilai kehidupan

tersebut dalam kehidupan sehari-hari sebagai karakter yang positif atau kepribadian yang mulia. Karena pada dasarnya hakekat pendidikan bukan hanya sekedar transfer of knowledge tetapi juga transfer of values dalam arti

penanaman dan pengamalan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari akan lebih berarti dibandingkan hanya sekedar hafal atau tahu tentang ilmu

pengetahuan.

9

Tribun Jateng, Rabu, 25 Juni 2014, 13. 10

(20)

5

Pendidikan nilai seharusnya masuk dalam sebuah desain kurikulum pembelajaran di tingkat satuan pendidikan, sehingga tujuan mencerdaskan

putra-putri bangsa tidak kehilangan ruh dan hakikat tujuan yang sebenarnya, seperti yang diamanatkan UUD 1945 pasal 31 ayat 3 yang berbunyi : “

Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan

undang-undang11.

Hampir setiap hari kita disuguhi contoh-sontoh yang menyedihkan

melalui film dan televisi yang secara bebas mempertontonkan perilaku sadism, mutilasi, kekerasan, premanisme, kejahatan, perselingkuhan, kawin siri, penyalahgunaan obat terlarang dan korupsi yang telah membudaya dalam

sebagian masyarakat bahkan di kalangan pejabat dan artis. Kita juga mendengar, melihat dan menyaksikan, betapa para pemuda, pelajar dan

mahasiswa yang diharapkan menjadi tulang punggung bangsa telah terlibat dengan VCD porno, pelecehan seksual, narkoba, geng motor, dan perjudian. Contoh-contoh tersebut erat kaitannya dengan kualitas pendidikan dan

kualitas sumber daya manusia, serta menunjukkan betapa rendah dan rapuhnya fondasi moral dan spiritual kehidupan bangsa, sehingga telah

melemparkan moralitas bangsa kita pada titik terendah.

11

Haryanto, Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 versi Amandemen, melalui http://

(21)

6

Tampak jelas bahwa negeri ini telah berubah menjadi negara dagelan atau republik sandiwara, yang dipimpin oleh para pejabat negara yang seperti

tanpa beban menjadi terdakwa korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara belum tumbuh budaya mutu, budaya

malu, dan budaya kerja baik di kalangan para pemimpin maupun di kalangan rakyat pada umumnya, sehingga sulit untuk mencari tokoh atau figur yang bisa diteladani. Ini merupakan bukti terjadinya pergeseran nilai menuju

kehancuran, atau pembentukan nilai-nilai baru atas dasar pragmatism,

materialism, hedonism, sekulerisme, bahkan atheisme12.

Kondisi dan kenyataan yang menyedihkan tersebut telah menimbulkan berbagai pertanyaan bagi berbagai pihak, baik di kalangan masyarakat umum maupun di kalangan para ahli pendidikan dan para guru, “ Apa yang salah

dengan pendidikan nasional sehingga belum berhasil mengembangkan manusia Indonesia seperti yang diamanatkan dalam Pancasila,

Undang-undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional13. Madrasah sejak dulu mulai dari Madrasah Ibtidaiyah ( MI ) sampai tingkat Perguruan Tinggi Islam telah memberikan materi ilmu keagamaan seperti Qur‟an Hadist, Akidah akhlak, Fiqih, dan sebagainya, di samping itu

12

Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2013, 14.

13

Aditya Mukti, Kualitas Pendidikan Indonesia, melalui http://edukasi. kompasiana.

(22)

7

juga memberikan materi pelajaran umum. Maka bisa dikatakan bahwa Madrasah telah melakukan integrasi antara ilmu umum dengan Agama.

Fokus dalam penelitian ini adalah integrasi pada mata pelajaran IPS Sejarah. Kenapa IPS Sejarah ?, karena mata pelajaran IPS Sejarah merupakan

mata pelajaran yang membahas tentang manusia dan kehidupan sosialnya. IPS Sejarah mempunyai tugas mulia dan menjadi pondasi penting bagi pengembangan intelektual, emosional, kultural, dan sosial peserta didik, yaitu

mampu menumbuhkembangkan cara berpikir, bersikap, dan berperilaku yang bertanggungjawab selaku individu, warga masyarakat, warga negara, dan

warga dunia.

Sejarah adalah ilmu tentang asal usul dan perkembangan masyarakat dan bangsa yang berkelanjutan dalam kehidupan masyarakat dan bangsa di

masa kini. Di dalam sejarah terdapat mauidhah-pelajaran dan haq-kebenaran,

rahmat, dan huda-petunjuk bagi orang-orang yang mengerti dan beriman (QS

12.111). Sejarah sebagai landasan dasar penuturan wahyu yang diterima oleh Rasulullah SAW berdampak akbar dalam mengubah karsa, rasa, dan cipta umat yang mengimaninya. Tanpa sejarah yang benar, manusia akan

kehilangan jati dirinya. Kejahiliahan terjadi sebagai dampak kehilangan jejak sejarahnya. Hanya dengan kembali memahami sejarah secara benar akan

terselamatkan dari keruntuhan derajat kemanusiaan.14

14

(23)

8

Pendidikan Sejarah merupakan suatu proses internalisasi nilai-nilai, pengetahuan, dan keterampilan kesejarahan dari serangkaian peristiwa yang

dirancang dan disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa. Pendidikan sejarah tidak hanya diarahkan

untuk menanamkan pemahaman masa lampau hingga masa kini, tetapi ditekankan pula pada berbagai kegiatan yang dapat memberikan pengalaman yang dapat menumbuhkan rasa kebangsaan dan kecintaan pada manusia

secara universal.15 Pengetahuan masa lampau mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan

kepribadian peserta didik.16

Pada standar kompetensi inti yang dirumuskan dalam kurikulum 2013 dengan tegas dituliskan ada empat domain utama tujuan mata pelajaran

sejarah. Bila diringkas empat inti tujuan pelajaran sejarah ini adalah: 1) mengembangkan penghayatan terhadap ajaran agama, 2) mengembangkan

perilaku positif, 3) mengembangkan penguasaan ilmu pengetahuan (sejarah) untuk menghadapi kejadian-kejadian aktual, dan 4) mampu mengembangkan ilmu pengetahuan yang dipelajari.17

15

Rudi Gunawan, Pendidikan IPS Filosofi, Konsep dan Aplikasi, Bandung: Alfabeta, 2013,

196. 16

Sapriya, Pendidikan IPS Filosofi, Konsep dan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2012, 209.

17

Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 tahun 2013

(24)

9

Menarik bahwa dua di antara empat tujuan inti pelajaran sejarah ini adalah ingin mengarahkan peserta didik untuk beragama dan berkarakter baik.

Kurikulum ini diharapkan dapat dicapai dengan mencapai target kompetensi dasar yang juga telah dirumuskan. Agar beragama dengan baik, materi-materi

sejarah yang berisi berbagai cerita tokoh diharapkan bisa dihayati dalam kehidupan keagamaan peserta didik. Sementara agar terbentuk karakter yang baik, perilaku baik para tokoh sejarah seperti cinta damai, responsif, semangat

jihad, pantang menyerah, rela berkorban dan lain-lain hendaknya bisa diteladani juga oleh peserta didik. Karakter baik ini pun diusahakan tercapai

dengan mengembangkan sikap tanggung jawab dan peduli terhadap peninggalan sejarah. Demikian juga dengan sikap dan perilaku jujur dalam menjalani proses pembelajarannya.

Fakta selama ini pelajaran sejarah sudah terlanjur diapersepsi secara sekular. Pada tujuan dasar aspek penguasaan ilmu sebagai penjabarannya

masih mengadopsi hal-hal yang justru bertolak belakang dengan tujuan yang sifatnya agamis di atas. Penghayatan sikap beragama para tokoh sejarah pun akan sangat sulit terwujud jika tokoh-tokoh sejarah Islam tidak digambarkan

memiliki ikatan kuat dengan agamanya. Padahal, motif agama (dakwah dan jihad) sangat mewarnai perjuangan para ulama dan pahlawan Islam.

(25)

10

wahyu tidak dipercayai sebagai azas pengetahuan. Sehingga harus ada upaya untuk meluruskan kontradiksi tersebut dengan pengintegrasian nilai-nilai

Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah apalagi di Madrasah yang nyata-nyata merupakan lembaga pendidikan Islam.

Sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 20 tahun 2003 dikatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab18.

Fungsi dan tujuan dari pendidikan tersebut akan sulit terwujud tanpa

adanya pemahaman integral antara materi satu dengan materi lain. Tujuan dari UU nomor 20 tahun 2003 esensinya adalah terkait dengan pengembangan

masalah keimanan dan ketaqwaan. Maka akan sangat penting untuk dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran intregasi materi pelajaran IPS sejarah dengan nilai-nilai Islam.

Tujuan materi IPS Sejarah pada hakekatnya adalah membentuk siswa memiliki kepribadian sosial yang baik. Pembelajaran IPS Sejarah di Madrasah

pada umumnya belum optimal mengantarkan siswa pada pemahaman, sikap

18

Depdiknas, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

(26)

11

dan laku sosial yang baik. Pembelajaran IPS Sejarah di Madrasah Tsanawiyah dirasakan masih mengalami kekeringan spiritualitas. Pembelajaran IPS

Sejarah di MTs belum banyak mengintegrasikan dengan nilai agama sebagai sumber spiritualitas pembelajarannya.19

Sebuah contoh, Perang Diponegoro dalam buku paket untuk SMP/MTs

hanya dikait-kaitkan kemarahannya karena Belanda mematok tanah

leluhurnya di Tegalrejo secara semena-mena.20 Padahal, dalam berbagai

naskah tertulis, Pangeran Diponegoro jelas mengobarkan “jihad fi sabilillah”

atau “Perang Sabil” dalam menghadapi penjajah Belanda.21

Perjuangan

Diponegoro seharusnya mampu memberi inspirasi anak didik agar menjadi

mujahid.

Berdasarkan hasil observasi awal penulis di MTs Ma‟arif Kandangan

Temanggung telah ada upaya dari lembaga dengan mengintegrasikan materi pelajaran dengan nilai-nilai Islam, namun masih perlu dievaluasi dan

dikembangkan terus dalam proses pembelajarannya. Pada Madrasah ini telah berupaya menerapkan pola pembelajaran IPS Sejarah secara integratif dengan nilai-nilai Islam. Meskipun masih dalam taraf kontektual secara sederhana,

misalnya belum adanya modul yang secara tertulis yang dijadikan sumber

19

Pendapat guru-guru IPS MTs Kabupaten Temanggung dalam pertemuan MGMP IPS hari kamis, tanggal 6 Februari 2014 di MTsN Parakan Temanggung

20

Kurtubi, Sudut Bumi IPS Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009 : 65.

21

(27)

12

belajar IPS Sejarah dan telah terintegrasi dengan nilai-nilai Islam.22. Hal ini menjadi suatu fenomena yang menarik untuk dikaji lebih jauh melalui

penelitian ini, disaat pembelajaran IPS Sejarah di sekolah atau madrasah lain masih terfokus pada kawasan kognitif dan belum memasukkan nilai-nilai

Islam dalam proses pembelajarannya.

Tataran konsep ideal, Islam diyakini sebagai agama yang memiliki ajaran sempurna, komprehensip dan universal serta memuat semua system

ilmu pengetahuan. Namun dalam kenyataannya muncul pemisahan antara sains dan teknologi yang dihadapkan dengan ilmu-ilmu agama. Madrasah

dalam hal ini berperan besar untuk menjembatani dikotomis antara mata pelajaran umum dengan Pendidikan Agama Islam. Maka penelitian ini penting dilakukan untuk mengkaji sejauh mana lembaga pendidikan Islam

yang bernama Madrasah Tsanawiyah memformulasikan materi dalam proses pembelajaran yang diintegrsikan dengan nilai-nilai Islam. Adanya fenomena

tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang akan dilaksanakan di MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung tentang konsep

pengintegrasian mata pelajaran IPS sejarah terhadap nilai-nilai agama Islam.

G. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

22

(28)

13

1. Bagaimanakah implementasi pembelajaran IPS Sejarah di Kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan

nilai-nilai Islam?

2. Bagaimanakah keunggulan dan kelemahan pembelajaran IPS Sejarah di Kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang

diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam?

3. Bagaimanakah perangkat sistem pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan

nilai-nilai Islam?

H. Signifikansi Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian

ini adalah untuk mendeskripsikan keseluruhan proses dari pelaksanaan integrasi nilai agama Islam dalam proses pembelajaran IPS Sejarah dengan

rincian sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui implementasi pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan

dengan nilai-nilai Islam

b. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan pembelajaran IPS Sejarah di Kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung

(29)

14

c. Untuk mengetahui perangkat sistem pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan

dengan nilai-nilai Islam.

2. Manfaat dan kegunaan dari hasil penelitian ini adalah :

a. Manfaat teoritis

1) Memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu yang berkaitan dengan prosedur pelaksanaan pendidikan integrasi nilai

agama Islam di lingkungan sekolah/madrasah.

2) Membuka kemungkinan guna penelitian lebih lanjut mengenai

efektifitas pelaksanaan pendidikan integrasi nilai agama Islam di sekolah / madrasah.

b. Manfaat praktis :

1) Bagi guru hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan sumbangan dalam rangka meningkatkan kreatifitas proses belajar

mengajar, serta bahan evaluasi dari pelaksanaan integrasi nilai agama Islam dengan semua mata pelajaran. Sehingga konsep penanaman nilai Islam pada peserta didik dapat dengan efektif.

2) Bagi Madrasah, penelitian ini dapat memberikan bahan pertimbangan dan bahan inspirasi ke depan dalam meningkatkan

(30)

15

3) Bagi orang tua siswa, penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan pertimbangan dan rujukan dalam memberikan pilihan

pendidikan nilai agama Islam terhadap putra-putrinya.

4) Bagi Pemerintah / pengembang kurikulum, penelitian ini dapat

memberikan masukan informasi dalam mengambil kebijakan di sektor pendidikan integrasi nilai.

I. Kajian Pustaka

Setelah diadakan penelusuran kepustakaan, penulis menemukan beberapa penelitian yang mengupas tentang kajian mata pelajaran di sekolah

yang dihubungkan dengan nilai-nilai pendidikan Islam, antara lain :

1. Mustopa (2010), Pendidikan Integratif Interkonektif Pendidikan Agama

Islam dengan Sains di SMA I Ngantang Malang. Permasalahan penelitian

ini berangkat dari kesan bahwa Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah bersifat monolistik, dan kurang

menyentuh realitas mata pelajaran lain khususnya sains, akibatnya tidak ada hubungan antara agama dan sains yang dipahami siswa. Masing-masing berdiri sendiri, agama dinilai non-ilmiah dan sains ilmiah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pelaksanaan pendidikan intregatif interkoneksi materi PAI dan sains di SMA 1 Ngantang Malang

(31)

16

dan menginterkoneksikan dengan sains, yaitu dengan menyeleksi bisa tidaknya materi tersebut diintregasikan dan diienterkoneksikan dengan

sains. Adanya dua model tersebut dikarenakan terdapat perbedaan wawasan, kurang adanya koordinasi, dan kemampuan dari masing-masing

guru.23

Hubungan penelitian tersebut dengan kajian yang penulis lakukan adalah penelitian tersebut mengintegrasikan dan menginterkoneksikan

PAI dengan sains dengan obyek penelitian pada siswa SMA, sedangkan dalam penelitian yang akan penulis lakukan adalah mengintegrasikan

nilai-nilai Islam dalam pembelajaran sejarah pada siswa Madrasah Tsanawiyah.

2. Muhammad Ngali Zainal Makmun (2011), Pembelajaran IPA dan IPS

berbasis Integrasi Interkoneksi (Studi kasus di MIN Sumberejo

Mertoyudan Magelang). Latar belakang penelitian berangkat dari adanya

proses pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang masih mengarah pada tindakan dan pengelolaan yang sifatnya independen tidak terintegral dengan sentuhan materi lain. Akibatnya peserta didik hanya memiliki

kecenderungan mengetahui akan banyak hal akan tetapi sangat kurang memiliki sistem nilai sikap minat maupun apresiasi secara positif terhadap

apa yang diketahui.

23

(32)

17

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua materi dapat dengan mudah diintegrasikan dengan nilai Islam. Kesulitan yang dihadapi

adalah belum adanya buku standar yang dapat dijadikan pegangan guru yang memuat materi IPA-IPS terintegrasi dengan nilai Islam.24

Bila dihubungkan dengan penelitian yang akan penulis lakukan bahwa penelitian ini mengintegrasikan mata pelajaran IPA-IPS pada tingkat Madrasah Ibtidaiyah, sedangkan dalam penelitian yang penulis

lakukan fokusnya pada integrasi nilai-nilai agama Islam dengan mata pelajaran IPS Sejarah di Madrasah Tsanawiyah.

3. Rahmat Kamal (2012) “Pendidikan Nilai Karakter di Madrasah

Ibtidaiyah Negeri (MIN) Malang 1”.25 Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif dengan tujuan mengungkap proses pelaksanaan

pendidikan karakter di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 1.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama, bahwa pelaksanaan

pendidikan nilai karakter di MIN Malang 1 pada dasarnya merupakan pengembangan dari pendidikan akhlaq al-karimah yang diimplementasikan ke dalam beberapa aspek, yakni : (a) kurikulum, (b)

budaya madrasah, dan (c) program pengembangan diri. Kedua, Nilai-nilai karakter yang ditanamkan di MIN Malang 1 tidak lepas dari 18 nilai

24

M.Ngali Zaenal Makmun, Pembelajaran IPA dan IPS Berbasis Integrasi Interkoneksi,Studi

Kasus di MIN Sumberrejo Mertoyudan Magelang,Tesis PPs UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2011. 25

Rahmat Kamal, Pendidikan Nilai Karakter di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Malang 1,

(33)

18

karakter yang dikembangkan Kementerian Pendidikan Nasional dalam buku pedoman pendidikan budaya dan karakter bangsa yang diterbitkan

tahun 2010, antara lain : nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta

tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli social, dan tanggungjawab.

Dari sejumlah nilai yang ditanamkan, ada beberapa nilai yang

mendominasi antara lain ; nilai relegius dengan maknanya yang sangat luas sebagai bagian dari ciri khas madrasah, dan nilai istiqomah atau

kedisiplinan dalam berbagai hal serta nilai menghargai prestasi. Ketiga, Kendala yang dihadapi antara lain: (a) Faktor eksternal yang meliputi lingkungan keluarga berupa kurangnya perhatian orang tua dalam

mengawal program pembiasaan siswa di rumah, lingkungan masyarakat yang terkadang sulit mencari keteladanan, serta regulasi dari sebagian

kebijakan pemerintah yang bertendensi politis. (b) Faktor internal antara lain guru yang terkadang belum seratus persen bisa disiplin, sarana prasarana yang kadang mengalami hambatan teknis, serta pribadi siswa

yang belum bisa mandiri.

Penelitian ini bila dihubungkan dengan penelitian yang akan

(34)

19

semuanya dalam 18 nilai karakter terdapat dalam pembelajaran sejarah dengan fokus utamanya pada nilai regius. Bahwa didalam sejarah terdapat

mauidhah-pelajaran dan haq-kebenaran, rahmat, dan huda-petunjuk bagi

orang-orang yang mengerti dan beriman (QS 12.111). Sejarah mempunyai

tugas mulia dan menjadi pondasi penting bagi pengembangan intelektual, emosional, kultural, dan social peserta didik, yaitu mampu menumbuhkembangkan cara berpikir, bersikap, dan berperilaku yang

bertanggungjawab selaku individu, warga masyarakat, warga negara, dan warga dunia.

Dari beberapa sumber pustaka yang berhasil dilacak penulis belum ada yang menjelaskan secara rinci mengenai integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah untuk tingkat Madrasah Tsanawiyah.

Maka penelitian mengenai “Integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran Sejarah” ini menjadi sangat penting dilakukan sebagai

upaya pengembangan pembelajaran sejarah di Madrasah dan untuk menambah koleksi perpustakaan IAIN Salatiga. `

J. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan menggunakan metode naturalistik karena penelitiaannya dilakukan pada kondisi yang

(35)

20

adanya. Peneliti adalah instrument kunci yang mengadakan pengamatan atau wawancara sendiri.26

Subyek penelitian adalah semua fihak yang terkait dengan penanaman nilai agama Islam di MTs Ma‟arif Wadas antara lain kepala madrasah, wakil

kepala bidang kurikulum, guru IPS Sejarah dan guru Aqidah Ahklak serta siswa kelas VIII. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primernya yaitu dengan bedah

perangkat pembelajaran IPS Sejarah dan Pendidikan Agama Islam. Sedang sumber sekundernya adalah interview (wawancara) dengan guru IPS Sejarah ,

guru PAI dan Siswa. Sedangkan obyek penelitian adalah proses pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam.

Strategi penelitian menggunakan “social situation” atau situasi sosial

yang terdiri atas tiga elemen yaitu tempat (place) di MTs Ma‟arif Wadas, pelaku (actors) adalah guru mata pelajaran IPS Sejarah, dan aktivitas

(activity) yaitu interaksi antara guru dan siswa dalam pembelajaran IPS

Sejarah.

Langkah yang peneliti lakukan adalah melakukan observasi dengan

bedah silabus dan perangkat pembelajaran IPS Sejarah serta Pendidikan Agama Islam kelas VIII sebagai sumber data awal untuk mengetahui bisa

tidaknya materi pembelajaran tersebut diintegrasikan. Kemudian Wawancara

26

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

(36)

21

dengan guru mata pelajaran IPS Sejarah dan Pendidikan Agama Islam kelas VIII untuk mengetahui bagian materi pengajaran yang dapat diintegrasikan.

Selanjutnya diidentifikasi materi pengajaran yang diintegrasikan serta melakukan pengamatan dan observasi dalam kegiatan pembelajaran guru

dengan siswa di dalam kelas.

Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan observasi (pengamatan) untuk memperoleh gambaran utuh tentang proses pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Temanggung khususnya yang berkaitan

dengan pengintegrasian nilai-nilai agama Islam. Selanjutnya wawancara

mendalam (in depth interview) terhadap guru IPS Sejarah untuk memperoleh data persiapan, materi pelajaran, metode mengajar IPS Sejarah yang diintegrasikan dengan nilai agama Islam sebagai sebuah karateristik

Madrasah. Wawancara dengan siswa untuk mengetahui respon siswa dan tingkat keberhasilan. Sedangkan wawancara dengan kepala madrasah dan

wakil kepala bidang kurikulum untuk memperoleh data tentang kebijakan yang diterapkan. Wawancara dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan serta pendirian-pendirian merupakan suatu

pembantu utama dari metode observasi.27

Kemudian Dokumentasi tentang proses pembelajaran dan dokumentasi

tertulis tentang kebijakan, bahan pelajaran, silabus dan RPP IPS Sejarah yang dibuat oleh guru yang bersangkutan. Instrumen dalam penelitian ini adalah

27

(37)

22

peneliti sendiri (human instrument) dipandu dengan panduan wawancara dan panduan observasi.

Metode analisis data antara lain dengan : a. Data Reduction ( Reduksi data )

Data Reduction yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.28 Fokus pada penelitian ini adalah bedah

silabus dan RPP mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dicari tema dan polanya yang dapat diintegrasikan dengan materi pembelajaran IPS

Sejarah.

b. Data Display ( Penyajian data )

Display data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang

tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.29 Dalam tahap ini peneliti akan menyajikan

data melalui ringkasan penting dari data yang telah direduksi sehingga dapat ditarik kesimpulan. Informasi dibuat dalam bentuk naratif deskriptif untuk memudahkan penguasaan informasi baik secara keseluruhan atau

bagian tertentu dari hasil penelitian.

28

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ,Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D

Bandung: Alfabeta, 2013, 338. 29

Imam Suparyogo, dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial Agama, Bandung: Remaja

(38)

23

Data yang terpilih kemudian disajikan sesuai dengan kondisi dan urutan terkait dengan proses integrasi nilai agama Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan

Temanggung. Penyajian data dalam bentuk bagan dan hubungan antar

kategori antara silabus dan RPP mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan IPS Sejarah.

c. Conclusion Drawing / Verification

Penarikan kesimpulan diklarifikasi dan verifikasi selama penelitian berlangsung. Kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal dan

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.30 Melalui pemahaman peneliti

kesimpulam awal yang dikemukakan bahwa terdapat integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas

Kandangan Temanggung. d. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data sangat diperlukan agar data yang tersusun dapat

dipercaya dan dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Pengecekan keabsahan data merupakan suatu langkah untuk mengurangi

30

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ,Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D

(39)

24

kesalahan dalam proses perolehan data penelitian yang tentunya akan berpengaruh terhadap hasil akhir sebuah penelitian.

Untuk menetapkkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan tehnik pemeriksaan. Pelaksanaan tehnik pemeriksaan didasarkan atas

sejumlah criteria tertentu. Ada empat criteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (konfirmability)31

1. Credibility, kegiatan yang dilakukan untuk membuat temuan dan

interprestasi yang lebih terpercaya. Credibility digunakan juga untuk

membuktikan kesesuaian antara hasil pengamatan dengan kenyataan dilapangan. Kegiatan credibility terdiri dari :

a) Keikutsertaan di lapangan dalam mengobservasi, peneliti masuk

ke lapangan dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan subyek penelitian.

b) Meningkatkan ketekunan yang dilakukan dengan melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan.32

c) Melakukan triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data

dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan mengecek atau sebagai pembanding terhadap data

31

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013, 324.

32

(40)

25

itu.33 Menurut Sugiyono, triangulasi diartikan sebagai tehnik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai

tehnik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.34 d) Diskusi teman sejawat yang dilakukan dengan mendiskusikan

hasil penelitian yang masih bersifat sementara kepada temen-teman sebaya untuk mendapat masukan demi sempurnanya penelitian.

e) Menggunakan bahan referensi lain, yaitu melengkapi data-data yang ditemukan dalam penelitian dengan menggunakan berbagai

bahan pendukung seperti rekaman hasil wawancara sebagai pendukung data hasil wawancara, foto-foto sebagai pendukung data tentang gambaran seputar interaksi manusia dan sebagainya

sehingga data hasil penelitian lebih valid dan dapat dipercaya.

2. Transferability, berfungsi untuk membangun keteralihan dalam

penelitian ini yang dilakukan dengan cara uraian rinci untuk menjawab sampai sejauh mana hasil penelitian dapat ditransfer pada beberapa kontek lain. Dengan tehnik ini peneliti akan

melaporkan hasil penelitian dengan teliti dan cermat yang menggambarkan konteks tempat penelitian dengan mengacu pada

focus penelitian.

33

Rexy J.Moleong, Metodologi…., 330

34

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ,Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D

(41)

26

3. Dependability adalah kriteria menilai apakah proses penelitian

bermutu atau tidak. Cara ini untuk menetapkan bahwa proses

penelitian dapat dipertahankan dengan audit dependability oleh

ouditor independen guna mengkaji kegiatan penelitian yang

dilakukan terhindar dari kesalahan dalam memformulasikan hasil penelitian.

4. Confirmability, yaitu criteria yang digunakan untuk menilai hasil

penelitian yang dilakukan dengan mengecek data, informasi dan interpretasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada

pada pelacakan (audit trail). Konfirmability digunakan untuk menilai hasil (produk) penelitian, terutama yang berkaitan dengan deskripsi temuan penelitian dan diskusi hasil penelitian. Dengan

demikian diharapkan hasil penelitian dapat memenuhi standar penelitaian kualitatif yaitu truth, value, applicability, consistency

dan neutrality.

K. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa bagian.

Secara keseluruhan akan terbagi dalam lima bagian, pertama pendahuluan. Kedua kajian teoritis, ketiga gambaran umum lokasi penelitian, keempat

analisis hasil penelitian, kelima penutup, kesimpulan dan saran.

(42)

27

1. Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan, di dalamnya diuraikan

beberapa hal pokok mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,

signifikansi penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

2. Bab kedua, dipaparkan pokok bahasan menyangkut landasan teori yang

terdiri dari empat sub bab. Pada sub bab pertama adalah tentang konsep pembelajaran integrasi. Permasalahan penting yang dibahas dalam bab ini

meliputi pengertian pembelajaran integrasi, karakteristik pembelajaran integrasi, Tujuan pembelajaran integrasi, Manfaat pembelajaran integrasi,

Macam-macam model pembelajaran integrasi, dan Model pembelajaran integrasi di Madrasah Tsanawiyah. Sub bab kedua tentang Pendidikan Nilai, yang berisi tentang : Pengertian nilai, macam-macam nilai,

Sumber-sumber nilai, Pendidikan nilai, dan tujuan pendidikan nilai. Sub bab ketiga adalah Konsep Integrasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran yang terdiri

dari: Integrasi pendidikan nilai, Strategi integrasi pendidikan nilai dalam pembelajaran, Evaluasi integtrasi pendidikan nilai dalam pembelajaran. Pada sub bab keempat mengenai Pendidikan IPS Sejarah yang berisi

tentang : Pengertian IPS Sejarah, Tujuan dan Fungsi pembelajaran IPS Sejarah, Karakteristik mata pelajaran IPS Sejarah, serta Peran Strategis

Pembelajaran IPS Sejarah.

3. Bab ketiga, Presentasi data / Laporan Hasil Penelitian berisi tentang

(43)

28

gambaran umum obyek penelitian, dan pengembangan MTs Ma‟arif

Wadas Kandangan Temanggung.

4. Bab Keempat, akan dibahas tentang analisis data hasil penelitian yang

meliputi : Implementasi pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan

nilai-nilai Islam. Keunggulan dan kelemahan pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang

diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam, dan perangkat sistem pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan

Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam.

5. Bab Kelima, merupakan kesimpulan dan saran atas keseluruhan

pembahasan tesis ini yang diharapkan dapat menarik benang merah dari

(44)

29

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Pembelajaran Integrasi

1. Pengertian Pembelajaran Integrasi

Integrasi memiliki pengertian penyatuan hingga menjadi satu

kesatuan yang utuh atau bulat.35 Istilah integrasi sendiri berasal dari bahasa Inggris yaitu integrate. Dalam buku The Comtemprorary

English-Indonesian Dictionary (Peter Salim), istilah integrate (vt) integrated,

integrating, integrates diterjemahkan menjadi menggabungkan,

menyatupadukan, mengintegrasikan. Sedangkan integrated (adj)

diterjemahkan menjadi dapat bergaul dengan orang dari berbagai suku dengan dasar yang sama; terpadu.

Dalam dunia pendidikan, istilah integrasi biasanya dikaitkan dengan sebuah gerakan untuk pendidikan demokaratis yang memusatkan pada persoalan-persoalan aktual sebagai kurikulum inti. Pembelajaran

integrasi berpusat pada pengorganisasian persoalan penting dalam kurikulum sekolah dengan dunia yang lebih luas. Integrasi ini akan

menghubungkan persoalan satu dengan lainnya, sehingga terbangunlah sebuah kesatuan (unity) pengetahuan. Sebuah pengetahuan yang

(45)

30

mempresentasikan bagian-bagian dengan keseluruhannya (part whole relationships).36

Pembelajaran Integrasi sebagai suatu konsep merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk

memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik. Bermakna artinya dalam pembelajaran terpadu siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung dan

menghubungkannya dengan konsep-konsep lain yang mereka pahami.37 Pembelajaran integrasi secara efektif akan membantu menciptakan

kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk melihat dan membangun konsep-konsep yang saling berkaitan.

Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali

dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain yang

dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar peserta didik maka pembelajaran menjadi lebih bermakna.38 Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, anak akan memahami konsep yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami anak melalui kesempatannya mempelajari apa yang berhubungan

36

Hartono, Pendidikan Integratif, Purwokerto : STAIN Press, 2011, 7. 37

Koswara Yudaamijaya, Konsep dasar pembelajaran Terpadu, melalui http://ncosyuda. blogspot.com /2012/11/.html; diakses senin 27 Oktober 2014 : 22.01.

38

(46)

31

dengan tema atau peristiwa otentik (alami). Dalam pembelajaran semacam itu, anak diharapkan selalu mendapatkan kesempatan untuk terlibat secara aktif sesuai dengan aspirasi dan minatnya, dimana dalam pembelajaran terpadu sangat menghargai keragaman. Melalui pembelajaran terintegrasi diharapkan para siswa memperoleh pengetahuan secara menyeluruh dengan cara

mengaitkan satu pelajaran dengan pelajaran yang lain.39 Pengertian pembelajaran terpadu dapat dilihat sebagai berikut:

a. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai mata

pelajaran yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling serta dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak;

b. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara serempak (simultan);

c. Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa mata

pelajaran yang berbeda, dengan harapan siswa akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.40

Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran integrasi adalah model pembelajaran dengan menggabungkan beberapa mata pelajaran/materi/tema dengan berdasarkan

pada topik tertentu yang dipadukan untuk menggali pengetahuan peserta

39

Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 2008,196. 40

Koswara Yudaamijaya, Konsep dasar pembelajaran Terpadu, melalui http://ncosyuda.

(47)

32

didik berdasarkan interaksi dengan lingkungan atau pengalaman yang dialami sehingga memberikan pengalaman yang bermakna begi peserta

didik.

2. Landasan Teori Pembelajaran Integrasi

Landasan ini pada hakikatnya adalah faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh para guru pada waktu merencanakan, melaksanakan, serta menilai proses dan hasil

pembelajaran.

a. Landasan filosofis

Perumusan kompetensi dan materi pada dasarnya bergantung pada pertimbangan pertimbangan filosofis. Ada tiga aliran filsafat sebagai berikut:

1. Aliran progresivisme menekankan pada penekanan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah dan

memperhatikan pengalaman siswa. Dengan kata lain proses pembelajaran bersifat mekanistis.

2. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct

experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran.

3. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan, potensi dan

(48)

33 b. Landasan Psikologis

Berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan teori

belajar. Tugas utama guru membantu mengoptimalkan perkembangan siswa seperti perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan

moral melalui proses belajar. Pandangan Psikologis yang melandasi pembelajaran terpadu sebagai berikut :

1. Pada dasarnya masing-masing siswa membangun realitasnya

sendiri.

2. Pikiran seseorang pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk

mencari pola dan hubungan antara gagasan yang ada.

3. Pada dasarnya siswa adalah seorang individu dengan berbagai kemampuan yang dimilikinya dan mempunyai kesempatan untuk

berkembang.

4. Keseluruhan perkembangan anaka adalah terpadu dan anak melihat

dirinya dan sekitarnya secara utuh (holistik). c. Landasan Praktis

Berkaitan dengan kondisi-kondisi nyata yang pada umumnya

terjadi dalam proses pembelajaran saat ini, sehingga harus mendapat perhatian dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu. landasan praktis

dalam pembelajaran terpadu sebagai berikut.

(49)

34

2. Hampir semua pelajaran di sekolah diberikan secara terpisah satu sama lain, padahal seharusnya saling terkait.

3. Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran sekarang ini cenderung lebih bersifat lintas mata pelajaran (interdisipliner)

sehingga dipelukan usaha kolaboratif antara berbagai mata pelajaran untuk memecahkannya.

4. Kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktek dapat

dipersempit dengan pembelajaran terpadu sehingga siswa akan mampu berfikir teoritis dan pada saat yang sama mampu berpikir

praktis.41

3. Karakteristik Pembelajaran Integrasi

Dari beberapa pendapat para ahli yang telah disebutkan di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran terpadu meliputi:42

a. Berpusat pada anak

Karakteristik pertama yang ada pada pembelajaran terpadu ini adalah bahwa proses pembelajaran menjadikan peserta didik sebagai

pemeran utama yang dituntut untuk aktif dalam berbagai hal terkait dengan pembelajaran. Dengan kata lain para peserta didik akan

41

Koswara Yudaamijaya, Konsep dasar pembelajaran Terpadu, melalui http://ncosyuda. blogspot.com /2012/11/.html; diakses senin 27 Oktober 2014 : 22.32.

42

Andrean Perdana, Pengertian, Ciri, Kelebihan, dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu,

(50)

35

diarahkan untuk aktif dan bersikap kritis terhadap materi

pembelajaran. Dalam pembelajaran terpadu peran guru lebih banyak sebagai fasilitator dan siswa sebagai aktor.

Pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa seperti aktif mencari,

menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasai dan dibutuhkan sesuai perkembangannya.

b. Otentik

Pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa

secara langsung pada konsep dan prisip yang dipelajari sehinggan dengan pengalaman langsung. Pada pembelajaran terpadu ini para peserta didik akan lebih diarahkan untuk mendapatkan pembelajaran

yang lebih faktual sehingga dengannya mereka akan lebih mudah memahami sebuah materi pembelajaran yang bersifat abstrak.

c. Pemisahan antar bidang studi tidak begitu jelas.

Salah satu yang paling mencirikan dari pembelajaran ini adalah bahwa tidak adanya batasan yang jelas antar mata pelajaran sebagai

akibat dari pandangan pembelajaran ini yang memadukan berbagai

(51)

36

beberapa mata pelajaran sekaligus. Pemisahan antara bidang studi tidak ditonjolkan sehingga memungkinkan siswa untuk memahami

suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan

dengan kehidupan siswa.

d. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses Pembelajaran.

Pembelajaran ini fleksibel dan dapat disesuaikan menurut perkembangan dari anak serta situasi dan kondisi pada saat

pembelajaran sehingga lebih efektif untuk digunakan. Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antar skema yang dimiliki oleh siswa, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan

konsep yang dipelajari secara utuh dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan

masalah-masalah nyata di dalam kehidupannya. e. Bersikap luwes

Pembelajaran terpadu bersifat luwes, sebab guru dapat

mengaitkan bahan ajar dari satu bahan ajar dengan mata pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan

(52)

37

f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Pembelajaran

terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri yaitu: holistik, bermakna, otentik, dan aktif.43

1) Holistik

Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari

beberapa bidang kajian sekaligus,tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.Pembelajaran terpadu memungkinkann siswa untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya

nanti, hal ini akan membuat siswa lebih arif dan bijak di dalam menyikapi atau mengahdapi kejadian yang ada di depan mereka.

2) Bermakna.

Pengkajian suatu fenomena dari berbagai aspek seperti yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan

antar konsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang

dipelajari. Rujukan yang nyata dari semua konsep yang diperoleh

43

(53)

38

dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lainnya akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari. Selanjutnya hal ini akan

mengakibatkan pembelajaran yang fungsional. Siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan

masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya. 3) Otentik

Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara

langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung. Mereka memahami dari hasil

belajarnya sendiri,bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatya lebih otentik. Misalnya, hukum pemantulan cahaya diperoleh siswa melalui eksperimen. Guru lebih

banyak berperan sebagai fasilitator dan katalisator, sedang siswa bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pemberitahuan.

4) Aktif

Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran,baik secara fisik,mental,intelektual,maupun emosional

guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan siswa sehingga

(54)

39

terkait.Pembelajaran terpadu bisa saja dikembangkan dari suatu tema yang disepakati bersma dengan melirik aspek-aspek kurikulum yang

bisa dipelajari secara bersama melalui pengembangan tema tersebut. 4. Tujuan Pembelajaran Integrasi

Pembelajaran integrasi selain dikembangkan untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang holistik seperti yang tertuang dalam PP no. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasioanl Pendidikan, diharapkan peserta didik juga dapat :

a. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna.

b. Mengembangkan ketrampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi.

c. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik dan nilai-nilai

luhur yang diperlukan dalam kehidupan.

d. Menumbuhkembangkan ketrampilan sosial seperti kerjasama,

toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain. e. Meningkatkan gairah dalam belajar

f. Memiliki kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan.44

44

Sukayati, Materi Diklat, Pembelajaran Tematik di SD Merupakan Terapan dari

(55)

40 5. Manfaat Pembelajaran Integrasi

Beberapa manfaat apabila menggunakan pembelajaran integrasi

antara lain :

a. Banyak topik-topik yang tertuang dalam mata pelajaran mempunyai

keterkaitan konsep dengan yang dipelajari peserta peserta didik.

b. Peserta didik dapat memanfaatkan ketrampilan yang dikembangkan dari mempelajari keterkaitan antar mata pelajaran.

c. Peserta didik terlatih untuk semakin banyak membuat hubungan inter dan antar pelajaran, sehingga peserta didik mampu memproses informasi

dengan cara yang sesuai dengan daya pikirnya dan memungkinkan berkembangnya jaringan konsep-konsep.

d. Membantu peserta didik memecahkan masalah dan berpikir kritis untuk

dapat dikembangkan melalui ketrampilan dalam situasi nyata.

e. Membantu meningkatkan daya ingat (retensi) peserta didik dengan jalan

memberikan topik-topik dalam berbagai situasi dan kondisi.

f. Dapat mempermudah transfer pembelajaran, apabila situasi pembelajaran dekat dengan kehidupan nyata peserta didik.45

45

Sukayati, Materi Diklat, Pembelajaran Tematik di SD Merupakan Terapan dari

(56)

41

6. Macam-macam Model Pembelajaran Integrasi

Sesuai dengan sifat materi dan cara memadukan konsep, ketrampilam

dan unit tematisnya, Robin Fogarty membagi model pembelajaran integrasi menjadi 10 (sepuluh) level, kesepuluh model tersebut adalah :

a. Model Penggalan (Fragmented)

Model ini ditandai oleh ciri pemaduan yang hanya terbatas pada satu mata pelajaran saja. Misalnya,dalma mata pelajaran bahasa Indonesia

materi pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca dan menulis dapat dipadukan dalam materi pembelajaran ketrampilan berbahasa.

b. Model Keterhubungan (Connected)

Model Connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir

pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu.

Butir-butir pembelajaran seperti: kosakata, struktur, membaca, dan mengarang misalnya dapat dipayungkan pada mata pelajaran bahasa dan sastra.

c. Model Sarang (Nested)

Model Nested merupakan pemaduan berbagai bentuk

penguasaan konsep ketrampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran.

Misalnya, pada jam-jam tertentu guru memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman bentuk kata, makna kata,dan ungkapan dengan saran

(57)

42

d. Model Urutan/Rangkaian (Sequenced)

Model Sequenced merupakan model pemaduan topik-topik

antar mata pelajaran yang berbeda secara pararel. Isi cerita dalam roman sejarah, misalnya: topik pembahasannya secara pararel atau

dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan bangsa karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna

kata.

e. Model Bagian (Shared)

Model Shared merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya overlapping konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Buir-butir pembelajaran tetang kewarganegaraan dalam PKn

misalnya,dapat bertumpang tindih dengan butir pembelajaran Tata Negara, PSPB dsb.

f. Model Jaring Laba-laba (Webbed)

Model ini bertolakdari pendekatan tematis sebagai pemandu bahan dan kegiatan pembelajaran. Dalam hubungan ini tema dapat

mengikat kegaiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran.

g. Model Galur (Threaded)

(58)

43

matematika, ramalan terhadap kejadian-kejadian, antisipasi terhadap cerita, dsb. Bentuk model ini terfokus pada meta kurikulum.

h. Model Keterpaduan (Integrated)

Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari

mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang semula terdapat dalam pelajaran matematika,bahasa Indonesia, IPA, dan IPS agar tidak membuat muatan

kurikulum berlebihan, cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya IPA.

i. Model Celupan (Immersed)

Model Immersed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan

dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Dalam hal ini tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman sangat diperlukan dalam

kegiatan pembelajaran. j. Model Jaringan (Networked)

Model Networked merupakan model pemaduan pembelajaran

Gambar

Gambar 2.1 Sumber nilai dari segi filsafat
Tabel 3.1. Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2014/2015
Tabel 3.2 . Data ruang MTs Ma‟arif Wadas99
Tabel 3.3. Data Mebelair100
+7

Referensi

Dokumen terkait

Merupakan hasil studi pustaka, penelitian lapangan, dan karya saya sendiri dengan bimbingan Komisi Dosen Pembimbing yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Ketua Program

Hasil simulasi blok pengontrol segitiga dengan nilai satu pada port control 31f.

Hal ini menjelaskan bahwa variabel Penyuluh Pertanian memiliki pengaruh peran yang signifikan terhadap program KRPL yang ada didesa pucangsari kecamatan purwodadi

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: ”Jika pembelajaran Bahasa Indonesia pada aspek kemampuan berbicara di kelas X TP 2 SMK Negeri 1 Balikpapan dilaksanakan

pedoman (Cohen, 1988) yang berada dekat dengan nilai 0,35 yang artinya termasuk kategori pengaruh kuat terhadap variabel terikat. 2) Motivasi intrinsik memberikan

Tahapan pemetaan tutupan lahan Potensi simpanan karbon bawah tegakan dapat diperoleh dari beberapa data penyusun simpanan karbon gambut, diantaranya data luas lahan

Rumah bagian dalam di perumahan Arion Mas Mranggen .... Siteplan

Dengan orang tua memberikan kasih sayang, memenuhi kebutuhan, memberikan nasehat dan pengarahan pada keputusan anak dalam memilih jurusan akan dapat meningkatkan